Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

APENDISITIS
PEMBIMBING:
dr. M. Zufri Nanda Lubis, M.Ked (Surg), Sp.B

Disusun oleh:
Citra Ayu Dystira 120100043
Bryan Franco GM 120100121
Kiki Fernando Tua Siahaan 120100138
Nancy Mediatrick Nadeak 120100289
Nurul Idayu binti Abd Rahim 120100471
Bab 1

Pendahuluan
• Penyakit pada apendiks merupakan salah satu
kegawatdaruratan medis yang menyebabkan seseorang perlu
di rawat di rumah sakit, dan tindakan apendektomi.
• Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang
paling sering pada anak-anak maupun dewasa.
• Angka insidensi dari apendisitis adalah sekitar 100 per 100.000
penduduk.
• Di Indonesia angka insiden apendisitis cukup tinggi, terlihat
dengan adanya peningkatanjumlah pasien dari tahun ketahun.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
FISIOLOGI
• Apendiks merupakan suatu jaringan limfoid yang dapat
memproduksi, menyimpan atau memproses sel limfosit.
• Apendiks menghasilkan sekret sebanyak 1-2 ml per hari, yang
dikeluarkan ke dalam lumen dan mengalir ke sekum.
• Imunoglobulin yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated
Lymphoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna,
termasuk apendiks adalah imunoglobulin A.
HISTOLOGI
• Struktur apendiks mirip dengan usus mempunyai 4 lapisan yaitu:
– Mukosa
– Submukosa
– Muskularis eksterna/propria ( otot longitudinal dan sirkuker )
– Serosa.

• Apendiks mungkin tidak terlihat karena adanya membran


Jackson yang merupakan lapisan peritoneum yang menyebar
dari bagian lateral abdomen ke ileum terminal, menutup
caecum dan apendiks.
DEFINISI
• Apendisitis adalah inflamasi akut pada apendiks
yang terletak pada kuadran bawah kanan dari
rongga abdomen (Smeltzer & Bare, 2002).
• Apendiks menjadi meradang akibat invasi
bakteri pada dindingnya, biasanya didistal dari
obstruksi lumennya.
Etiologi
• Obstruksi (fecalith)
• Pembesaran dari jaringan limfoid
• Penggumpalan barium dalam pemeriksaan x-ray
• Tumor
• Parasit
PATOGENESIS
• Obstruksi oleh fecalith ditambah sekresi dari mukosa apendiks akan
menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal.
• Kapasitas lumen dari apendiks normalnya hanya 0,1 ml. Sekresi cairan
pada distal apendiks yang melebihi kapasitas menyebabkan
peningkatan tekanan di dalam lumen apendiks.
• Distensi dari apendiks akan menstimulasi serabut saraf aferen viseral
yang menyebabkan rasa sakit yang tumpul, menyebar dan tidak
terlokalisir di bagian tengah abdomen dan bagian bawah
epigastrium.
• Distensi yang terjadi secara tiba-tiba juga menstimulasi peristaltik
sehingga pada beberapa nyeri viseral pada apendiks didahului oleh
kram perut
PATOGENESIS
• Apendisitis akut secara umum terjadi karena proses inflamasi
pada apendiks akibat infeksi.
• Penyebab utama terjadinya infeksi adalah karena terdapat
obstruksi.
• Obstruksi yang terjadi mengganggu fisiologi dari aliran lendir
apendiks, dimana menyebakan tekanan intralumen meningkat
sehingga terjadi kolonisasi bakteri yang dapat menimbulkan
infeksi pada daerah tersebut.
• Pada sebagaian kecil kasus, infeksi dapat terjadi semerta-merta
secara hematogen dari tempat lain sehingga tidak ditemukan
adanya obstruksi
Manifestasi Klinis
• Nyeri kolik periumbilikus
• Nyeri pada fosa iliaka kanan
• Demam
• Mual, muntah dan anoreksia
Diagnosis
• Anamnesis
– Nyeri abdomen akut daerah kanan bawah

• Pemeriksaan fisik
– Nyeri pada titik Mc Burney

• Pemeriksaan penunjang
– Darah lengkap
– Urinalisa
– USG
– CT Scan

• Skoring Klinis
– Alvarado Score
Skor Alvarado AIR Score
Muntah 1
Mual atau muntah 1
Anoreksia 1
Nyeri pada fossa iliaka kanan 2 1
Perpindahan nyeri ke fossa iliaka kanan 1
Nyeri lepas atau defans muskular 1
 Ringan 1
 Sedang 2
 Kuat 3
Temp >37.5 1
Temp >38.5 1
Leukosit
 >10 x 109/l 2
 10-14.9 x 109/l 1
 >15 x 109/l 2
Leukocytosis Shift 1
Polymorphonuclear Leukocytes
 70-84% 1
 > 85% 2
Jumlah C-reactive protein
 10-49 mg/l 1
 >50 mg/l 2
Total 10 12
Interpretasi <4 bukan apendisitis <4 rendah kemungkinan apendisitis
5-6 samar-samar 5-8 tidak dapat ditentukan
7-8 mungkin apendisitis 9-12 tinggi kemungkinan apendisitis
9-10 sangat mungkin apendisitis
Penatalaksanaan
• Non Operatif
• Operatf
• Paska-operatif
KOMPLIKASI
• Komplikasi yang paling sering terjadi pada apendisitis akut
adalah perforasi apendiks
• Adanya fekalith di dalam lumen, penderita pada usia anak-
anak maupun orang tua, dan keterlambatan diagnosis
merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya perforasi
apendiks.
PROGNOSA
• Tingkat mortalitas keseluruhan berkisar antara 0,2-0,8% yang
disebabkan oleh komplikasi penyakit dan akibat intervensi
bedah
Bab 3

Status Pasien
Identitas Pasien
• Nama : Muhammad Fikri

• No. RM : 03.58.19

• Jenis Kelamin : Laki-laki

• Tanggal Lahir : 31 Januari 2000

• Usia : 17 tahun

• Alamat : Jl Karya Kasih Gg. Kasih VIII Medan Johor

• Agama : Islam

• Status Pernikahan : Belum Menikah

• Pendidikan Terakhir : SMA

• Pekerjaan : Pelajar

• Tanggal Masuk : 16 Desember 2017


Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah

Telaah :

Keluhan ini telah dialami oleh pasien sejak 5 hari yang lalu. Pada awalnya,
pasien mengeluhkan adanya rasa nyeri di ulu hati sekitar 3 hari yang lalu
yang berpindah ke perut kanan bawah. Keluhan nyeri yang dirasakan
pasien seperti ditusuk-tusuk dan bersifat terus-menerus dan semakin lama
semakin berat. Rasa nyeri juga bertambah bila pasien bergerak, batuk
ataupun mengedan.
Anamnesis
Keluhan mual dan muntah dijumpai pada pasien sejak 1 hari ini,
frekuensi 3 kali dengan isi air yang bercampur dengan makanan yang
dimakan oleh pasien. Penurunan nafsu makan dijumpai pada pasien.
Keluhan demam dijumpai sejak 1 hari belakangan ini dan tidak tinggi.
Keluhan batuk dan sesak napas tidak dijumpai. Keluhan BAB tidak
lancar dijumpai. BAK dalam batas normal.

• Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada

• Riwayat Penggunaan Obat : Tidak ada


Status Presens

• Keadaan Umum : Tampak lemah

• Sensorium : Compos Mentis

• Tekanan Darah : 110/70 mmHg

• Frekuensi Nadi : 90x/menit

• Frekuensi Nafas : 22x/menit

• Suhu : 37,8ºC
Status Lokalisata
Kepala

• Mata : konjungtiva palp. inferior pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),


refleks cahaya (+/+), pupil isokor Ø 3mm/3mm

• Telinga : sekret (-), deformitas (-)

• Hidung : sekret (-), deformitas (-)

• Tenggorokan : tidak hiperemis, dalam batas normal

• Mulut : dalam batas normal

• Leher : TVJ +2 cm H20, pembesaran KGB(-), pembesaran tiroid (-)


Status Lokalisata
Thorax
• Paru
– Inspeksi : Simetris, tidak dijumpai ketinggalan nafas
– Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri, kesan normal
– Perkusi : Sonor
– Auskultasi : Suara pernafasan vesikuler (+/+) Suara tambahan (-/-)
• Jantung
– Batas Jantung
– Batas Atas : ICS II-III
– Batas Kiri : 1 jari lateral LMCS
– Batas Kanan : LPSD
– Auskultasi : S1(+), S2(+)
Status Lokalisata
Abdomen

• Inspeksi : Simetris

• Palpasi : Soepel, nyeri tekan di titik Mc Burney (+), Obturator


sign (+), Psoas sign (+), defans muskular (-).

• Perkusi : Timpani, pekak beralih (-).

• Auskultasi : Peristaltik (+) normal, metallic sound (-), borborigmi (-)


Status Lokalisata
Ekstremitas

• Atas: fraktur (-), edema (-), sianosis (-), CRT <3 detik

• Bawah: fraktur (-), edema (-), sianosis (-), CRT <3 detik

DRE

Perineum normal, tonus spinchter ani ketat, ampula recti feses, mukosa
licin, nyeri tekan (-), sarung tangan: feses (+), lendir (-), darah (-).
Foto Klinis
Rencana

• Periksa Darah Lengkap, KGD ad random, Elektrolit, Urinalisa

• USG Appendiks

• Laparaskopi appendektomi
Pemeriksaan Laboratorium IGD RS USU (16 Desember 2017)
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan

HEMATOLOGI

Hemoglobin (HGB) 14,3 g/dL 13 - 18 g/dL


Eritrosit (RBC) 4,97 x 106/µL (4,5 - 6,5) x106/µL
Leukosit (WBC) 12.19/µL 4.000 - 11.000 /µL
Hematokrit 41% 39 – 54 %
Trombosit (PLT) 157 x103/µL 150 - 450 x103/µL

ELEKTROLIT

Natrium (Na) 140 mEq/L 135 - 155 mEq/L


Kalium (K) 3.2 mEq/L 3,6 - 5,5 mEq/L
Klorida (Cl) 103 mEq/L 96 - 106 mEq/L

METABOLISME KARBOHIDRAT

Glukosa Darah Sewaktu 100 mg/dL <200


Pemeriksaan Laboratorium IGD RS USU (16 Desember 2017)
URINALISA
Warna Kuning Kuning
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Berat Jenis 1.025 1.005-1.030
pH 6.0 5-8
Protein Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
FCM
Eritrosit 0-1 LPB <3
Leukosit 0-1 LPB <6
Epitel 0-1 LPB
Casts Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Diagnosis:
Suspek Apendisitis Akut

Penatalaksanaan di IGD RS USU (16 Desember 2017):

• Bed rest

• Memasang IV line ukuran 18 G dan threeway di tangan serta pastikan


lancar

• IVFD RL 20 gtt/i

• Inj. Ceftriaxone 1 g/12 jam (skin test)

• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

• Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam


USG Appendix (18 Desember 2017)

Kesimpulan : Susp. appendicitis


Bab 4

Follow up
17/12/2017 (Minggu)
S Nyeri perut kanan bawah
Sens : CM
HD : Stabil
Abdomen : Soepel, peristaltic (+) N
O
Nyeri tekan (+) pada daerah umbilicus
Mc Burney Sign (+)

Suspek Appendisitis
A

IVFD Nacl 0,9% 20gtt/I


Inj Ceftriaxone 1gr/12jam
Inj Ranitidine 50mg/12jam
P
Inj ketorolac 30mg/8jam
R/ USG Senin tgl 18/12/2017
18/12/2017 (Senin)
S Nyeri perut kanan bawah
Sens : CM
HD : Stabil
Abdomen : Soepel, peristaltic (+) N
O
Nyeri tekan (+) pada daerah umbilicus
Mc Burney Sign (+)

Suspek Appendisitis
A

IVFD Nacl 0,9% 20gtt/I


Inj Ceftriaxone 1gr/12jam
Inj Ranitidine 50mg/12jam
P Paracetamol tab 3x500mg

Hasil USG : suspek appendisitis


19/12/2017 (Selasa)
S Nyeri perut kanan bawah
Sens : CM
HD : Stabil
Abdomen : Soepel, peristaltic (+) N
O
Nyeri tekan (+) pada daerah umbilicus
Mc Burney Sign (+)

Suspek Appendisitis
A

IVFD Nacl 0,9% 20gtt/I


Inj Ceftriaxone 1gr/12jam
Inj Ranitidine 50mg/12jam
P
Paracetamol 3x500mg
R/ Laparoscopik Appedix
Bab 5

