Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

MIOMA UTERI

PENYUSUN:
dr. Mochamad Ricky Fauzan Adyaksa

PEMBIMBING:
dr. Liva Anggraeni

DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM INTERNSHIP


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG
2019

1
BORANG PORTOFOLIO DOKTER INTERNSIP
RS BHAYANGKARA TULUNGAGUNG
KASUS ILMU OBSTETRIC

Topik : Mioma Uteri


DPJP :
Tanggal MRS : 03 Juni 2019
dr. Pandu, Sp.OG
Pendamping :
Tanggal Periksa : 03 Juni 2019
dr. Liva Angraeni
Tanggal Presentasi : 26 Juli 2019
Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Tulungagung
Objektif Presentasi : Keilmuan, Masalah, Diagnostik
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Ny. H usia 43 tahun P1001 datang ke UGD RS Bhayangkara Tulungagung jam
□ Deskripsi :
19.23 WIB dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir
Memaparkan kasus yang telah ditangani di IGD dan Ruang Rawat Inap.
□ Tujuan : Mengumpulkan referensi ilmiah untuk menghadapi kasus yang didapatkan.
Menyelesaikan kasus yang dihadapi dengan solusi yang terbaik.
Bahan
■ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara
■ Presentasi dan Diskusi □ Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas :
Data Pasien : Ny. H / Wanita / 43 Tahun No. Regitrasi : XXXX14
Nama RS : Telepon : Terdaftar sejak :
RS Bhayangkara Tulungagung - 08 Januari 2019

Data Utama untuk Bahan Diskusi :


1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:

Pasien datang ke UGD RS Bhayangkara Tulungagung jam 19.23 WIB dengan keluhan

perdarahan dari jalan lahir banyak sehari ganti pembalut sebanyak 5-6x/hari dan disertai nyeri

2
terutama saat dibuat berhubungan badan. Keluar gumpalan darah berwarna merah kehitaman

bercampur darah segar.


2. Riwayat Pengobatan :

- Riwayat Mioma Uteri dari hasil USG di dr. Ony sp.OG tahun 2018.

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :

- Riwayat Kista Coklat operasi tahun 2010 di RSI

4. Riwayat Keluarga :

Riwayat Kanker : Ayah (Ca. Paru)


: Nenek (Ca. Cervix)
5. Riwayat pekerjaan:

- Ibu Rumah Tangga

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :

- Pasien merupakan seorang ibu sebagai ibu rumah tangga tinggal bersama seorang
suami dan 2 anak perempuan

Daftar Pustaka :
1. Pasinggi S, Wagey F, Rarung M. Prevalensi Mioma Uteri Berdasarkan Umur di RSUP Prof.dr.
R. D. Kandou Manado. Jurnal e-clicic vol.3 No. 1. Januari-April 2015
2. Baziad A. Endokrinologi Ginekologi. Edisi ketiga. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI.2008:2015-23.
3. Achadiat CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Penerbit buku kedokteran
EGC. 2004;94
4. Thomason P. Leiomioma, Uterus (Fibroid). 6 Mei 2008. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/405676-overview pada 26 Agustus 2010.
5. Joedosepoetro MS, Sutoto. Tumor Jinak pada Alat-Alat Genital. Dalam: Saifuddin AB,
Rachimhadhi T [editor]. Ilmu Kandungan, edisi ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2007. hal 337-45.
6. Northington GM, Arya LA. Uterine Leiomioma. In: Davies MF [editor]. Hospital Physician:
Obstetrics and Gynecology Board Review Manual, volume 10. Philadelphia: Turner White
Communications, Inc.; 2006. p 2-9.
7. Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Bradshaw KD, Cunningham FG.

3
Williams gynecology. 2nd ed. China: McGraw-Hill; 2012. p. 247-59.
8. Endmonds DK. Dewhurst’s texbook of obstetrics & gynaecology. 7th ed. Massachusetts:
Blacwell; 2007. p. 638-44.
9. Parker WH. Etiology, symtomatology, and diagnosis of uterine miomas. Internat J Fertil
Steril. 2007;87:726-36.

Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Mioma Uteri

2. Penatalaksanaan Mioma Uteri

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mioma uteri dapat disebut juga dengan leiomioma, fibromioma atau fibroid.
Merupakan suatu tumor jinak yang tumbuh di dalam jaringan otot rahim. Tumor ini dapat

4
bersifat tunggal (hanya ada satu tumor yang tumbuh) atau bersifat multipel (lebih dari satu
tumor yang tumbuh).1
Menurut penelitian, angka kejadian mioma uteri yang terjadi pada wanita berumur 35
tahun adalah sebesar 40% dan dapat meningkat hingga umur 50 tahun menjadi 70%. 1
Penyebab dari mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti, namun faktor keturunan,
hormonal, dan faktor sel tumor merupakan beberapa faktor utama yang mempengaruhi
timbulnya mioma uteri. Jumlah kejadian mioma uteri di Indonesia menempati urutan kedua
setelah kanker serviks.4,5Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan
untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau
hanya 1 kali hamil. 4,5
Mioma uteri merupakan tumor yang tidak ganas dan ada kemungkinan sangat kecil
untuk menjadi tumor ganas (0,1-0,5%) sehingga efek dari tumor jinak ini hampir tidak pernah
mengakibatkan kematian, akan tetapi dapat mengganggu kualitas hidup seseorang. Gejala
klinis seorang wanita dengan mioma uteri tergantung pada lokasi tumbuhnya tumor dan
ukuran tumor. Mioma uteri yang berukuran kecil, mungkin tidak menimbulkan gejala sama
sekali. Pada mioma uteri yang berukuran besar, massa tumor yang besar dapat
mengakibatkan beberapa gejala, diantaranya perdarahan, ketidaknyamanan pada perut atau
kembung, buang air besar yang menyakitkan, sakit pinggang, gangguan frekuensi berkemih
atau kesulitan buang air kecil. Selain itu, mioma uteri juga meningkatkan risiko kesulitan
untuk hamil pada wanita (infertilitas). Pada kehamilan, mioma uteri dapat menyebabkan
keguguran, perdarahan, persalinan yang lebih cepat (prematur) atau kelainan posisi janin dan
mengingkatkan risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan.2,3

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana definisi, epidemiologi, klasifikasi, faktor resiko, patogenesis, diagnosis,


penatalaksanaan mioma uteri pada laporan kasus ini.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, klasifikasi, faktor resiko, , patogenesis,


diagnosis banding, diagnosis, dan penatalaksanaan mioma uteri.

