Anda di halaman 1dari 12

ANALISA SURVAILANS TRIPLE ELIMINASI IBU HAMIL

DI UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP BIHA


KABUPATEN PESISIR BARAT
TAHUN 2022

DISUSUN
OLEH :
EVI EFRIYANI

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2022 – 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ibu hamil adalah seseorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu terjadi
pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh
dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42
minggu (Nugroho, 2014).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, negara, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
keluarga, dan orang tua wajib mengusahakan agar anak yang lahir terhindar dari
penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan/atau menimbulkan kecacatan.
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif. Untuk memastikan sumber daya manusia yang produktif tersebut,
negara wajib menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak agar
setiap anak sebagai generasi penerus bangsa memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sejak dalam kandungan.
Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berkesinambungan atau Sustainable
Development Goals (SDGs) khususnya SDGs 3, harus dilakukan promosi hidup sehat
dan kesejahteraan bagi semua orang dari segala usia dengan memperhatikan
prioritas kesehatan sebagai wawasan pembangunan, termasuk
kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak, dan penanggulangan
penyakit menular. Beberapa penyakit menular seperti infeksi HIV,
Sifilis, dan Hepatitis B adalah penyakit yang dapat ditularkan dari ibu
yang terinfeksi ke anaknya selama kehamilan, persalinan, dan
menyusui, serta menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian,
sehingga berdampak buruk pada kelangsungan dan kualitas hidup
anak.
Sebagai bentuk tanggung jawab negara dalam menjamin kelangsungan hidup anak
maka perlu dilakukan upaya untuk memutus rantai penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B
melalui Eliminasi Penularan. Upaya Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B
dilakukan secara bersama-sama karena infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B memiliki pola
penularan yang relatif sama, yaitu ditularkan melalui hubungan seksual,
pertukaran/kontaminasi darah, dan secara vertikal dari ibu ke anak. Eliminasi Penularan
HIV, Sifilis, dan Hepatitis B bersama-sama atau yang sering disebut “triple eliminasi” ini
dilakukan untuk memastikan bahwa sekalipun ibu terinfeksi HIV, Sifilis, dan/atau Hepatitis
B sedapat mungkin tidak menular ke anaknya. Oleh karena itu, diperlukan suatu pedoman
untuk mencapai Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak sebagai
acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, tenaga kesehatan sesuai kompetensi dan
kewenangannya, masyarakat, dan pemangku kepentingan terkait.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Human Immunodeficiency Virus yang selanjutnya disingkat HIV adalah virus yang
menyerang sistem imun dan jika tidak diterapi dapat menurunkan daya tahan tubuh
manusia hingga terjadi kondisi Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).
Sifilis adalah salah satu jenis infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Hepatitis Virus B yang selanjutnya disebut Hepatitis B adalah
penyakit menular dalam bentuk peradangan hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis.
Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B yang selanjutnya disebut Eliminasi
Penularan adalah pengurangan penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak
Pemerintah menetapkan target pencapaian awal program Eliminasi Penularan HIV,
Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak pada tahun 2022, dengan indikator Eliminasi
Penularan sebagai berikut:
a. HIV : Pengurangan jumlah kasus infeksi baru HIV pada bayi baru lahir dengan
tolok ukur ≤50 kasus anak terinfeksi HIV per 100.000 kelahiran hidup.
b. Sifilis : Pengurangan jumlah kasus infeksi baru Sifilis pada bayi baru lahir dengan
tolok ukur ≤50 kasus anak terinfeksi Sifilis per 100.000 kelahiran hidup.
c. Hepatitis B : Pengurangan jumlah kasus infeksi baru Hepatitis B pada bayi baru
lahir dengan tolok ukur ≤50 kasus anak terinfeksi Hepatitis B per 100.000 kelahiran
hidup.
Pemeriksaan ada atau tidaknya penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis dari ibu ke anak
dilakukan sesuai waktunya masing-masing sebagai berikut :
1. Infeksi HIV dilakukan dengan pemeriksaan PCR DNA kualitatif menggunakan
sediaan darah (serum) atau Dried Blood Spot (DBS) pada bayi usia 6 minggu atau
lebih dan dinyatakan terinfeksi HIV jika hasil pemeriksaan positif.
2. Infeksi Sifilis dengan pemeriksaan titer Reagen Plasma Reagin (RPR) bayi pada
usia 3 bulan dan ibu dan dinyatakan terinfeksi Sifilis jika
3. Titer bayi lebih dari 4 kali lipat titer ibunya, misal jika titer ibu 1:4 maka titer bayi
1:16 atau lebih; atau
4. Titer bayi lebih dari 1:32. 3. Infeksi Hepatitis B dengan pemeriksaan HBsAg pada
saat bayi berusia 9 bulan ke atas dan dinyatakan terinfeksi Hepatitis B jika HBsAg
positif.
Strategi program Eliminasi Penularan meliputi:
a. peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi ibu dan anak sesuai dengan
standar
b. peningkatan peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam penatalaksanaan yang
diperlukan untuk Eliminasi Penularan;

