Anda di halaman 1dari 55

KEBIJAKAN PROGRAM 1

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


PENYAKIT MENULAR (P2PM)
Suyono, SKM.,M.Kes
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan
Kabupaten Mesuji
2

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


PENYAKIT MENULAR LANGSUNG
(P2PML)
Indikator RPJMN untuk P2PML adalah : 3
1. Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang tidak terinfeksi HIV) dengan target 0,21
persen.
2. Insidensi tuberkulosis (per 100.000 penduduk) dengan target 252 per 100.000
penduduk.
3. Insidensi hepatitis B (persen) dengan target 1,54 persen.

Pelaksanaan prioritas program dijabarkan dalam target Indikator Kinerja


Program, sebagai berikut :
4. Persentase Orang Dengan HIV-AIDS yang menjalani Terapi ARV (ODHA on ART)
sebesar 50 persen.
5. Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC (TBC Succes Rate) sebesar 90 persen
6. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi kusta sebanyak 458 kab/kota
SITUASI TUBERKULOSIS INDONESIA TAHUN 2020

845,000
Estimasi Kasus TB

362,418
Ternotifikas
i Kasus TB

43%
Treatment
Coverage
(TC)

83%
Treatment
success rate Data per 14 Juni 2021
TB SO Data per 14 Juni 2021

7,921 4,590
Kasus
47% 33,366 8,003 13,881
Terkonfirmas Treatment
i Enroll Kasus TB Kasus TB Kematian Akibat
TB
success rate Anak
TB RR/MDR
TB RO HIV TB
RR/MDR
INDIKATOR DAMPAK PROGRAM TBC 2020 - 2024
Baseline
Indikator 2018 2020 2021 2022 2023 2024

Insidensi
Tuberkulosis per
100.000 penduduk 319 272 252 231 211 190

Angka Kematian
Tuberkulosis per
100.000 penduduk 35 33 32 31 29 27
INDIKATOR TARGET TBC 2020 - 2024
PETA JALAN ELIMINASI TBC 2030

INSIDENSI TURUN 20% INSIDENSI TURUN 50% INSIDENSI TURUN 90%

• TREATMENT COVERAGE : • TREATMENT COVERAGE : • TREATMENT COVERAGE :


80% 90% 90%
• SUCCES RATE : 90% • SUCCES RATE : 90% • SUCCES RATE : 90%
• TPT KONTAK SERUMAH : • TPT KONTAK SERUMAH : • TPT KONTAK SERUMAH :
11% 70% 80%
STRATEGI PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS 2020-2024

Strategi 1: Penguatan Strategi 2: Peningkatan akses


kepemimpinan program pada layanan Tuberkulosis yang
tingkat pusat, provinsi dan bermutu dan berpihak pada
kabupaten/kota pasien

Strategi 3: Peningkatan upaya


Strategi 4: Pemanfaatan hasil
promosi & pencegahan,
riset dan teknologi skrining,
pemberian pengobatan
diagnosis dan tatalaksana
pencegahan & pengendalian
Tuberkulosis
Infeksi

Strategi 5: Peningkatan peran


Strategi 6: Penguatan
serta komunitas, mitra dan
manajemen program melalui
multisektor lainnya dalam
penguatan sistem
eliminasi Tuberkulosis
kesehatan
TARGET NASIONAL STRANAS TB 2024
UPAYA AKSELERASI CAKUPAN
PENEMUAN DAN PENGOBATAN
TUBERKULOSIS
NOMOR HK.02.01/MENKES/660/2020
KEWAJIBAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM MELAKUKAN PENCATATAN
DAN PELAPORAN KASUS TUBERKULOSIS

1. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas,


tempat praktik mandiri dokter, klinik, balai
kesehatan, dan rumah sakit) wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan semua kasus
Tuberkulosis yang ditemukan dan diobati
2. Pencatatan dan pelaporan menggunakan SITB atau
SIMRS-SITB
3. NIK = variabel wajib
4. Hasil pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis
menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaaan
pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK)
Situasi dan Kebijakan Nasional P2 ISPA
Latar Belakang
SITUASI GLOBAL : Pneumonia masih masalah kesehatan
terutama pada anak
SITUASI PNEUMONIA DI INDONESIA
 Riskesdas 2007
 Penyebab kematian bayi  Pnemonia (23,8%).
 Penyebab kematian anak balita  Pnemonia (15,5%)
 Riskesdas 2013, 2018 tidak memantau angka kematian

Penyebab infeksi pneumonia secara global:


• 70% bakteri
- Streptococcus pneumonia 50%

- Haemophilus Influenza type B / HiB 20%

• 30% lain-lain (jamur,virus) (WHO, 2004)


Strategi Pencegahan dan Pengendalian ISPA
(PNEUMONIA - INFLUENZA)
 Deteksi dini dan tatalaksana kasus pneumonia balita di FKTP
 Pengendalian faktor risiko pneumonia
 Kesiapsiagaan Pandemi Influenza

