Anda di halaman 1dari 37

Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Pelatihan Mid Level Managers (MLM)

Modul 10 Mikroplaning

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SIMKAR KESMA
Kementerian Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

I. DESKRIPSI SINGKAT

Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan


program imunisasi di tingkat kabupaten/kota dan puskesmas. Dengan
perencanaan yang baik, kegiatan pelayanan imunisasi diharapkan dapat
berjalan dengan baik pula. Dalam kegiatan perencanaan pengelolaan
program imunisasi di tingkat kabupaten dan puskesmas terdapat beberapa
unsur yang harus diperhatikan yaitu, analisis situasi, alternatif pemecahan
masalah, dan alokasi sumber daya (tenaga, dana, sarana dan waktu)
secara efisien.

Mikroplanning adalah proses penyusunan Perencanaan di masing-masing


jenjang administrasi secara terus menerus mulai dari analisis situasi,
identifikasi masalah, penetapan tujuan, penentuan strategi, identifikasi
sumber daya dan penyusunan dokumen perencanaan.

Pada dasarnya perhitungan kebutuhan untuk pelayanan imunisasi harus


berasal dari unit puskesmas (bottom up) dengan dasar besaran jumlah
sasaran tiap jenis pelayanan imunisasi untuk menghindari terjadi kelebihan,
kekurangan atau tidak sesuai dengan situasi riil di wilayah kerja.

Perencanaan dalam program imunisasi didefinisikan sebagai proses yang


terus-menerus dari analisis data, identifikasi masalah, menetapkan tujuan,
menyusun pemenuhan sumber daya, dan kegiatan pelaksanaan dalam
rangka untuk mencapai tujuan.

Perencanaan yang baik akan membantu pengelola program untuk


pemahaman yang lebih baik terhadap program, dan sebagai acuan bagi
semua yang terlibat dalam pelaksanaan.

Suatu rencana program imunisasi harus dapat menjawab pertanyaan-


pertanyaan berikut :
a. Bagaimana situasi saat ini dan permasalahan yang dihadapi saat
ini baik di tingkat desa/kelurahan, Kabupaten/Kota, provinsi dan
nasional?
b. Apakah tujuan dari program imunisasi? Tujuan untuk jangka
pendek (1 tahun) dan jangka menengah (35 tahun) ke depan?
c. Apa saja kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan dan bagaiman
dapat dipenuhi?
d. Siapa yang akan terlibat, bagaimana peran masing-masing sektor
dan bagaimana koordinasi dapat dilaksanakan, serta kapan?.
e. Bagaimana kegiatan program imunisasi dimonitor dan dievaluasi?

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SIMKAR KESMA
Kementerian Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Proses perencanaan merupakan siklus yang terus menerus dan


memerlukan berbagai sumber data/informasi dan melibatkan berbagai pihak
yang terkait. Untuk itu perlu dikoordinasikan dengan baik berbagai unsur
terkait. Pemahaman proses perencanaan akan meningkatkan efisiensi,
efektifitas dalam pelaksanaan. sumber daya dan waktu dalam pencapaian
tujuan.

Tantangan yang paling besar pada saat ini adalah bagaimana untuk:
a. Meningkatkan cakupan imunisasi di daerah sulit
b. Menjamin kesinambungan pelayanan imunisasi setelah sumber dana
c. Bantuan habis
d. Menjaga kualitas pelayanan imunisasi
e. Mengurangi kehilangan kesempatan (missed opportunities)
f. Mengatasi masalah sehubungan dengan pengenalan vaksin-vaksin
baru

Proses penyusunan rencana memerlukan kerja sama anggota tim yang


terlibat. Pastikan bahwa semua anggota tim mempunyai pemahaman yang
sama terhadap program imunisasi, masalah yang dihadapi dan visi yang
sama ke depan serta mempunyai motivasi untuk melaksanakan tugas yang
diberikan.

Mikroplaning dibagi menjadi 2 yaitu : Mikroplaning Puskesmas dan


Mikroplaning Kabupaten/Kota

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Pada akhir sesi peserta diharapkan memahami proses penyusunan


dan mampu membuat perencanaan program imunisasi di tingkat
puskesmas dan Kabupaten/Kota.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Pada akhir sesi peserta diharapkan mampu memahami:

1. Mikroplaning tingkat Puskesmas 10 Tahapan yang meliputi:


a. Analisis Data Kuantitatif
b. Penyiapan peta wilayah
c. Menyusun rencana khusus untuk wilayah sulit atau
bermasalah
d. Membuat rencana kegiatan pelayanan
e. Pemecahan masalah dengan menggunakan strategy GAIN
(Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional) UCI
f. Menyusun rencana kerja untuk tiga bulanan
Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota
Direktorat SIMKAR KESMA
Kementerian Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

g. Memanfaatkan PWS
h. Melibatkan masyarakat dan mencari sasaran
i. Mengelola logistik
j. Membuat laporan bulanan
2. Mikroplaning tingkat Kabupaten/Kota 6 Tahapan yang meliputi:
a. Analisis data tingkat Kabupaten/Kota
b. Pemetaan wilayah
c. Menyusun rencana kerja tiga bulanan Kabupaten/Kota
d. Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya
e. Menyusun rencana monitoring dan evaluasi
f. Rencana tindak lanjut

