Oleh:
Nyayu Firda, S.Ked 04054821820047
Pembimbing:
dr. H. Zaimursyaf Aziz, Sp.OG (K)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Telah dilaksanakan dan disetujui pada bulan Januari 2019 sebagai salah satu persyaratan
guna mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian/Departemen Ilmu Obstetri
dan Ginekologi FK Unsri/ RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul kontrasepsi pasca
persalinan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. Zaimursyaf Aziz, Sp.OG
(K) selaku pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pengerjaan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, semoga
laporan kasus ini dapat berguna bagi banyak orang dan dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap hari, diperkirakan 800 orang wanita meninggal karena sebab yang
sebetulnya dapat dicegah dari kehamilan dan persalinan. Di antara angka tersebut,
99% di antaranya adalah berasal dari negara berkembang. Di Indonesia sendiri,
angka kematian ibu saat melahirkan masih tinggi, yakni sekitar 228 per 100.000
kelahiran hidup. Antara tahun 1990 dan 2013, angka kematian ibu menurun hanya
sekitar 2,6% per tahun. Penyebab utama meninggalnya ibu saat melahirkan adalah
perdarahan saat persalinan. Risiko perdarahan ini akan meningkat jika ibu hamil
tersebut hamil terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, atau jarak melahirkan
terlalu dekat. Terkait dengan hal tersebut, dibutuhkan metode kontrasepsi untuk
mengatur jarak kehamilan.
Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha–usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Pilihan
kontrasepsi sebagian bergantung kepada efektivitas metode kontrasepsi dalam
mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Pada beberapa metode tertentu,
efektivitas metode kontrasepsi tidak hanya bergantung pada perlindungan yang
diberikan tapi juga pada konsistensi dan ketepatan penggunaan metode tersebut.
Sangat beragamnya konsistensi maupun ketepatan penggunaan metode
kontrasepsi disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia, penghasilan, keinginan
klien untuk mencegah atau menunda kehamilan, serta budaya.
Keluarga Berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama bagi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan
keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami
oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit,
karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan
kebijakan nasional KB, kesehatan individu dan seksualitas wanita atau biaya
untuk memperoleh kontrasepsi.
Terdapat beberapa metode kontrasepsi, baik yang menggunakan alat/obat-
obatan maupun tidak. Contoh kontrasepsi tanpa alat antara lain koitus interuptus,
1
postkoital douche, rhythm method, dan kontrasepsi mantap berupa vasektomi dan
tubektomi. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat-obatan ada yang mekanis
seperti kondom dan pesarium, ada yang dengan spermisida, dan ada pula yang
hormonal. Kontrasepsi hormonal di antaranya ada yang berupa kombinasi
esterogen-progesteron dan ada pula yang hanya berisi progestin saja, yaitu implan.
Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang baik mengenai kontrasepsi
pascapersalinan ini. Laporan kasus kali ini disusun guna memperdalam
pengetahuan tenaga medis mengenai kontrasepsi pascapersalinan.
2
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Identifikasi
Nama : Ny. S
Umur : 36 tahun
Alamat : Jl. Naskah No. 14
Suku Bangsa : Sumatera Selatan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 23 November 2018 pukul 11.45 WIB
No. RM : RI18033698
3
- Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat Pengobatan
Pernah dirawat tanggal 25 Oktober 2018 dengan diagnosis G5P4Ao hamil
33 minggu dengan PPI JGM presbo-preskep.
Riwayat Perkawinan
Satu kali, lamanya 17 tahun
Riwayat Penggunaan KB
Belum pernah menggunakan KB.
Riwayat Reproduksi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : teratur, lamanya 7 hari, siklus 28 hari
Banyaknya : ± 2 kali ganti pembalut
HPHT : 18 September 2017
Riwayat Persalinan
1. 2002. Laki-laki, lahir spontan di RSMH, BB 3000gram, sehat.
2. 2007. Laki-laki, lahir spontan di bidan, BB 3500 gram, sehat.
3. 2011. Perempuan, lahir spontan di bidan, BB 3000 gram, sehat.
4. 2014. Perempuan, SC a/I anhidramnion di RSMH, BB 3300 gram,
sehat.