Penemuan kasus pneumonia Kordinasi dan kolaborasi


balita melalui pendekatan dengan lintas program terkait
MTBS/ Program ISPA di FKTP faktor risiko pneumonia balita

Penyusunan Rencana Kontigensi dan


TableTop Exercise Penanggulangan Penyakit ISPA
Sentinel Surveilans ILI SARI di wilayah terdampak asap
Pengembangan Sentinel ILI SARI utk akibat kebakaran hutan
monitoring COVID-19 (tahun 2020)
Strategi Upaya Penanggulangan
Pneumonia Balita
P
D
e
P D K
I
R
t mR I OU
eO uE A
H 2R
k nV
M
s iG A
i tN
iO
sE u
T
T
d aN nO I
iI sT gS F
n i
F
i :I T
n
A •F D aI
N P Promosi Kesehatan fK:
C T - Kenali gejala dan tanda
a
A • C - Fakto risiko
S - Care seeking /s mendapatkan pertolongan untuk pengobatan ISPA
a Preventif :
I m Imunisasi
p Imunisasi DTP untuk mencegah Difteri dan Pertusis
e a Imunisasi HiB/Hemofilus Influenzae Tipe B untuk mencegah Pnemonia
k k karena HIB
s • H Imunisasi PCV/Pneumococcal Conjugate Vaccine untuk mencegah
k Pneumonia karena Streptokokus pnemonia
i
l Imunisasi Campak untuk mencegah komplikasi Pnemonia
b
Target Indikator 2020 - 2024
INDIKATOR 2020 2021 2022 2023 2024
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian

Persentase Kabupaten Kota 50% 60,70% 52% 55% 57% 60%


yang 50% Puskesmasnya
melaksanakan Tatalaksana
Pneumonia sesuai standar
(MTBS/Program ISPA)

Cakupan penemuan kasus 60% 34,81% 65% 70% 75% 80%


Pneumonia Balita

1. Persentase balita yang diberikan tatalaksana standar : Jumlah balita yang datang dengan keluhan batuk dan
atau kesukaran bernapas yang diberikan tata laksana standar (dihitung napas/dilihat TDDK) / Jumlah seluruh
kunjungan balita dengan batuk dan atau kesukaran bernapas
2. Persentase puskesmas yang melakukan tata laksana standar : Jumlah puskesmas yang melakukan tata aksana
standar minimal 60% / Jumlah puskesmas yang ada di wilayah kako tersebut
3. Persentase KaKo yang 50% puskesmasnya melakukan tata laksana standar pneumonia : Jumlah kako yang
minimal puskesmasnya melakukan tata laksana standar / Seluruh jumlah kako di wilayah tersebut
KEBIJAKAN PROGRAM P2 HEPATITIS
DI INDONESIA

16
HEPATITIS & PISP
Indikator Utama Program Hepatitis 2020 – 2024
Target
Sasaran Program
Program/ Definisi
(Outcome)/Sasaran Lokasi Cara Perhitungan
Kegiatan Operasional (DO)
Kegiatan (Output)/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024

Indikator Utama Program Hepatitis 2020 – 2024 (Provinsi) Jumlah Ibu Hamil
Kegiatan yang dilakukan
Pencegahan Cakupan Ibu Hamil yang Ibu Hamil yang Deteksi Dini Hepatitis
dan dilakukan Deteksi Dini dilakukan Deteksi Dini B di wilayah kerja
Pengendalian Hepatitis B di wilayah Layanan 80 % 90 % 100 % 100 % 100 % Hepatitis B di wilayah Puskesmas dibagi
Penyakit kerja Puskesmas dalam kerja Puskesmas dalam Sasaran Ibu Hamil di
Menular periode waktu tertentu periode waktu tertentu wilayah kerja
Langsung Puskesma

17
Indikator Utama Program Hepatitis 2020 – 2024
Target
Sasaran Program
Program/ Definisi
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Cara Perhitungan
Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024 Operasional (DO)
(Output)/Indikator

Persentase Kab/Kota
Jumlah kab/kota yang
yang melaksanakan
Indikator Utama Program Hepatitis 2020 – 2024 (Provinsi)
Deteksi Dini Hepatitis
melaksanakan Deteksi
Dini Hepatitis B dan
Kegiatan Persentase Kab/Kota yang B dan atau Hepatitis C
Hepatitis C pada
Pencegahan dan melaksanakan Deteksi Dini pada m populasi
populasi berisiko
Pengendalian Hepatitis B dan atau Kab/ berisiko dalam periode
85 % 90 % dalam periode waktu
Penyakit Hepatitis C pada populasi Kota 95 % 100 % 100 % waktu tertentu
tertentu
Menular berisiko dalam periode
dibagi jumlah
Langsung waktu tertentu Populasi berisiko
kab/kota yang ada di
dimaksud sesuai
Indonesia dikali 100
Permenkes 53/2015
%