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. Mikroplaning Tingkat Puskesmas
1. Prinsip utama, konsep dasar dan pengorganisasian perencanaan
program imunisasi
2. Sepuluh langkah mikroplaning tingkat Puskesmas :
a. Analisis Data Kuantitatif
b. Penyiapan peta wilayah
c. Menyusun rencana khusus untuk wilayah sulit atau bermasalah
d. Membuat rencana kegiatan pelayanan
e. Pemecahan masalah dengan menggunakan strategy GAIN UCI
f. Menyusun rencana kerja untuk tiga bulanan
g. Memanfaatkan PWS
h. Melibatkan masyarakat dan mencari sasaran
i. Mengatur logistik
j. Membuat laporan bulanan

B. Mikroplaning Tingkat Kabupaten/Kota

1. Analisis data tingkat Kabupaten/Kota


2. Pemetaan wilayah
3. Menyusun rencana kerja tiga bulanan Kabupaten/Kota
4. Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya
5. Menyusun rencana monitoring dan evaluasi
6. Rencana tindak lanjut

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SIMKAR KESMA
Kementerian Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

IV. BAHAN BELAJAR

1. WHO. 2003. Module 4 - Planning Immunisation Activities, Mid-Level


Management Course for EPI Managers. WHO-Regional Office for Africa.
2. WHO. 2003. Module 1, Problem-Solving Approach To Immunization
Services Management, Mid-Level Management Course for EPI
Managers. WHO-Regional Office for Africa.
3. Indonesia 2005, Modul Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran
kesehatan Terpadu (P2KT), Biro Perencanaan Depkes RI/Proyek DHS-1
dan Pusat Kajian Ekonomi & Kebijakan Kesehatan, FKMUI, Jakarta
2005

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SIMKAR KESMA
Kementerian Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

V. URAIAN POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan : Mikroplaning Tingkat Puskesmas


Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan memiliki
peran penting dalam keberhasilan suatu program kesehatan termasuk
program imunisasi. Oleh karena itu, perencanaan yang baik sangat
dibutuhkan demi kelangsungan program. Penyusunan Mikroplaning di
tingkat puskesmas terdiri dari sepuluh tahapan yang dapat dilihat
pada bagan di bawah ini.

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SIMKAR KESMA
Kementerian Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Monitoring &


Kegiatan (P1) (P2) Evaluasi (P3)

Tahapan 1 :
Analisis Data Kuantitatif

Tahapan 2 :
Penyiapan peta wilayah

Tahapan 3 :
Menyusun rencana khusus untuk
wilayah sulit atau bermasalah

Tahapan 4:
Membuat rencana keg. pelayanan

Tahapan 5 :
Pemecahan masalah strategi GAIN UCI

Tahapan 6
Menyusun rencana kerja tiga bulanan

Tahapan 7
Memanfaatkan PWS

Tahapan 8
Melibatkan masyarakat dan mencari
sasaran

Tahapan 9
Mengelola logistik

Tahapan 10
Membuat laporan bulanan

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SIMKAR KESMA
Kementerian Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

1. Sepuluh Tahapan Mikroplaning Tingkat Puskesmas

a. Analisis Data Kuantitatif


Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara mengkaji
data/informasi imunisasi yang terkumpul melalui pencatatan
pelaporan imunisasi maupun data/informasi lain yang terkait.
Hasil analisis data kuantitatif imunisasi antara lain menghasilkan
informasi tentang:
1. Cakupan imunisasi di masing-masing wilayah atau desa.
2. Angka drop out (DO)
3. Sasaran yang tidak terimunisasi
4. Angka kejadian KIPI
5. Kejadian KLB
6. Cakupan Desa UCI
7. Analisis indikator akses dan pemanfaatan
8. Kategori masalah
9. Prioritas wilayah

Indikator akses dinilai baik apabila cakupan BCG atau DPT-


HB1 sekurang-kurangnya 80% dan dinilai tidak baik apabila
cakupannya kurang dari 80%, sedangkan indikator pemanfaatan
dinilai baik apabila angka Drop Out (cakupan DPT-HB1
dikurangi dengan cakupan Campak) kurang atau sama dengan
10% dan dinilai tidak baik apabila angkanya lebih dari 10%.

Dari hasil analisis kuantitatif akan diketahui kategori masalah


cakupan imunisasi. Kategori masalah dinilai berdasarkan tingkat
masalah masing-masing wilayah atau desa yang dibagi menjadi
kategori 1, 2, 3 atau 4. Penentuan kategori masalah dapat dilihat
pada table 2.

Setelah cakupan, analisis indikator akses dan pemanfaatan serta


kategori masalah telah dikerjakan, maka dapat ditentukan angka
prioritas masing-masing wilayah. Angka prioritas ini diperoleh
dengan merangking tiap wilayah berdasarkan jumlah sasaran
yang tidak terimunisasi DPT-HB3 dan campak. Desa dengan
jumlah sasaran yang tidak terimunisasi paling banyak menempati
peringkat 1 dan seterusnya.