5. Hamil saat ini.
4
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/m, reguler, isi dan tegangan cukup
Laju nafas : 20 x/m, irama teratur
Suhu : 36,5 0C
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Gizi : baik
5
Pemeriksaan Obstetrik (Tanggal 23 November 2018, di IGD)
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cembung
Palpasi : tinggi fundus uteri 2 jari di bawah processus xyphoideus (51
cm), melintang-melintang, inferior-inferior, penurunan 4/5, his
2x10’/25’’, DJJ I 142x/menit dan DJJ II 139x/menit,
- Biometri :
Janin I
BPD : 9,15 cm AC : 31,56 cm
HC : 33,71 cm FL : 7,11 cm
EFW : 2943 g
Janin II
BPD : 9,51 cm AC : 32,82 cm
HC : 33,36 cm FL : 7,24 cm
EFW : 3262 g
6
- Plasenta di corpus anterior, monokorion diamnion, cairan ketuban cukup
- Kesimpulan: Hamil 38 minggu JGH letli-letli.
2.7 Penatalaksanaan
Observasi Tanda vital ibu, his, DJJ
O2 5L/menit kanul nasal
Ceftriaxone 1 gram via IV
IVFD RL gtt xx/m
Rencana partus dengan SSTP
Cek darah rutin
2.8 Prognosis
Vitam : bonam
Functionam : dubia ad bonam
Sanationam : dubia ad bonam
7
Pukul 17.45 WIB
Lahir neonates I, hidup, laki-laki, BB 2800 gram, PB 49 cm, Apgar Score 8/9,
PTAGA. Kemudian ketuban II dipecahkan, ketuban cukip, jernih, bau (-).
8
P = Observasi tanda vital ibu, kontraksi, perdarahan
IVFD RL+Oksitosin 20IU gtt xx/m s/d 24 jam
Cek laboratorium post operasi
Cateter menetap sampai 24 jam post op
Diet biasa
Ceftriaxone 1 gr / 12 jam via IV
Asam tranexamat 500 mg/8 jam via IV
Ketorolac 30 mg /8 jam via IV
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.Kontrasepsi
3.1.1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi atau alat/ cara KB adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara (reversible) dan permanen
(Irreversinble). Bila dilihat berdasarkan kandungannya, kontrasepi dapat
dibedakan sebagai kontrasepsi hormonal (pil, suntikan, implant dan akhir-akhir ini
baru diperkenalkan IUD-mirena) dan kontrasepsi non hormonal (kondom, IUD,
dan metoda kontap) (Hartanto, 2010).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah melawan,
sedangkan konseps adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang
dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur yang matang dan sel sperma (Saifuddin, 2006).
Kontrasepsi yang diangap ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut : dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan,
daya kerja dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus menerus, mudah
pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat, dapat diterima penggunaannya oleh pasangan bersangkutan
(BKKBN, 2011).
10
Metode Kontrasepsi Keterangan
Metode Alamiah
Tidak ada.
Efek samping:
Tidak ada.
Efektivitas:
11
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
Efek samping:
Tidak ada.
Efektivitas:
Tidak ada.
Tidak ada.
Efek samping:
Tidak ada.
12
khusus, membantu ibu mengerti tubuhnya, dan sesuai
bagi pasagan yang menganut agama atau kepercayaan
tertentu.
Kurang efektif.
Penghalang
Kondom Mekanisme:
Efektivitas:
Efek samping:
Tidak ada.
13
Diafragma Mekanisme:
Efektivitas:
Efek samping:
Kontrasepsi Hormonal
14
transportasi telur terganggu. Pil ini diminum setiap hari.
Efektivitas:
Efek samping:*
15
lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu,
atrofi pada endometrium sehingga implantasi
terganggu, dan menghambat transportasi gamet oleh
tuba. Suntikan ini diberikan sekali tiap bulan.
Efektivitas:
Efek samping:
16
Efektivitas:
Tidak ada.
Efek samping:
17
Efektivitas:
Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
Efek samping:
Implan Mekanisme:
Efektivitas:
18
Dapat mengurangi risiko anemia defisiesi besi.
Tidak ada.
Efek samping:
Efektivitas:
19
Dapat menyebabkan anemia bila cadangan besi ibu
redah sebelum pemasangan dan AKDR menyebabkan
haid yag lebih banyak. Dapat menyebabkan penyakit
radang panggul billa ibu sudah terinfeksi klamidia atau
gonorea sebelum pemasangan.