18
TATALAKSANA IBU HAMIL
SESUAI HASIL PEMERIKSAAN LAB (DETEKSI DINI)
HIV, SIFILIS DAN HEPATITIS B

P2PML
Deteksi
dini
Tes HIV Tes Sifilis Tes Hep B

+ + +
R1 (+), R2 (+), R3 (+) TP Rapid Sifilis Rapid Hep B

Hasil
Segera ARV Segera Benzatin Penisilin Pengawasan kasus
IBU KDT 1 tab/24jam seumur
hidup
G 2,4 juta IU boka-boki hepatitis dirujuk, lainnya
puskesmas

ARV profilaksis Obati 50.000IU/kgBB IM, sblm Vit K

BBL
AFASS : ASI Eksklusif or PASI pulang. HB0 < 24jam
Eksklusif – unmixed) tanda2 : lesi kulit, Snuffles, Trias
HBIg< 24jam
PCR EID usia 6 mgg Hutchinson,
+ Cotrim profilaksis
PENANGANAN DIARE DI INDONESIA

MENCEGAH DAN MENGATASI DEHIDRASI

PEMBERIAN ZINC HINGGA 10 HARI PADA ANAK DIBAWAH 5


TH

PENANGANAN DIARE SESUAI TATA LAKSANA


Indikator Utama PROGRAM PISP 2020 – 2024
Target
Sasaran Program
(Outcome)/Sasaran
Program/ Kegiatan Lokasi DO
Kegiatan (Output)/ 2020 2021 2022 2023 2024
Indikator

80 % Puskesmasnya
melaksanakan
tatalaksana Diare
Pencegahan dan sesuai standar bila :
80% Kab/kota
Pengendalian Penyakit cakupan pemberian
melaksanakan tatalaksana Kab/kota 80 % 80 % 80 % 80 % 80 %
Infeksi Saluran Oralit dan Zinc
diare sesuai standar
Pencernaan 100% pada
penderita diare
balita

21
TUJUAN & SASARAN PROGRAM PENGENDALIAN
HIV AIDS & PIMS 2024
INDIKATOR TUJUAN & TARGET
RPJMN,SPM, RENSTRA 2020-2024

Estimasi
Subdirektorat AIDS & PIMS, Populasi
DIT P2PML Rawan
– DITJEN P2P -Tertular
KemenkesHIV Tahun 2020, Kemenkes 20 Mei 2021
STRATEGI – INTERVENSI DAN KEGIATAN
STRATEGI 1 STRATEGI 2 STRATEGI 3 STRATEGI 4 STRATEGI 5 STRATEGI 6
Penguatan Komitmen Perluasan Akses Layanan Program Berbasis Data Penguatan Kemitraan Inovasi Program Penguatan Manajemen

INTERVENSI INTERVENSI INTERVENSI INTERVENSI INTERVENSI INTERVENSI

1. Advokasi Kebijakan 1. Ketersediaan layanan 1. Semua Aspek Program 1. Terwujud Komunikasi 1. Perubahan Program sesuai 1. Mengupayakan
 Dukungan sumber pemerintah dan swasta berdasarkan data dan antar K/L di pusat dan perkembangan ilmu dan terlaksananya
Daya untuk pencegahan dan fakta daerah Bersama teknologi monitoring dan
2. Penguatan Kapasitas skrining 2. Semua Kebijakan masyarakat 2. Penggunaan alat dengan evaluasi program
K/L dan Pemda 2. Ketersediaan layanan Promotif, Preventif 2. Terwujud Koordinasi teknologi yang mutakhir yang efektif dan
pemerintah dan swasta dan Kuratif antar K/L di pusat dan untuk skrining dan diagnosis efisien
untuk diagnostic dan berdasarkan Data dan daerah Bersama 3. Penggunaan obat yang 2. Teraksesnya data dan
pengobatan Fakta masyarakat terbaru, aman, efektif dan informasi hasil
3. Ketersediaan akses 3. Terwujud Kolaborasi efisien Monev
laboratorium antar K/L di pusat dan 4. Penggunaan alat dengan
4. Ketersediaan layanan uji daerah Bersama teknologi yang mutakhir
saring darah di masyarakat untuk evaluasi pengobatan
Kab/Kota 4. Mengupayakan 5. Peningkatan akses masyarakat
penghapusan Stigma, pada fasyankes yang
diskriminasi, pelanggaran berkualitas dan bermutu
Hak Asasi dan hambatan
hukum

KEGIATAN – KEGIATAN DARI SETIAP INTERVENSI, LEVEL DAN PERIODE IMPLEMENTASI


INDIKATOR TARGET GLOBAL
KUSTA FRAMBUSIA
• Tahun 2019 : 34 provinsi dengan eliminasi kusta
 2019 pencapaian bebas frambusia
(prev <1/10.000 penduduk)
seluruh Kab/kota endemis
• Tahun 2024 ; 514 Kabupaten mencapai eliminasi
(prev <1 /10.000 penduduk)  2020 pengusulan sertifikat bebas
• Proporsi Kasus Anak di Antara Kasus Baru Kusta < 5 Frambusia ke WHO
%
• Persentase cakupan penemuan kasus kusta baru
tanpa cacat > 95%
• Angka penemuan kasus baru (CDR < 5/100.000
penduduk
• Angka cacat tingkat 2, < 1/ 1.000.000 penduduk
• Kasus Baru Kusta yang Menyelesaikan Pengobatan
Tepat Waktu 95%
Target dan Capaian Nasional Program P2 Kusta
 
