Choriocarcinoma
Disusun oleh :
20174011121
Pembimbing :
2018
PRESENTASI KASUS
Choriocarcinoma
Disusun oleh:
20174011121
Diajukan kepada:
2018
1
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Choriocarcinoma
Disusun oleh :
20174011121
Dokter Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Presentasi kasus ini selain disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti ujian akhir di bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi, dan juga untuk memberikan
tambahan ilmu bagi rekan-rekan medis dan para medis mengenai prolaps uteri.
Penulis menyadari presentasi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan
saran sangat penulis harapkan. Dalam kesempatan yang sangat baik ini perkenankanlah
penulis mengucapkan penghargaan dan terimakasih yang tidak ternilai kepada:
1. Allah SWT, telah memberikan segala nikmat yang tidak terhingga sehingga mampu
menyelesaikan Presentasi Kasus ini dengan baik.
2. dr. Erick Yuane, Sp.OG selaku dokter pembimbing dalam menyelesaikan presentasi kasus
ini.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahwabarakatuh.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Prolapsus alat-alat genitalia dapat disamakan dengan suatu hernia, di mana suatu
organ genitalia turun ke dalam vagina, bahkan bila mungkin ke luar dari liang vagina.
Keadaan ini dikarenakan kelemahan dari otot, fascia dan ligamentum penyokongnya.
Prolapsus genitalia ini secara umum dapat berupa prolapsus vagina dan atau prolapsus
uteri.1,2Prolapsus genitalia yang sering ditemukan adalah uterosistokel, sistokel, prolapsus
uteri dan rektokel. Uretrokel saja jarang terjadi, sedangkan enterokel lebih sering ditemukan
terutama pada pasien-pasien pasca tindakan histerektomi. Kasus ini sering terdapat pada
wanita dengan paritas yang tinggi dan 40% dari mereka membutuhkan tindakan pengobatan
dan kasus ini jarang sekali ditemukan pada seorang wanita nullipara.1,4,5Diperkirakan 50%
dari wanita yang telah melahirkan akan menderita prolapsus genitalia dan hampir 20% kasus
ginekologi yang menjalani operasi adalah akibat kasus prolapsus genitalia. Angka ini akan
terus meningkat jumlahnya akibat usia harapan hidup wanita Indonesia yang terus
meningkat.1
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Losif dan Bekazzy (1984) ditemukan
hampir 50% wanita terutama wanita pasca menopause yang mengalami prolapsus genitalia
mempunyai masalah urogenital akibat keadaan tersebut, akan tetapi prevalensinya secara
pasti sangat sulit ditentukan dengan tepat. Hal ini disebabkan banyak wanita tersebut yang
tidak mau atau merasa malu, takut ataupun enggan untuk membicarakan masalah–masalah
yang dialaminya, bahkan tabu, baik pada teman, keluarga, tenaga kesehatan, maupun dokter.
Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman tentang prolapsus urogenital cukup penting
sehingga setiap wanita yang mengalaminya dapat hidup dengan layak tanpa memberikan
beban yang berat pada keluarga maupun pada masyarakat apabila ditatalaksana dengan tepat
dan benar sejak dini.5
Di sisi lain perlu untuk diketahui dan dipahami oleh seluruh ahli ginekologi bahwa
tidak semua prolapsus alat genitalia memerlukan terapi dan jika memang dibutuhkan terapi
dapat dilakukan secara konservatif ataupun operatif. Oleh karena itu pengetahuan tentang
prolapsus genitalia ini termasuk penatalaksanaannya sangatlah penting untuk diketahui
sehingga menjadi alasan yang kuat untuk membuat tulisan ini.
4
BAB II
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Siti F.
b. Umur : 32 tahun
c. Pendidikan : SMK
e. Agama : Islam
i. No. RM : 617027
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
5
berhubungan seksual dengan suaminya karena takut akan memperparah
penyakitnya.
5. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Menopause : - tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
6. Riwayat Perkawinan
7. Riwayat Obstetri
6
2. Hamil 16 minggu 2017 - Kuretase
PKU Bantul
Disangkal.
