Anda di halaman 1dari 8

Materi Inti-4

TRIPLE ELIMINASI
Pengantar:

Infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada anak lebih dari 90% tertular dari ibunya. Prevalensi
infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B pada ibu hamil berturut-turut 0,3%, 1,7% dan 2,5%. Risiko
penularan dari ibu ke anak untuk HIV adalah 20%-45%, untuk Sifilis adalah 69-80%, dan untuk
Hepatitis B adalah lebih dari 90%.
Sebagai bentuk tanggung jawab negara dalam menjamin kelangsungan hidup anak maka
perlu dilakukan upaya untuk memutus rantai penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B melalui
Eliminasi Penularan. Upaya Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dilakukan secara
bersama-sama karena infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B memiliki pola penularan yang relatif
sama, yaitu ditularkan melalui hubungan seksual, pertukaran/kontaminasi darah, dan secara
vertikal dari ibu ke anak. Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B bersama-sama atau
yang sering disebut “triple eliminasi” ini dilakukan untuk memastikan bahwa sekalipun ibu
terinfeksi HIV, Sifilis, dan/atau Hepatitis B sedapat mungkin tidak menular ke anaknya.
Pemerintah melalui KementerianKesehatan telah menerbitkan suatu pedoman untuk
mencapai Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak sebagai acuan
bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, tenaga kesehatan sesuai kompetensi dan
kewenangannya, masyarakat, dan pemangku kepentingan terkait.
Setiap petugas kesehatan yang terkait dengan layanan HIV AIDS dan IMS perlu memahami
tentang Triple eliminasi, serta pelaksanaan dalam tugasnya.

Pokok Bahasan 1. Kebijakan, Strategi, Target dan Sasaran

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan kebijakan Eliminasi penularan


HIV, Sifilis dan Hepatitis B (Triple Eliminasi), sebagai berikut:

1. Eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak dilaksanakan di
seluruh kabupaten/kota Indonesia dengan pendekatan standar pelayanan minimal
bidang kesehatan
2. Pelayanan Antenatal di setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus terpadu ‘triple’
Eliminasi
3. Penerapan Standar Prosedur Operasional Pelayanan Antenatal Terpadu untuk
Eliminasi sebagai MAKLUMAT PELAYANAN
4. Daerah menetapkan penugasan, pelimpahan wewenang dan task shifting
5. Ketersediaan sumber daya, sistem informasi dan logistik dalam sistem kesehatan
6. Layanan Komprehensif Berkesinambungan berkualitas bagi perempuan, bayi baru
lahir, anak dan keluarganya
7. Peran serta masyarakat, tidak terbatas pada swasta, LSM, warga peduli dan kelompok
dukungan

Lima Strategi program:

1
1. Meningkatkan akses dan kualitas layanan bagi ibu hamil,ibu menyusui dan bayi/anak
sesuai sandar.
2. Meningkatkan peran fasiltas pelayanan kesehatan dalam penatalaksanaan yang
diperlukan untuk Eliminasi Penularan.
3. Meningkatkan penyediaan sumber daya di bidang kesehatan
4. Meningkatkan jejaring kerja dan kemitraan, serta kerjasama lintaas program dan lintas
sektor.
5. Meningkatkan peran serta masyarakat

Tahapan pelaksanaan yang dituangkan dalam bentuk peta jalan (roadmap) eliminasi
penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak, meliputi:

1. Tahapan Akses terbuka: tahun 2018-2019


2. Tahapan Pra eliminasi: tahun 2020-2021
3. Tahapan Pelaksanaan eliminasi: tahun 2022
4. Tahapan Pemeliharaan: tahun 2023-2025

Kementerian Kesehatan juga telah menetapkan target sebagai berikut:

a. Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke
anaknya
b. Menurunkan hingga meniadakan masalah kesehatan terkait HIV, Sifilis dan Hepatitis
B;
c. Mendorong perilaku hidup bersih dan sehat bebas risiko kesehatan
d. Meningkatkan kualitas pengetahuan, kebiasaan dan praktik petugas pelaksana,
institusi, dan manajemen pelayanan kesehatan berorientasi pada standar prosedur
e. Menghilangkan dampak sosial ekonomi pada individu, keluarga dan masyarakat.