TARGET 2015 capaian 2016 capaian 2017 capaian 2018 2019 2020 -2024
 
 Provinsi mencapai
RPJMN eliminasi 22 22 23 23 26 25 29  34
(angka prev <1/10.000      
penduduk)
Proporsi kasus kusta baru
Renstra 82% 78,1% 85% 82,3% 88% 84,4% 91% 95% >95%
tanpa cacat

S Kabupaten yang
mencapai eliminasi ... 353 375 372
367 384 419 464 514
(prev <1 /10.000
Renja penduduk)
RKP
Kasus Baru Kusta yang
Menyelesaikan ... 87,5% 85% 88% 87% belum 90% 92% 95%
Pengobatan Tepat Waktu
2030 SDG 3.3 : 90% pengurangan jumlah orang yang memerlukan
intervensi terhadap penyakit tropis yang terabaikan (Filariasis dan Kusta)
UPAYA ELIMINASI KUSTA DAN ERADIKASI FRAMBUSIA
Surveilans Kemoprofilaksis Penatalaksanaan

PENEMUAN KASUS Survei Cepat Desa SURVEILANS KUSTA PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN KAMPANYE
SECARA AKTIF : Pasif / aktif Pengamatan disabilitas KASUS DENGAN MULTI DISABILITAS ELIMINASI KUSTA
(RVS),
Target pemeriksaan kustaSurvei Kontak, pada pasien yang sedang dalam DRUG THERAPY (MDT) Pengamatan disabilitas pada (LEC)
adalah 80% dari total Survei Sekolah dan pengobatan dan setelah selesai Pengelolaan MDT pasien yang sedang dalam
penduduk. pengobatan Pencatatan Pelaporan pengobatan dan setelah POKJA /KOMLI
Penemuan kasus
Pengamatan setelah selesai penggunaan MDT selesai pengobatan
tersangka oleh kader/
pengobatan pada pasien yang
masyarakat
memiliki faktor resiko KHEMOPROFILAKSIS
(Format bercak/ Self
Pemetaan kasus Kusta /PEP++
Screening)

KUSTA

FRAMBUSIA

SURVEILANS
ADEKUAT: SERTIFIKASI KAB/KOTA
SURVEI SEROLOGI Terus menerus (sebelum, saat PENGOBATAN ERADIKASI FRAMBUSIA
PEMBERIAN OBAT FRAMBUSIA: dan setelah intervensi)
pada kasus dan kontak Cakupan POPM > 90%
PENCEGAHAN zero report - laporan nol
Identifikasi diantara anak usia 1-5 th kasus/nihil setiap bulan oleh yang diperluas (serumah, Surveilans adekuat tidak
MASSAL (POPM) : dengan uji serologi kab/kota endemis /bukan tetangga dan social) ditemukan kasus dan dilaporkan
Total penduduk usia 1-69 Membuktikan tidak ada transmisi pd endemis dengan azitromisin tab rutin /bln
th) di desa endemis Kab/kota endemis Surveilans di fasyankes, Survei Serologi 3 tahun berturut
Evaluasi mgg 4 dan 8 pemeriksaan anak sekolah turut tidak ada penularan
Dilakukan 3 tahun berturut turut dan maupun pusling
Promosi Kesehatan :
Cakupan > 90% tidak ada kasus PHBS Verifikasi dan
Pemberian Sertifikat
SERTIFIKASI ERADIKASI FRAMBUSIA

Kab/Kota Kab/Kota
Endemis Frambusia Non Endemis

Telah melaksanakan: Telah melaksanakan:


1.Upaya POPM berkualitas 1.Melakukan surveilans Adekuat
2.Survei serologi 3 x Dalam 3 Tahun tidak ditemukan kasus 2.Melaporkan Zero Report selama minimal
3.Melakukan sureilans adekuat, melaporkan Zero Report 6 bulan berturut-turut tidak ditemukan
secara rutin setiap bulan kasus

SERTIFIKAT ERADIKASI/BEBAS FRAMBUSIA


KEBIJAKAN PROGRAM
PENYAKIT TULAR VEKTOR
DAN ZOONOTIK
PROGRAM UNGGULAN, INTERVENSI DAN TEROBOSAN
PROGRAM P2PTVZ

Program Unggulan Terobosan Intervensi

1.Akselerasi, 1. Kampanye kelambu massal,


Intensifikasi dan intensifikasi pengendalian,
1. Eliminasi Malaria Eliminasi surveilans migrasi .
2025 Pemberian Obat Massal Pencegahan
2.Pelaksanaan Bulan 2.