Analisis data kuantitatif dapat dilakukan dengan mengisi tabel 1


di bawah ini.

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SIMKAR KESMA
Kementerian Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Tabel 2 Analisis Masalah Akses dan Pemanfaatan

CAKUPAN DPT-HB1 (AKSES)

CAKUPAN DPT-HB1 TINGGI ( 80%) CAKUPAN DPT-HB1 RENDAH (< 80%)

ANGKA DROP OUT (PEMANFAATAN)

DROP OUT <10% DROP OUT >10% DROP OUT <10% DROP OUT >10%

KATEGORI MASALAH

DROP OUT RENDAH=PEMANFAATAN BAIK DROP OUT TINGGI=PEMANFAATAN BURUK DROP OUT RENDAH=PEMANFAATAN BAIK DROP OUT TINGGI=PEMANFAATAN BURUK
CAKUPAN TINGGI=AKSES BAIK CAKUPAN TINGGI=AKSES BAIK CAKUPAN RENDAH=AKSES BURUK CAKUPAN RENDAH=AKSES BURUK
KATEGORI 1 (TIDAK MASALAH) KATEGORI 2 (MASALAH) KATEGORI 3 (MASALAH) KATEGORI 4 (MASALAH

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

b. Penyiapan peta wilayah


Buatlah gambar peta dari wilayah kerja puskesmas. Peta
dapat dibuat dengan tulisan tangan, tidak harus
menggunakan komputer. Melalui pemetaan, kita dalam
melihat situasi wilayah
kerja yg akan berguna dalam penentuan strategi untuk
menjangkau wilayah tersebut.
Peta wilayah yang dibuat harus memuat informasi
diantaranya:
- Semua desa yang ada di wilayah kerja
- Total populasi dan sasaran tiap desa
- Desa mana yang sulit dijangkau
- Kondisi geografis tiap desa
- Jarak tiap desa ke pelayanan kesehatan
- Transportasi dan waktu yang dibutuhkan untuk
menjangkau
desa dari pelayanan kesehatan
- Adanya populasi nomaden dan bagaimana perpindahan
Mereka
- Identifikasi desa yang memiliki keterjangkauan
berdasarkan musim

Pemetaan wilayah juga digunakan dalam menentukan jenis


pelayanan yang sesuai untuk masing-masing desa. Jenis
pelayanan yang dimaksud diantaranya:
- Pelayanan dalam gedung (fixed session), untuk desa
yang memiliki akses mudah ke fasilitas kesehatan
- Pelayanan luar gedung (outreach session), untuk desa
yang tidak terlalu jauh dari fasilitas kesehatan, dapat
dikunjungi oleh petugas dalam waktu sehari
- Pelayanan desa sulit (mobile teams), untuk desa yang
sulit dijangkau, tidak memungkinkan untuk dikunjungi
dalam waktu sehari, sehingga perlu menginap

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

c. Menyusun Rencana Khusus Untuk Wilayah Sulit Atau


Bermasalah

Pada tahap ketiga ini dilakukan analisis Tabel 1 yang akan


membantu dalam memutuskan apakah ada desa-desa yang
sulit dijangkau dan masalah-masalah lainnya yang
membutuhkan beberapa strategi khusus. Tabel 3 dapat
Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota
Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

digunakan dalam membantu dalam penentuan apa saja


strategi khusus yang diperlukan untuk menjangkau desa-desa
tersebut. Untuk membantu proses analisis, masing-masing
wilayah dapat diklasifikasikan sebagai 'sulit dijangkau' dan
'bermasalah.'

Kriteria wilayah yang sulit dijangkau yaitu:


- Wilayah pedesaan dimana kontak terhadap pelayanan
imunisasi rutin rendah, hal ini dapat terjadi karena
penduduk tinggal sangat jauh dari pelayanan kesehatan
atau populasi nomaden yang sering berpindah-pindah
tempat.
- Wilayah perkotaan dimana penduduk tidak kontak dengan
pelayanan kesehatan dengan berbagai alasan meskipun
jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan tidak
jauh. Kelompok penduduk seperti ini meliputi penduduk
yang tinggal di kawasan kumuh dan pemukiman liar.
- Wilayah dimana penduduknya tidak dapat mengakses
pelayanan kesehatan karena faktor sosial, budaya,
ekonomi maupun politik.

Kriteria wilayah yang bermasalah dapat diperoleh dari hasil


analisis kuantitatif pada tabel 1 kolom o.