1.4 Manfaat

Hasil dari laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan
proses pembelajaran bagi dokter internship mengenai penyakit obstetric khususnya mioma uteri.

5
6
BAB II
STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. H
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SMP
Nama Suami : Tn. A
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : TNI AL
Alamat : Desa Kepatihan Tulungagung
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal MRS : 03 Juni 2019

2.2 Anamnesis
1. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke UGD RS Bhayangkara Tulungagung jam 19.23 WIB dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir banyak sehari ganti pembalut sebanyak 5-6x/hari dan disertai
nyeri terutama saat dibuat berhubungan badan. Keluar gumpalan darah berwarna merah
kehitaman bercampur darah segar. Sejak 1 hari yang lalu pasien muntah >3 x berisi makanan
lendir(-), darah(-), demam(-). Saat ini pasien sedang mengalami menstruasi hari ke 5, dan
sejak 6 bulan yang lalu setiap menstruasi keluar darah banyak bisa ganti pembalut sebanyak
>10x. Selain itu pasien juga mengeluh perutnya semakin membesar seperti ada yang
mengganjal, terasa seperti ada benjolan diperut bagian bawah. Keluhan tersebut ada sejak 1
tahun yag lalu, namun lebih terasa saat 1 bulan terakhir. BAK lancar warna kuning, BAB
pasien mengatakan normal saat diperiksa.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit jantung : Disangkal

7
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Kista Coklat operasi tahun 2010 di RSI
- Riwayat Mioma Uteri dari hasil USG di dr. Ony sp.OG tahun 2018.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat jantung : disangkal
- Riwayat Kanker : Ayah (Ca. Paru)
: Nenek (Ca. Cervix)
5. Riwayat Kebiasaan :
- Riwayat merokok : Disangkal
- Riwayat minum alcohol : Disangkal
- Riwayat olah raga : jarang
6. Riwayat Pengobatan : Konsumsi herbal madu.
7. Riwayat Gizi : Pasien makan setiap kali lapar dengan menu nasi, tahu, tempe,
sayur, ayam, ikan dan kadang-kadang daging.
8. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien golongan menengah
9. Riwayat Menstruasi
- Usia menarche : 12 tahun
- Siklus menstruasi : 28 hari
- Jumlah darah haid : awalnya 2x, 7 bulan terakhir 10x pembalut perhari
10. Keluhan saat haid : Nyeri sebelum haid (+)
11. Riwayat kontrasepsi dan rencana kontrasepsi : disangkal
12. Riwayat Pernikahan :
Menikah 1 kali saat usia 28 tahun, lama menikah 15 tahun.
13. Riwayat ginekologi
- Infertilitas : (-)
- Operasi kandungan: Kista Ovarium tahun 2010 dan Seccio cesar 4 tahun yll.
- Riwayat menstruasi tidak teratur : disangkal
- Infeksi virus : disangkal

8
- Kanker kandungan : belum diketahui
- Hamil anggur : (-)
- Penyakit Menular Seksual : disangkal
- Lain-lain: disangkal
14. Riwayat kehamilan, persalinan lalu :
Anak I perempuan lahir operasi saat ini usia 4 tahun
2.3 Pemeriksaan Fisik
a. Status present
- Keadaan umum : cukup
- Kesadaran compos mentis
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu: 36,7⁰C
- RR : 20 x/menit
- TB : - cm, BB : 57 kg
b. Pemeriksaan umum
1. Kulit
ikterik ( - ) , sianosis ( - )
2. Kepala
Bentuk normocephal , tidak ada luka , rambut tidak mudah dicabut , makula ( - )
,papula ( - ), nodula ( - )
3. Mata
Conjuctiva anemis ( + / + ), sclera ikterik ( - / -), pupil isokor ( - / - ), reflek cahaya
( - / - ) , katarak ( - / - ), arcus senilis ( - / - ) , radang / conjunctivitis / uveitis ( - /
-)
4. Hidung
Nafas cuping hidung ( - ) , secret ( - ), epistaksis ( - ), deformitas hidung (-)
5. Mulut
Bibir pucat ( - ) , bibir kering ( - ) , lidah kotor ( - )
6. Telinga
Nyeri tekan mastoid ( - ) , secret ( - ) , pendengaran berkurang
7. Tenggorokan
Tonsil membesar ( - ) , pharing hiperemis ( - )

9
8. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid ( - ), pembesaran kelenjar limfe ( - ),
lesi pada kulit ( - )
9. Toraks
Normo chest, simetris, pernapasan thoraco abdominal, retraksi (-), sela iga melebar
(-).
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : dbn
Batas kiri atas : ICS II linea para steralis sinistra
Batas kanan atas : ICS II linea para strenalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V linea medio clavicularis sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea para sternal dekstra
(batas jantung kesan tidak melebar)
Auskultasi : S1 dan S2 intensitas normal, tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : taktil fremitus kanandan kiri sama, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan
Wheezing Ronchi
- - - -
- - - -
- - - -

10. Abdomen : Sesuai status obstetri


11. Sistem Collumna Vertebralis
I : Deformitas ( - ) , skoliosis ( - ) , kiphosis ( - ) , lordosis ( - )
P : Nyeri tekan ( - )
12. Ekstremitas :
Akral hangat, kering, - -
Oedem - -

10
13. Pemeriksaan Obstetrik
Abdomen :
- Inspeksi : bekas luka operasi (+)
- Auskultasi : BU (+) Normal
- Palpasi : terasa benjolan/massa 3 jari dibawah pusar berdiameter ± 10cm
- TFU tidak tampak kehamilan

Pemeriksaan Dalam (VT) :


Vulva/Vagina : fluor (+) darah (+)
Porsio : licin
Pembukaan : Ø-
2.4 Planning diagnosis :
- Pemeriksaan laboratorium (03 Juni 2019)