Survailans adalah Kegiatan pengamatan secara terus menerus terhadap kondisi dan
masalah kesehatan yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit melalui proses
pengumpulan data yang sistematis, pengolahan, analisis, interpretasi data hingga
menjadi informasi dan penyebaran informasi kepada penyelenggara program kesehatan
dan pemangku kebijakan dan penyelenggaraan program kesehatan tersebut diharapkan
dapat dilakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien terhadap masalah
kesehatan tersebut. (CDC, 2009 ).
Tujuan surveilans epidemiologi adalah tersedianya data dan informasi
epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan
kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam surveilans epidemiologi menurut
(Heriana, 2018) sebagai berikut:
a) Pengumpulan data epidemiologi secara rutin dan sistematis
b) Pengolahan, penyajian, analisis serta interpretasi data agar menghasilkan
informasi epidemiologi
c) Pemanfaatan informasi tersebut untuk menentukan tindakan perbaikan yang perlu
dilakukan atau peningkatan program dalam menyelesaikan masalah kesehatan
masyarakat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam surveilans epidemiologi menurut
(Rasmaniar, 2020) :
a. Rangkaian kegiatan surveilans epidemiologi tidak hanya dilaksanakan pada satu
periode/waktu tertentu melainkan dilaksanakan secara continue dan
berkesinambungan
b. Proses surveilans epidemiologi harus dilaksanakan secara sistematis sejak proses
pengumpulan data.
Beberapa hal penting yang harus diingat bahwa dalam surveilans eidemiologi,
kegiatan pengumpulan data harus dilanjutkan dengan proses analisis, interpretasi data,
desiminasi dan evaluasi agar dapat dimanfaatkan secara tepat dalam mendukung
pengambilan kebijakan/keputusan. Ketepatan pengambilan kebijakan/keputusan
berbasis surveilans epidemiologi harus didukung oleh ketersediaan data yang memiliki
kualitas baik sehingga menghasilkan kebijakan/tindakan yang efektif dan efisien
.
2.2 Penyelenggaraan Infeksi Menular Seksual
Penyelenggaraan Eliminasi Penularan dilakukan melalui kegiatan:
a. Promosi Kesehatan, Kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan dengan strategi
advokasi, pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan
b. Surveilans Kesehatan, Surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang
sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian
penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh
dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien.
c. Deteksi Dini, Deteksi dini adalah upaya untuk mengenali secepat mungkin gejala,
tanda, atau ciri dari risiko, ancaman, atau kondisi yang membahayakan.
d. Penanganan Kasus, Penanganan kasus adalah proses atau cara menangani atau
mengatasi kasus/keadaan yang tidak diharapkan atau berisiko membahayakan agar
berubah menjadi tidak berisiko atau tidak membahayakan
BAB III
TUJUAN

3.1 Tujuan
Pedoman Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak ini
bertujuan untuk memberikan acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, tenaga
kesehatan, masyarakat, dan pemangku kepentingan terkait untuk mengurangi penularan
HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak, serta menurunkan angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian akibat HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada ibu dan anak.
BAB IV
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN PRESENTASI DATA

4.1 Gambaran Umum


UPTD Puskesmas rawat inap biha merupakan Puskesmas Induk di kecamatan
Pesisir selatan Kabupaten pesisir barat, Lampung , dengan Kecamatan terletak di
wilayah pesisir terdapat 15 pekon. Luas wilayah Kecamatan Pesisir selatan 6.049 km2
seperti terlihat pada peta di bawah ini:

Gambar 2.1

Gambar 1.1. Peta Administrasi Kecamatan Pesisir Selatan Tahun 2015.

Analisis Peta Lokasi Kantor Kecamatan Dan Kantor Pemerintahan Pekon.