9. Riwayat KB.
IUD
1. Pemeriksaan Umum
N : 86 x/menit
S : 370 C
R : 20 x/menit
Gizi : Cukup
7
Status Generalis
Kepala : konjunctiva sedikit anemis, Sklera tidak ikterik, bibir tampak pucat,
mukosa kering
Dada :
Abdomen : tidak ada massa, hepar/lien tidak teraba, terdapat nyeri tekan pada
abdomen, bising usus normal (kesan normal)
Status Ginekologi :
- Inspeksi : tampak perdarahan dan flek keluar dari vagina, bentuk seperti
buah pir, warna merah muda, tanpa erosi
- Palpasi :
- Inspekulo : -
- VT : massa dapat dimasukkan.
IV. Diagnosis Klinis
Choriocarcinoma, P1A1 dengan anemia
V. Penatalaksanaan
- Kemoterapi
- Transfusi 1 Kantong PRC
- Inj. Ondansetron 4 mg/12 jam IV
- SF 2x1
8
VI. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
10-4-2017 (Post Kuretase)
Hematologi
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Hemoglobin 9.5 12.0-16.0 g/dl
Lekosit 10.28 4.00-11.00 10^3/ul
Eritrosit 4.95 4.50-5.50 10^6/ul
Trombosit 290 150-450 10^3/ul
Hematokrit 31.7 35.0-49.0 Vol%
9
Fungsi Hati
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Albumin 3.45 3.97-4.94 Mg/dl
SGOT 23 32 U/L
SGPT 42 33 U/L
Fungsi Ginjal
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
BUN 4 6-20 Mg/dl
Creatinin 0.53 0.5-1.9 Mg/dl
Elektrolit
Hemostasis
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
PPT 12.1 12.0-16.0 Detik
APTT 27.9 27.9-37.0 Detik
Control PPT 14.5 11.0-16.0 Detik
Control APTT 29.5 28.0-36.5 Detik
Hormon Reproduksi
10
Rujukan nilai Beta HCG
12-1-2017
Hematologi
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Hemoglobin 12.5 12.0-16.0 g/dl
Lekosit 9.39 4.00-11.00 10^3/ul
Eritrosit 5.0 4.50-5.50 10^6/ul
Trombosit 308 150-450 10^3/ul
Hematokrit 38.1 35.0-49.0 Vol%
Golongan darah
Pemeriksaan Hasil
Golongan Darah B
Hemostasis
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
PPT 12.1 12.0-16.0 Detik
APTT 33.6 27.9-37.0 Detik
Control PPT 14.4 11.0-16.0 Detik
Control APTT 3 28.0-36.5 Detik
USG
12
VII. Follow Up Pasien
Tabel 1. Follow up Pasien
13
Nyeri tekan (+)
O : KU sedang compos
mentis.
TD:130/90 R:20 kpm
N:89 kpm T:36,7oC
Hb:12.5
A: Choriocarcinoma P1A1
14/1/2018 S : pasien mengatakan P: BLPL
masih ada flek namun SF2x1
sedikit, sudah tidak ada
mual, dan masih ada nyeri
tekan bagian abdomen
O : KU baik
Perdarahan (+)
Defekasi (-)
Flatus (+)
Miksi (+)
TD 120/90 R 18X
N 90 kpm T 37oC
Hb 12.5
A: Choriocarcinoma P1A1
14
BAB I
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Prolaps uteri adalah suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus ke dalam atau
keluar melalui vagina.1 Hal tersebut dikarenakan dukungan yang tidak adekuat dari
ligamentum cardinal dan uterosakral serta struktur penyangga pelvis mengalami
kerusakan dan kadang-kadang organ pelvis yang lain juga ikut turun.
