Anda di halaman 1dari 17

PRESENTASI KASUS

Para 1 Abortus 0 Usia 28 tahun dengan Kondiloma Akuminata

Pembimbing :
dr. Marta Isyana Dewi, Sp.OG

Disusun Oleh:

Deny Bimatama G4A016005


Irma Nuraeni H G4A016009
Tri Ujiana S G4A016007
Desy Faridah M G4A016019

SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2017
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :


‘’ Para 1 Abortus 0 Usia 28 tahun dengan Kondiloma Akuminata”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian


di Bagian Obstetri dan Ginekologi Program Profesi Dokter
di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh :

Deny Bimatama G4A016005


Irma Nuraeni H G4A016009
Tri Ujiana S G4A016007
Desy Faridah M G4A016019

Purwokerto, November 2017

Mengetahui,
Dokter Pembimbing,

dr. Marta Isyana Dewi, Sp.OG

2
BAB I

PENDAHULUAN

Kondiloma akuminata adalah kutil anogenital atau kutil kelamin, terdiri dari
papul atau nodul epidermis yang terdapat pada perineum, genitalia, lipat paha, dan
anus (Androphy, 2012). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Penyebab kondiloma akuminata adalah
manifestasi dari Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV sering ditemukan
pada hubungan seksual yang mana virus berpenetrasi pada sel basal epidermal dan
mengaktifkan pembentukan protein dan meningkatkan proliferasi sel dan
penebalan lapisan spinosus dan berkembang menjadi papilomatosus. Sebagian
besar kondiloma akuminata disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11 (Bakardzhiev,
2012).

Pada suatu penelitian di Amerika tahun 2008, prevalensi HPV terbanyak


adalah HPV-6 (68%) dan HPV-11 (16%), dibandingkan dengan HPV 16 (9%),
HPV-51 (8%), HPV 52 (6,4%) dan HPV-66 (5,7%). DNA dari HPV-6 dan HPV-
11 ditemukan sekitar 56,7% kasus. Kutil kelamin adalah penyakit menular seksual
yang paling sering terjadi di dunia. HPV tipe 6 dan 11 berperan dalam 90% kasus
kutil anogenital dengan terdapat 190.000 angka kejadian kasus baru dan
kambuhan di suatu klinik umum di UK pada tahun 2010. Insiden infeksi HPV
umumnya terjadi pada wanita sehat walaupun masih kurang data yang tersedia
untuk wilayah spesifik (Hawkins, 2013).

Beberapa studi mendeteksi HPV lebih banyak menunjukkan hasil yang


positif pada sampel swab (apusan) di servikovaginal dibandingkan dengan sampel
swab di serviks. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi HPV lebih tinggi pada
vulva atau vagina dibandingkan di serviks. Penyakit ini mulai muncul dengan
adanya aktivitas seksual dan lebih dari 50% terjadi pada populasi yang aktif
secara seksual di beberapa belahan dunia (Laprise, 2013).

Kondiloma akuminata pada laki-laki sering ditemukan di sulkus koronarius,


glan penis, preputium uretra dan jarang pada corpus penis dan perianal.

3
Sedangkan pada wanita sering ditemukan di labia mayor dan minor, klitoris,
introitus vagina, perineum, uretra, serviks dan sangat jarang di perianal.
Bentuknya bervariasi dan dapat meluas, eksofitik, berbentuk seperti bunga kol
(cauliflower-like masses), khususnya di daerah yang lembab di perineum (Laprise,
2013).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan dengan


pemberian asam asetat 3-5% yang akan berubah menjadi putih yang disebabkan
oleh adanya proses koagulasi (penggumpalan) reversible atau presipitasi
(pengendapan) protein seluler. Pada kondiloma akuminata terjadi peningkatan
protein seluler sehingga didapatkan gambaran acetowhite pada epitel dan dapat
juga dilakukan pemeriksaan secara histopatologi (Androphy, 2012).

Pilihan terapi tergantung dari lokasi, ukuran, jumlah dan tipe dari kutil, usia,
dan kerjasama dengan pasien. Terapi yang dilakukan termasuk penghancuran lesi,
medikamentosa dan atau imunoterapi. Kondiloma akuminata merupakan salah
satu penyakit menular secara seksual yang bersifat residif dan dapat menimbulkan
komplikasi yang lebih buruk sehingga edukasi terhadap pasien sangat penting
dimana pasangan seksual harus diperiksa dan juga perlu diobati (Androphy,
2012).