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

d. Membuat Rencana Kegiatan Pelayanan

Setiap kegiatan yang akan dilakukan harus memanfaatkan


waktu seefisien mungkin dengan memanfaatkan sumber
daya lokal terutama untuk wilayah-wilayah yang sulit. Hal-hal
yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan kegiatan
antara lain sebagai berikut:
- Jumlah petugas kesehatan dan staf lain yang tersedia
- Waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau wilayah yang
sulit
- Menghindari kegiatan yang terlalu kecil atau terlalu besar
- Tentukan frekuensi kegiatan dengan tepat agar
penggunaan sumber daya pun optimal

Tahapan dalam membuat rencana kegiatan yaitu:


- Membuat daftar nama desa, jumlah penduduk dan jumlah
sasaran di masing-masing desa tersebut

- Menentukan beban kerja berdasarkan jumlah pelayanan


yang dilakukan dalam setahun. Cara menentukannya
adalah dengan menghitung jumlah pelayanan yang
dibutuhkan untuk imunisasi lengkap. Misalnya, pada bayi,
penyuntikan dilakukan 6 kali sampai bayi tersebut
terimunisasi lengkap yaitu untuk imunisasi HB0, BCG 1x,
DPT-HB 3x dan campak 1 x, selain itu ditambahkan pula 4
kali penetesan imunisasi polio. Jumlah pelayanan untuk
seorang bayi yang terimunisasi lengkap ini kemudian
dikalikan jumlah sasaran bayi di wilayah desa tersebut.

- Menentukan beban kerja berdasarkan jumlah pelayanan


yang dilakukan dalam sebulan. Cara menghitungnya
adalah jumlah pelayanan selama setahun dibagi dengan
12 bulan.

- Menghitung rencana jumlah kegiatan baik di desa yang


dekat dengan fasilitas kesehatan maupun desa sulit
yang jauh dari fasilitas kesehatan

- Membuat pertimbangan realistis mengenai berapa jumlah


kegiatan yang akan dilakukan per bulannya dengan
berdasarkan pada jumlah petugas kesehatan yang ada,

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

jumlah kader dan jarak yang harus ditempuh ke wilayah


atau desa-desa yang sulit

- Integrasi dengan program kesehatan lainnya ke dalam


pelayanan imunisasi, misalnya pemberian obat cacing,
malaria atau pemberian vitamin A.

- Identifikasi desa-desa yang sangat sulit dijangkau

Tabel 4 di bawah ini merupakan contoh dari pembuatan rencana


kegiatan pelayanan.

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

e. Pemecahan Masalah Dengan Menggunakan Strategy GAIN


(Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional) UCI

Pada tahap kelima ini dilakukan analisis masalah secara kualitatif


beserta solusi atau pemecahannya yang akan berdampak pada
seluruh atau sebagian dari wilayah kerja masing-masing
puskesmas. Dengan menggunakan strategi GAIN UCI kita dapat
menganalisis masalah dan sekaligus mencari pemecahannya.
Ada Empat komponen dari strategi GAIN UCI yaitu:
- Monitoring dan Pemanfaatkan data PWS untuk menganalisis
masalah dan solusi dilapangan
- Perencanaan dan pengelolaan sumber daya
- Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan layanan
- Pengaktifan kembali pelayanan untuk wilayah yang sulit

Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis pemecahan


masalah seperti pada tabel 5 yaitu:
- Tuliskan masalah-masalah yang dapat menghambat ke
empat
komponen GAIN UCI
- Tuliskan apa saja kegiatan yang dapat menyelesaikan
masalah
masalah tersebut. Pertama, kegiatan yang dapat dilakukan di
puskesmas dengan sumber daya terbatas dan yang kedua
adalah kegiatan-kegiatan yang membutuhkan sumber daya dan
pendampingan dari kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi.
- Apabila kegiatan yang direncanakan spesifik untuk wilayah
tertentu, tuliskan nama wilayah atau desa tersebut, tuliskan juga
apabila kegiatan tersebut tidak spesifik satu wilayah saja tetapi
menyangkut seluruh wilayah kerja.
- Tuliskan nama penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
untuk setiap kegiatan

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Tabel 5 : Identifikasi dan Pemecahan masalah strategi GAIN UCI

Komponen GAIN UCI Masalah Kegiatan pemecahan masalah Waktu dan Penanggung
SD yang terbatas Membutuhkan tempat jawab
bantuan Kab/Kota
Monitoring dan
Pemanfaatkan data
PWS untuk
menganalisis masalah
dan solusi dilapangan

Perencanaan dan
pengelolaan sumber
daya

Peran serta masyarakat


dalam penyelenggaraan
layanan

Pengaktifan kembali
pelayanan untuk
wilayah yang sulit

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

f. Menyusun rencana kerja untuk tiga bulanan


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rencana
kerja:
- Membuat jadwal kegiatan meliputi kegiatan pelayanan dalam
gedung dan kegiatan pelayanan di wilayah sulit. Pelayanan
dalam gedung dapat dijadwalkan pada hari yang sama setiap
minggunya, sedangkan pelayanan luar gedung atau di wilayah
sulit dapat dilaksanakan setiap bulan pada hari atau tanggal
yang sama untuk memudahkan dalam mengingatnya.
- Identifikasi kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh kabupaten.
- Masukkan pula kegiatan lain dari tahapan 3 dan 5.