B. Epidemiologi
Prolaps uteri atau POP (Pelvic Organ Prolaps) dapat terjadi pada wanita diberbagai
usia. Namun usia tua lebih sering ditemukan. Prevalensi POP meningkat sekitar 40% tiap
penambahan 1 dekade usia seorang wanita.2 Pada studi Women’s Health Initiative
(Amerika), 41 % wanita usia 50-79 tahun mengalami Prolapsus Organ Panggul (POP),
diantaranya 34% mengalami cystocele, 19% mengalami rectocele dan 14% mengalami
prolapsus uteri.4 Prolapsus terjadi di Amerika sebanyak 52% setelah wanita melahirkan
anak pertama, sedangkan di Indonesia prolapsus terjadi sebanyak 3,4-56,4% pada wanita
yang telah melahirkan. Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan setiap
tahun ada 47-67 kasus prolapsus, dan sebanyak 260 kasus pada tahun 2005-2010 yang
mendapat tindakan operasi.5Dalam Penelitian yang dilakukan Darshan, et al tentang
penyebaran distribusi usia pada wanita dengan prolaps uteri menunjukkan bahwa angka
prevalensi terbesar pada kelompok usia 41-50 tahun yakni 34,85% dari semua kelompok
usia.3
C. Etiologi
Penyebab prolaps uteri adalah multifaktorial. Faktor risiko yang telah diteiliti antara
lain adalah kehamilan, persalinan pervaginam, menopause, defisiensi estrogen,
peningkatan tekanan intra abdomen jangka waktu panjang yang menekan levator plate
(konstipasi, mengangkat barang-barang berat, penyakit paru obstruktif kronik,
mengedan), ras, indeks massa tubuh (IMT),2,7,8 faktor genetik9,10, faktor anatomi11,
biokimiawi dan metabolism jaringan penunjang, dan riwayat pembedahan.
15
Tabel 2. Faktor Resiko Prolaps Uteri. AFP (American Family Physician). Pelvic Organ
Prolaps
1 2,48 0,69-9,38
2 4,58 1,64-13,77
3 8,4 2,84-26,44
4 11,75 3,84-38,48
Persalinan per vaginam diduga sebagai penyebab utama POP, melalui mekanisme
kerusakan otot levator ani, nervus pudenda, dan fasia penyokong organ panggul. Risiko
16
POP meningkat 1,2 kali pada setiap penambahan jumlah persalinan per vaginam. Risiko
relatif terjadinya prolaps berdasarkan jumlah persalinan terdapat pada tabel 3 di atas.
D. Anatomi Uterus
Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng kearah
muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya
terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm, lebar di
atas 5, 25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding uterus adalah 1,25 cm. Bentuk dan
ukuran uterus sangat berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah melahirkan anak
atau belumnya. Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih dan rectum. Letak
uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteve rsiofleksio (serviks kedepan dan
membentuk sudut dengan serviks uteri ).
17
Bagian-bagian uterus terdiri atas :
1. Fundus uteri
B a g i a n u t e r u s p r o k s i m a l d i a t a s m u a r a t u b a u t e r i n a ya n g m i r i p
dengan kubah, di bagian ini tuba Falloppii masuk ke uterus.
2. Korpus uteri
bagian uterus yang utama dan terbesar. Korpus uteri menyempit di bagian inferior
dekat ostium internum dan berlanjut sebagai serviks. Pada kehamilan, bagian ini
mempunyai fungsi utama sebagai tempat janain berkembang.
3. Serviks uteri
Serviks menonjol ke dalam vagina melalui dinding anteriornya dan
bermuara ke dalam ostium ekternum. Serviks uteri terdiri dari
a. Pars Vaginalis servisis uteri (portio)
b. Pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada diatas vagina
Uterus sebenarnya terapung didalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan
ligamentum yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Ligamentum yang
memfiksasi uterus adalah
1. Ligamentum cardinal (sinistra dan dextra) : ligamentum terpenting mencegah
supaya uterus tidak turun
2. Ligamentum sakrouterina (sinistra dan dextra) : ligamentum yang menahan uterus
supaya tidak banyak bergerak. Di kiri dan kanan serviks sebelah belakang ke
sacrum dinding panggul
3. Ligamentum rotundum (sinistra dan dextra) : yang menahan uterus dalam
antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kanan dan kiri, ke daerah inguinal
4. Ligamentum latum (sinistra dan dextra) : berupa lipatan peritoneum sebelah
lateral kanan kiri dari pada uterus, meluas sampai ke dinding pangggul dan dasar
panggul, sehingga seolah-olah menggantung pada tubae
5. Ligamentum infundibulo pelvikum (lig. suspensorium uteri) : Ligamentum ini
menggantungkan uterus pada dinding panggul. Antara sudut tuba dan ovariumm
terdapat ligamentum ovarii propium
18
6. Ligamentum vesico uterinum : dari uterus ke kandung kemih
Dasar panggul terdiri atas otot levator ani, uretra dan otot sfingter ani serta jaringan
ikat endopelvis. Lapisan pertama dukungan otot terdiri dari otot iliococcygeus serta
fascia obturator internus. Lapisan kedua terdiri dari otot puboviseralis yaitu m.
puborectalis dan m.pubococcygeus yang mengelilingi hiatus urogenitalis dimana uretra,
vagina, anorectum berjalan melaluinya.
