Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PMTCT PADA IBU HAMIL

A. Pendahuluan

Dalam rangka mengatasi penyebaran penyakit HIV / AIDS


terutama pada Ibu Hamil dan anak perlu dilakukan langkah-langkah
strategis guna menjaga kelangsungan penanggulangan dan
pencegahan serta menghindari dampak yang lebih besar terhadap
kesehatan masyarakat. Pelayanan dan pengobatan pada penderita
HIV/AIDS sangat memererlukan dukungan yang stabil dalam
mengoptimalkan pelayanan dan pengobatannya terutama pada Ibu
hamil.
Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus
berkembang dan menjadi masalah global. Menurut data WHO (World
Health Organization) tahun 2021 jumlah orang yang hidup dengan
status hiv positif mencapai 38.4 juta di seluruh dunia dengan
penemuan kasus baru di tahun 2021 sebesar 1,5 juta jiwa dengan
angka kematian sebesar 650 ribu jiwa yang tercatat sampai akhir tahun
2021. Berdasarkan data Ditjen P2PL (Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan), statistik kasus HIV/AIDS yang dilaporkan
jumlah kumulatif orang dengan HIV (ODHIV) sampai maret 2022
dialporkan sebanyak 329.581 orang, sedangkan jumlah kumulatif kasus
AIDS sampai maret 2022 sebanyak 137.397 orang. Sedangkan untuk
temuan kasus baru tahun 2020 sebanyak 41.987 dan tahun 2021
sebanyak 36.902 orang. Sedangkan tahun 2022 sampai dengan bulan
maret sudah mencapai 10.525 kasus baru.
Jumlah ODHIV yang ditemukan pada periode januari-maret
2022 menurut factor risiko sebanyak 28,8% dari kelompok LSL, ibu
hamil 16,7%, pasien TB sebanyak 11,7%, dan pelanggan PS sebanyak
3,9%. Proporsi faktor risiko penderita HIV/AIDS melalui hubungan
heteroseksual merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi
sebesar 77,75 %, diikuti oleh penasun atau injecting drug user (IDU)
sebesar 9,16 % dan dari ibu ke anak sebesar 3,76 %
Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 15 Tahun
2007 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS dan IMS di
Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2007 Nomor 15); Sejak ditemukannya pertama kali di bali pada
tahun 1987, jumlah kasus HIV / AIDS di Indonesia cendrung terus
meningkat. HIV bukan saja pada kalangan penjaja seks, pengguna
narkoba, jarum suntik dan gay, tetapi juga pada bayi, remaja,
perempuan dan laki - laki yang taat pada agama, petugas kesehatan,
dan orang-orang pada umumnya.
HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang sangat berbahaya
karena tidak saja membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia
namun juga pada negara secara keseluruhan. Strategi dan Rencana
Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS (SRAN) 2010-2014 yang
dikukuhkan dalam Permenkokesra Nomor 8 tahun 2010, menyebutkan
makin memperkuat upaya penanggulangan AIDS di Indonesia yang
lebih terarah dan terkoordinasi. Berbagai kebijakan untuk mendukung
SRAN juga terus dikembangkan, misalnya pada kelompok remaja,
program LSL (Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki), dan juga
bidang pendidikan dan pelatihan (KPAN, 2010).
Jumlah kasus HIV/AIDS sampai dengan Agustus 2022 dibatam
saat ini berjumlah 3.108 orang, jumlah kasus meninggal 1.062 orang.
Angka tersebut jelas menunjukkan bahwa penyakit HlV/AIDS di Kota
Batam perlu ditanggulangi dan diberantas dengan strategi yang tepat
dan benar atau sesuai dengan program pemerintah yaitu TOP
(Temukan yang positif obati yang positif sampai pertahankan yang
diobati). Dalam upaya peningkatan program tersebut pemerintah Kota
Batam yang dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan memandang perlu
menganggarkan kegiatan pelayanan pencegahan dan penaggulangan
HIV/AIDS sebagai langkah strategi daram upaya mengatasi
permasarahan tersebut. Terutama pada Ibu Hamil.
Upaya Kesehatan Penanggulkangan HIV merupakan salah satu
upaya terobosan atau strategi untuk membantu masyarakat dalam
menjangkau pelayanan kesehatan beresiko HIV yang tidak terlaksana
karena tuntutan masyarakat tentang promotif dan tindakan preventif
lanjutan, waktu dan keadaan ekonomi serta dengan maksud untuk
memenuhi kebutuhan dan masalah yang ada di masyarakat dan
mendekatkan akses mutu pelayanan kesehatan serta mendorong
masyarakat untuk melaksanakan pemeriksaan deteksi dini HIV pada
ibu hamil agar, mendorong kemauan dalam mengatasi masalah
kesehatan HIV secara dini yang dikelola oleh tenaga profesional
kesehatan desa, diharapkan menjadi potensi awal untuk terlaksananya
derajat kesehatan yang optimal.
Pelaksanaan kegiatan program HIV dilaksanakan untuk
mendukung tercapainya Visi UPT Puskesmas Tiban Baru, yaitu :
“Mewujudkan Masyarakat Tiban Baru dan Tiban Lama yang Sehat,
Mandiri dan Berkualitas Tahun 2026” serta dalam kegiatan ini
mengamalkan tata nilai UPT Puskesmas Tiban Baru yaitu KITA BISA
(Kerjasama, Ikhlas, Tertib, Akuntable, Bersih, Senyum dan Aktif).