Jenis Tes Hasil Tes Hasil Tes Normal


DARAH LENGKAP
Leukosit 6.7 3.6 - 11
Eritrosit 3.05 3.8 – 5.2
Hemoglobin 5,6 g/dl 11.5 – 16 g/dl
Hematokrit 21.0 % 35 – 47 %

Trombosit 426 150-440

Golda A

BUN 7.37 mg/dL 7-24 mg/dL

Creatinin 0.64 mg/dL 0.4-1.1 mg/dL

SGOT 21.0 < 40 U/L

SGPT 12.6 < 40 U/L


HbsAg (Rapid Test) Negatif Negatif

- PP Test : (Negatif)

11
- Hasil USG

2.5 Resume
Ny. H usia 43 tahun P1001 datang ke UGD RS Bhayangkara Tulungagung jam 19.23
WIB dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir banyak sehari ganti pembalut sebanyak 5-
6x/hari dan disertai nyeri terutama saat dibuat berhubungan badan. Keluar gumpalan darah
berwarna merah kehitaman bercampur darah segar. Sejak 1 hari yang lalu pasien muntah >3 x
berisi makanan lendir(-), darah(-), demam(-). Saat ini pasien sedang menstruasi hari ke 5, dan
sejak 6 bulan yang lalu setiap menstruasi keluar darah banyak, ganti pembalut sebanyak
>10x. Pasien mengeluh perutnya semakin membesar, terasa seperti ada benjolan dibagian
bawah. Keluhan tersebut ada sejak 1 tahun yag lalu, namun lebih terasa saat 1 bulan terakhir.
BAK dan BAB normal. Riwayat Kista Coklat operasi tahun 2010, ayah dan nenek riwayat
kanker, dan riwayat seccio cesaria 4 tahun yll.
Dari pemeriksaan Fisik didapatkan konjungtifa anemis, benjolan/massa 3 jari dibawah
pusar berdiameter ± 10cm dan pemeriksaan VT Ø (-) fluor (+) darah (+) Portio licin.
Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Hasil Laboratorium darah lengkap eritrosit
3,05 Hb 5,6 g/dL, HCT 21,0, PP test Negatif.

12
2.6 Working Diagnosis
P1001 dengan Perdarahan Pervag ec. Mioma Uteri

2.7 Planning terapi


 IUFD RL 20 tpm
 Asam Traneksamat 3 x 500 mg iv
 Ceftriaxone 2 x 1 gr
 Tranfusi PRC s/d Hb>10

2.8 Follow Up di Rumah Sakit

13
TGL Subjektif Objektif Assestment Planning
03/06 KU= KU : cukup P1001 Dengan - IUFD RL+Adona 20
2019 Perut GCS : 456 Myoma Uteri tpm.
19.30 nyeri (+), TD : 120/60 - Kalnex 3x500mg
mual (-), N : 92x/mnt - Ceftriaxone 2x1 g
muntah RR : 18x/mnt - O2 Nasal
(+) 1x , Tax : 36,4°C - Ranitidin 2x1 amp
perdarah Pem.fisik - Observasi TTV
an (+) Kep & leher : - Cek DL
A+/I-/C-/D-
Thoraks: cor : S1S2
tunggal, Pulmo:
Vesikuler
Rh -/- Wh -/-
R/Abdomen: BU +,
massa supra ubis 8cm
TFU tidak teraba,
VT = Portio
membesar permukaan
rata
Pervag : Bloodyslym
Ekstremitas : AHKM
04/06 KU= KU : cukup P1001 Dengan - IUFD RL 20 tpm.
2019 Perut GCS : 456 Myoma Uteri - Kalnex 3x500mg
nyeri TD : 110/70 - Ceftriaxone 2x1 g
(+↓↓), N : 85x/mnt - O2 Nasal
mual (-), RR : 21x/mnt - Ranitidin 2x1 amp
muntah Tax : 36,5°C - Observasi TTV
(-) , Pem.fisik -Rencana Tranfusi
perdarah Kep & leher : PRC 1 Kolf/ hari
an (+↓) A+/I-/C-/D- smpai 3 kolf cek Hb
Thoraks: cor : S1S2
tunggal, Pulmo:
Vesikuler

14
Rh -/- Wh -/-
R/Abdomen: BU +,
massa supra ubis
10cm TFU tidak
teraba,
VT = Portio
membesar permukaan
rata
Pervag : Bloodyslym
Ekstremitas : AHKM
Lab :
eri 3,05 Hb 5,6 g/dL,
HCT 21,0,
05/06 KU= KU : cukup P1001 Dengan - IUFD RL : D5 20
2019 Perut GCS : 456 Myoma Uteri tpm.
nyeri (-), TD : 110/60 - Kalnex 3x500mg
mual (-), N : 72x/mnt - O2 Nasal
muntah RR : 18x/mnt - Ranitidin 2x1 amp
(-) , Tax : 36,5°C - Observasi TTV
perdarah Pem.fisik -Rencana Tranfusi
an (-) Kep & leher : PRC ke II
A+/I-/C-/D-
Thoraks: cor : S1S2
tunggal, Pulmo:
Vesikuler
Rh -/- Wh -/-
R/Abdomen: BU +,
massa supra ubis
10cm TFU tidak
teraba,
VT = Portio
permukaan rata
Pervag : Bersih
Ekstremitas : AHKM

15
06/06 KU= KU : cukup P1001 Dengan - IUFD RL : D5 20
2019 Perut GCS : 456 Myoma Uteri tpm.
nyeri (-), TD : 120/60 - Kalnex 3x500mg
mual (-), N : 96x/mnt - O2 Nasal
muntah RR : 18x/mnt - Ranitidin 2x1 amp
(-) , Tax : 36,5°C - Observasi TTV
perdarah Pem.fisik -Rencana Tranfusi
an (-) Kep & leher : PRC ke III
A-/I-/C-/D- - Cek Hb>8 KRS
Thoraks: cor : S1S2
-Aff infus
tunggal, Pulmo:
-Obat Oral
Vesikuler
-Asam mefenamat
Rh -/- Wh -/-
3x500mg
R/Abdomen: BU +,
-Asam Tranexamat
massa supra ubis
3x500mg
10cm TFU tidak
-Cefadroxil 2x400mg
teraba,
-Kontrol Poli Kand
VT = Portio
-Perdarahan aktif
permukaan rata
IGD
Pervag : Bersih
Ekstremitas : AHKM

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Fisiologi Uterus


16
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang sedikit
gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di belakang dan
kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25
cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57gram.5
Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertamadibawah
pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada
dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen
yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat
mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause, uterus wanita nulipara maupun multipara,
mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada masa predolesen. Uterus terdiri dari fundus
uteri, korpus uteri dan serviks uteri.5,6
Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal dan merupakan tempat di mana kedua
tuba Falopi masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian yang terbesar dan rongga yang
terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim. Serviks uteri terdiri dari pars
vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio dan pars supravaginalis servisis uteri adalah
bagian serviks yang berada di atas vagina. Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis
servikalis yang berbentuk seperti saluran lonjong dengan panjang 2,5cm. Pintu saluran
serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri
eksternum .
Uterus mempunyai dinding yang terdiri dari 3 lapisan yaitu: 5,6
1. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri; terdiri atas epitel kubik,
kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang
berkelok-kelok. Tebal dan fungsi endometrium dipengaruhi oleh hormon ovarium
secara siklis, selama menstruasi endometrium mengalami perubahan tertentu, sedang
pada kehamilan endometrium berubah menjadi desidua. Endometrium melapisi seluruh
cavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid. Dalam masa haid,
endometrium sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh lagi dalam masa
proliferasi yang selanjutnya diikuti dengan masa sekretorik. Setelah mentruasi selesai,
tebal endometrial menjadi 0,5mm. Mendekati akhir endometrial (mendekati masa
mentruasi dimulai) tebalnya kira-kira 5mm (kurangdari¼inchi)
2. Miometrum lapisan halus berotot yang mempunyai 3 lapisan lapisan luar berbentuk
longitudinal, lapisan dalam berbentuk sirkular dan diantara kedua lapisan itu terdapat
lapisan otot oblique, berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan
17
karena setelah plasenta lahir, otot lapisan ini berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-
pembuluh darah yang terbuka ditempat itu, sehingga perdarahan berhenti. Myometrium
lebih tebal di daerah fundus, tipis saat mendekati isimus dan paling tipis daerah serviks.
3. Lapisan serosa, yaitu perimetrium merupakan lapisan dinding uterus sebelah luar dan
mudah dilepaskan pada plika vesikouterina dan pada daerah perlekatan ligamentum
latum.
Dinding belakang uterus seluruhnya diliputi peritoneum viserale yang membentuk
didaerah suatu rongga yang disebut cavum douglasi. Uterus sebenarnya terapung-apung
dalam rongga pelvis, tetapi terfiksasi dengan baik oleh jaringan ikat dan ligamentum yang
menyokongnya.Ligamentum yang memfiksasi uterus adalah sebagai berikut. 5,6
 Ligamentum cardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan, mencegah supaya uterus tidak
turun. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain venna dan arteria
uterina.
 Ligamentum sakro-uterina kiri dan kanan yang menahan uterus supaya tidak banyak
bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang kiri dan kanan kearah os sacrum kiri
dan kanan.
 Ligamentum rotundum kiri dan kanan, menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan
dari sudut fundus uteri kiri dan kanan kedaerah inguinal kiri dan kanan.
 Ligamentum latums kiri dan kanan meliputi tuba berjalan dari uterus kearah lateral.
 Ligamentum infudibulo-pelvikum kiri dan kanan, yang menahan tubafalopi.
Berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
Uterus diperdarahi oleh arteri uterine sinistra dan dekstra yang terdiri dari ramus
ascedens dan ramus decendens, arterio varika sinitra dektra. Setiap arteri arcuataakan
membentuk suatu lingkaran yang menperdarahi uterus dan beranastomosis dengan arteri
arcuata yang lain. Sepanjang perdarahan, arteri-arteri yang kecil akan penetrasi ke bagian
miometrium sehingga ke endometrium dan menghasilkan arteri spiral. Kontraksi otot Rahim
bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion
servikalis frankenhauser yang terletak pada pertemuan ligamentum sacrouterinum. 5,6

18
Gambar 3.1 Anatomi Uterus
3.2 Definisi

Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau leiomioma
merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan jaringan ikat yang
menumpanginya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos
jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya
dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan6.
3.3 Epidemiologi
Mioma uterus, tumor jinak yang paling sering terjadi pada alat reproduksi wanita,
menggambarkan ekspansi klonal dari sebuah sel dalam miometrium uterus. Tumor jinak ini
terjadi pada 30% wanita diusia reproduktif, dengan prevalensi tertinggi hingga 70%.
Insidensi memuncak pada dekade ke-4 dan menurun setelah fase menopause. Mioma uterus
tidak berhubungan dengan peningkatan risiko kanker uteri dan hampir tidak pernah
berkembang menjadi kanker.7,9
Berdasarkan autopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang miom, pada wanita yang berkulit hitam sarang miom ditemukan lebih banyak. Miom
uterus belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-
kira 10% miom yang masih bertumbuh. Di Indonesia, miom uterus ditemukan 2,39-11,7%
pada semua penderita ginekologi yang dirawat.8
Studi prevalensi yang dilakukan di delapan negara pada tahun 2009 melaporkan
kejadian mioma uteri sebanyak 4,5% pada wanita Inggris, 4,6% Perancis, 5,5% Kanada,
6,9% Amerika Serikat, 7% Brazil, 8% Jerman, 9% Korea, dan 9,8% di Italia. Prevalensi
mioma uteri mengalami peningkatan hingga 14,1% pada kelompok umur 40 tahun ke atas.
Rata-rata mioma uteri didiagnosis pada rentang usia 33,5 hingga 36,1 tahun.10
3.4 Etiologi

Penyebab mioma uterus hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Beberapa studi
menyatakan bahwa mioma uterus timbul dari satu sel neoplastik di dalam otot polos
miometrium. Tampak adanya risiko yang meningkat pada keluarga dan lebih sering terjadi
pada wanita dengan obesitas. Pengaruh hormonal telah didemonstrasikan secara in vitro.

19
Fibroid memiliki potensi untuk membesar selama masa kehamilan dan mengalami penurunan
selama fase menopause.4
Beberapa hal yang terlibat sebagi penyebab mioma uteri ialah7,8:
1. Abnormalitas kromosom
Dari 40% kasus didapatkan berbagai macam jenis dari abnormalitas
kromosom, terutama terjadi pada kromosom 6 dan 7 yang mengalami
penyusunan kembali atau delesi. Mutasi somatik dalam sel miometrium juga
dapat menjadi penyebab proliferasi sel yang tidak terkendali.
2. Peran dari Polypeptide Growth Factors
Epidermal Growth Factor (EGF), insulin-like growth factor-1 (IGF-1),
transforming growth factor (TGF), menstimulasi pertumbuhan dari mioma baik
secara langsung maupun melalui estrogen.
Tidak didapati bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma,
namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari
reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya
namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron
meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor
pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan
pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan
dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan matriks ekstraseluler.7
3.5 Faktor Predisposisi Mioma Uteri

Mioma uterus lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur.
Faktor keturunan juga memegang peran.Mioma paling banyak ditemukan pada wanita umur
35-45 tahun (kurang lebih 25%).8 Pertumbuhanmiom diperkirakan memerlukan waktu 3
tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus tumbuh secara
cepat.

20
Tabel 3.1 Faktor risiko yang berkaitan

Berikut merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan mioma uteri.8,9


1. Menarche
Onset dini menarche meningkatkan jumlah divisi sel yang dialami miometrium selama
massareproduktif, sehingga meningkatkan kemungkinan mutasi gen yang mengatur
proliferasi myometrium.
2. Paritas
Kehamilan mengurangi pajanan terhadap estrogen. Nulipara dan berkurangnya fertilitas
meningkatkan pajanan dengan estrogen.Berkurangnya fertilitas dapat pula menjadi dampak
dari miom uterus sendiri.
3. Umur
Prevalensi mioma semakin meningkat dengan bertambahnya usia selama usia
reproduksi. Mioma terbanyak ditemukan pada usia sekitar 40 tahun.Belum diketahui
mekanisme pastinya. Kemungkinan karena perkembangan fibroid yang telah ada sebelumnya
ataupun karena stimulasi estrogen dan progesteron yang telah berlangsung lama.
4. Menopause
Leiomioma postmenopause berukuran lebih kecil dan lebih sedikit karena
menghilangnya stimulus hormonal.Setelah menopause banyak miom menjadi lisut, hanya
10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
5. Obesitas
Risiko fibroid meningkat sekitar 21% tiap 10 kg peningkatan berat badan. Risiko
meningkat 6% tiap peningkatan 1 unit BMI. Terdapat peningkatan risiko fibroid seiring
bertambahnya BMI dan peningkatan risiko berkaitan pula dengan pertambahan berat badan

21
sejak usia 18 tahun. Wanita dengan BMI <24 dan persentase lemak tubuh >= 30% ataupun
wanita dengan penumpukkan lemak pada tubuh bagian atas (waist to hip ratio >0,80)
memiliki risiko yang lebih tinggi lagi. Asosiasi obesitas dengan peningkatan risiko fibroid
berhubungan dengan faktor hormonal dan mungkin jalur patologis lainnya.
6. Diet
Penelitian mengenai hubungan diet dengan mioma uteri belum diketahui pasti. Pada
studi yang membandingkan wanita premenopause vegetarian dan non-vegetarian, didapatkan
bahwa vegetarian mengekskresikan estrogen 3x lipat pada fecesnya, berkurangnya ekskresi
estrogen pada urin, dan berkurangnyan kadar estrogen plasma 15-20%.
7. Olah raga
Penelitian Wyshak et al pada 1986 menunjukkan bahwa non-atlet mengalami tumor
uterus jinak 1,4 kali lebih banyak dibandingkan atlet. Hal itu kemungkinan disebabkan karena
perbedaan aktivitas fisik serta perbedaan gaya hidup (diet) sehingga terjadi penurunan
konversi androgen menjadi estrogen pada jaringan adiposa.
8. Ras dan area geografik
Terjadi lebih sering pada wanita kulit hitam (3:1). Hal ini ditandai dengan gejala yang
dialami pada perempuan ras Afrika-Amerika biasanya lebih berat dan onset yang lebih dini.
Menurut studi juga didapatkan perempuan Afrika-Amerika memiliki bobot uterus yang lebih
tinggi, jaringan fibroid yang lebih banyak, kemungkinan anemia pra operatif yang lebih
tinggi, dan nyeri panggul lebih berat.
9. Kontrasepsi oral
Masih belum pasti. Beberapa studi menunjukkan peningkatan risiko, namun studi yang
lain tidak menunjukkan asosiasi bahkan menurunkan risiko. Perbedaan hasil tersebut
mungkin disebabkan perbedaan isi estrogen dan progesteron pada setiap kontrasepsi oral
yang digunakan.Namun, terdapat peningkatan risiko fibroid pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral pada usia remaja (13-16 tahun) dibandingkan wanita yang tidak pernah
menggunakannya.

22
3.6 Klasifikasi

Gambar 3.2 Klasifikasi Mioma Uteri berdasarkan anatomi.