4
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. YJ
b. Usia : 28 tahun
c. Agama : Islam
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Pendidikan Terakhir : SMA
f. Suku Bangsa : Jawa
g. Status : Menikah
h. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
i. Alamat : Sumur Pacing RT 04/03 Karawaci
j. Waktu datang : 23 Oktober 2017

B. ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Kutil di kemaluan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik kebidanan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto dengan keluhan kutil di kemaluan sejak 2 bulan
yang lalu. Awalnya pasien mengaku tumbuh satu kutil dibibir kemaluan
bawah warna seperti permukaan kulit sebesar kacang hijau kemudian
tanpa disadari kutil tersebut bertambah banyak. Pasien juga mengeluhkan
keputihan banyak kadang terasa gatal. Suami pasien juga mengeluhkan
keluhan yang sama yaitu tumbuh kutil di kemaluannya dan sudah berobat.
Pasien mengaku melakukan kontak seksual terakhir kali 2 bulan yang
lalu.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat keluhan serupa : disangkal
2. Riwayat kelainan darah : disangkal
3. Riwayat alergi : disangkal

5
4. Riwayat kencing manis : disangkal
5. Riwayat penyakit jantung : disangkal
6. Riwayat penyakit paru : disangkal
7. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
8. Riwayat penyakit lain : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat kelainan darah : disangkal
2. Riwayat kencing manis : disangkal
3. Riwayat penyakit jantung : disangkal
4. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
5. Riwayat penyakit kandungan : disangkal
e. Riwayat Menstruasi
1. Menarche : 14 tahun
2. Lama haid : ± 5 hari
3. Siklus haid : teratur, 1x/bulan
4. Dismenorrhea : tidak ada
5. Jumlah darah haid :normal (sehari ganti pembalut 3
kali)
f. Riwayat Obstetri
P1A0
Anak ke 1 : laki-laki/5 tahun/spontan/bidan/2900 gr
g. Riwayat nikah : 1x/ 6 tahun
h. Riwayat Ginekologi
1. Riwayat Operasi : tidak ada
2. Riwayat Kuret : tidak ada
3. Riwayat Keputihan : tidak ada
4. Riwayat perdarahan pervaginam: tidak ada
i. Riwayat nutrisi
Pasien jarang mengonsumsi hidangan sayuran dan buah, hanya
sekitar 1-2 kali setiap minggunya. Sehari-hari pasien mengonsumsi nasi
putih dengan lauk-pauk seadanya yang dimasak sendiri. Pasien juga suka
mengonsumsi gorengan.

6
j. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga dengan keadaan sosial ekonomi menengah
kebawah, pasien merupakan ibu rumah tangga, suami pasien bekerja di
pabrik di daerah Kalimantan.

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum/kesadaran : sedang/compos mentis
b. Tinggi badan :147 cm
Berat badan : 48 kg
c. Vital sign
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respiratory Rate : 22 x/menit
Suhu : 36,80C
d. Pemeriksaan kepala
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : discharge (-/-), napas cuping hidung (-/-)
Mulut : sianosis (-)
e. Pemeriksaan leher
Tiroid : tak ada kelainan
f. Pemeriksaan dada
Cor : S1>S2, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki
(-/-)
Dinding dada : Simetris
g. Pemeriksaan abdomen
Dinding perut : Datar
Hepar/lien : sulit dinilai
Usus : bising usus (+) normal
h. Pemeriksaan punggung : tak ada kelainan
i. Pemeriksaan coxae : tak ada kelainan
j. Pemeriksaan genitalia eksterna : lendir darah (-), pengeluaran air (-)

7
k. Pemeriksaan ekstremitas :
Edema -/-/+/+
l. Pemeriksaan limphonodi: tak ada pembesaran kelenjar getah bening
m. Pemeriksaan reflek : reflek fisiologis (+), reflek patologis (-)
n. Pemeriksaan turgor kulit: capillary refill l< 2 detik
o. Pemeriksaan akral : hangat +/+/+/+