Eliminasi Kaki Gajah (POPM) Kecacingan serentak pada


2. Eliminasi Filariasis penduduk di daerah endemis.
dan Kecacingan (BELKAGA)
3.Gerakan “1 rumah 1 3. Petugas pemantau jentik di Rumah
3. Penurunan Tangga, Instansi Pemerintah /
Jumantik” untuk Swasta, Sekolah & Tempat-tempat
Insidens DBD mencegah demam Umum
berdarah
4. Eliminasi Rabies 4. Pengendalian zoonosis multi sektor
4.Pendekatan “One mulai dari perencanaan,
5. Pengendalian Health” pelaksanaan sampai evaluasi
Vektor Terpadu 5.Intensifikasi surveilans 5. Peningkatan kapasitas SDM dan
(IVM) vektor kualitas surveilans vektor.

Seluruh program ini berdampak pada penurunan AKI, AKB, Stunting,


kejadian penyakit menular dan penyakit tidak menular
Indikator Program P2PTVZ
No. Indikator

1 Persentase Kabupaten/Kota yang melakukan


pengendalian vektor terpadu
2 Jumlah Kabupaten/Kota dengan API <1 per 1.000
penduduk
3 Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil
menurunkan angka mikrofilaria menjadi < 1%

4 Persentase Kabupaten/Kota dengan IR DBD < 49 per


100.000 penduduk
5 Persentase Kabupaten/Kota yang eliminasi Rabies
pada manusia
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN DBD
Komitmen Dunia
Dalam Penanggulangan Dengue
 Insidensi dengue meningkat secara signifikan
di seluruh dunia
 390 juta infeksi dengue setiap tahun dan
 96 juta dengan tingkat keparahan penyakit
yang bervariasi. Bhatt et al. (2013)
 Dengue yang tidak tertangani memicu
terjadinya kejadian luar biasa (KLB), dengue
berat dan kematian

 the Global Strategy for Dengue Prevention


and Control 2012–2020 (WHO, 2012) dan
 menurunkan angka kematian akibat dengue
minimal 50% di tahun 2020, menurunkan angka
kesakitan dengue minimal 25% di tahun 2020
 A Road Map for Neglected Tropical Diseases
(NTDs) 2021-2030 (WHO, 2020b)
 menurunkan angka kematian (Case Fatality
Rate atau CFR) dari 0,80% di tahun 2020
menjadi 0% di tahun 2030 (WHO, 2020)
Komitmen Nasional
dalam Penanggulangan Dengue
Kegiatan
 Rencana Pembangunan Jangka Menengah 1. Peningkatan inovasi pengendalian vektor
Nasional (RPJMN) 2020-2024 (pengendalian vektor terpadu dan secara
biologis);
1. Pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit
(cakupan deteksi dini, penguatan surveilans real time, 2. Penguatan tata laksana kasus;
pengendalian vector); 3. Peningkatan advokasi dan komunikasi;
4. Penguatan sistem laboratorium kesehatan
2. Penguatan health security (kapasitas pencegahan, masyarakat untuk penguatan surveilans;
deteksi, dan respon cepat dg penguatan alert system 5. Penguatan reporting dan real time surveillance;
KLB dan karantina kesehatan;
6. Membangun sistem kewaspadaan dini;
3. Cakupan penemuan kasus, pengobatan, penguatan tata 7. Peningkatan kemampuan daerah
laksana penanganan penyakit dan cedera;

4. Pemberdayaan masyarakat dan sanitasi total berbasis


masyarakat

 Rencana Strategis (Renstra) Kementerian


Kesehatan 2020-2024,
 90% kabupaten/kota memiliki laju insidensi DBD
≤49/100.000 penduduk pada tahun 2024
Peta Sebaran Kasus Dengue Kumulatif
Per Provinsi Di Indonesia
Tahun 2020 dan Tahun 2021

Contents Here
You can simply impress your
audience and add a unique zing and
appeal to your Reports and
Presentations with our Templates.

Terdapat 10 Provinsi dengan kasus tertinggi yang meliputi sebagian Sumatera, Sampai Dengan Minggu Ke 45 Tahun 2021, terdapat 452 kab/kota darI 34
seluruh pulau Jawa,Bali dan Nusa Tenggara. provinsi yang terjangkit kasus Dengue.
Provinsi dengan kasus – kasus DBD Tertinggi, sebagain besar tersebar di provinsi Terdapat 11 provinsi dengan kasus tinggi DBD yaitu Provinsi Sumatera
yang menjadi pusat perdagangan, pusat industry dengan mobilitas dan penduduk Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sebagian
yang padat. Dan sebagian lagi merupakan pusat tujuan wisata serta pengembangan Besar wilayah Pulau Jawa dan Kepulauan Riau
perumahan serta hotel.
REGULASI P2 DENGUE
SELAMA PANDEMI COVID-19
SURAT EDARAN DIRJEN P2P
SURAT DIRJEN P2P KEMKES
SURAT SEKJEN KEMKES no SURAT SEKJEN KEMKES no KEMKES
NOMOR: PV.02.01/4/9931/2020
PV.02.01/III/1404/2020 PV.02.01/C-4/1458/2020 NOMOR: HK.02.02/IV/2360/2020
TANGGAL 23 JULI 2020
TANGGAL6 APRIL 2020