Berdasarkan lokasi anatomis, mioma uteri terdapat di cervical dan corporal. Mioma
uteri yang terletak di cervical lebih jarang tetapi bila mencapai ukuran besar dapat menekan
kandung kemih dan menyebabkan gangguan miksi dan juga secara teknik operasinya lebih
sukar.Fibroid dapat soliter, multipel, ataupun difus.7Menurut letaknya, miom dapat dibagi
menjadi:6

23
Gambar 3.3 Klasifikasi Mioma Uteri berdasarkan lokasi
 Mioma submukosa
Mioma ini menempati lapisan di bawah endometrium dan menonjol ke dalam (kavum
uteri). Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump. Pengaruhnya pada vaskularisasi dan
luas permukaan endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler. Dari sudut klinik
mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang
lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi
sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa
walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan
sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.6,7
Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat keluar melalui ostium serviks.
Tumor yang keluar dari rongga rahim ke vagina ini dikenal dengan namamioma geburt atau
mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Hal ini dapat
menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik,
akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan
kanker serviks. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena
proses di atas. Yang harus diperhatikan dalam menangani mioma bertangkai adalah
kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga risiko infeksi sangatlah tinggi. 6,7
 Mioma intramural
Mioma intramural atau intertisiel adalah mioma yang berkembang diantara
miometrium. Kalau besar atau multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan
berbenjol-benjol. Mioma ini sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa

24
tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Mioma yang terletak
pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung
kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan, mioma intramural adalah tipe mioma yang
paling banyak terdapat pada tipe mioma uteri secara patologi anatomi. Secara makroskopis
terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor
berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan
berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi
kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi
maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok
otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium.
6,7

 Mioma subserosa
Mioma subserosa adalah mioma yang tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan dapat
bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai. Mioma subserosa juga dapat menjadi parasit
omentum atau usus untuk vaskularisasi tambahan bagi pertumbuhannya. Letaknya di bawah
tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah dan menyebabkan
perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi
mioma intra ligamenter. Apabila mioma dibelah maka akan tampak bahwa mioma terdiri dari
berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun sebagai kumparan (whorle like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarang mioma ini. 6,7
Selain itu dapat tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau
omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut Wedering/Parasitik
Fibroid. Mioma ini yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem
peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil
dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas
dalam rongga peritoneum.Jarang sekali ditemukan satu macam miom saja dalam satu uterus.
Biasanya ditemukan 5-20 sarang miom. Dengan pertumbuhan miom dapat mencapai berat
lebih dari 5 kg. 6,7

3.7 Patofisiologi

25
Meyer dan De Snoo mengajukan teori cell nest atau teori genitoblast. Percobaan
Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.
Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada miom lebih banyak
didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal miom adalah sel imatur, bukan
dari selaput otot yang matur.8
Walaupun penyebab miom uterus masih belum diketahui, untuk mengetahui
perkembangan miom a uterus, faktor-faktor yang berhubungan dengan tumorigenesis dapat
dibagi ke dalam 4 kategori: faktor risiko atau faktor predisposisi, initiators, promoters, dan
effectors. Faktor risiko berhubungan dengan kondisi tertentu dan secara umum diidentifikasi
dengan studi epidemiologi. Pengetahuan mengenai faktor predisposisi dapat menyediakan
petunjuk yang mengarah kepada etiologi maupun pencegahan miom uterus. Initiators dari
miom uterus masih belum diketahui. Namun, beberapa teori inisiasi telah dikemukakan, di
antaranya pengaruh dari abnormalitas genetik pada kasus miom uterus. Walaupun telah
banyak dilakukan investigasi sitogenetik, perubahan genetik baik secara primer ataupun
sekunder juga tetap tidak jelas, begitu juga dengan proses inisiasi dan/atau promosi dari
miom uterus.8
Abnormalitas kariotipik telah diidentifikasi pada sekitar 40% miom uterus yang
dioperasi. Yang paling sering yaitu translokasi t(12;14) dan delesi 7q. Namun, abnormalitas
ini tidak mengeksklusi mutasi submikroskopik yang mungkin terjadi dan membutuhkan
demonstrasi molekular. Mungkin terdapat lebih dari satu perubahan genetik dalam
pembentukan fibroid.6
Estrogen dan progesteron tampil sebagai promoters dari pertumbuhan fibroid. Jadi,
estrogen mengatur baik reseptor estrogen maupun reseptor progesteron selama fase folikular,
yang diikuti oleh progesterone-induced mitogenesis selama fase luteal. Defisiensi estrogen-
metabolizing enzyme 17β-hydroxysteroid dehydrogenase dalam fibroid menyebabkan
akumulasi estradiol pada tumor ini yang kemudian memicu pertumbuhan.8
Kadar beberapa faktor pertumbuhan dan reseptornya meningkat pada fibroid. TGF-β3
dan bFGF diduga memiliki peran penting dalam patogenesis tumor ini dengan melihat
kombinasi efek mitotik dan memicu produksi matriks ekstraselular. EGF juga tampak
signifikan, karena merupakan satu-satunya faktor pertumbuhan yang meningkat ekspresinya
selama fase luteal, ketika aktivitas mitotik miom sedang maksimal. IGF-I juga memainkan

26
peran penting karena kapasitas mitogenik poten yang dimilikinya dan adanya ekspresi yang
berlebihan dari peptida dan reseptornya pada kasus miom uterus.6,8
3.8 Tanda dan Gejala

Hampir separuh kasus miom uterus ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu (asimtomatik). 8 Hanya 10-20% yang
memerlukan terapi.7 Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang miom
berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besar dan jumlah tumor, perubahan, dan
komplikasi.7,8
Gejala tersebut terdiri dari:
1. Perdarahan Abnormal
a. Hipermenore atau menorargia
b. Metrorargia
c. Menometrorargia
Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis submukosa sebagai
akibat pecahnya pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan
amenia yang berat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara
lain :
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia Endometrium sampai Adeno
Karsinoma Endometrim.
b. Permukaan Endometrium yang lebih luas dari biasa
c. Atrofi Endometrium diatas Mioma subbmukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik
2. Nyeri
Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan.
a. Torsi bertungkai
b. Infeksi pada mioma
 Pembesaran mioma biasanya tidak disertai gejala, namun dapat juga
bermanifestasi klinis, seperti:
a. Nyeri pada betis atau pinggang.
b. Nyeri pada pelvis.

27
c. Menstruasi lama dan banyak, atau keluar darah di antara periode haid.
d. Gangguan buang air besar yang mengarah pada konstipasi.
e. Perut bawah terasa penuh.
f. Pembesaran perut yang bukan karena kehamilan
g. Nyeri saat berhubungan seksual.
h. Gangguan sering buang air kecil
Tanda penekanan karena adanya pembesaran mioma, hal ini tergantung dari besar dan
tempat mioma uteri : 7,8
a. Penekan kedepan akan menekan uretra sehingga menyebabkan retensio urin.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri. Pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis
b. Penekanan kebelakang akan menekan rektum sehingga menyebabkan gangguan
buang air besar (konstipasi).
c. Pada pembuluh darah dan limfe dipinggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul.
3. Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis
submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
4. Gejala-gejala Sekunder
a. Anemia
b. Pusing
c. Sesak nafas

28
Gambar 3.4 Tanda dan gejala mioma uteri
3.9 Diagnosi

a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan berdasarkan keluhan utama dan manifestasi klinis yang sesuai dengan
mioma uteri. Disamping itu, faktor risiko penting untuk ditanyakan karena dapat menjadi
dasar pemikiran untuk menentukan etiologi daripada mioma uteri terserbut.1,4
b. Pemeriksaan Fisik
Hampir kebanyakkan mioma uteri dapat didagnosa melalui pemeriksaan bimanual rutin
maupun dari palpasi abdomen bila ukuran mioma yang besar. Diagnosa semakin jelas bila

29
pada pemeriksaan bimanual diraba permukaan uterus yang berbenjol akibat penonjolan
massa maupun adanya pembesaran uterus. 1,4
 Palpasi abdomen
Kadang adanya mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar, sebagai
tumor yang keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas, tidak menimbulkan nyeri.
 Pemeriksaan bimanual
Dengan pemeriksaan tersebut dapat ditemukan tumor padat uterus, yang
umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba

30
berbenjol-benjol dan keras. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang
berhubungan dengan uterus.

Gambar 3.5 Pemeriksaan Bimanual


c. Pemeriksaan Penunjang
Temuan Laboratorium Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.
Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma
terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian
menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal.
Ultrasonografi (USG) merupakan modalitas yang sering digunakan dalam penegakan
dagnosis. Kombinasi transabdominal dan transvaginal ultrasonografi memberikan gambaran
yang baik dalam penegakan diagnosis. Gambaran USG mioma adalah simetrikal, berbatas
tegas, hipoekoik dan degenerasi kistik menunjukkan anekoik. 1,4

31
Gambar 3.6 Pemeriksaan USG
Selain USG, gambaran mioma uteri bisa juga didapatkan dengan Magnetic Resonance
Imagine (MRI). Modalitas ini lebih baik daripada USG tetapi lebih mahal. MRI mampu
menentukan ukuran, lokasi dan jumlah mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak
penembusan mioma submukosa di dalam dinding miometrium.
Histeroskopi dapat digunakan untuk evaluasi pembesaran uterus secara langsung dari
kavum endometrium dengan menggambarkan peningkatan ukuran kavum dan mioma
submukosal dapat divisualisasi dan diangkat. 1,4
3.10 Diagnosis Banding5
 Tumor abdomen di bagian bawah/panggul → mioma subserosum dan kehamilan
 Mioma submukosum dan inversio uteri
 Mioma intramural dan adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau
sarkoma uteri.

32
3.11 Tatalaksana
Penatalaksanaan pada kasus mioma uteri tergantung pada usia penderita, paritas,
status kehamilan, ukuran tumor, lokasi dan derajat keluhan.5,7
a. Terapi Konservatif
Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari
kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, terutama bila ukuran
mioma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan. Tetapi walaupun demikian pada
penderita-penderita ini tetap memerlukan pengawasan yang ketat sekitar 3-6 bulan.
Bila seorang wanita dengan mioma mencapai menopause, biasanya tidak
mengalami keluhan, bahkan dapat mengecil, oleh karena itu sebaiknya mioma uteri pada
wanita premenopause tanpa gejala sebaiknya hanya dilakukan diobservasi. Bila mioma
uteri besarnya sebesar kehamilan 12-14 minggu apalagi disertai pertumbuhan yang cepat
sebaiknya di lakukan tindakan operatif, walaupun tidak ada gejala atau keluhan, karena
mioma yang besar kadang-kadang memberikan kesulitan dalam operasi.
Pada masa post menopause, mioma uteri biasanya tidak memberikan keluhan.
Tetapi bila ada pembesaran mioma pada masa post menopause harus dicurigai
kemungkinan keganasan.
Dalam dekade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH
agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel
otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor
gonadotropin di hipofifis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi
leiomioma.
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi
lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, leiomioma yang lisut itu
tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung
reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri
sering mengalami menopause yang terlambat. Terapi dengan GnRH agonis dapat mengurangi
volume miom dan juga uterus. Terapi ini menimbulkan hipoestrogenism (diasosiasikan
dengan bone loss reversibel dan hot flash), sehingga hanya diberikan dalam jangka pendek
dan dapat disertai dengan terapi hormonal. Miom dapat kembali tumbuh dalam beberapa
bulan setelah terapi pada 50% kasus. Kekurangan lain adalah besarnya biaya yang
diperlukan. Indikasi penggunaan agonis GnRH: 5,7

33
 Mempertahankan fertilitas sebelum mencoba konsepsi atau sebagai terapi praoperasi
sebelum miomektomi
 Terapi anemia sebelum dilakukan operasi
 Untuk menghindari operasi pada wanita yang sudah mendekati usia menopause
 Untuk pasien dengan kontraindikasi terhadap operasi atau memiliki indikasi personal
atau medis untuk menunda operasi
Selain GnRH agonis, terapi yang mengincar faktor pertumbuhan miom atau
reseptornya juga sedang dalam penelitian lebih lanjut. 5,7
Miom asimptomatik tidak memerlukan operasi. Indikasi dilakukan operasi antara lain:
 Perdarahan uterus abnormal disertai anemia, serta tidak berespon terhadap terapi
konservatif
 Nyeri kronik parah dengan dismenorea atau dispareunia
 Nyeri akut (torsi miom bertangkai atau prolaps miom subkumosum)
 Gejala dan tanda berkemih (misal hidronefrosis)
 Infertilitas dengan miom sebagai satu-satunya penyebab yang diketahui
 Keguguran berulang dengan distorsi rongga uterus
 Ukuran uterus besar disertai ketidaknyamanan atau gejala penekanan
Tabel 3.2 Indikasi pengobatan medikamentosa pada mioma uteri

b. Terapi Operatif
Pembesaran uterus yang cepat saat pramenopause atau peningkatan ukuran uterus saat
menopause merupakan indikasi untuk menjalani operasi karena diperkirakan sarkoma
uterus.5,7
 Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosa pada miom

34
geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang miom subserosum
dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai.
Syarat untuk melakukan miomektomi adalah kuretase sebelumnya untuk
menyingkirkan kemungkinan keganasan.
 Histerektomi
Perlu disadari bahwa 25-30% dari penderita tersebut akan masih memerlukan
histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan
tindakan terpilih terutama pada mioma yang besar sebesar uterus gravidarum 12-14
minggu. Histerektomi dapat dilakukan perabdominan atau pervaginam.
Histerektomi pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari
telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan
apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya.
Pada wanita yang masih muda sebaiknya ditinggalkan satu atau kedua
ovarium, maksudnya untuk menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
dan menjaga gangguan coroner atau arteriosklerosis menurun.
Indikasi histerektomi menurut American College of Obstetricians and
Gynecologist (ACOG) adalah salah satu dari kriteria berikut:1,2
1. Mioma asimptomatik yang dapat teraba dari dinding perut dan dikeluhkan oleh
pasien.
2. Perdarahan uterus berlebihan, yang ditandai/diikuti oleh: „ Perdarahan banyak
dan bergumpal atau berulang selama >8 hari. „ Anemia akibat kehilangan darah
akut atau kronis.
3. Rasa tidak nyaman di pelvis yang: akut dan hebat, rasa tertekan pada perut
bagian bawah atau pinggang, atau penekanan vesika urinaria yang meningkatkan
frekuensi miksi bukan disebabkan oleh infeksi saluran kemih.
 Embolisasi arteri uterus (Uterine Artery Embolization / UAE)
Adalah injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter
yang nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan
nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan
pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya yang cepat.1,9

35
Gambar 3.6 Hasil histerektomi
3.12 Komplikasi Mioma Uteri

a. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang
semakin bertambah besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah
menopause.9
b. Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan
pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan
mengakibatkan anemia defisiensi besi. 9
c. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut,
mual, muntah dan syok. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
Hal ini hendaknya dibedakan dengan keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma
dalam rongga peritoneum. 9
d. Nekrosis dan Infeksi Jaringan Mioma
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan
berupa metrorrhagia atau menorrhagia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang
disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri. 9
e. Infertilitas

36
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. 9
3.13 Prognosis Mioma Uteri

Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi yang


extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka
diharusken SC (Sectio caesaria) pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh kembali
(rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3nya memerlukan tindakan
lebih lanjut. Degenerasi mioma uterus kearah keganasan sangat jarang ditemukan (kurang
dari 2-3 per 1000 pasien). Risiko rekurensi mioma setelah dilakukannya miomektomi
mencapai 50%, dan sepertiganya memerlukan operasi ulangan.9

37
BAB IV

KESIMPULAN

Mioma uterus (atau yang juga disebut uterine fibroids, fibromioma, leimioma, atau
fibroids) adalah tumor jinak otot dinding rahim yang muncul pada wanita di masa
reproduksi. Mioma dapat muncul di dalam atau di luar rahim atau dalam otot dinding rahim.
Kejadian mioma uteri sebesar 20-40% pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan
sering menimbulkan gejala klinis berupa menorrhagia dan dismenorea. Selain itu mioma juga
dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius, sehingga dapat menimbulkan gangguan
berkemih maupun tidak dapat menahan berkemih.Etiologi dari mioma uteri belum diketahui
secara pasti, diduga merupakan penyakit multifaktorial.
Berdasarkan lokasi anatomis, mioma uteri terdapat di cervical dan corporal. Mioma
uteri corporal dibagi lagi menjadi 3 yaitu mioma subserosa, mioma intramural dan mioma
submucosa. Berdasarkan lokasi, besar dan perubahan pada mioma uteri dapat menimbulkan
berbagai macam manifestasi klinis, seperti perdarahan abnormal, nyeri, infertilitas, abortus
dan beberapa gejala sekunder berupa anemia, lemah, pusing dansesak nafas. Penegakan
diagnosis mioma uteri terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan maupun
secara operatif. Pemberian GnRH analog merupakan terapi medisinal yang bertujuan untuk
mengurangi ukuran mioma. Penatalaksanaan operatif terhadap gejala-gejala yang timbul atau
adanya pembesaran massa mioma adalah histerektomi. Di Amerika Serikat, 600.000
hosterektomi dilakukan tiap tahunnya. Dengan semakin berkembangnya teknologi
kedokteran, tindakkan operatif pada mioma uteri dapat dilakukan dengan bantuan alat
laparoskopi maupun histerekopi.

38
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. Pasinggi S, Wagey F, Rarung M. Prevalensi Mioma Uteri Berdasarkan Umur di RSUP


Prof.dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-clicic vol.3 No. 1. Januari-April 2015
2. Baziad A. Endokrinologi Ginekologi. Edisi ketiga. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI.2008:2015-23.
3. Achadiat CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC. 2004;94
4. Thomason P. Leiomioma, Uterus (Fibroid). 6 Mei 2008. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/405676-overview pada 26 Agustus 2010.
5. Joedosepoetro MS, Sutoto. Tumor Jinak pada Alat-Alat Genital. Dalam: Saifuddin AB,
Rachimhadhi T [editor]. Ilmu Kandungan, edisi ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2007. hal 337-45.
6. Northington GM, Arya LA. Uterine Leiomioma. In: Davies MF [editor]. Hospital
Physician: Obstetrics and Gynecology Board Review Manual, volume 10. Philadelphia:
Turner White Communications, Inc.; 2006. p 2-9.
7. Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Bradshaw KD, Cunningham FG.
Williams gynecology. 2nd ed. China: McGraw-Hill; 2012. p. 247-59.
8. Endmonds DK. Dewhurst’s texbook of obstetrics & gynaecology. 7th ed. Massachusetts:
Blacwell; 2007. p. 638-44.

39
9. Parker WH. Etiology, symtomatology, and diagnosis of uterine miomas. Internat J Fertil
Steril. 2007;87:726-36.

40

Anda mungkin juga menyukai