Sasaran yang diharapkan:

a. Setiap ibu hamil dan bayi yang dikandungnya terpenuhi hak kesehatannya, terlindungi
dan tidak seorangpun terlewatkan untuk menghentikan penularan dari ibu ke anak
b. Mengimplementasikan program eliminasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan,
pencatatan-pelaporan, diseminasi informasi, advokasi, pemantauan, evaluasi,
pembinaan dan pengawasan.
c. Menjadi tim teaching pelatihan di jenjang di provinsi masing-masing bersama tim
berikutnya.
d. Memperkuat berbagai subsistem kesehatan nasional dan daerah yang terintegrasi

Pokok Bahasan 2. Skrining Triple Eliminasi pada ibu hamil Terintegrasi dalam Layanan
KIA

Penularan penyakit (HIV, Sifilis dan Hepatitis B) ke bayi dapat dicegah dengan imunisasi,
skrining dan pengobatan infeksi tersebut pada ibu hamil. WHO menyarankan agar upaya

2
pencegahan tersebut dilakukan dengan pendekatan terkoordinasi untuk im[lementasi
terkoordinasi di fasilitas pelayanan kesehatan. Upaya pencegahan tersebut menggunakan
layanan terpadu utnuk ibu dan anak agar tercapai eliminasi. Upaya tersebut melibatkan
beberapa komponen layanan kesehatan, seperti: klinik antenatal,klnik PDP (perawatan,
dukungan dan pengobatan HIV) dan klinik anak.
Pelaksanaan triple eliminasi terintegrasi dalam layanan KIA, sebagaimana bagan berikut

Bagan 1. Integrasi dalam Layanan KIA

Setiap ibu hamil yang melakukan perawatan antenatal (ANC) harus mendapatkan paket
lengkap (10 T), meliputi:
T 1: Pengukuran Tingga Badan dan Berat Badan
T 2: Pengukuran Tekanan darah (Tensi)
T 3: Penilaian sTatus Gizi
T 4: Pemeriksaan Tinggi Fundus uteri
T 5: Tentukan Denyut Jantung Janin (DJJ)
T 6: Penilaian sTatus imunisasi
T 7: Pemberian Tablet Fe
T 8: Pelayanan Tes, meliputi:
 Tes kehamilan
 Tes golongan darah
 Tes Hemoglobin
 Tes Urine (Glukosa dan protein)
 Tes sifilis
 Tes HIV
 Tes Hepatitis B
 Tes malaria (pada daerah endemis)

3
 Tes sputum BTA (apabila ada indikasi)
T 9: Tatalaksana layanan
T 10: Berikan Temu wicara konseling

Pada Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak, deteksi dini penularan
infeksi hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan laboratorium sampel darah pada ibu hamil
dan deteksi dini pada bayi yang dilahirkan oleh ibu terinfeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B.

Pemeriksaan laboratorium sebagai deteksi dini Eliminasi Penularan dilakukan secara inklusif
bersama pemeriksaan rutin lainnya yang dilakukan pada ibu hamil sesuai dengan T8 pada
pelayanan antenatal terpadu lengkap. Pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil dan bayinya
merupakan misi negara sehingga ditetapkan sebagai standar bagi setiap ibu hamil di fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun masyarakat/swasta.

Deteksi dini HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dilaksanakan dengan tes cepat (rapid diagnostic test).
Untuk menjamin hasil pemeriksaan yang akurat, setiap hasil yang reaktif pada deteksi dini
wajib dirujuk kepada dokter di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) untuk penegakan
diagnosis.

Hasil yang diharapkan pada deteksi dini Eliminasi Penularan adalah hasil yang negatif
sehingga upaya lanjut yang dilakukan adalah mempertahankan ibu hamil tersebut tetap
negatif. Deteksi dini pada kehamilan ini dapat diulang pada ibu hamil dan pasangan
seksualnya minimal 3 bulan kemudian atau menjelang persalinan, atau apabila ditemukan
indikasi atau kecurigaan.

Dilakukan upaya tindak lanjut terhadap hasil setiap pemeriksaan.

Skrining Bayi Baru Lahir (BBL)

Berikan KIE (Komunikasi, Edukasi dan Informasi) kepada ibu dan keluarga, tentang:
- Perawatan Bayi Baru Lahir, pemberian ASI eksklusif, keadaan emergensi, pelayanan
kesehatan bayibaru lahir dan skrining pada bayi baru lahir
- Pada BBL perlu dilakukan skrining BBL, meliputi: skrining umum dan skrining hipotiroid
kongenital
- Pelayanan neonatal esensial pada BBL, meliputi:
 pelayanan neonatal pada waktu: 0-6 jam pertama

4
 pelayanan neonatal pada waktu: 6 jam-28 hari

Pokok Bahasan 3. Tatalaksana Hasil Skrining Positif

a. Apabila hasil HBsAg reaktif:

Tatalaksana pada ibu;

• Ibu hamil dirujuk ke FKRTL


• Pemeriksaan HBsAg 6 bulan kemudian
• Diberikan terapi Tenofovir/Telbivudin untuk ibu dengan HBeAg (+) dan atau HBV
DNA >2x106/mL
• Mulai diberikan pada minggu 28-36 (trimester 3) hingga 3 bulan pasca melahirkan.

