Anda di halaman 1dari 52

Laporan Kasus

KARSINOMA NASOFARING
WHO III STADIUM II

Pembimbing: dr. Denny Satria Utama, Sp.T.H.T.K.L(K)., M.Si.Med., FICS

Dyahati Wahyurini, S.Ked 04054821820040


Emy Sesilia, S.Ked 04054821820137
Mutia Mustika Sari, S.Ked 04054821820097
Nofitri Dewitasari Sijabat, S.Ked 04084821921059

1
OUTLINE

1 BAB I 3 BAB III


Pendahuluan Tinjauan Pustaka

2 BAB II 4 BAB IV
Status Pasien Analisis Masalah

2
BAB I

PENDAHULUAN

3
LATAR BELAKANG
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang
berasal dari epitel mukosa atau jaringan limfoepitelial
nasofaring terutama pada fossa Rosenmuller yang terletak
di bagian belakang atas torus tubarius (Wei dan Chua,
2014).

4
Mutasi frameshift, alel O Modifikasi ekspresi antigen
menyandi glikosiltransferase golongan darah pada permukaan
non-fungsional dan antigen H sel kanker dapat mengubah
tidak berubah pada individu motilitas sel, sensivitas terhadap
dengan golongan darah O apoptosis, dan kehilangan
imunitas akibat menjurus kepada
perkembangan keganasan
STEP 2
STEP 3 STEP 4
STEP 1 Antigen golongan darah
STEP 5
diekspresikan pada
permukaan sel darah merah
Alel golongan darah ABO dan jaringan lain, seperti Hilangnya ekspresi
pada kromosom 9q34.1 sel epitel pada daerah antigen histoblood
menyandikan kepala dan leher golongan A/B adalah
glikosiltransferase spesifik kejadian yang sering
terjadi pada tumor
KNF bersifat multifaktorial
Faktor genetik, virus, dan lingkungan (Turkoz et al., 2011)

5
DUNIA
Karsinoma nasofaring ini dapat ditemukan di seluruh negara dari lima benua
tetapi insiden tertinggi terdapat di Cina bagian selatan serta Asia Tenggara
khususnya di provinsi Guangdong dan Guanxi, Hongkong serta ras Mongoloid,
dan jarang ditemukan di Eropa dan Amerika Utara (Huang et al., 2011).

INDONESIA
Menempati urutan ke-5 dari 10 besar di antara keganasan yang terdapat di
seluruh tubuh dan menempati urutan ke-1 di bagian THT-KL. Hampir 60% tumor
ganas kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring (Susworo, 2004).

6
BAB II

S TAT U S
PA S I E N

7
Nama : Ny. YYK
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 31 Tahun
Alamat : Banyuasin
Identitas Pendidikan : SLTA
Pasien Pekerjaan : IRT
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Sumatera Selatan
Bangsa : Indonesia

8
Anamnesis

Keluhan Utama Riwayat Perjalanan Penyakit


 Benjolan di leher kiri yang semakin membesar  Sejak ± 2 bulan SMRS, pasien mengeluh timbul
sejak + 2 bulan lalu benjolan di leher kiri sebesar kelereng, keluar cairan
dari telinga (+) sebelah kiri hilang timbul, nyeri pada
benjolan (-), nyeri tekan (-), konsistensi kenyal,
merah, batas tidak tegas, tidak mudah digerakkan.
Keluar darah dari hidung (-), hidung tersumbat (-),
batuk (-), suara serak (-), sengau (-), telinga
berdenging (-), penurunan pendengaran (-), nyeri
telinga (-), pandangan ganda (-), mulut mencong (-),
nyeri kepala (-), nyeri pada tulang (-). Pasien belum
berobat.

9
Anamnesis
Riwayat Perjalanan Penyakit
 Sejak ± 1 bulan lalu, benjolan semakin membesar  Sejak ± 2 minggu lalu, benjolan di leher kiri semakin
seukuran bola pingpong di leher kiri, nyeri pada membesar ukuran bola kasti, nyeri pada benjolan (+),
benjolan (+), nyeri tekan (+), konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), konsistensi keras, batas tidak tegas,
batas tidak tegas, tidak mudah digerakkan. Keluar tidak mudah digerakkan. Keluar darah dari hidung (+)
darah dari hidung (-), hidung tersumbat (+), batuk hilang timbul, ± 1/4 gelas belimbing sekalinya, hidung
(+), suara serak (-), sengau (-), telinga berdenging tersumbat (+), batuk (+), suara serak (-), sengau (-),
(+) di sebelah kiri, penurunan pendengaran (+), telinga berdenging (+) kiri, penurunan pendengaran
nyeri telinga (-), keluar cairan dari telinga (-), rasa (+), nyeri telinga keluar cairan dari telinga (+) sebelah
penuh di telinga (+), pandangan ganda (-), mulut kiri, rasa penuh di telinga (+) sebelah kiri, pandangan
mencong (-), nyeri kepala (-), nyeri pada tulang (-). ganda (-), mulut mencong (-), nyeri kepala (+), nyeri
Pasien belum berobat ke RS Ar-Rasyid pada tulang (-), sulit menelan (+), nafsu makan
Palembang, dilakukan pemeriksaan dan dikatakan berkurang.
pasien mengalami keganasan dan disarankan
untuk berobat ke RSMH.

10
Anamnesis
Riwayat Perjalanan Penyakit Riwayat Penyakit Dahulu
 Sejak ± 1 minggu SMRS, benjolan di leher kiri  Riwayat darah tinggi disangkal
masih berukuran bola kasti, nyeri pada benjolan
 Riwayat kencing manis disangkal
(+), nyeri tekan (+), konsistensi keras, batas tidak
tegas, tidak mudah digerakkan. Keluar darah dari  Riwayat atopi disangkal
hidung (+) hilang timbul, ± 1/4 gelas belimbing  Riwayat terpapar radiasi disangkal
sekalinya, hidung tersumbat (+), batuk (+), telinga
 Riwayat sakit jantung disangkal
berdenging (+) kiri, penurunan pendengaran (+),
nyeri telinga (-), keluar cairan dari telinga (-),  Riwayat trauma di daerah kepala disangkal
pandangan ganda (-), mulut mencong (-), nyeri  Riwayat stroke disangkal
kepala (+), nyeri pada tulang (-), sulit menelan (+),
 Riwayat minum obat TB disangkal
nafsu makan berkurang. Pasien berobat ke poli
THT-KL RSMH.

11
Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Kebiasaan
 Riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama  Riwayat merokok disangkal
disangkal
 Riwayat kebiasaan makanan atau ikan yang
 Riwayat darah tinggi disangkal diawetkan ada
 Riwayat kencing manis disangkal  Riwayat minum alkohol disangkal
 Riwayat alergi disangkal  Riwayat bekerja atau tinggal di daerah pabrik dan
 Riwayat stroke disangkal daerah bising disangkal

12
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis Pemeriksaan Fisik
Kepala : Konjungtiva forniks OS dan OD tidak
Pemeriksaan Umum
anemis, sklera tidak ikterik.
KU : Tampak sakit ringan
Leher : JVP (5-2) cmH2O, teraba massa di regio
Sens : Compos mentis colli sinistra berukuran ± 12 x 10 x 1,5 cm,
GCS : 15 E4M6V5 permukaan berdungkul-dungkul, konsistensi
TD : 110/70 mmHg keras, batas tidak tegas, tidak mudah
Nadi : 88 kali/menit, reguler digerakkan, nyeri pada benjolan (+), nyeri
tekan (+).
isi dan tegangan cukup
Jantung : Dalam batas normal
RR : 20 kali/menit,
Paru-paru : Dalam batas normal
Suhu : 36,7 º C
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal

13
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis

14
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis

Gambar Membran Timpani

15
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis

Audiogram

16
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis

3.Tes Fungsi Tuba Kanan Kiri


-Tes Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Tes Toynbee Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4. Tes Kalori Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Tes Kobrak

I.Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri


-Tes aliran udara Cukup Cukup
-Tes penciuman Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Teh
Kopi
Tembakau

17
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis

18
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis

19
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

20
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis

2.Rinoskopi Posterior Kanan Kiri Gambar Hidung Bagian Posterior


-Postnasal drip
-Mukosa (licin/tak licin) Licin Licin
(merah muda/hiperemis) Merah muda Merah muda
-Adenoid
-Tumor
-Koana (sempit/lapang)
-Fossa Russenmullery (tumor/tidak) Tidak Tidak
-Torus tobarius (licin/tak licin) Tidak licin Tidak licin
-Muara tuba (tertutup/terbuka) Tertutup Tertutup
(sekret/tidak)

21
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis

IV.Pemeriksaan Sinus Paranasal Kanan Kiri


-Nyeri tekan/ketok
-infraorbitalis - -
-frontalis - -
-kantus medialis - -
-Pembengkakan - -
-Transiluminasi Tidak Tidak
-regio infraorbitalis dilakukan dilakukan
-regio palatum durum

22
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis Gambar rongga mulut dan faring

Gambar rongga mulut dan faring

23
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis

Gambar laring (laringoskopi tidak langsung)

24
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
(19 September 2019)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


HEMATOLOGI
Hemoglobin (Hb) 14,1 g/dL 13,48-17,40 g/dL Normal
Eritrosit (RBC) 4,53 x103/mm3 4,40-6,30 103/mm3 Normal
Leukosit (WBC) 10,31 x103/mm3 4,73-10,89 103/mm3 Normal
Hematokrit 41% 41-51 % Normal
FAAL HEMOSTASIS
Waktu Perdarahan 02.00 1-3 menit Normal
Waktu Pembekuan 10.00 9-15 menit Normal

25
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
(19 September 2019)

KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 104 mg/dL <200 mg/dL Normal
Ureum 21 mg/dL 16.6-48.5 Normal
Kreatinin 0.69 mg/dL 0.50-0.90 mg/dL Normal
ELEKTROLIT
Kalsium (Ca) 9.6 mg/dL 8.8-10.2 mg/dL Normal
Natrium (Na) 151 mEq/dL 135-155 mg/dL Normal
Kalium (K) 4.8 mEq/L 3.5-5.5 mmol/L Normal
IMUNOSEROLOGI
HEPATITIS
HbsAg Non-Reactive Non Reaktif: <1.00 Normal 26
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
Rontgen toraks PA
(19 September 2019)

Kesan : Ti d a k tampak tanda-tanda


kelainan

27
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
CT Scan Nasofaring
(22 Oktober 2019)

Kesan:
Massa nasofaring yang
mengobliterasi fossa rosenmuller
dan torus tubarius bilateral,
menyempit spatium parafaring kiri
dengan perluasan ke koana
bilateral dan orofaring sisi kiri
disertai limfadenopati perijugular
kiri multipel berkonglomerasi
(ukuran terbesar < 3 cm).
penebalan mukosa sinus
ethmoidalis bilateral, maksilaris
bilateral, dan sphenoidalis kiri.
Mastoiditis kiri. Deviasi septum
nasi.
28
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Histopatologi
(14 November 2019)

Kesan: Differentiated non ceratinizing


squamous cell carcinoma
(nasopharyngeal carcinoma) pada
nasofaring

29
Diagnosa Kerja
K a r s i n o m a n a s o f a r i n g W H O Ti p e I I I S t a d i u m II
(T2N0M0)

O t i t i s M e d i a K r o n i k Ti p e M a l i g n a A S

30
Ta t a l a k s a n a

Non Medikamentosa Medikamentosa


• Menjelaskan kepada pasien bahwa gejala-gejala • Paracetamol 3x500mg
yang dialami pasien disebabkan karena • Asam folat 2x1 tab
penyakit keganasan.
• Neurodex 3x1 tab
• Menjelaskan kepada pasien mengenai
kemoterapi dan efek samping yang akan
Pro Kemoradiasi
didapatkan pasien setelah menjalani
kemoterapi.
• Diet bubur

31
Prognosis
Quo ad vitam
Dubia

Quo ad functionam
Dubia

Quo ad sanationam
Dubia

32
BAB III

TINJAUAN
P U S TA K A

33
Anatomi

34
Karsinoma Nasofaring

Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan


1 karsinoma yang muncul pada daerah
nasofaring (area di atas tenggorok dan di
2 belakang hidung) (PNPKKN, 2017)

3 Tipe KNF terbanyak adalah tipe keganasan sel


skuamosa (Adham et al., 2015).

4
WHO mendefinisikan KNF sebagai karsinoma
yang berasal dari mukosa nasofaring yang
menunjukkan bukti diferensiasi skuamosa dari
ultrastruktur atau pemeriksaan mikroskopi
cahaya (Chan et al., 2012).

35
Epidemiologi

Terdapat sekitar 86.691 kasus baru Karsinoma nasofaring berada di


yang terdiagnosis di seluruh dunia Dunia Indonesia urutan pertama, yaitu 28%, dari
dan 50.800 kematian akibat KNF seluruh kanker kepala leher di
(IARC, 2012) bagian THT-KL Indonesia (Adham
et al., 2012)

KNF

↑ Cina Tenggara, termasuk Hong Berdasarkan GLOBOCAN (Global


Kong dan Guangdong, Filipina, Burden of Cancer Study) tahun 2012
Insidensi Insidensi
India, Thailand, Mikronesia, Asia mencapai 5,6 per 100.000 penduduk/
Timur, dan Afrika Utara. tahun, di mana prevalensi tertinggi
pada dekade 4-5 dengan
↓ pada sebagian besar populasi
perbandingan laki-laki dan
yang tinggal di tempat lain di
perempuan adalah 2-3:1 (Ferlay et
Amerika dan Eropa (Torre et al.,
al., 2012)
2015).

36
Epstein Barr
Virus (EBV) Etiologi dan Faktor
Genetik Kebiasaan
Risiko
Merokok

Etiologi KNF bersifat multifaktorial.


Faktor EBV sangat dominan untuk terjadinya
karsinoma nasofaring tetapi faktor non viral
seperti konsumsi ikan asin, kebiasaan merokok,
Paparan Debu
Konsumsi Ikan pengawet makanan, asap kayu bakar, obat nyamuk
dan Asap
Asin bakar, infeksi saluran pernafasan atas berulang,
Kayu
dan genetik dilaporkan berhubungan dengan
Paparan kejadian karsinoma nasofaring (Chang dan Adami,
Formaldehid 2006)

37
Patogenesis

38
G e j a l a d a n Ta n d a

1 2 3
Gejala
Gejala
Gejala Dini Akibat
Lanjut
Metastasis

Tinitus, rasa penuh pada Gangguan saraf otak, karena Pembesaran kelenjar limfa
telinga sampai rasa nyeri di berhubungan dekat dengan pada leher.
telinga (otalgia) rongga tengkorak. Lokasi tersering metastasis
Penjalaran saraf III, IV, V, VI jauh adalah tulang, hati, dan
dapat menyebabkan diplopia. paru
Neuralgia terminal. Penjalaran
saraf IX, X, XI, XII, gangguan
sindrom Jackson
39
G e j a l a d a n Ta n d a

Nasal Sign
Epistaksis ringan, sumbatan hidung, post nasal
drip & ggn penciuman

Ear Sign
Tinitus, rasa penuh, rasa tidak nyaman &
otalgia
Ggn pendengaran konduktif  OMA berulang

Eye & Cranial Sign


Diplopia
Saraf kranial III - VI
Saraf kranial IX - XII (sindrom retroparotidean)  disfagia, ggn
pengecapan, hipestesia (palatum molle, faring & laring), ggn respirasi
& salivasi, atrofi (m.trapezius & m.sternokleidomastoid)
40
G e j a l a d a n Ta n d a
Tumor Sign
Metastasis KGB leher  60 - 85%
Metastasis kel parafaring 
penekanan n. IX, X, XI & XII

Metastasis Jauh
Paru
Tulang
Hati

41
Klasifikasi TNM (AJCC 2010)

Tumor Primer (T)


Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor terbatas di nasofaring atau tumor meluas ke orofaring dan / kavum nasi tanpa
perluasan ke parafaring.
T2 : Tumor dengan perluasan ke daerah parafaring.
T3 : Tumor melibatkan struktur tulang dasar tengkorak dan/atau sinus paranasal
T4 : Tumor dengan perluasan intrakranial dan/atau terlibatnya saraf kranial, hipofaring, orbita
atau dengan perluasan ke fossa infratemporal / ruang mastikator.

42
Klasifikasi TNM (AJCC 2010)

KGB Regional (N)


Nx : KGB regional tidak dapat dinilai
N0 : Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 : Metastasis kelenjar getah bening leher unilateral dengan diameter terbesar 6 cm atau
kurang, di atas fossa supraklavikular, dan/atau unilateral atau bilateral kelenjar getah bening
retrofaring dengan diameter terbesar 6 cm atau kurang.
N2 : Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan diameter terbesar 6 cm atau kurang, di
atas fossa supraklavikular.
N3 : Metastasis pada kelenjar getah bening diatas 6 cm dan/atau pada fossa supraklavikular:
N3a : Diameter terbesar lebih dari 6 cm
N3b : Meluas ke fossa supraklavikular

43
Klasifikasi TNM (AJCC 2010)

Metastasis Jauh (M)


M0 : Tanpa metastasis jauh
M1 : Metastasis jauh

44
Stadium KNF (AJCC 2010)

Stadium T N M
I T1 N0 M0
II T1 N1 M0
T2 N0-1 M0
III T1-T2 N2 M0
T3 N0-2 M0
IV A T4 N0-2 M0
IV B semua T N3 M0
IV C semua T Semua N M1

45
Diagnosis

Anamnesis
Keluhan …..
Gejala …. …

Diagnosis

46
Ta t a l a k s a n a
Radioterapi merupakan pilihan utama khususnya KNF tidak berdiferensiasi
Radioterapi (WHO tipe III), dilakukan pada stadium I

Kemoradiasi dilakukan pada stadium II dan III. Kemoradiasi juga dilakukan


Kemoradiasi pada stadium IV dengan N <6cm, sedangkan stadium IV dengan N >6cm
dilakukan kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi

Obat Keluhan umum, misalnya nausea, anoreksia, dan sebagainya


Simptomatik

Obat Anastesi Keluhan nyeri menelan


Lokal

47
BAB IV

Analisis
Masalah

48
Analisis Masalah

1 2 3

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Khusus

• Benjolan pada leher, telinga • Regio cervical, ada massa di • MT kanan normal, MT kiri
berdenging, rasa penuh di regio colli sinistra, ukuran ± 12 refleks cahaya (-), sekret,
telinga, penurunan pendengaran, x 10 x 1,5 cm, warna merah (+), perforasi marginal dan ada
dan epistaksis. permukaan licin, tepi rata, jaringan granulasi.
• R/ pasien sering makan konsistensi kenyal, dapat • Garpu tala  gang.
makanan yang diawetkkan dan digerakkan, nyeri pada benjolan Pendengaran konduktif derajat
ikan asin sejak lama (+), nyeri tekan (+) sedang-berat telinga kiri

49
Analisis Masalah

1 2 3

Pemeriksaan Pemeriksaan
Kesimpulan
Penunjang Penunjang

• Darah rutin didapatkan dalam •Pemeriksaan PA dengan • Kesan  karsinoma


batas normal. histopatologi  Differentiated nasofaring WHO III stadium II
• Rontgen thorax PA dalam non Ceratinizing Squamous Cell (T2N0M0).
batas normal  metastasis (-) Carcinoma Regio Nasofaring. • Tatalaksana berdasarkan
• CT-Scan nasofaring  stadiumnya  pemberian
mengetahui bentuk dari massa kemoterapi.
KNF.
50
Analisis Masalah

51
TERIMA KASIH
52

Anda mungkin juga menyukai