Tabel 6 merupakan contoh rencana kerja untuk bulan Januari


sampai dengan Maret. Langkah-langkah dalam membuat rencana
kerja adalah sebagai berikut.
- Tuliskan seluruh nama desa yang menjadi wilayah kerja
puskesmas
- Tuliskan jumlah pelayanan dan jenis pelayanannya
- Pada masing-masing bulan dituliskan keterangan mengenai
tanggal direncanakannya kegiatan, tanggal riil pelaksanaan
kegiatan, jenis transportasi yang dibutuhkan, petugas yang
bertanggung jawab terhadap rencana kegiatan, dan apakah
dibutuhkan bantuan dari Kabupaten/kota atau tidak.
- Di bawah masing-masing bulan dituliskan kegiatan tambahan
dan kegiatan rutin lainnya
- Monitoring dan pelaksanaan pelayanan. Di bawah masing-
masing bulan dicantumkan jumlah kegiatan pelayanan yang
direncanakan dan yang terlaksana. Jika ada kegiatan yang tidak
terlaksana dijelaskan alasannya.

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Tabel 6 : Rencana Tiga Bulanan Puskesmas

Nama Desa Jumlah pelayanan Januari Februari Maret


bulan
Tgl dijadualkan, Tgl dijadualkan, Tgl dijadualkan,
tgl dilaksanakan, tgl dilaksanakan, tgl dilaksanakan,
Penanggung jawab, Penanggung jawab, Penanggung jawab,
bantuan kab/kota (y/t) bantuan kab/kota (y/t) bantuan kab/kota (y/t)
Tgl dijadualkan, Tgl dijadualkan, Tgl dijadualkan,
tgl dilaksanakan, tgl dilaksanakan, tgl dilaksanakan,
Penanggung jawab, Penanggung jawab, Penanggung jawab,
bantuan kab/kota (y/t) bantuan kab/kota (y/t) bantuan kab/kota (y/t)
Tgl dijadualkan, Tgl dijadualkan, Tgl dijadualkan,
tgl dilaksanakan, tgl dilaksanakan, tgl dilaksanakan,
Penanggung jawab, Penanggung jawab, Penanggung jawab,
bantuan kab/kota (y/t) bantuan kab/kota (y/t) bantuan kab/kota (y/t)
Kegiatan untuk daerah sulit dan bermasalah Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Penanggung jawab Penanggung jawab Penanggung jawab
Kegiatan rutin Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Penanggung jawab Penanggung jawab Penanggung jawab
Monitoring pelaksanaan pelayanan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Penanggung jawab Penanggung jawab Penanggung jawab

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

g. Memanfaatkan PWS

PWS adalah alat manajemen sederhana yang dipergunakan


untuk memantau program imunisasi secara rutin. Pemantauan
pada hakekatnya harus menghasilkan identifikasi masalah dan
keputusan untuk menindak lanjutinya. Pemantauan dilakukan
untuk aspek teknis oleh jajaran kesehatan dan untuk aspek-aspek
non teknis oleh para pimpinan wilayah.

Tujuan PWS adalah memanfaatkan data yang paling minimal


dengan mengembangkan indikator yang cukup sensitif bagi
pemantauan penyelenggaraan program imunisasi. Dengan
prinsip-prinsip kesederhanaan dan berorientasi pada tindakan
(action ), PWS diarahkan untuk mengetahui secara cepat wilayah
mana yang maju dan mana yang belum, serta tindakan apa yang
diperlukan untuk memperbaikinya.

Prinsip PWS :
- Manfaatkan data yang ada : dari cakupan/laporan cakupan
imunisasi
- Menggunakan indikator yang sederhana : untuk masing-masing
antigen antara lain :
DPT-HB1 atau BCG : untuk mengukur jangkauan program /
pemerataan pelayanan / aksesibilitas pelayanan
(kemampuan dalam menggerakkan sasaran).
Campak : untuk mengukur tingkat perlindungan / efektifitas
manajemen program
Polio 4 : untuk mengukur tingkat perlindungan / efektifitas
manajemen program
Drop out (DO) DPT-HB1 Campak : untuk mengukur
efisiensi manajemen program (melihat besarnya masalah
manajemen program)

- Dimanfaatkan untuk mengambil keputusan setempat dan


melakukan tindakan (action). PWS diarahkan untuk diketahui
wilayah mana yang sudah maju dan mana yang belum serta
tindakan apa yang diperlukan untuk memperbaikinya.

- Teratur dan tepat waktu : setiap bulan


Teratur untuk menghindari hilangnya informasi penting. Tepat
waktu, agar tidak terlambat dalam mengambil keputusan

- Membuat grafik yang jelas dan menarik untuk masing-masing


indikator diatas agar memudahkan dalam menganalisis.

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Untuk membuat PWS diperlukan langkah-langkah sebagai berikut

1. Pengumpulan Data

Untuk membuat PWS perlu tersedia data-data cakupan


imunisasi dari tiap desa. Data cakupan dikumpulkan/diolah dari
buku pencatatan imunisasi (kohort bayi/kohort ibu) dan
rekapitulasi di Puskesmas. Memasukkan ke dalam format
pengolahan data PWS tiap desa / kelurahan dapat dilakukan
dengan komputer maupun manual.