TUJUAN:
KEPALA DINAS KESEHATAN PROPINSI
KEPALA DINAS KESEHATAN
TUJUAN:
TUJUAN : KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA
Sekjen Kementerian TUJUAN :
PROPINSI PROTOKOL PENCEGAHAN DAN
Agama Sekjen Kementerian KEPALA DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN INFEKSI DENGUE / DBD
DALAM TATANAN ADAPTASI
Pendidikan KABUPATEN/KOTA KEBIASAAN BARU (AKB) DI MASA COVID
Kegiatan PSN 3MPlus -19.

pada fasilitas Pendidikan Kegiatan PSN 3MPlus PELAKSANAAN PENCEGAHAN


1. Mengedepankan peran serta
Agama dan Rumah pada fasilitas Pendidikan DAN anggota keluarga di rumah
PENGENDALIAN DBD DALAM 2. Melaksanakan kegiatan
Ibadah SITUASI pencegahan dan pengendalian
Meskipun kebijakan sekolah infeksi dengue dengan langkah-
di rumah, PSN 3 M Plus PANDEMI COVID19. langkah strategis serta inovatif
Dilakukan secara dilakukan secara berkala 1. DIAGNOSIS dalam AKB
berkala min 1 kali minimal 1 minggu sekali 2. PENYELIDIKAN 3. Manajemen kasus di fasyankes:
penapisan kasus COVID-19 pada
seminggu dan dan Berkelanjutan EPIDEMIOLOGI
penderita infeksi dengue / DBD
Berkelanjutan 3. FOGGING ataupun sebaliknya, serta kasus
infeksi ganda Dengue- COVID-19
perlu diantisipasi dan ditangani
secara adekuat
Strategi Penanggulangan Dengue
di Indonesia 2021-2025
Project analysis slide 2
Penguatan manajemen vektor Peningkatan partisipasi
yang efektif, aman, dan masyarakat dan institusi yang
berkesinambungan berkesinambungan

Peningkatan akses dan mutu Penguatan kebijakan-manajemen


tatalaksana dengue STRATEGI program, kemitraan, dan
komitmen pemerintah

Penguatan surveilans dengue yang Pengembangan kajian, penelitian dan


komprehensif serta manajemen KLB inovasi sebagai dasar kebijakan dan
yang responsif manajemen program berbasis bukti
PROGRAM MALARIA
Tujuan Program
ELIMINASI MALARIA PROVINSI LAMPUNG 2025

Keuntungan Daerah Bebas


Adanya Sistem Eliminasi malaria Malaria
yang baik untuk adalah pemutusan • Meningkatkan kualitas
memastikan tidak 50 rantai penularan Sumber Daya Manusia.
ada penularan % malaria setempat pada • Meningkatkan Indeks
kembali
manusia dalam satu kompetisi daerah untuk
S wilayah geografi
mendapatkan investasi.
• Meningkatkan produktivitas
Tidak ada penularan Y tertentu, secara dan taraf ekonomi
setempat selama tiga
tahun berturut-turut A berkesinambungan masyarakat.
guna menekan angka • Memberi rasa keamanan dan
R kenyamanan bagi pengunjung
penyakit serendah
Positivity Rate < 5% A 50% mungkin agar tidak
dan wisatawan.
• Mengurangi beban ekonomi
T menjadi masalah akibat kesakitan dan
API< 1 Per 1000 kesehatan hilangnya produktivitas
penduduk
Kebijakan Program Malaria
Diagnostik
• Gold Standar secara mikroskopis dan RDT, PCR pada situasi tertentu
• Ditunjang dengan jejaring pemantapan mutu disetiap level

Pengobatan
• Pengobatan standar lini pertama menggunakan ACT dan Primaquin (tanpa
komplikasi)
• Pengobatan dengan artesunate inj (malaria berat)

Surveilans
• Peningkatan penemuan di daerah tinggi dan sedang
• Penyelidikan epidemiologi dan surveilans migrasi di daerah rendah dan bebas

Penanggulangan dan Surveilans Vektor


• Distribusi kelambu di daerah tinggi dan fokus
• Surveilans vector dan pemetaan reseptivitas

Advokasi dan KIE


• Interpersonal Komunikasi Perubahan perilaku
• Advokasi peningkatan komitmen
Strategi & Upaya Intervensi Spesifik Eliminasi Malaria Update (1)
Tahapan
Tujuan Sasaran Kegiatan utama
Strategi
Akselerasi Menurunkan Kab/kota - Kampanye kelambu massal yg efektif cakp > 90%
jumlah endemis - IRS di desa yg dampak kelambu massal tdk efektif, target cakp > 90%
kasus tinggi - Pengendalian vektor lain sesuai bukti lokal
secepat API >5‰ - Penemuan aktif kasus yg masif dgn pemeriksaan suspek (mll kader terlatih,
mungkin pemeriksaan kontak serumah) : ABER ≥50% pada Kab API > 50 ‰; ABER ≥30%
pada Kab API 20-50 ‰; ABER ≥10% pada Kab API 5-20 ‰
- PE 1-2-5 pada puskesmas endemis rendah (API <1), target 50%
- Penguatan diagnosis dini dan pengobatan tepat sesuai standar
- Skrining malaria pada semua Bumil ANC K1 & pembagian kelambu rutin
- Skrining malaria : MTBS & semua balita sakit
- Promosi KIE & pemberdayaan masyarakat yg intensif, peningkatan partisipasi
LP/LS

