KARSINOMA NASOFARING
WHO III STADIUM II
1
OUTLINE
2 BAB II 4 BAB IV
Status Pasien Analisis Masalah
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
LATAR BELAKANG
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang
berasal dari epitel mukosa atau jaringan limfoepitelial
nasofaring terutama pada fossa Rosenmuller yang terletak
di bagian belakang atas torus tubarius (Wei dan Chua,
2014).
4
Mutasi frameshift, alel O Modifikasi ekspresi antigen
menyandi glikosiltransferase golongan darah pada permukaan
non-fungsional dan antigen H sel kanker dapat mengubah
tidak berubah pada individu motilitas sel, sensivitas terhadap
dengan golongan darah O apoptosis, dan kehilangan
imunitas akibat menjurus kepada
perkembangan keganasan
STEP 2
STEP 3 STEP 4
STEP 1 Antigen golongan darah
STEP 5
diekspresikan pada
permukaan sel darah merah
Alel golongan darah ABO dan jaringan lain, seperti Hilangnya ekspresi
pada kromosom 9q34.1 sel epitel pada daerah antigen histoblood
menyandikan kepala dan leher golongan A/B adalah
glikosiltransferase spesifik kejadian yang sering
terjadi pada tumor
KNF bersifat multifaktorial
Faktor genetik, virus, dan lingkungan (Turkoz et al., 2011)
5
DUNIA
Karsinoma nasofaring ini dapat ditemukan di seluruh negara dari lima benua
tetapi insiden tertinggi terdapat di Cina bagian selatan serta Asia Tenggara
khususnya di provinsi Guangdong dan Guanxi, Hongkong serta ras Mongoloid,
dan jarang ditemukan di Eropa dan Amerika Utara (Huang et al., 2011).
INDONESIA
Menempati urutan ke-5 dari 10 besar di antara keganasan yang terdapat di
seluruh tubuh dan menempati urutan ke-1 di bagian THT-KL. Hampir 60% tumor
ganas kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring (Susworo, 2004).
6
BAB II
S TAT U S
PA S I E N
7
Nama : Ny. YYK
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 31 Tahun
Alamat : Banyuasin
Identitas Pendidikan : SLTA
Pasien Pekerjaan : IRT
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Sumatera Selatan
Bangsa : Indonesia
8
Anamnesis
9
Anamnesis
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 1 bulan lalu, benjolan semakin membesar Sejak ± 2 minggu lalu, benjolan di leher kiri semakin
seukuran bola pingpong di leher kiri, nyeri pada membesar ukuran bola kasti, nyeri pada benjolan (+),
benjolan (+), nyeri tekan (+), konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), konsistensi keras, batas tidak tegas,
batas tidak tegas, tidak mudah digerakkan. Keluar tidak mudah digerakkan. Keluar darah dari hidung (+)
darah dari hidung (-), hidung tersumbat (+), batuk hilang timbul, ± 1/4 gelas belimbing sekalinya, hidung
(+), suara serak (-), sengau (-), telinga berdenging tersumbat (+), batuk (+), suara serak (-), sengau (-),
(+) di sebelah kiri, penurunan pendengaran (+), telinga berdenging (+) kiri, penurunan pendengaran
nyeri telinga (-), keluar cairan dari telinga (-), rasa (+), nyeri telinga keluar cairan dari telinga (+) sebelah
penuh di telinga (+), pandangan ganda (-), mulut kiri, rasa penuh di telinga (+) sebelah kiri, pandangan
mencong (-), nyeri kepala (-), nyeri pada tulang (-). ganda (-), mulut mencong (-), nyeri kepala (+), nyeri
Pasien belum berobat ke RS Ar-Rasyid pada tulang (-), sulit menelan (+), nafsu makan
Palembang, dilakukan pemeriksaan dan dikatakan berkurang.
pasien mengalami keganasan dan disarankan
untuk berobat ke RSMH.
10
Anamnesis
Riwayat Perjalanan Penyakit Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak ± 1 minggu SMRS, benjolan di leher kiri Riwayat darah tinggi disangkal
masih berukuran bola kasti, nyeri pada benjolan
Riwayat kencing manis disangkal
(+), nyeri tekan (+), konsistensi keras, batas tidak
tegas, tidak mudah digerakkan. Keluar darah dari Riwayat atopi disangkal
hidung (+) hilang timbul, ± 1/4 gelas belimbing Riwayat terpapar radiasi disangkal
sekalinya, hidung tersumbat (+), batuk (+), telinga
Riwayat sakit jantung disangkal
berdenging (+) kiri, penurunan pendengaran (+),
nyeri telinga (-), keluar cairan dari telinga (-), Riwayat trauma di daerah kepala disangkal
pandangan ganda (-), mulut mencong (-), nyeri Riwayat stroke disangkal
kepala (+), nyeri pada tulang (-), sulit menelan (+),
Riwayat minum obat TB disangkal
nafsu makan berkurang. Pasien berobat ke poli
THT-KL RSMH.
11
Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Kebiasaan
Riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama Riwayat merokok disangkal
disangkal
Riwayat kebiasaan makanan atau ikan yang
Riwayat darah tinggi disangkal diawetkan ada
Riwayat kencing manis disangkal Riwayat minum alkohol disangkal
Riwayat alergi disangkal Riwayat bekerja atau tinggal di daerah pabrik dan
Riwayat stroke disangkal daerah bising disangkal
12
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis Pemeriksaan Fisik
Kepala : Konjungtiva forniks OS dan OD tidak
Pemeriksaan Umum
anemis, sklera tidak ikterik.