Otot levator ani mempunyai dua fungsi terpenting yaitu menjaga tegangan otot basal
yang konstan sehingga hiatus urogenitalis tetap tertutup dan juga menjadi lempengan
otot penyokong. Bila tegangan atau tonus basal ini hilang atau menurun, hiatus genitalis
dapat melebar sehingga menyebabkan penurunan organ pelvis. Fungsi kedua dari otot
levator ani adalah secara reflek berkontraksi terhadap peningkatan tekanan
intraabdominal seperti saat batuk atau berdiri sehingga membuat keseimbangan tekanan
intraabdominal dan tekanan luar. Otot levator ani dipersarafi oleh serabut saraf anterior
19
S2-S4, dimana cabang motorik dari saraf ini mempunyai kemungkinan untuk tertekan
dan teregang selama persalinan pervaginam.
Selain otot dan serabut saraf, dasar panggul juga memiliki sistem ligamen dan
jaringan ikat kompleks yang dikenal dengan fascia endopelvis. Fascia ini menampung
organ pelvis dan melekat pada dinding panggul. Terdapat tiga tingkatan dukungan
terhadap uterus dan vagina, yaitu :
Jaringan ikat, dukungan otot dan persarafan di daerah pelvis dapat mengalami trauma
penekanan saat kehamilan dan juga menjelang persalinan dimana regangan, robekan dan
ruptur jaringan ikat, otot dan saraf dapat terjadi. Hal ini dapat memberikan efek jangka
pendek dan jangka panjang berupa prolapsus organ pelvis.
Telah dibahas sebelumnya bahwa kejadian prolaps uteri lebih sering ditemukan pada
usia tua (Periode post menopause). Hal ini berkaitan dengan berkurangnya kolagen,
terjadi kelemahan fascia dan jaringan penyangga, dan berkurangnya hormon estrogen.
Estrogen mempengaruhi kulit dengan meningkatkan sintesis hidroksiprolin dan prolin
sebagai penyusun jaringan kolagen. Berkurangnya jaringan kolagen menyebabkan
lemahnya otot-otot dasar panggul.13
20
penilaian yang objektif, deskriptif sehingga dapat memberikan nilai kuantifikasi atau
derajat ringan beratnya prolapss yang terjadi. Penilaian yang lain menurut Baden-Walker,
dimana keuntungan penilaian ini adekuat untuk keperluan praktik klinik.
G. Diagnosis
1. Anamnesis
Gejala yang ditimbulkan oleh POP terdiri atas gejala vagina, berkemih,buang air
besar (BAB), dan seksual.
Tabel 5. Gejala pada Prolaps Uteri. POGI 201312
22
Beberapa hal yang menjadi catatan untuk gejala POP adalah:
a. Gejala benjolan dipengaruhi oleh gravitasi sehingga makin berat pada posisi
berdiri.
b.Semakin lama, benjolan akan terasa semakin menonjol terutama setelah adanya
aktifitas fisik berat jangka panjang seperti mengangkat benda berat atau berdiri.
c. Derajat prolaps tidak berhubungan dengan gejala urgensi, frekuensi atau
inkontinensia urin.
d.Pada studi yang menilai korelasi antara gejala dengan lokasi dan derajat prolaps,
ditemukan bahwa korelasi antara gejala BAB dan prolaps posterior lebih kuat
dibandingkan korelasi antara gejala berkemih dengan prolaps anterior.
e. Gejala seperti rasa tekanan, ketidaknyamanan, benjolan yang terlihat dan
gangguan seksual tidak spesifik untuk kompartemen tertentu.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dalam posisi litotomi pada meja ginekologi
a. Pemeriksaan ginekologi umum untuk menilai kondisi patologis lain
b. Inspeksi vulva dan vagina, untuk menilai:
- Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi segera, ulkus yang
bukan kanker diobservasi dan dibiopsi bila tidak ada reaksi pada terapi.