Di bawah ini adalah format PWS yang diisi secara


komputerisasi.

2. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul dalam format yang


telah ditentukan, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data.
Untuk mengetahui perkembangan cakupan imunisasi tiap desa,
pengolahan data sebaiknya dilakukan untuk semua pelayanan
imunisasi.
Data cakupan imunisasi per antigen diolah menjadi bentuk
grafik seperti contoh di bawah ini.

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Dari grafik yang telah dibuat kemudian dilakukan analisis


pencapaian cakupan imunisasi terhadap target yang telah
ditetapkan setiap bulannya. Penentuan target per bulan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Target 1 Tahun 1 Bulan


DPT -HB1 95 % 95 % : 12 = 7.9 %
Polio 4 90 % 90 % : 12 = 7.5 %
Campak 80 % 80 % : 12 = 6,7 %
HB < 7 hari 75 % 75 % : 12 = 6,25 %

Dalam rangka mencapai dan mempertahankan UCI desa,


analisis PWS harus diikuti dengan tindak lanjut. Dari grafik PWS
perdesa akan terlihat dan dapat dianalisis cakupan dan
kecenderungan dari masing-masing jenis imunisasi.

Dengan menganalisis cakupan dan kecenderungan setiap


bulan, maka dapat segera diketahui kekurangan cakupan dan
beban yang harus dicapai setiap bulan pada periode triwulan
berikutnya. Apabila keadaan ini tidak segera diatasi (misalnya
dengan melakukan sweeping) maka beban tersebut akan terus
menumpuk dan mungkin akan sulit dicapai desa tersebut pada
akhir tahun, sehingga DO (drop-out) akan menjadi tinggi. Selain
itu juga untuk cakupan tinggi yang melebihi 100%, dapat
diketahui agar kemudian dilakukan validasi data sasaran.
Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota
Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Di bawah ini adalah contoh bagaimana menganalisis cakupan


imunisasi dan kecenderungannya.
Misal : Desa A, target cakupan imunisasi campak dalam satu
tahun : 80 %. Maka target bulanan : 80/12 = 6,7 %, dan target
triwulan : 6,7 X 3 = 20,1 %

Bulan Target Pencapaian Kekurangan Uraian


Bulanan cakupan cakupan
(%) desa A desa A
(%) (%)
Januari 6,7 1,7 5,0 Beban untuk triwulan
Februari 6,7 2,1 4,6 II :
Maret 6,7 2,0 4,7 Target triwulan II +
Total 20,1 5,8 14,3 kekurangan cakupan
Triwulan I triwulan I = 20,1 +
14,3 = 34,4%. Beban
tiap bulan utk triwulan
II : 34,4/3 = 11,5%
April 11,5 2,0 9,5 Beban triwulan III :
Mei 11,5 1,9 9,6 20,1 + 28,5 = 48,6 %.
Juni 11,5 2,1 9,4 Beban tiap bulan untuk
Total 34,5 6 28,5 triwulan III : 48,6/3 =
Triwulan II 16,2 %
Juli 16,2 2,3 13,9 Beban triwulan IV :
Agustus 16,2 3,4 12,8 20,1 + 39,7 = 59,8 %.
September 16,2 3,2 13,0 Beban tiap bulan untuk
Total 48,6 8,9 39,7 triwulan IV : 59,8/3 =
Triwulan III 19,9 %
Oktober 19,9
November 19,9
Desember 19,9
Total
Triwulan IV

Pada tabel diatas, tampak bahwa bila dilakukan analisis dan


pemantauan cakupan imunisasi setiap bulan yang diikuti
dengan tindak lanjut berupa sweeping, maka beban target
bulanan tidak akan terus bertambah dan target cakupan
tahunan akan dapat dicapai. Bila tidak dilakukan sweeping
maka beban target bulanan akan terus bertambah dan target
cakupan tahunan tidak akan tercapai.

Analisis indikator drop-out (DO) dilakukan untuk menilai


kemampuan puskesmas dalam memberikan perlindungan
Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota
Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

imunisasi lengkap pada semua sasaran yang pernah datang.


Bila drop out tinggi (> 10 %) berarti terdapat masalah dalam
efisiensi manajemen program, sehingga perlu dicari penyebab
masalahannya dan segera ditanggulangi. Permasalahan dalam
pencapaian target cakupan bulanan, target kumulatif bulanan,
dan trend cakupan perlu dianalisis dengan mempertimbangkan
aspek-aspek teknis dan non teknis yang mempengaruhinya,
kemudian direncanakan tindak lanjut. Agar efektif dalam
melakukan tindak lanjut perlu melibatkan lintas program dan
atau lintas sektor.