D. PEMERIKSAAN LOKAL
a. Status lokalis abdomen
1. Inspeksi : datar, spider nevi (-), caput medusa (-), venektasi
kolateral (-), striae gravidarum (-)
2. Auskultasi : bising usus (+) normal
3. Perkusi :timpani
4. Palpasi : nyeri tekan (-), Hepar/Lien tidak teraba besar,
b. Pemeriksaan Genitalia
1. Regio Genitalia
Inspeksi :
Terdapat lesi multiple di kemaluan bawah dengan ukuran sekitar
0,5cm warna seperti permukaan kulit berbentuk verukosa, rambut
pubis tersebar merata, Edema vulva (-), Fluor (+).
2. Vaginal toucher :
Tidak dilakukan

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tabel 1. Pemeriksaan Darah tanggal 23 Oktober 2017
PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN
DARAH NORMAL
Darah Lengkap
Hemoglobin 13.8 12.8-16.8 g/dL
Leukosit H 12850 4500-13500 U/L
Hematokrit 40 35-47 Δ
Eritrosit 4.6 3,8-5,2 10^6/Ul
Trombosit 252000 154.000-442.000 /uL
MCV 37.6 80-100 fL
MCH 30 26-34 Pg

8
MCHC 34.2 32-36 Δ
RDW 13.3 11,5-14,5 Δ
MPV 10.1 9,4-12,3 fL
Hitung Jenis
Basofil 0.3 0.0-1,0 %
Eosinofil L 1.7 2,0-4,0 %
Batang L 0.4 2,0-5,0 %
Segmen H 81.4 40,0-70,0 %
Limfosit L 13.4 25,0-40,0 %
Monosit 2.8 2,0-8,0 %
PT 11 9,3-11,4 Detik
APTT 37.5 29,0-40,2 Detik
Kimia Klinik
GDS 136 < 200 mg/dL
Sero Imunologi
HBSAG Non Non reaktif
reaktif

F. DIAGNOSA
Para 1 Abortus 0 usia 28 tahun dengan Kondiloma Akuminata

G. TINDAKAN DAN TERAPI


a. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) pasien mengenai penyakitnya
dan rencana terapi atau tindakan yang akan diberikan.
b. Rawat bangsal pro eksisi cauterisasi
c. Monitoring keadaan umum, tanda vital, dan hasil laboratorium
d. Terapi medikamentosa :
IVFD RL 20 tpm
PO klindamysin 2x300mg
PO asam mefenamat 3x500mg
PO adfer 1x1 tab
e. Konsul anestesi, premed inj cefazoline 1 gr iv, 30 menit pre operasi.

H. FOLLOW UP BANGSAL
Tabel 2. Catatan Perkembangan Pasien di Bangsal Teratai
Tanggal S O A P
23/10/2017 Darah haid KU/ Kes: Baik/compos Para 1 Abortus 0 Inj Kalnex 3x500
sudah tidak mentis mg
usia 28 tahun
keluar, TD: 110/70 mmHg Norelut 2x1

9
lemah + N: 88 x/mnt dengan (XXX)
letih + lesu RR: 20 x/mnt Adfer 1x1
kondiloma
+ S: 36.5 C Tranfusi 1 PRC
Status Generalis akuminata (menghabisi darah
Mata: CA (+/+) SI (-/-) yang tersedia)
Thoraks: Pulang post
P/ SD ves +/+, ST -/- tranfsfusi
C/ S1>S2, reg, ST - Kontrol poli
Status Lok. Abd. kebidanan 1
I: datar minggu
A : BU (+) normal
Per: timpani
Pal: NT (-)
Status GE:
PPV (-) FA (-)
Lab (post trf 2 kolf)
Hb : 10,4 g/dL (L)
Leu : 11070 U/L
Ht: 33 (L)
Eritrosit: 4.6 106/uL
Trombo : 187.000 /Ul