- Erosi atau ulserasi pada epitel vagina.
- Perlu diperiksa ada tidaknya prolaps uteri dan penting untuk mengetahui
derajat prolaps uteri dengan inspeksi terlebih dahulu sebelum dimasukkan
inspekulum.
c. Manuver Valsava.
Derajat maksimum penurunan organ panggul dapat dilihat dengan
melakukan pemeriksaan fisik sambil meminta pasien melakukan maneuver
Valsava.
- Setiap kompartemen termasuk uretra proksimal, dinding anterior vagina,
serviks, apeks, cul-de-sac, dinding posterior vagina, dan perineum perlu
dievaluasi secara sistematis dan terpisah.
- Apabila tidak terlihat, pasien dapat diminta untuk mengedan pada posisi
berdiri di atas meja periksa.
- Tes valsava dan cough stress testing (uji test) dapat dilakukan untuk
menentukan risiko inkontinensia tipe stress pasca operasi prolaps.
23
d. Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi dan kekuatan
otot levator ani
e. Pemeriksaan rektovagina
3. Pemerikasaan Penunjang
a. Urin residu pasca berkemih
25
d. Estrogen
- Estrogen diduga dapat mencegah atau membantu penatalaksanaan POP
bila dikombinasikan dengan intervensi lainnya melalui mekanisme
penguatan struktur penunjang dan mencegah penipisan jaringan vagina
dan panggul.
- Penggunaan estrogen lokal bersamaan dengan latihan otot dasar panggul
sebelum operasi dapat menurunkan insidensi sistitis pasca-operasi dalam 4
jam pasca operasi.
- Raloxifen oral dapat menurunkan kejadian operasi POP pada
wanita di atas 60 tahun, namun hal ini belum dapat dijadikan
dasar rekomendasi praktik.
2. Operatif
a. Histerektomi Vagina
Operasi ini tepat dilakukan pada prolapss uteri tingkat lanjut (derajat III dan
IV) dengan gejala pada saluran pencernaan dan pada wanita yang telah
menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada
ligamentum rotundum kanan dan kiri atas pada ligamentum infundibulo
pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan
kolpoperineorafi untuk mengurangi atau menghilangkan gejala saluran
pencernaan seperti, sembelit, inkontinensia flatus, urgensi tinja, kesulitan
dalam mengosongkan rektum atau gejala yang berhubungan dengan gangguan
buang air besar dan untuk mencegah prolaps vagina di kemudian hari.
b. Kolpokleisis (kolpektomi)
Tindakan ini merupakan pilihan bagi wanita yang tidak menginginkan fungsi
vagina (aktivitas seksual dan memiliki anak) dan memiliki komplikasi tinggi.
Dilakukan apabila sebelumnya telah dilakukan histerektomi. Operasi ini
dilakukan dengan menjahit dinding vagina depan dengan dinding vagina
belakang, sehingga lumen vagina tertutup dan uterus terletak di atas vagina.
Keuntungan utama dari prosedur ini adalah waktu pembedahan singkat dan
pemulihan cepat dengan tingkat keberhasilan 90 – 95%.14
c. Ventrofikasi
Dilakukan pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan
anak. Cara melakukannya adalah dengan memendekkan ligamentum
26
rotundum atau mengikat ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan
cara operasi Purandare (membuat uterus ventrofiksasi)
d. Operasi Manchester
Operasi ini disarankan untuk penderita prolaps yang masih muda, tetapi
biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum
kardinale yang telah dipotong, di depan serviks dilakukan pula kolporafi
anterior dan kolpoperineoplastik. Amputasi serviks dilakukan untuk
memperpendek serviks yang memanjang (elongasio koli). Tindakan ini dapat
menyebabkan infertilitas, partus prematurus, abortus . Bagian yang penting
dari operasi Manchester ialah penjahitan ligamentum kardinale di depan
serviks karena dengan tindakan ini ligamentum kardinale diperpendek,
sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi, dan turunnya uterus
dapat dicegah.