h. Melibatkan Masyarakat Dan Mencari Sasaran

Faktor akses dan pemanfaatan pelayanan sangat bergantung


pada hubungan dengan penduduk lokal. Pada langkah ke
delapan ini, kita berupaya memastikan bahwa penduduk lokal
terlibat dalam penyelenggaraan pelayanan, bagaimana mereka
menggunakan fasilitas pelayanan dan bagaimana melibatkan
mereka dalam rangka follow up sasaran yang belum
terimunisasi lengkap. Berikut ini beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dalam rangka membangun hubungan dengan
masyarakat:
a) Pertemuan dengan pemimpin masyarakat/penduduk lokal
untuk memberikan informasi-informasi terkait mengenai
jadwal dan tempat pelayanan imunisasi
b) Mengumpulkan umpan balik/feedback dari masyarakat
terkait kualitas pelayanan
c) Gunakan sstem yang ada untuk mencari sasaran yang
belum terimunisasi
Pada akhir bulan, petugas melakukan identifikasi sasaran yang
belum terimunisasi. Identifikasi per bulan ini dapat memudahkan
langkah tindak lanjut, petugas dapat segera menghubungi orang
tua bayi atau meminta bantuan masyarakat setempat. Cara lain
yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan kartu
imunisasi.

i. Mengelola logistik

Pengelolaan logistik dapat menggunakan kartu stok atau hanya


buku pencatatan stok biasa. Seluruh vaksin dan peralatan safe
injection harus tercatat di dalamnya. Petugas harus selalu
memeriksa VVM vaksin dan tanggal kadaluwarsanya.

Metode 1: menggunakan buku pencatatan stok


Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota
Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

a) Bagilah buku menjadi beberapa bagian untuk masing-


masing jenis vaksin
b) Siapkan tabel-tabel untuk pencatatan masing-masing vaksin
c) Pencatatan tiap vaksin yang diterima dan didistribusikan
meliputi nomor batch, tanggal kadaluwarsa, status VVM,
jumlah, dan sebagainya.
d) Stok yang ada dihitung dan dicatat. Pencatatan ini harus
diperiksa dan diverifikasi secara periodik

Metode 2: menggunakan kartu stok


a) Ambil sebuah kotak. Bagilah kotak tersebut menjadi
beberapa bagian sehingga dapat memuat kartu stok
masing-masing vaksin.
b) Siapkan kartu untuk masing-masing vaksin. Dibuat pula
kartu tersendiri yang digunakan untuk menuliskan
keterangan lengkap vaksin, ADS atau pelarut dan
keterangan lainnya.
c) Di masing-masing bagian kotak yang memuat kartu dari tiap
jenis vaksin, diberikan semacam pemisah yang bertuliskan
keterangan nama vaksin.

j. Membuat laporan bulanan

Setiap puskesmas harus memberikan laporan setiap bulannya


pada kabupaten/kota. Laporan bulanan harus dapat digunakan
baik oleh puskesmas maupun kabupaten/kota. Ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk membuat laporan bulanan
lebih efektif yaitu :
a) Melengkapi laporan bulanan meliputi data cakupan,
surveilans penyakit, stok logistik, dan informasi lain yang
bersifat rutin.
b) Kunjungan supervisi : tuliskan tanggal supervisi sebelumnya
c) Mencatat kegiatan yang sudah dilaksanakan
d) Mencatat pemecahan masalah yang sudah dilakukan

Laporan bulanan puskesmas dikirimkan ke Kabupaten/kota


paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya setiap bulan.

.B. Pokok Bahasan : Mikroplaning Tingkat Kabupaten/Kota

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Monitoring &


Kegiatan (P1) (P2) Evaluasi (P3)

Tahapan 1 :
Analisis Data Kabupaten/kota

Tahapan 2 :
Pemetaan wilayah

Tahapan 3 :
Menyusun rencana kerja tiga bulanan

Tahapan 4:
Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya

Tahapan 5 :
Menyusun rencana monitoring dan
evaluasi

Tahapan 6
Rencana tindak lanjut

1. Analisis data tingkat Kabupaten/Kota


Sama seperti analisis data di tingkat puskesmas, petugas
kabupaten pun harus melakukan analisis data setahun yang
dikirimkan oleh masing-masing puskesmas. Metode yang
dikerjakan sama seperti di puskesmas.

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

2. Pemetaan wilayah
Pemetaan wilayah tingkat kabupaten/kota hampir sama dengan
pemetaan di tingkat puskesmas. Petugas kabupaten perlu
menyiapkan peta yang meliputi :
1. wilayah kerja kabupaten,
2. masing-masing puskesmas,
3. jalan,
4. desa, dan
5. kondisi geografis lainnya.

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

3. Menyusun Rencana Kegiatan Tiga Bulanan Kabupaten/Kota

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Rencana kegiatan yang telah disusun harus dikembangkan


menjadi rencana kerja atau Plan of Action (POA). POA
disiapkan oleh pengelola program dan terdiri atas : jenis
kegiatan, waktu atau periode (kapan mulai dan kapan berakhir),
sumber daya yang diperlukan serta penanggungjawab masing-
masing kegiatan. POA merupakan alat yang bagus untuk
membantu pelaksanaan, pemantauan dan penilaian program.