I. DIAGNOSA AKHIR
Para 1 Abortus 0 usia 28 tahun dengan kondiloma akuminata

J. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam

10
BAB III
MASALAH DAN PEMBAHASAN

Diagnosis awal kasus saat di poliklinik kebidanan adalah Para 1 Abortus 0


usia 28 tahun dengan kondiloma akuminata. Diagnosis ditegakkan bedasarkan
anamnesis pasien yang menyebutkan bahwa pasien mengalami adanya kutil di
kemaluan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengaku tumbuh satu kutil
dibibir kemaluan bawah warna seperti permukaan kulit sebesar kacang hijau
kemudian tanpa disadari kutil tersebut bertambah banyak. Pasien juga
mengeluhkan keputihan banyak kadang terasa gatal. Suami pasien juga
mengeluhkan keluhan yang sama yaitu tumbuh kutil di kemaluannya dan sudah
berobat. Pasien mengaku melakukan kontak seksual terakhir kali 2 bulan yang
lalu.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien didapatkan pada regio
genitalia tampak vegetasi dengan permukaan verukosa berwarna merah muda,
ukuran lentikuler, jumlah multipel, distribusi regional. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa gejala kondiloma akuminata biasanya asimtomatik dan tidak nyeri serta
terdiri dari papul atau nodul dapat membentuk massa cauliflower-like eksofitik,
(seperti bunga kol) atau nodul pada genitalia, perineum dan anus (Androphy,
2012).

Pasien sudah mengalami keluhan ini sejak dua bulan yang lalu. Suami
pasien juga mengeluhkan keluhan yang sama yaitu tumbuh kutil di kemaluannya
dan sudah berobat. Pasien mengaku melakukan kontak seksual terakhir kali 2
bulan yang lalu. Hal ini sesuai dengan teori yang mana kutil kelamin merupakan
hasil infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan merupakan salah satu penyakit
menular seksual dan disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11 dan masa inkubasi pada
HPV adalah 2 minggu sampai 18 bulan dengan rata-rata 3 bulan (Androphy,
2012).

Gejala lesi berupa papul berwarna merah muda berjumlah multiple dengan
pasien dapat didiagnosa banding dengan bowenoid papulosis, kondiloma lata,
skuamous sel vulva karsinoma dan moluskum kontangiosum. Bowenoid papulosis

11
adalah suatu klinikopatologi yang mana telah teridentifikasi HPV yang berisiko
tinggi yaitu HPV tipe 16. Pada penyakit ini terdapat papul verukosus berpigmen,
datar, sering multiple, timbul lesi 2-3 mm pada laki-laki dan perempuan dengan
predileksi di penis, daerah dekat vulva atau perianal (Androphy, 2012).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah dengan
pemeriksaan dengan pentutulan asam asetat 3-5% pada lesi selama 10 menit maka
akan memberikan visualisasi menjadi berwarna putih yang disebabkan oleh
adanya proses koagulasi (penggumpalan) reversible atau presipitasi
(pengendapan) protein seluler. Hal ini juga akan menyebabkan swelling dari
jaringan epitel, kolumnar dan khususnya bagian epitel skuamos yang abnormal.
Jika epitel mengandung banyak protein seluler, maka asam asetat akan
menggumpalkan protein ini dan merubah warna pada stroma. Pada kondiloma
akuminata terjadi peningkatan protein seluler sehingga didapatkan gambaran
acetowhite pada epitel dan hanya bagian yang berubah menjadi putih yang dapat
diterapi sebagai kutil (Palmer, 2010). Tetapi pemeriksaan ini tidak umumnya
dilakukan. Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan secara histopatologi.

Pada pemeriksaan histopatologi kutil anogenital dapat memiliki sedikit atau


banyak akantosis dan parakeratosis, mereka kekurangan lapisan granulasi seperti
daerah diantara permukaan mukosa. Gambaran koilositotik atau sel koilosit adalah
gambaran khas pada papiloma yang berhubungan dengan HPV. Namun pada
pasien ini kedua pemeriksaan penunjang tersebut tidak dilakukan. Kondiloma
akuminata sebenarnya secara kasat mata dapat didiagnosa dengan cara inspeksi.
Diperlukan pencahayaan yang terang dan pembesaran pada saat memeriksa
infeksi HPV pada genitalia (Palmer, 2010).