Intensifikasi Menghilangk Kab/kota - Kampanye kelambu massal untuk desa fokus, desa API > 5
an daerah endemis - Penemuan aktif kasus yg masif dgn pemeriksaan suspek (mll kader terlatih,
fokus sedang pemeriksaan kontak) : ABER ≥10% pada Kab API 1-5 ‰
API 1-5 ‰ - Puskesmas API < 1‰ : PE 1-2-5 , target 50%
- Desa API > 5 ‰, skrining malaria pada ANC K1 bumil, balita sakit
- Kelambu / IRS, pertimbangan epidemiologi : peningkatan kasus, populasi resiko
- pengendalian vektor lain sesuai bukti lokal
- Penemuan kasus aktif , diagnosis dini dan tataksana tepat
- Promosi KIE & pemberdayaan masyarakat, peningkatan partisipasi LP/LS
Strategi & Upaya Intervensi Spesifik Eliminasi Malaria Update (2)
Tahapan
Tujuan Sasaran Kegiatan utama
Strategi
Eliminasi Menghentikan Kab/kota - Surveilans migrasi + kerjasama LP/LS meningkatkan akses
/Pembebasan penularan endemis - SKD KLB ; PE 1-2-5 pada setiap kasus positif
setempat/kasus rendah - Penemuan aktif kasus yg masif : ABER > 8% di Desa Fokus Aktif
indigenus API < 1‰ dan di Non Aktif dan ABER > 3% di desa fokus bebas
- Penemuan dini dan pengobatan tepat serta jejaringnya (+PPM)
- Pemetaan & pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor
sesuai bukti lokal
- Pemberdayaan masyarakat, KIE, peningkatan partisipasi LP/LS

Pemeliharaan Mencegah Kab/kota - Surveilans migrasi + kerjasama LP/LS meningkatkan akses


munculnya endemis - SKD KLB; PE 1-2-5 pada setiap kasus positif
penularan yang - Menjaga agar capaian ABER di Desa Fokus Bebas sebesar 1%
malaria kembali sudah - Penguatan jejaring diagnosis & tatalaksana kasus (+PPM)
eliminasi - Pemetaan & pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor
sesuai bukti lokal
- Pemberdayaan masyarakat, KIE, peningkatan partisipasi LP/LS
Pengobatan Malaria
• Pengobatan penderita malaria harus mengikuti kebijakan nasional pengendalian
malaria di Indonesia.
• Pengobatan dengan ACT hanya diberikan kepada penderita dengan hasil
pemeriksaan darah malaria positif.
• Penderita malaria tanpa komplikasi harus diobati dengan terapi kombinasi berbasis
artemisinin (ACT) plus primakuin sesuai dengan jenis plasmodiumnya.
• Setiap tenaga kesehatan harus memastikan kepatuhan pasien
meminum obat sampai habis melalui konseling agar tidak terjadi resistensi
Plasmodium terhadap obat.
• Penderita malaria berat harus diobati dengan Artesunate intramuskular atau intravena
dan dilanjutkan ACT oral plus primakuin.
Kegiatan Surveilans dan Monitoring
Evaluasi
01 Penigkatan Penemuan Kasus 02 Penguatan Sistem informasi dan
ME
• Kunjungan rumah secara rutin oleh kader untuk • Sosialisasi dan OJT Sismal
menemukan kasus malaria • Pelatihan analisis data untuk pengambilan
• Kegiatan MBS terutama di daerah yang tidak tersedia keputusan, intervensi dan perencanaan
kader program
• Survei kontak serumah pada kasus positif malaria • Stratifikasi fokus dan endemisitas, pemetaan
• Penemuan kasus melalui kegiatan integrasi program, dan pemantauan capaian per desa
seperti: • Penyusunan laporan tahunan/factsheet untuk
1. Skrining malaria pada bumil K1 dan Balita sakit
advokasi
melalui MTBS
032. Skrining malaria terintegrasi dengan kunjungan 04
pendataan PIS-PK Penguatan Surveilans Vektor
3. Integrasi skrining malaria dan tracing/skrining
Covid-19
• Pelatihan entomologi malaria
4. Skrining malaria di sekolah terintegrasi dengan
program UKS • Pelaksanaan Surveilans dan pemetaan
5. dll tempat perindukan
• Pemantauan penggunaan kelambu 1-1-3
Kegiatan Advokasi, Komunikasi dan
Kemitraan
01 Advokasi 02 Komunikasi 03 Kemitraan