B. Latar belakang

Angka kejadian infeksi HIV pada anak <4 tahun di Indonesia


mengalami peningkatan. Kementerian Kesehatan melaporkan kasus
HIV pada adank <4 tahun berjumlah 4.764 orang pada tahun 2020-
2022. 90-95% kasus HIV pada anak ditularkan melalui ibu baik melalui
plasenta saat kehamilan, saat persalinan dan juga saat menyusui. Ibu
hamil hamil positif HIV yang tidak pernah mendapat pengobatan ARV
akan beresiko menularkan virus kepada janinnya.
BIHA (Bayi Lahir dengan Ibu HIV/AIDS) dari ibu yang tidak
mendapat ARV kemungkinan mengalami berbagai progress penyakit
yang cepat dan infeksi berat sehingga angka morbiditas dan mortalitas
nya tinggi. Maka dari itu penemuan kasus HIV/AIDS pada ibu hamil
sangat penting untuk mencegah penularan kepada bayi yang
dikandung. Pemeriksaan HIV melalui rapid test sangat dianjurkan
kepada kelompok beresiko termasuk ibu hamil dan catin.
Salah satu sarana yang dapat dilakukan untuk pendekatan, pem
peningkatan kesehatan melalui skrining masyarakat bertesiko, yang
mana merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh, dari dan untuk
masyarakat. Sasaran utama pada kelompok beresiko yang
dikembangkan sebagai strategi yang tepat untuk menjaga
kelangsungan hidup dan dari semenjak dalam kandungan. Skrining
memiliki peranan penting dalam deteksi awal HIV. Puskemas Tiban
Baru berusaha memberikan pendidikan pelayanan kesehatan primer
dengan penyelenggaraan Upaya Skrining Masyarakat yang belum
pernah dilakukan sebelumnya.

C. Tujuan umum dan tujuan khusus

Tujua Umum :
Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan masyarakat
terutama pada ibu hamil terhadap deteksi awal HIV dalam
rangka mencegah penularan HIV dari Ibu ke bayi di wilayah
kerja Puskesmas Tiban Baru, kelurahan Tiban Baru dan Tiban
Lama
Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan capaian deteksi dini HIV pada Ibu Hamil
2. Menurunkan angka penularan HIV dari ibu ke bayi
3. Mendukung program pemerintah daam rangka eliminasi
infeksi baru HIV pada anak
4. Meningkatkan pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan
yang tersedia di Puskesmas bagi Ibu hamil

D. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan

No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan

1 Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan HIV,


HIV,Syphilis dan HBSAG pada Syphilis dan HBSAG pada ibu
ibu hamil
hamil
a. Mengumpulkan
sasaran (ibu hamil)
b. Persamaan persepsi
c. Memberikan materi
d. Tanya jawab
e. Kesimpulan
2 Pemeriksaan darah meliputi a. Pemeriksaan darah
pemeriksaan HIV,Syphilis dan HIV,Syphilis dan
Hbsag pada ibu hamil HBSAG pada semua
ibu hamil
b. Edukasi kepada ibu
Hamil
c. Laporan hasil
pemeriksaan

E. Cara melaksanakan Kegiatan

Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, dan


tanya jawab. Sedangkan pemeriksaan darah dilakukan dengan metode
rapid test. Instrumen teknologi yang digunakan yaitu lembar balik
penyuluhan dan form serta alat atau reagen rapid test. Kegiatan
dilakukan dengan tetap memenuhi protokol kesehatan.

F. Sasaran

Ibu hamil

G. Jadwal pelaksanaan kegiatan

Untuk memperlancar kegiatan yang akan dilakukan maka dibuat matrik kegiatan
sebagai berikut:

2022

No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 PMTC
Tiban
1x
Lama

2 PMTC
Tiban
1x
Baru
H. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan

Evaluasi pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi kegiatan terhadap


jadwal yang telah direncanakan dan untuk melihat apakah pelaksanaan
dilapangan sudah sesuai dengan rencana kegiatan yang sudah
ditetapkan. Evaluasi dilakukan setiap bulannya sehingga apabila dari
evalusi didapat pergeseran jadwal atau penyimpangan, maka akan
dapat segera diperbaiki sehingga tidak berdampak terhadap kegiatan
atau program secara keseluruhan. Dari hasil evaluasi tersebut dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan
pengembangan berikutnya. Evaluasi dilakukan oleh PJ UKM melalui
monitoring.
Pelaporan adalah laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh PJ program. Laporan kegiatan dibuat setiap akhir bulan
dan laporan diserahkan setiap bulanya kepada PJ UKM paling lambat
setiap tanggal 3 setiap bulannya.

I. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi

Pencatatan pelaksanaan kegiatan PMTCT dilakukan dalam form


data pemeriksaan HIV, pelaporan kegiatan dilakukan sesuai dengan
format pelaporan yaitu dalam bentuk tabel, lalu dilaporkan ke PJ UKM,
Kepala Puskesmas dan Dinas kesehatan Kota Batam. Evaluasi
kegiatan dilakukan setiap bulan.

Batam, 16 Januari 2022


Kepala UPT. Puskesmas Tiban Baru

dr. Hilda Insyafri


Pembina IV/a
NIP. 19770215 201001 2 003

Anda mungkin juga menyukai