Pada pasien telah dilakukan tindakan TCA (tricloroacetic acid), dimana


TCA solution 80-90% adalah salah satu terapi pada kondiloma akuminata yang
dapat digunakan langsung pada permukaan kutil setiap minggu atau per dua
minggu. TCA memiliki keefektifan dapat menyebabkan ulkus dan nyeri (Leonard,
2014). Bahan ini dengan cepat dapat melakukan penetrasi dan mengikis kulit,
keratin, dan jaringan lain. Asam trikloroasetat (TCA) merupakan zat yang bersifat
kaustik dan dapat mengikis kulit dan membrana mukosa. Mekanisme kerja TCA

12
adalah dengan cara koagulasi protein yang menyebabkan terjadi kekeringan sel
dan jaringan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya destruksi yang berat pada
kondiloma. Zat ini dapat diaplikasikan langsung ke permukaan lesi dengan
lidi/kapas lidi aplikator setiap minggu. Tingkat keberhasilan TCA untuk terapi
kondiloma adalah 56-81% dengan tingkat rekurensi 36%. Walaupun bersifat
mengikis, pengobatan ini menyebabkan sedikit iritasi lokal keracunan sistemik
yang minimal serta dengan biaya yang rendah (Leonard, 2014).

Manajemen terapi dari penyakit ini kebanyakan adalah dengan melibatkan


pengerusakan fisik dari sel yang terinfeksi. Adanya multipel modalitas
pengobatan mencerminkan bahwa tidak ada pengobatan antiviral yang efektif
secara langsung (Androphy, 2012). Berbagai modalitas tersebut meliputi,
krioterapi dengan nitrogen cair, kauterisasi, laser atau tindakan bedah, kemoterapi
(podofilin, 5-florouracil, TCA), dan imunoterapi. Pasien ini sudah dilakukan
bedah listrik atau electrocauter, dimana membutuhkan anestesi lokal. Terapi ini
digunakan untuk membakar menghancurkan lesi kutil. Terapi ini menggunakan
listrik frekuensi tinggi dalam bentuk koagulasi panas digunakan untuk membakar
dan menghancurkan lesi kutil. Teknik ini efektif digunakan pada kutil yang lebih
kecil yang terdapat pada penis atau vulva, dan rektum. Namun pengobatan ini
tidak direkomendasikan untuk lesi yang besar karena dapat menyebabkan
pembentukan sikatrik yang permanen. Angka kekambuhan 22% dengan tingkat
penyembuhan 94% (Leonard, 2010).

Pada pasien ini juga mendapatkan antibiotik topikal yaitu asam fusidat 2%
untuk terapi perlukaan lesi pasca tindakan TCA dan pasca kauterisasi sebagai
profilaksis terhadap infeksi. Asam fusidat merupakan salah satu antibiotik topikal
spektrum luas yang paling baik. Antibiotik ini sudah menunjukkan permeabilitas
pada kulit yang baik dan memiliki potensi alergi yang rendah untuk mengatasi
infeksi kulit dan jaringan lunak (Musmade, 2013).

Edukasi pada pasien adalah dengan menjelaskan bahwa penyakit ini adalah
penyakit dengan penularan secara seksual sehingga pada pasien dengan kutil
kelamin, pasangan seksual tersebut harus diperiksa dan diobati juga dan
diperlukan pemeriksaan serviks dengan Pap Smear, bahkan laki-laki dengan

13
perempuan dengan penyakit serviks juga perlu diperiksa.(1) Selain itu pemberian
vaksin juga dapat melindungi dan berperan sebagai pencegahan melawan infeksi
HPV, terutama HPV tipe 16 dan 18. Selain itu juga dapat melindungi dari infeksi
HPV tipe lain termasuk termasuk tipe yang menyebabkan kutil genitalia dan anus.
Vaksin ini hanya dapat digunakan untuk mencegah infeksi HPV tapi tidak
membantu untuk mengobati infeksi. Untuk hasil terbaik vaksin harus diberikan
sebelum seseorang terekspos HPV seperti melalui aktivitas seksual (Musmade,
2013).

Pemakaian kondom memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV. Suatu


penelitian menemukan bahwa ketika kondom digunakan secara benar pada saat
melakukan aktivitas seksual maka infeksi HPV akan lebih rendah yaitu sekitar
70% tetapi kondom tidak dapat melindungi secara keseluruhan karna tidak dapat
melindungi seluruh bagian tubuh yang mungkin terinfeksi HPV seperti kulit pada
genital atau daerah anus (Musmade, 2013).

Prognosis dari penyakit ini baik jika cepat ditangani. Karena tidak ada agen
antivirus yang efektif untuk pengobatan kutil kelamin, maka kekambuhan sering
terjadi. Pengobatan tidak membuktikan untuk mengurangi transmisi secara
seksual atau untuk mencegah progresivitas terjadinya dysplasia atau kanker
(Leonard, 2014).

14
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kondiloma akuminata adalah suatu penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang mengenai daerah
genitalia, perineum, lipatan paha dan anus dengan gambaran papul atau nodul
dan membentuk massa seperti bunga kol (cauliflower-like), eksofitik,
khususnya pada tempat yang lembab (Androphy, 2012).

B. Epidemiologi
HPV tipe 6 dan 11 berperan dalam 90% kasus kutil anogenital dengan terdapat
190.000 angka kejadian kasus baru dan kambuhan di suatu klinik umum di
UK pada tahun 2010. Insiden infeksi HPV umumnya terjadi pada wanita sehat
walaupun masih kurang data yang tersedia untuk wilayah spesifik (Laprise,
2013). Kondiloma akuminata sering terjadi pada laki-laki di tempat anus atau
di anus, bahkan 1% di skrotum. Sedangkan pada wanita lesi muncul di vulva
atau serviks, perineum atau anus (Palmer, 2010). Kutil kelamin terjadi pada
penularan seksual dan pasangan seksual dapat menularkan virus dengan
mudah. Penularan secara seksual ini dapat melibatkan HPV dengan resiko
tinggi dan resiko rendah, khususnya sering terjadi pada wanita yang aktif
secara seksual yang berusia lebih muda 25 tahun (Androphy, 2012).

C. ETIOLOGI

Virus penyebab penyakit ini adalah Human Papilloma Virus (HPV) yang
merupakan golongan virus dari genom papova. Sampai saat ini dikenal 70
tipe HPV, namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma
akuminata. Menurut INNO-LiPA mendeteksi 24 genotipe HPV yaitu 13
dengan genotype resiko tinggi (HPV genotype 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45,51,
52, 56, 58, 59, dan 68) terdapat 11 genotype HPV tipe resiko rendah (HPV
genotype 6, 11, 40, 42, 43, 44, 53, 54, 66, 70, dan 74) (Bakardzhiev, 2012).

15
Virus HPV merupakan virus yang tidak mempunyai envelope, merupakan
DNA rantai ganda. Beberapa tipe HPV seperti HPV tipe 16 dan 18
mempunyai protein E6 dan E7 yang mempunyai potensi onkogenik yang
tinggi. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling banyak dijumpai pada kanker
serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma
akuminata dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan (Androphy, 2012).

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Androphy EJ, Kirnbauer R. Human Papiloma Virus Infections. In: Goldsmith


LA Katz SI, Gilchrest BA, Palerr AS, Leffel DJ, Wolff K, Editors. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 8th. New York: McGraw Hill;2012. p.
2421-33.
2. Bakardzhiev I, Pehlivanov G, Stransky D, Gonevski M. Treatment of
Condiloma Acuminata and Bowenoid Papulosis with CO2 Laser and
Imiquinod. JofIMAB. 2012(18); p. 246-8.
3. Hawkins GM, Winder DM, Ball SM, Vaughan K, et al. Detection of Specific
HPV Subtypes Responsible for the Pathogenesis of Condiloma Acuminata.
Virology Journal. 2013:10. p. 2-9.
4. Laprise C and Trottier H. Epidemilogy of Anogenital Human Papillomavirus
Infections. Intech. 2013. p. 269-79.
5. Palmer JE and Gilespie AM. Diagnosis and Management of Squamous Cell
Vulvar Carcinoma. Trends in Urology Gynaecology & Sexual Health.2010. p.
20-2.
6. Leonard B, Kridelka F, Delbecque k, Goffin F, Demoulin S, Doyen J, et al.
Review Article: a Clinical and Pathological Overview of Vulvar Condiloma
Acuminatum, Intraepitheal Neoplasia and Squamous cell Carcinoma. BioMed
Research International. 2014. p. 1-8.
7. Musmade PB, Tumkur A, Trilok M, Bairy KL. Fucidic Acid-Topical
antimicrobial in Management of Staphylococcus Aureus. International Journal
of Pharmacaetical Science. 2013;4. p. 1-10.

17

Anda mungkin juga menyukai