• Mendorong penyusunan • penyediaan media KIE • Kemitraan dengan


regulasi daerah tentang sesuai dengan Bahasa dan organisasi kepemudaan,
penanggulangan malaria situasi lokal PKK, Darmawanita, dll
• Menyusun Rencana Aksi
Daerah • Integrasi program malaria • Pelibatan organisasi profesi
• Memasukkan malaria dalam dengan Promkes dalam (IDI, IBI, Patelke, Peki dll)
agenda RPJMD mensosialisasikan malaria
• Melakukan advokasi • Kemitraan dengan mitra
pendanaan malaria dalam • Mendorong sosialisasi potensial (KLHK, Dinas
APBD, BOK, dan dana materi malaria pada anak Pertanian, Dinas Sosial, dll)
desa maupun dana CSR, dll sekolah dalam muatan lokal
maupun mata pelajaran lain
SITUASI PROGRAM MALARIA tahun 2021

KABUPATEN/ ENDEMISITA
NO.
 Penyakit malaria di Provinsi KOTA S
Lampung dalam 2 tahun terakhir Pesawaran Endemis
1
cenderung mengalami penurunan. Rendah
Bandar Lampung Endemis
 Dari 15 kab/kota hanya 2 2
Rendah
Kabupaten yang masih ditemukan
kasus penularan setempat (kasus Pesisir Barat Endemis
3
Rendah
indigenus) yaitu Pesawaran dan
Bandar Lampung. Perlu Lampung Selatan Endemis
4
penguatan Surveilans khsusnya Rendah
dalam pencatatan dan pelaporan 5 Mesuji Eliminasi
dan memastikan semua kasus 6 Lampung Barat Eliminasi
sudah dilakukan Penyelidikan Tanggamus Eliminasi
7
Epidemiologi.
8 Lampung Utara Eliminasi
 Angka kesakitan Tahun s.d 9 Lampung Timur Eliminasi
Agustus 2021 sebesar 0,05 /1.000 Lampung Tengah Eliminasi
penduduk. 10
11 Way Kanan Eliminasi
12 Pringsewu Eliminasi
13 Metro Eliminasi
14 Tulang Bawang Eliminasi
Tulang Bawang Eliminasi
15
Barat
PROGRAM
FILARIASIS DAN KECACINGAN

PROVINSI LAMPUNG 2021


KECACINGAN
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KECACINGAN

REGULASI
CACINGAN

Perluasan Kabupaten/Kota Surat Plt Dirjen P2P tentang


Stunting Tahun 2021 menjadi 360 Pelaksanaan POPM di Daerah
Kab/Kota Intervensi Stunting tahun 2021
Kebijakan Penanggulangan Cacingan
di Kabupaten/Kota Intervensi Stunting tahun 2021

Pemberian Obat Pencegahan Massal pada penduduk sasaran usia 1-12 tahun dilaksanakan 2x setahun,
dengan interval 6 bulan

Pemeriksaan cacingan kepada ibu hamil dengan gejala anemia

Pemberian obat cacing pada trimester kedua usia kehamilan pada bumil yang hasil pemeriksaan
cacingannya positif telur cacing.

• Kabupaten/Kota yang intervensi Stunting di Provinsi Lampung :


• Tahun 2021  10 Kab/Kota

• Tahun 2022  15 Kab/ Kota (seluruh Kab/ Kota di Provinsi Lampung Intervensi Stunting )
Program Pengendalian
Zoonosis
KEBIJAKAN :
1. Pemberantasan dan penanggulangan rabies menjadi tanggung jawab 3 (tiga)
kementerian. berdasarkan Keputusan bersama Menteri Kesehatan, Menteri
Pertanian dan Menteri Dalam Negeri· Nomor 279NMenkes/SKNII/1978,
Nomor 522/Kpts/Um/8/1978, Nomor 143 tahun1978, tentang peningkatan
pemberantasan dan penanggulangan rabies.

2. Menurunkan angka kematian pada manusia menjadi Nol kasus, dengan :


Menunjuk Puskesmas/RS Kab/Kota tertentu di wilayah rawan
rabies sebagai “RABIES CENTER” (pusat pelayanan rabies) yang
berfungsi sebagai pusai informasi tentang pencegahan rabies dan
memberikan pelayanan vaksinasi pada kasus gigitan hewan
penular rabies.
Mencegah kejadian rabies pada manusia dengan penanganan kasus gigitan
hewan penular rabies sedini mungkin.

3. Eliminasi Rabies dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah


Pusat,Daerah bersama Mitra Kerja termasuk Komda Zoonosis

4. Tersedianya Vaksin Anti Rabies dan Serum Anti Rabies


RABIES CENTER
RSUD di kab/kota
endemis rabies dijadikan RC
dan PKM terpilih

Syarat :
1. Tersedia : VAR, Cold Chain
2. Petugas terlatih
3. Bisa melakukan KIE
- Protap Flochart GHPR
- Bahan-bahan penyuluhan
DITETAPKAN OLEH PROV.
ATAU KAB/KOTA
TANTANGAN RABIES

 Indonesia bebas kasus rabies pada manusia


dan hewan sebelum tahun 2030 ?
 Target ASEAN FREE RABIES : 2030
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai