Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

POLIP NASI

Penyusun:
Angeline B. Friska FK UKRIDA
Rionaldo Sanjaya Putra FK UKRIDA
Samdaniel Sutanto FK UKRIDA
Erni Vuspita Dewi FK YARSI

Pembimbing:
dr. Susilaningrum, Sp.THT-KL
Anatomi dan Fisiologi Hidung

EXTERNAL
• Bone framework → tulang frontal, nasal dan maxilla
• Cartilaginous framework
• septal cartilage : pada bagian anterior nasal septum
• lateral nasal cartilage : pada inferior to nasal bone
• alar cartilage : membentuk bagian dari dinding nostril
• Septum nasi
INTERNAL
• Cavitas nasi
• Vestibule

• Dasar → processus Palatinus maxila dan lamina


horizontalossis palatine
• Dinding medial → septum nasi
• Dinding lateral → 3 concha nasalis
• Concha membagi cavitas nasi menjadi 4 (empat) lorong :
• Meatus nasalis superior
• Meatus nasalis Median
• Meatus nasalis inferior
• Hiatus semilunaris
Vaskularisasi dan Persarafan

• Perdarahan:
• Dinding medial dan lateral cavitasi nasi melalui
cabang a. sphenopalatina, a. ethmodialis
anterior dan a. ethmoidalis posterior, a.
palatina major, a. labialis superior dan rami
lateral a. facialis
• Plexus venosus menyalurkan darah kembali
kedalam V. sphenopalatina, v. facialis, v.
ophthalmica.
• Persarafan:
• 2/3 inferior membran mukosa hidung: N.
nasopalatinus cabang N. cranial V2
• Bagian anterior: oleh N. etmoidalis anterior
cabang N. nasociliaris cabang N. V1.
• Dinding lateral itu melalui rami nasalis N.
maxilaris N. V2
Fungsi Hidung

• Alat Penciuman
• Saluran Pernapasan
• Resonator
• Regulator
• Protektor
Definisi Polip Nasi

Polip hidung adalah massa lunak yang


mengandung banyak cairan di dalam rongga
hidung, bewarna putih keabu-abuan yang terjadi
akibat inflamasi mukosa.
Etiologi

Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif


atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Yang dapat menjadi faktor
predisposisi terjadinya polip antara lain:
• Alergi terutama rinitis alergi.
• Sinusitis kronik.
• Iritasi.
• Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum
dan hipertrofi konka.
Patofisiologi

Teori Bernstein
• Perubahan mukosa dinding lateral hidung / sinus akibat
inflamasi atau aliran udara berturbulensi
• Polip berasal dari area kontak pada meatus medius
• Ulserasi, prolaps submukosa, reepitelialisasi, dan
pembentukan kelenjar
• Peningkatan proses inflamasi epitel, endotel, dan fibroblast
• Mempengaruhi kanal ion natrium
Patofisiologi

Teori lain:

Ketidakseimbangan
Teori Ruptur Epitel Alergi
Vasomotor

Infeksi Predisposisi Genetik


Teori Ruptur Epitel

Sumber:

Önerci TM, Ferguson BJ, editors. Nasal


polyposis: pathogenesis, medical and
surgical treatment. Springer: United
States; 2010
Diagnosis

Keluhan Temuan Klinis

Massa berwarna abu-abu


Hidung tersumbat pucat, mudah digerakkan

Rinore Bersifat tunggal / multipel

Gangguan penghidu Berasal dari meatus medius


Diagnosis

Pemeriksaan
Histopatologi Sel-sel epitel kolumnar bersilia
dengan sel goblet
Penebalan membran basalis

Stroma avaskular dan tampak


edema
Infiltrasi sel plasma dan sel eosinofil
Gambaran Makroskopis

Sumber:
Virk JS, Kotecha B. When continuous
positive airway pressure (CPAP) fails. J
Thorac Dis 2016;8(10):E1112-21.
Gambaran Mikroskopis

Sumber:

Önerci TM, Ferguson BJ, editors.


Nasal polyposis: pathogenesis,
medical and surgical treatment.
Springer: United States; 2010
Stadium Polip Nasi

Stadium II
Polip sudah keluar dari
Stadium I meatus medius, Stadium III
Polip terbatas di tampak di rongga
Polip nasi masif
daerah meatus medius hidung, tapi belum
memenuhi rongga
hidung
Diagnosis Banding

Konka Polipoid Papiloma Skuamosa

Ciri-ciri: • Tampak seperti polip,


• Tidak bertangkai namun lebih vaskular
• Sukar digerakkan dan tidak mengkilat
• Nyeri bila digerakkan • Secara histologis
dengan pinset dibagi menjadi 3 :
• Mudah berdarah • Fungiform / eksofitik
• Dapat mengecil pada • Kolumnar
pemakaian • Endofitik / inverted
vasokonstriktor
Diagnosis Banding

Konka Polipoid Papiloma Skuamosa

Sumber: Sumber:
Medscape Reference Wood JW, Casiano RR. Inverted
papillomas and benign nonneoplastic
lesions of the nasal cavity. Am J Rhinol
Allergy 2012;26(2):157-63.
Penatalaksanaan

Terapi Medikamentosa
• Kortikosteroid
• Anti-leukotriene
Terapi Non Medikamentosa
• Pembedahan
Prognosis

• Polip nasi dapat muncul kembali selama iritasi alergi masih


tetap berlanjut.
• Oleh karena itu pengobatannya juga perlu ditujukan kepada
penyebabnya, misalnya alergi
Komplikasi

• Poliposis massif atau polip tunggal yang besar dapat


menyebabkan “ obstructive sleep syndrome “ dan “ chronic
mouth breathing”
• Terkadang poliposis massif, didapatkan di Cystic Fibrosis dan
allergic fungal sinusitis (AFS) dapat merubah struktur
kraniofasial.
• McClay et al melaporkan bahwa 42% anak dengan AFS (
dibandingkan dengan 10% orang dewasa ) memiliki gangguan
kraniofasial.
• Poliposis massif terkadang dapat menyebabkan tekanan
ekstrinsik ke nervus optikus dan mengurangi visus mata.

Anda mungkin juga menyukai