KU : Tampak sakit ringan
Leher : JVP (5-2) cmH2O, teraba massa di regio
Sens : Compos mentis colli sinistra berukuran ± 12 x 10 x 1,5 cm,
GCS : 15 E4M6V5 permukaan berdungkul-dungkul, konsistensi
TD : 110/70 mmHg keras, batas tidak tegas, tidak mudah
Nadi : 88 kali/menit, reguler digerakkan, nyeri pada benjolan (+), nyeri
tekan (+).
isi dan tegangan cukup
Jantung : Dalam batas normal
RR : 20 kali/menit,
Paru-paru : Dalam batas normal
Suhu : 36,7 º C
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
13
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
14
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
15
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
Audiogram
16
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
17
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
18
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
19
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal
20
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
21
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
22
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis Gambar rongga mulut dan faring
23
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
24
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
(19 September 2019)
25
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
(19 September 2019)
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 104 mg/dL <200 mg/dL Normal
Ureum 21 mg/dL 16.6-48.5 Normal
Kreatinin 0.69 mg/dL 0.50-0.90 mg/dL Normal
ELEKTROLIT
Kalsium (Ca) 9.6 mg/dL 8.8-10.2 mg/dL Normal
Natrium (Na) 151 mEq/dL 135-155 mg/dL Normal
Kalium (K) 4.8 mEq/L 3.5-5.5 mmol/L Normal
IMUNOSEROLOGI
HEPATITIS
HbsAg Non-Reactive Non Reaktif: <1.00 Normal 26
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
Rontgen toraks PA
(19 September 2019)
27
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
CT Scan Nasofaring
(22 Oktober 2019)
Kesan:
Massa nasofaring yang
mengobliterasi fossa rosenmuller
dan torus tubarius bilateral,
menyempit spatium parafaring kiri
dengan perluasan ke koana
bilateral dan orofaring sisi kiri
disertai limfadenopati perijugular
kiri multipel berkonglomerasi
(ukuran terbesar < 3 cm).
penebalan mukosa sinus
ethmoidalis bilateral, maksilaris
bilateral, dan sphenoidalis kiri.
Mastoiditis kiri. Deviasi septum
nasi.
28
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Histopatologi
(14 November 2019)
29
Diagnosa Kerja
K a r s i n o m a n a s o f a r i n g W H O Ti p e I I I S t a d i u m II
(T2N0M0)
O t i t i s M e d i a K r o n i k Ti p e M a l i g n a A S
30
Ta t a l a k s a n a
31
Prognosis
Quo ad vitam
Dubia
Quo ad functionam
Dubia
Quo ad sanationam
Dubia
32
BAB III
TINJAUAN
P U S TA K A
33
Anatomi
34
Karsinoma Nasofaring
4
WHO mendefinisikan KNF sebagai karsinoma
yang berasal dari mukosa nasofaring yang
menunjukkan bukti diferensiasi skuamosa dari
ultrastruktur atau pemeriksaan mikroskopi
cahaya (Chan et al., 2012).
35
Epidemiologi
KNF
36
Epstein Barr
Virus (EBV) Etiologi dan Faktor
Genetik Kebiasaan
Risiko
Merokok
37
Patogenesis
38
G e j a l a d a n Ta n d a
1 2 3
Gejala
Gejala
Gejala Dini Akibat
Lanjut
Metastasis
Tinitus, rasa penuh pada Gangguan saraf otak, karena Pembesaran kelenjar limfa
telinga sampai rasa nyeri di berhubungan dekat dengan pada leher.
telinga (otalgia) rongga tengkorak. Lokasi tersering metastasis
Penjalaran saraf III, IV, V, VI jauh adalah tulang, hati, dan
dapat menyebabkan diplopia. paru
Neuralgia terminal. Penjalaran
saraf IX, X, XI, XII, gangguan
sindrom Jackson
39
G e j a l a d a n Ta n d a
Nasal Sign
Epistaksis ringan, sumbatan hidung, post nasal
drip & ggn penciuman
Ear Sign
Tinitus, rasa penuh, rasa tidak nyaman &
otalgia
Ggn pendengaran konduktif OMA berulang
Metastasis Jauh
Paru
Tulang
Hati
41
Klasifikasi TNM (AJCC 2010)
42
Klasifikasi TNM (AJCC 2010)
43
Klasifikasi TNM (AJCC 2010)
44
Stadium KNF (AJCC 2010)
Stadium T N M
I T1 N0 M0
II T1 N1 M0
T2 N0-1 M0
III T1-T2 N2 M0
T3 N0-2 M0
IV A T4 N0-2 M0
IV B semua T N3 M0
IV C semua T Semua N M1
45
Diagnosis
Anamnesis
Keluhan …..
Gejala …. …
Diagnosis
46
Ta t a l a k s a n a
Radioterapi merupakan pilihan utama khususnya KNF tidak berdiferensiasi
Radioterapi (WHO tipe III), dilakukan pada stadium I
47
BAB IV
Analisis
Masalah
48
Analisis Masalah
1 2 3
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Khusus
• Benjolan pada leher, telinga • Regio cervical, ada massa di • MT kanan normal, MT kiri
berdenging, rasa penuh di regio colli sinistra, ukuran ± 12 refleks cahaya (-), sekret,
telinga, penurunan pendengaran, x 10 x 1,5 cm, warna merah (+), perforasi marginal dan ada
dan epistaksis. permukaan licin, tepi rata, jaringan granulasi.
• R/ pasien sering makan konsistensi kenyal, dapat • Garpu tala gang.
makanan yang diawetkkan dan digerakkan, nyeri pada benjolan Pendengaran konduktif derajat
ikan asin sejak lama (+), nyeri tekan (+) sedang-berat telinga kiri
49
Analisis Masalah
1 2 3
Pemeriksaan Pemeriksaan
Kesimpulan
Penunjang Penunjang
51
TERIMA KASIH
52