Tatalaksana pada Bayi:

• Diberikan HBO dan HBIg pada saat kelahiran sampai bayi berusia <72 jam
• ASI tetap boleh diberikan
• Imunisasi lain sesuai jadwal dan evaluasi Hep B pada usia 9 bulan dst

b. Apabila hasil VDRL dan TPHA Reaktif:

Maka tatalaksana pada ibu:

• Lakukan pengecekan RPR Titer:


• Apabila hasil Titer ½ - ¼ : artinya sifilis laten
• Apabila hasil Titer > 1/8 : artinya sifilis dini
• Tatalaksana pada sifilis laten: diberikan Suntikan Penicilin Benzatin 1x2.4 juta unit IM,
3 minggu berturut-turut. Interval penyuntikan maksimal 14 hari
• Tatalaksana pada sifilis dini: diberikan Suntikan Penicilin Benzatin 1x2.4 juta unit IM,
dosis tunggal.
• Lakukan pemantauan dan evaluasi di bulan ke-3, 6, 12, 24

Tatalaksana pada Bayi, mengikuti alur berikut

Bagan 2. Alur Tatalaksana pada Bayi dengan Ibu Hasil VDRL dan TPHA Reaktif

5
c. Apabila hasil pemeriksaan HIV positif:

Tatalaksana pada Ibu, adalah:


1. Berikan informasi dan edukasi kepada ibu hamil dengan HIV mengenai:
 Rencana pemberian ARV pada Ibu dan manfaatnya jika patuh
meminumnya
- ARV diberikan sesegera mungkin jika tidak ada kontra indikasi klinis
- Dengan meminumnya minimal selama enam (6) bulan diharapkan
Viral Load (VL) dapat < 1000 copy/ undetectable
- Hasil VL <1000 maka ibu hamil dapat bersalin secara normal per
vaginam kecuali ada indikasi obstetric lain untuk Sectio Caesaria
dan kemungkinan penularan kepada bayi diharapkan menurun.
- Pilihan menyusui untuk bayinya, Air Susu Ibu (ASI) atau Pengganti
Air Susu Ibu (PASI). Ibu HIV dapat memberikan PASI pada bayinya
dengan syarat: Acceptable Feasible Affordable Sustainable Safe
(AFASS). Artinya, selama pemberian PASI dapat diterima oleh
lingkungannya, ibu atau keluarga mempunyai cukup waktu,
pengetahuan atau ketrampilan untuk menyediakan PASI, terjangkau
atau mampu untuk menyediakan PASI, distribusi PASI berkelanjutan
dan terakhir harus higienis.

6
 Pilihan persalinan antara lahir per vaginam atau Sectio Caesaria (SC)
 Pilihan menyusui untuk bayinya, ASI atau PASI
 Rencana tatalaksana pada bayi dan konsul ke FKRTL
2. Jangan tunda pemberian ARV dan terapi IO serta profilaksis sesuai dengan
pedoman nasional.(Modul Inti Tata laksana HIV)
3. Lakukan pencegahan penularan
4. Notifikasi pasangan
5. Pemantauan dan evaluasi secara rutin dan berkesinambungan

Tatalaksana pada bayi: (Modul Inti HIV pada anak)


1. Konsultasikan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan ke FKRTL
2. Lakukan perawatan neonatus sesuai SoP pada umumnya
3. Berikan ARV profilaksis segera setelah lahir sampai dengan usia enam (6) minggu.
4. Saat usia enam- delapan minggu segera dilakukan pemeriksaan Early Infant
Diagnosis (PCR DNA- kualitatif)
5. Dilanjutkan dengan pemberian kotrimoksasol profilaksis sampai dengan
“tersingkirkan” diagnosis HIV-nya.
6. Apabila hasil EID positif maka dilakukan konfirmasi (sesuai dengan bagan alur
diagnosis HIV pada bayi- anak)
7. Jika hasil negative maka profilaksis kotrimoksasol dapat dihentikan, BCG dapat
diberikan dan tidak perlu mendapatkan ARV. Sebaliknya jika hasilnya positif, maka
profilaksis kotrimoksasol dilanjutkan, diberikan ARV terapi dan BCG tidak diberikan
sementara imunisasi lain tetap diberikan sesuai jadwal. Untuk polio diberikan yang
IVP
8. Dilakukan konfirmasi dengan tes antibody pada saat usia delapan belas (18) bulan
bagi bayi yang hasil EID nya posititf.
9. Untuk selanjutnya dilakukan pemantauan dan evaluasi secara rutin dan
berkelanjutan

3. PENCATATAN TRIPLE ELIMINASI (KTHIV- IMS- HEPATITIS), kohort ibu dan bayi

Referensi:
- Permenkes no 52 tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B
dari Ibu ke Anak
- Permenkes 87 tahun 2014 tentang PedomanPengobatan ARV
- Pedoman Nasional IMS (draft) tahun 2019
- Permenkes ….. hepatitis

7
8

Anda mungkin juga menyukai