Gambar 1.2. Peta Sebaran Kantor Pemerintahan Kecamatan Pesisir Selatan.


a. Berdasarkan letak kantor kecamatan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, letak
tersebut sangat sesuai karena berada pada tengah- tengah wilayah Kecamatan
Pesisir Selatan. Letak kantor Kecamatan Pesisir Selatan berada di Pekon Biha
yang merupakan salah satu pekon yang padat penduduknya. Lokasi terjauh dari
kantor pemerintahan pekon dengan kantor kecamatan adalah kantor pemerintahan
Pekon Marang. Lokasi kantor pemerintahan pekon yang paling dekat dengan
kantor kecamatan adalah kantor Pekon Biha dan Pekon Ulok Manek. Kedua
kantor ini berada ada satu lokasi kecamatan yaitu Pesisir selatan.
b. Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kepadatan Penduduk, Sex Ratio dan
c. Jumlah Rumah Tangga di Kecamatan Pesisir Selatan Tahun 2014.
d. 6

Pekon Laki-laki dan Perempuan


RT jumlah Sex Ratio

1. Marang 2,230
1159 2,472 4,702 110.9

2. Way Jambu 729


322 786 1,515 107.8

3. Biha 620 1,417 1,359 2,776 104.3

4. Tanjung Setia 401 883 833 1,715 106.0

5. Pagar Dalam 223


85 226 449 101.3

151 148 290 102.0


6. Tanjung Jati 68

7. Sumur Jaya 297 681 636 1,317 107.1

8. Pelita Jaya 244 499 498 997 100.2

376 362 738 103.9


9. Sukarame 160

10. NR. Tenumbang 269 647 569 1,216 113.7

11. TarjungRaya 197 521 460 981 113.3


931 854 1,785 109.0
12. Bangun Negara 378

13. Ulok Manek 236 599 535 1,134 112.0

14. Paku Negara 443 969 856 1,825 113.2

15. Tulung Bamban 194 476 438 914 108.7

Jumlah 5073
11,634 10,730 22,364 108.4

e. Sumber: Monografi Kecamatan Pesisir Selatan Dalam Angka 2022.

4.2 Data
Data ibu hamil di uptd puskesmas rawat inap biha yang telah dilakukan pemeriksaan
triple eliminasi dai bulan januari sampai dengan September tahun 2022

No. Bulan K1 Jumlah Ibu Hasil


yang diperiksa Reaktif
1 Januari 87 78
2 Februari 90 82 1
3 Maret 102 90
4 April 85 75 2
5 Mei 88 78 1
6 Juni 113 100 1
7 Juli 80 70
8 Agustus 88 82 1
9 September 122 94
Total 845 749 6

Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas di dapat dari jumlah ibu hamil 845, dari 749
yang dilakukan pemerikaas triple eliminasi terdapat 6 ibu hamil dengan hasil reaktif HBSAG,
untuk pemeriksaan HIV dan Sifilis tidak ada yang reaktif.
BAB V
ANALISA DATA

5.1 Analisa Data

Sales

Semua Ibu Hamil


Bumil di Periksa
Reaktif HBSAG

Berdasarkan fakta pada Grafik pada ibu hamil sejumlah 845 yang di lakukan
pemeriksaaan sejumlah 749 dengan hasil HBSAG reaktif 6 ibu hamil. Sedangkan HIV dan
Sifilis tidak ada yang reaktif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan kegiatan Eliminasi Penularan, setiap fasilitas pelayanan
kesehatan yang melakukan kegiatan Eliminasi Penularan wajib melakukan pencatatan
dan pelaporan. Pencatatan dan pelaporan terintegrasi dengan pelayanan antenatal pada
ibu hamil dengan fokus pemutusan penularan penyakit infeksi, dan penularan output
anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi serta pemantauan terintegrasi lintas
sektoral dan lintas program.

5.2 Saran
Untuk meningkatkan capaian skrining pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil
maka diperlukan beberapa lintas sektoral dan lintas program, melalui beberapa kegiatan
didalam gedung maupun diluar gedung yaitu peningkatan kapasitas kelas ibu hamil,
posyandu remaja, peningkatan penyuluhan calon pengantin. Untuk pencatatan dan
pelaporan agar terintegrasi dengan lintas program yang ada di UPTD puskesmas rawat
inap biha kabupaten Pesisir Barat.

Anda mungkin juga menyukai