Efek samping:
Efektivitas:
Tidak ada.
20
Efek samping:
Kontrasepsi Mantap
Tubektomi Mekanisme:
Efektivitas:
Efek samping:
Tidak ada.
21
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Vasektomi Mekanisme:
Efektivitas:
Tidak ada.
Efek samping:
Tidak ada.
22
Hal yang akan ditekankan pada tinjauan pustaka di laporan kasus ini
adalah tubektomi. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilisasi (kesuburan) seorang perempuan. Sangat efektif dan permanen, tindak
pembedahan aman dan sederhana, tidak ada efek samping, konseling dan
informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan. Waktu yang terbaik
untuk melakukan tubektomi pasca persalinan yaitu tidak lebih dari 48 jam pasca
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai oleh sub umbilikus dan rendahnya
resiko infeksi. bila masa 48 jam pasca persalinan telah lewat, maka dilakukan 6-8
minggu setelah persalinan.
Prinsip dari tubektomi adalah dilakukannya oklusi (pengikatan,
pemotongan, pengangkatan) tuba fallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak
dapat bertemu. Indikasi untuk dilakukannya tubektomi antara lain:
a. Indikasi medis umum, yaitu adanya gangguan fisik atau psikis yang
akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi. Contohnya seperti
penyakit jantung, penyakit ginjal, skizofrenia (gangguan psikis), dll.
b. Indikasi medis obstetric, yaitu toksemia gravidarum yang berulan,
seksio sesaria yang berulang.
c. Indikasi sosio-ekonomi, yaitu indikasi yang berdasarkan beban sosio-
ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama tambah berat.
1. Mengikuti rumus 120: yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur
ibu, kemudian dapat dilakukan sterilisasi atas persetujuan suami
dan istri. Umpamanya umur ibu 30 tahun dengan anak hidup 4,
maka hasil perkaliannya adalah 120.
2. Mengikuti rumus 100:
- Umur ibu 25 tahun keatas; anak hidup 4 orang
- Umur ibu 30 tahun keatas; anak hidup 3 orang
- Umur ibu 35 tahun keatas; anak hidup 2 orang
Waktu pelaksanaan tubektomi antara lain:
a. Sebaiknya setelah selesai haid
b. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
c. Pasca persalinan dilakukan dalam 24-48 jam pasca persalinan. Setelah
lebih dari 48 jam, operasi dipersulit oleh adanya edema tuba, dan
infeksi yang akan menyebabkan kegagalan sterilisasi. Bila dilakukan
23
setelah hari ke 7-10 pasca persalinan, uterus dan alat-alat genital
lainnya mengecil dan menciut, maka kesulitan pada saat operasi lebih
besar seperti operasi akan lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi.
b. Teknik Kroener
Cari tuba lalu angkat pada fimbria dengan klem, buat dua ikatan,
lakukan fimbriektomi pada ujung yang tidak diikat
c. Teknik Madlener
Cari tuba, angkat pada pertengahannya dan klem. Pada bagian bawah
klem, diikat dengan benang yang mudah diserap oleh jaringan,
kemudian klem dilepas dan dibiarkan tanpa dilakukan pemotongan.
24
d. Teknik Aldridge
Buat insisi kecil pada peritoneum, buka sedikit dengan klem. Lalu
tangkap fimbrie, tanamkan kedalam atau dibawah ligamentum. Luka
dijahit dengan beberapa jahitan.
e. Teknik Uchida
Tuba dicari dan dikait keluar, kemudian disekitar ampulla tuba
disuntikkan larutan salin-adrenalin. Lalu didaerah ini dilakukan insisi
kecil, tuba diikat dan dipotong.
f. Teknik Irving
Tuba diikat pada dua tempat dengan benang yang dapat diserap, lalu
dilakukan tubektomi diantara kedua ikatan. Ujung sebelah proksimal
dibenamkan kedalam insisi myometrium yang dibuat. Ujung bagian
distal dibenamkan ke ligamentum latum.
b. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduski pria dengan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum)
tidak terjadi. Sangat efektif, tidak ada efek samping jangka panjang, tindak bedah
yang aman dan sederhana, efektif setelah 20 ejakulasi setelah 20 ejakulasi atau 3
bulan, konseling dan informed consent
mutlak diperlukan.
25
1. Faktor pasangan yaitu motivasi meliputi hak reproduksidan menentukan jumlah
anak. Rehabilitas meliputi umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah
keluarga yang diingikan, pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu, sikap
kewanitaan, sikap kepriaan.
2. Faktor kesehatan yaitu kontraindikasi absolut atau relatif meliputi status
kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
panggul.
3. Faktor metode kontrasepsi yaitu penerimaan dan pemakaian berkesinambungan
meliputi efektivitas, efek samping minor, kerugian, komplikasi – komplikasi
yang potensial, biaya. (Hartono, 2004)
26
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat
diguakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan
metode tertentu.
Tabel. Pilihan metode kontrasepsi berdasarkan tujuan pemakaiannya
Metode Alamiah
27
Ibu (ASI) eksklusif untuk menekan ovulasi. Metode ini
memiliki tiga syarat yang harus dipenuhi:
Tidak ada.
Efek samping:
Tidak ada.
Efektivitas:
Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
28
Efek samping:
Tidak ada.
Efektivitas:
Tidak ada.
Tidak ada.
Efek samping:
Tidak ada.
29
Kurang efektif.
Penghalang
Kondom Mekanisme:
Efektivitas:
Efek samping:
Tidak ada.
Diafragma Mekanisme:
30
sehingga sperma tidak dapat mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii).Dapat
pula digunakan dengan spermisida.
Efektivitas:
Efek samping:
Kontrasepsi Hormonal
Efektivitas:
31
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Efek samping:*
32
Efektivitas:
Efek samping:
Efektivitas:
33
waktu beberapa bulan.
Tidak ada.
Efek samping:
Efektivitas:
34
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
Efek samping:
Implan Mekanisme:
Efektivitas:
Tidak ada.
35
Efek samping:
Efektivitas:
36
gonorea sebelum pemasangan.
Efek samping:
Efektivitas:
Tidak ada.
Efek samping:
37
haid), jerawat, sakit kepala, pusing, nyeri payudara,
mual, kenaikan berat badan, perubahan suasana
perasaan, dan kista ovarium.
Kontrasepsi Mantap
Tubektomi Mekanisme:
Efektivitas:
Efek samping:
Tidak ada.
38
Vasektomi Mekanisme:
Efektivitas:
Tidak ada.
Efek samping:
Tidak ada.
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi
dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. Apabila
ingin mendapat penjelasan lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi kembali
atau dirujuk pada konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli.
39
5. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih
ibu
Bila ada jawaban “YA” pada satu atau lebih pertanyaan di atas, metode
kontrasepsi dapat mulai digunakan. Bila semua dijawab “TIDAK”, ibu harus
melakukan tes kehamilan atau menunggu haid berikutnya.
6. Rujuk ibu bila diperlukan
Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini ibu belum
mendapat informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan
kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak
mampu mengatasi efek samping/komplikasi atau memenuhi keinginan ibu.
40
Berikan pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh fasilitas rujukan
(kunjungan ulang pasca pemasangan)
41
BAB IV
ANALISIS KASUS
42
dan menciut, maka risiko kesulitan pada saat operasi dan operasi sulit akan lebih
besar.
Pada pasien ini dilakukan tubektomi pomeroy, yaitu teknik tubektomi yang
dilakukan dengan mengangkat tuba lalu pada pertengahaannya diangkat sampa
membentuk lengkungan. Lalu bagian yang berada dbawah klem diikat dengan
benang yang dapat diserap oleh jaringan. Lalu dilakukan pemotongan pada bagian
atas ikatan, setelah luka sembuh dan benang ikatan diserap, kedua ujung tubah
akan berpisah. Tubektomi dilakukan merupakan tindakan efektif untuk
mengendalikan angka kelahiran dan penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Selain itu, tubektomi mempunyai beberapa manfaat seperti tidak berpengaruh
pada hormone dan siklus menstruasi, tidak berpengaruh pada gairah seksual, tidak
berpengaruh pada menopause, hanya butuh satu kali tindakan, dan minim sekali
kemungkinan akan terjadinya ekspulsi spontan. Prognosis pada pasien ini (ibu dan
anak) secara vitam bonam, fungsionam dan sanationam adalah dubia ad bonam.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Widyastuti L, Saikia US, Postpartum Contraceptive Use in Indonesia: Recent
Patterns and Determinants BKKBN
45
46
47
48
1