e. Prolaps anterior
Sistokel dapat ditatalaksana dengan kolporasi anterior tradisonal
dengan atau tanpa menambahan jaring sintetik (mesh) atau materi
tandur (graft)
27
BAB II
PEMBAHASAN
Pasien Ny. K 69 tahun P6A0 datang dari IGD mengeluh adanya benjolan yang keluar
dari jalan lahir. Keluhan dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu. Pasien mengatakan
bahwa pada awalnya benjolan keluar sedikit dan bisa masuk sendiri ketika pasien
berbaring. Namun akhirnya benjolan dirasakan makin besar keluar. Bila telah direposisi,
benjolan kembali turun jika pasien batuk atau BAB. Ny.K mempunyai riwayat obstetri
melahirkn pervaginam sebanyak 6 kali dan mengaku lupa berat bayi masing-masing.
Pasien mengaku mengalami menarche pada usia 11 tahun dan menopause pada usia 50
tahun.
Adanya keluhan benjolan dari jalan lahir sebesar buah peer merupakan ciri khas pada
prolaps uteri. Dalam Panduan Penatalaksanaan Prolaps Uteri, POGI 2013 disebutkan
bahwa gejala pada prolaps uteri meliputi :
28
Mekanisme Patofisiologi Prolaps Uteri yang terjadi pada Ny. K ini dijelaskan pada
bagan dibawah ini
Riwayat Melahirkan
Usia Menopause
Pervaginam 6X
Berkurangnya
Jaringan Kolagen
Kelemahan Otot
dasar panggul
Faktor etiologi utama terjadinya POP diduga kuat karena persalinan pervaginam yang
menciderai otot dasar panggul serta trauma neuropatik melalui peregangan yang maksimal
baik saat mengandung dan melahirkan (Freeman., 2013; Giarenis., 2014; Rortveit., 2014)
16,17,18
. Sebuah Family Planning Studytahun 1997, dengan mengikuti perjalanan 17.000
wanita selama 17 tahun, didapatkan wanita yang melahirkan satu anak memiliki risiko empat
kali menderita POP, wanita dengan dua anak risiko menjadi delapan kali dan tiga anak
menjadi sepuluh kali menderita POP, sehingga upaya pencegahan dengan merencanakan
sectio cesarean menjadi salah satu upaya yang dapat ditempuh, walaupun masih menuai
kontroversi.
Upaya pencegahan dapat dilakukan berupa perencanaan sectio cesarean pada pasien yang
memiliki indikasi, mengurangi berat badan dengan menjalani pola hidup sehat karena dengan
29
berat badan ideal maka akan mengurangi tekanan dan trauma pada otot dasar panggul,
melakukan secara teratur senam Kegel untuk memperkuat otot dasar panggul dan pemberian
terapi Hormone Replacement Therapy (HRT) berupa estrogen dan konjugasinya yang akan
memperkuat ligament, otot dan mukosa vagina.
Terapi pilihan yang bisa digunakan untuk Ny. K dengan prolaps uteri grade IV dan
sistokel ini adalah TVH (Transvaginal Hysterectomy) dan Kolporafi. Selain itu pilihan terapi
konservatif bisa dilakukan seperti latihan otot dasar panggul.
30
BAB IV
KESIMPULAN
Diagnosis pada prolaps uteri dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
penunjang bila perlu. Pada anamnesis ditekankan pada riwayat obstetri dan riwayat
mentruasi dan menopause pasien. Pada pemeriksaan fisik yaitu dengan inspeksi dan
palpasi untuk menilai derajat prolaps uteri dan pada massa apakah diikuti dengan prolaps
organ panggul yang lain. Pada NY.K didiagnosis dengan Prolaps Uteri grade IV karena
telah terjadi eversi komplit total panjang traktus genitalia bawah. Bagian distal prolaps
uteri menurun sampai (TVL-2) (POP-Q kriteria). Faktor resiko yang menyebabkan
Ny.Kmengalami Prolaps uteri adalah usia menopause yang berkaitan dengan homon dan
riwayat obstetri dengan persalinan pervaginam 6 kali.
31
DAFTAR PUSTAKA
33