Diskusi
TEORI KASUS

DEFINISI Pasien MF, laki-laki, 17 tahun,


Apendisitis merupakan datang ke RSUP HAM dengan
peradangan dari apendiks keluhan utama nyeri pada perut
vermiformis dan merupakan kanan bawah sejak 5 hari yang
penyebab nyeri akut abdomen lalu.
yang paling sering.
TEORI KASUS
DIAGNOSIS • Pasien datang dengan keluhan
A. Anamnesis utama nyeri perut kanan bawah
• nyeri perut disekitar umbilical lalu yang pada awalnya nyeri
berpindah ke kuadran kanan dirasakan di ulu hati sekitar 3 hari
bawah yang lalu dan berpindah ke
• mual perut kanan bawah.
• muntah • Nyeri yang dirasakan seperti
• Demam ditusuk-tusuk dan bersifat terus-
menerus dan semakin lama
semakin berat.
• Rasa nyeri bertambah bila
pasien bergerak, batuk ataupun
mengedan
• Keluhan mual dan muntah
dijumpai pada pasien sejak
1 hari ini, frekuensi 4 kali
dengan isi air yang
bercampur dengan
makanan yang dimakan
oleh pasien.
• Penurunan nafsu makan
dijumpai pada pasien.
• Keluhan demam dijumpai
sejak 1 hari belakangan ini
dan tidak tinggi.
• Sulit BAB dijumpai
TEORI KASUS
B. Pemeriksaan fisik
Temuan pada pemeriksaan Pada pemeriksaan fisik
fisik abdomen: abdomen:
• Inspeksi: simetris/tidak • Inspeksi: Simetris
• Palpasi: soepel/tidak, • Palpasi: Soepel, nyeri tekan
defans muskular/tidak, di titik Mc Burney (+),
dapat dijumpai Mc Burney Obturator sign (+), Psoas
sign, Rovsing sign, Psoas sign sign (+), defans muskular (-).
atau Obturator sign • Perkusi: Timpani, pekak
• Perkusi: timpani/tidak, beralih (-).
pekak beralih/tidak
• Auskultasi: peristaltik +/- • Auskultasi: Peristaltik (+)
• DRE normal.
• DRE  Perineum normal,
tonus spinchter ani ketat,
ampula recti feses, mukosa
licin, nyeri tekan (-), sarung
tangan: feses (+), lendir (-),
darah (-).
C. Pemeriksaan penunjang • Hasil laboratorium klinik dijumpai
• Darah perifer lengkap: dijumpai leukositosis dan urinalisa
leukositosis ringan, CRP positif. dijumpai dalam batas normal.
• Urinalisa  membantu • Hasul USG menunjukkan adanya
menyingkirkan diagnosis gambaran doughnut sign pada
banding lainnya. potongan transversal dan
• Pemeriksaan radiologis  dapat longitudinal pada daerah
dilakukan pemeriksaan USG McBurney dengan lesi
atau CT-Scan pada pasien baik hiperdense didalamnya dan
untuk penegakan diagnosis, disimpulkan diduga apendisitis.
menyingkirkan diagnosis
banding ataupun mengevaluasi
kondisi pasien.
TEORI KASUS
TATALAKSANA Tatalaksana yang dilakukan pada
• Pre-operatif  observasi ketat, pasien adalah:
tirah baring, puasa, resusitasi • Tirah Baring
cairan dan pemberian antibiotik. • Puasa
• Operatif  apendektomi • Memasang IV line ukuran 18 G 
terbuka atau laparoskopi IVFD RL 20 gtt/I
apendektomi. • Pasien mendapatkan antibiotik
• Paska-operatif  observasi injeksi ceftriaxone 1g/12 jam
tanda vital dan perawatan luka. untuk pencegahan infeksi.
• Inj Ketorolac 30mg/8 jam
• Inj Ranitidine 50mg/12 jam
• Tindakan laparoskopi
apendektomi
• Rawat luka paska-operatif
Bab 5

Kesimpulan
• Pasien MF, laki-laki, umur 17 tahun datang ke IGD RS. USU
dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah yang dialami
sejak 5 hari yang lalu yang diawali oleh nyeri ulu hati lalu yang
kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Keluhan mual dan
muntah dijumpai pada pasien sejak 1 hari ini, frekuensi 3 kali
dengan isi air yang bercampur dengan makanan yang dimakan
oleh pasien. Penurunan nafsu makan juga dijumpai. Keluhan
demam juga dijumpai sejak 1 hari belakangan ini dan tidak
tinggi.
• Pasien di diagnosa dengan apendisitis akut serta diberi
tatalaksana awal berupa:
– Tirah Baring
– Puasa
– Memasang IV line ukuran 18 G  IVFD RL 20 gtt/i
– Injeksi ceftriaxone 1g/12 jam
– Inj Ketorolac 30mg/8 jam
– Inj Ranitidine 50mg/12 jam
– Tindakan laparoskopi apendektomi
– Rawat luka paska-operatif
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai