Oleh :
dr. Masitha Ayuni
PENDAHULUAN
10/10/19
6 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Lemah pada kedua tungkai
11
10/10/19
5. N. Facialis (N.VII) - Motorik
Dahi : Tidak terdapat kelainan
12 Tutup mata : Tidak terdapat kelainan
Bibir : Tidak terdapat kelainan
- Sensoris 2/3 lidah bagian depan : Tidak terdapat
kelainan
N Eosinofil 4% 0–4%
Netrofil Segmen 59 % 46 – 73 %
P Limfosit 31 % 17 – 48 %
E Monosit 6% 4 – 10 %
N Kimia Darah
U Ureum 22 mg/dl 10 – 50
A Elektrolit
N
Natrium 141 mmol/L 136 – 145
Kalium 1,7 mmol/L 3,5 – 5,1
G
Klrorida 100 mmol/L 98 – 107
15
RESUME
Pasien datang ke IGD RSBP dengan keluhan lemah pada kedua tungkai sejak 6
jam SMRS. Keluhan ini muncul secara tiba-tiba. Ketika pasien bangun tidur, kaki
mulai terasa berat. Saat itu, pasien berjalan ke depan rumahnya untuk
mengeluarkan sepeda motornya, namun tiba – tiba pasien terjatuh dalam posisi
duduk. Terasa kebas (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), demam (-), gangguan
penglihatan (-), sesak (-), BAB dan BAK normal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, GCS E4M6V5, tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi
nadi 72 x/menit, frekuensi pernapasan 19 x/menit, dan suhu tubuh 36,5oC, dan
saturasi oksigen dalam darah 100%.Pemeriksaan laboratorium kalium 1,7
mmol/L.Pemeriksaan neurologis ditemukan paraparese ekstremitas inferior. Dengan
kekuatan motorik 2/2 yaitu pasien hanya dapat menggeser kaki ke kiri dan kanan.
10/10/19
16
Diagnosa
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
18 14 mei 2019
S O A P
KU : Tampak sakit paraparese flaccid 1. Drip KCl 50 mEq
keluhan mulai sedang e.c paralisis dalam NaCl
berkurang, kedua Kes : CM periodik hipokalemi 0,9% 500 cc / 12
GCS : E4M6V5
tungkai masih jam (kolf ke 3)
TD : 100/60 mmHg
terasa lemah, mulai HR : 72 x/menit 2. Inj. Omeprazole
dapat diangkat RR : 19 x/menit 2x40 mg
sedikit. T : 36,5oC 3. KSR 3x1
Mual (+), muntah SpO2 : 100 %
(-), pusing (-), FKL : dbn Cek elektrolit ulang
demam (-). RM : KK (-), KS (-) besok pagi
NCR : pupil bulat,
isorkor dengan
diameter ± 2,5 mm /
± 2,5 mm
RCL (+/+) RTCL (+/+)
NCR lainnya : dbn
Motorik : 5555/3333
5555/3333
FOLLOW UP
19 15 mei 2019
S O A P
KU : Tampak sakit Cek elektrolit ulang
Tidak ada keluhan, sedang Paraparese flaccid Hasil (15/05/19)
kaki sudah dapat Kes : CM e.c paralisis Na : 131 mmol/L
GCS : E4M6V5
digerakkan seperti periodic hipokalemi K : 3,1 mmol/L
TD : 120/70 mmHg
biasa, sudah bias HR : 77 x/menit Cl : 111 mmol/L
berjalan, mual dan RR : 20 x/menit
muntah tidak ada T : 36,8oC Advice : pulang
SpO2 : 100 % berobat jalan
FKL : dbn
RM : KK (-), KS (-) Terapi Pulang :
NCR : pupil bulat, 1. KSR tab 2x1
isorkor dengan 2. Vit B complex
diameter ± 2,5 mm /
± 2,5 mm
tab 1x1
RCL (+/+) RTCL (+/+) 3. Kontrol ke poli
NCR lainnya : dbn penyakit dalam
Motorik : 5555/5555 1 minggu lagi
5555/5555
Sensorik : dbn
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Paralisis Periodik merupakan kelemahan otot lurik yang
diturunkan secara autosomal dominan, yang dikaitkan
dengan kalium dalam plasma darah terdapat 3 tipe :
hipokalemi, hiperkalemi, dan normokalemi, bersifat periodik
dan reversibel
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian hyperkalemic periodic paralysis,
paramyotonia congenital (PC), and potassium-aggravated
myotonias (PAM) belum diketahui. Prevalensi paralisis
periodik hipokalemi 1 : 100.000 orang, dengan pria lebih
sering daripada wanita dan biasanya lebih berat. Frekuensi
serangan terbanyak di usia 15 sampai 35 tahun dan
kemudian menurun dengan peningkatan usia.
ETIOLOGI
Hipokalemi terjadi sebagai akibat perpindahan
kalium yang masif dari kompartemen ekstraseluler
ke intraseluler terutama sel otot. Hal ini terjadi
diyakini sebagai akibat peningkatan aktifitas pompa
natrium – kalium – adenosine trifosfatase (Na/K-
ATPase)
Setelah
Olahraga Intake kurang
Sindroma
Hiperinsulin
Cushing
Obat - obatan
Kelainan
Kehilangan
autosomal
Kalium
dominan
PATOFISIOLOGI
hipokalemia defek
Mutasi gen channelopathies
Terapinya mencakup :
• pemberian kalium oral,
• modifikasi diet dan gaya hidup untuk
menghindari pencetus,
• farmakoterapi