Rencana kerja kabupaten terdiri dari 2 bagian, yaitu:


1. Kalender kegiatan yang meliputi seluruh kegiatan yang
dilakukan puskesmas yang akan membantu dalam
penjadwalan pelaksanaan supervisi oleh petugas
kabupaten/kota.
2. Rencana kegiatan kabupaten yang meliputi seluruh kegiatan
yang menjadi tanggung jawab kabupaten

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

4. Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi


kebutuhan sumber daya di kabupaten antara lain:
1. Pendanaan tahun sebelumnya dan menilai kecukupan
sumber daya dan dana pada selama kurun waktu tersebut
2. Adanya masalah dalam aliran dana
3. Rencana kegiatan baru dan berapa ekstra pendanaan yang
dibutuhkan
4. Mobilisasi sumber daya kegiatan imunisasi
5. Advokasi pendanaan di tingkat provinsi
6. Input dari kabupaten dan fasilitas lainnya untuk pelayanan
mobile team di daerah sulit

Rencana penganggaran pada dasarnya terdiri dari :


a. Analisis pemasukan dan pengeluaran (besaran dana
yang
tersedia dari berbagai sumber dan pengeluaran)
b. Memperkirakan biaya yang diperlukan
c. Memastikan bahwa sumber dana yang ada dapat
memenuhi kebutuhan yang diperlukan

Dalam analisis di atas, memperkirakan jumlah dana yang


mungkin tersedia perlu dilakukan secara cermat agar tidak
terjadi kesenjangan antara pemasukan dan pengeluaran. Bila
terjadi kesenjangan, jumlahnya dapat diperkirakan secara tepat
sehingga dapat diupayakan menutup kesenjangan tersebut
secara tepat pula.

Dari masing-masing sumber daya tersebut, hitunglah unit


costnya dan total costnya dengan menggunakan tabel tertentu.
Total cost dari semua sumber daya yang diperlukan, merupakan
jumlah anggaran yang diperlukan oleh program ini.

Dalam menetapkan jumlah anggaran ini, program imunisasi


harus bekerjasama dengan program atau sektor terkait seperti
bagian perencanaan, bagian anggaran baik dari Dinas
Kesehatan setempat maupun Pemerintah Daerah. Penjelasan
penyusunan anggaran terpadu yang berbasis kinerja dapat lihat
pada lampiran.

5. Menyusun rencana monitoring dan evaluasi

Monitoring berkala dilakukan dengan tahap-tahap berikut:


1. Review laporan bulanan puskesmas
Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota
Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

2. Rencana kerja tiga bulanan puskesmas


3. Hasil kunjungan supervisi
4. Memeriksa kualitas data

Indikator yang dapat digunakan dalam kegiatan monitoring dan


evaluasi, yaitu :
a. Indikator operasional, yang selalu menggambarkan angka
absolut seperti misalnya umur harapan hidup (life
expectancy), Gross National Product (GNP) dan angka berat
lahir normal.

b. Indikator kinerja, yang selalu digambarkan dalam laporan


bahwa kinerja yang diukur ditulis sebagai numerator
(pembilang) dan angka yang menjadi target (tujuan) ditulis
sebagai denominator (penyebut).

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Table 8: Checklist Rencana Pendanaan Tiga Bulanan

Checklist Pendanaan
Kategori Biaya Modul MI2 Perencnaan
Jumlah Biaya Program Imunisasi
Biaya Rutin
Petugas
Per diem utk kegiatan
Outreach dan Mobile team
Per diems untuk monitoring dan supervisi
Transportasi
Pengiriman vaksin
Kegiatan Outreach
Supervisi
Biaya Pemeliharaan
Cold Chain
Perlengkapan Lainnya
Biaya listrik, air, dll
Pelatihan
Sosial Mobilisasi dan
Komunikasi
Manajemen Program
Biaya rutin lainnya
Biaya Modal Rutin
Perlengkapan Cold Chain
(kulkas, cold box atau vaccine
carrier)
Perlengkapan lainnya
( komputer)
Biaya Operasional
Kampanye
Polio
Campak
Demam Kuning
TT
Kampanye lainnya

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

6. Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut disusun berdasarkan hasil dari kegiatan


monitoring dan evaluasi yang telah dilaksanakan.

Rencana tindak lanjut dibagi menjadi 2:


a. Rencana tindak lanjut jangka pendek
Kunjungan ke wilayah dengan kinerja yang kurang baik
Menyusun rencana kerja bersama puskesmas
Investigasi KLB dan KIPI
Pendampingan masalah pencatatan
Respon stock out dari puskesmas
Pelatihan tenaga kesehatan di wilayah yang kinerjanya
kurang baik
b. Rencana tindak lanjut jangka panjang
Memperluas pelayanan wilayah sulit dan pendanaannya
Perubahan rencana distribusi vaksin
Rehabilitasi cold chain
Melakukan pendataan sasaran
Kegiatan sosial mobilisasi untuk meningkatkan
penerimaan masyarakat terhadap program imunisasi
Mengorganisasi mobile team atau pelayanan keliling dan
integrasi pelayanan lain dengan program imunisasi

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Modul MI2 Perencnaan Program Imunisasi

Modul Pelatihan Pengelola Program Imunisasi Kabupaten/Kota


Direktorat SEPIM & KESMA bekerja sama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan
Departemen Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai