OSTEOMYELITIS KRONIK
Oleh:
RESKI AMALIAH
Pembimbing
dr. Erlin Syahril, Sp. Rad (K)
LEMBAR PENGESAHAN
1
Makassar, September 2019
BAB I
PENDAHULUAN
2
manifestasi yaitu osteomyelitis hematogenous dan contiguous osteomyelitis
dengan atau tanpa insufisiensi vaskular. Baik hematogenous dan contiguous
osteomyelitis mungkin lebih lanjut diklasifikasikan sebagai akut atau kronis.
Osteomyelitis paling sering timbul dari patah tulang terbuka, infeksi pada kaki
penderita diabetes, atau terapi bedah pada luka tertutup. Penyebab osteomyelitis
bervariasi, dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, atau berbagai organisme lain,
dan dapat idiopatik seperti osteomyelitis multifocal kronis yang berulang.1,2,3
- Angka kejadian tuberkulosis di Indonesia pada saat ini masih tinggi sehingga
kasus – kasus tuberkulosis tulang dan sendi juga masih tinggi
3
osteomyelitis. Meskipun ada banyak cara untuk mendapatkan diagnosis tersebut,
mulai dari foto polos, CT scan, sampai MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan
tentu saja biopsi untuk mengetahui jenis bakteri. Prevalensi osteomyelitis kronis
adalah 5-25% setelah episode osteomyelitis akut di Amerika Serikat, insiden
osteomyelitis kronis di negara berkembang lebih tinggi daripada di negara-negara
lain, meskipun insiden yang tepat tidak diketahui.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
TB = 165 cm
5
Kepala : Normocephal, rambut hitam sukar dicabut, konjugtiva anemis
(-/-), sklera icterus(-/-), edema palpebra(-/-), pupil bulat isokor
(2,5mm/2.5mm), hidung sekret (-/-), darah (-/-), deviasi
septum(-), telinga normotia, sekret (-/-), darah (-/-), bibir tidak
sianosis, stomatitis(-)
Leher : Tidak hiperemis faring, Tonsil (T1/T1), tidak ada massa tumor,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada deviasi
trakea, tidak ada pembesaran tiroid, DVS R-2cm.
Thorax (Depan) :
I : Normochest, pengembangan dada simetris kiri dan kanan, tampak retraksi
dada, tidak tampak jejas,
P : Nyeri tekan(-), massa tumor(-), krepitasi(-), vocal fremitus kiri (N) kanan
(menurun)
P : Sonor, batas paru hepar ICS V anterior dextra, batas paru belakang ICS IX
posterior dextra.
A : Bunyi pernafasan bronkhial, bunyi tambahan : Wheezing (-/-) Ronkhi (-/-)
Thorax (Belakang) :
I : Normochest, pengembangan dada simetris kiri dan kanan, tidak tampak
retraksi dada
P : Nyeri tekan (-), massa tumor(-), krepitasi(-),
P : Sonor.
A : Bunyi pernafasan bronkhial, bunyi tambahan : Wheezing (-/-) Ronkhi (-/-)
Thoraks belakang kanan atas sulit diauskultasi.
Jantung :
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
P : Batas atas jantung kanan = ICS II linea parasternalis dextra, batas jantung
atas kiri = ICS II linea parasternalis sinistra, batas jantung bawah kiri = ICS
IV linea midclavicularis sinistra
A : Bunyi jantung I/II murni reguler ,bising (-)
Abdomen :
I : Cekung, mengikuti gerak nafas
A : Peristaltik usus kesan normal, bising usus (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
P : Tympani, ascites (-)
Ekstremitas : Terdapat deformitas pada femur dextra, fraktur(-/-)
Lain-lain : (-)
6
2.4 RESUME
Seorang laki-laki berusia 37 tahun di konsul dari poli orthopedi dengan
kontrol dan lanjut pengobatan. Pasien diusulkan untuk foto CT Scan bagian
femur.
2.5 DIAGNOSIS
Ostemyelitis kronik femur dextra
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan Femur
7
CT Scan Femur tanpa kontras
Hasil Pemeriksaan:
8
Tampak kaliber os femur kanan bagian medial bertambah dengan kortex tulang
menebal disertai permukaan ireguler
Tampak beberapa area bekas screws
Otot-otot femur kanan tampak normal tidak ada massa
Os femur kiri dan struktur otot-otot baik
Kesan :
Ostemyelitis kronik femur dextra
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada daerah intra-seluler. Tulang
berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses osteogenesis
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.9
Tulang dalam garis besarnya dibagi atas :9
1. Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia,fibula, ulna dan
humerus,dimana daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan
garis epifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan daerah yang sangat sering
ditemukan adanya kelainan atau penyakit, oleh karena daerah ini merupakan
daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan
atau kelainan perkembangan pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan
kelainan pertumbuhan tulang.
2. Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang karpal.
3. Tulang pipih
9
Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scapula dan tulang
pelvis.
B. HISTOLOGI
Gambar 1. Tulang panjang (humerus)
Berdasarkan histologinya, maka dikenal :9
Tulang imatur (non-lamellar bone, woven bone, fiber bone)
Tulang ini pertama tama terbentuk dari osifikasi endokondral pada
perkembangan embrional dan kemudian secara perlahan-lahan menjadi tulang
yang matur dan pada umur satu tahun tulang imatur tidak terlihat lagi. Tulang
imatur ini mengandung jaringan kolagen dengan substansi semen dan mineral
yang lebih sedikit dibanding dengan tulang matur
Tulang matur (mature bone, lamellar bone)
Tulang kortikal
Tulang trabekuler
Secara histologik, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah
sel, jaringan kolagen, dan mukopolisakarida.Tulang matur ditandai dengan sistem
Haversian atau osteon yang memberikan kemudahan sirkulasi darah melalui
korteks yang tebal. Tulang matur kurang mengandung sel dan lebih banyak
substansi semen dan mineral dibanding dengan tulang matur.9
10
Gambar 2. A. jaringan tulang kompakta, B. Osteon dalam diafisis pada tulang, C. Osteon, D. Osteosit dalam
lacuna
C. FISIOLOGI
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai lima
fungsi utama, yaitu:9
1. Membentuk rangka badan
2. Sebagai pengumpil dan tempat melekat tot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat
dalam seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru.
4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam.
5. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hemopoetik untuk
memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan trombosit.
11
Pertumbuhan tulang panjang terjadi pada daerah tulang rawan artikuler
dan merupakan tempat satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada
daerah epifisis.Pada tulang pendek, pertumbuhan tulang dapat terjadi
pada seluruh daerah tulang.
b. Tulang rawan lempeng epifisis
Tulang rawan lempeng epifisis memberikan kemungkinan metafisis dan
diafisis untuk bertumbuh memanjang.Lempeng epifisis adalah tulang
rawan yang berbentuk diskus (piringan) yang terletak antara epifisis dan
metafisis.Lempeng epifisis merupakan bagian tulang yang bertanggung
jawab dalam perkembangan dan pertumbuhan memanjang pada tulang
matur. Terdapat beberapa tempat osifikasi dalam tubuh yaitu pusat
osifikasi primer,yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan tulang-
tulang kecil seperti tulang lunatum, navikular, talus; pada tulang panjang
dikenal adanya osifikasi sekunder atau epifisis tekanan,misalnya caput
femur dan sendi lutut; dikenal pula adanya epifisis traksi atau apofisis
pada daerah trokanter mayor, trokanter minor, tuberkulum mayus humeri,
sehingga perkembangan dan pertumbuhan tulang pada tempat-tempat
tersebut dapat terjadi melalui tekanan atau tarikan yang sesuai dengan
hokum Wolff. Proses pertumbuhan ini terus-menerus pada manusia
selama hidupnya.
Perkembangan dan pertumbuhan sistem muskuloskeletal merupakan
suatu proses yang berkelanjutan dimana terjadi pembentukan, maturasi
serta perombakan dari jaringan mesenkim, pembentukan tulang rawan
kemudian terjadi perombakan kembali menjadi tulang.
Vaskularisasi lempeng epifisis berasal dari arteri metafisis dan arteri
epifisis.Epifisis dan lempeng epifisis mempunyai vaskularisasi yang
unik.Permukaan epifisis ditutupi oleh tulang rawan artikuler. Pembuluh
darah epifisis juga bertanggung jawab terhadap vaskularisasi sel-sel
lempeng epifisis sehingga bila terjadi iskemi pada epifisis maka akan
terjadi kerusakan lempeng epifisis yang menimbulkan gangguan dalam
pertumbuhan memanjang tulang. Pertumbuhan memanjang tulang berasal
12
dari lempeng epifisis dimana epifisis berkembang dalam tiga dimensi
dari zona tulang rawan sendi yang dalam.
Lempeng epifisis tersusun atas tiga lapisan, yaitu :
1) Zona pertumbuhan
Germinal
Proliferasi
Palisade
2) Zona transformasi tulang rawan
Hipertrofi
Kalsifikasi
Degenerasi
3) Zona osifikasi
Vascular entry
Osteogenesis
13
Selama pertumbuhan memanjang tulang maka daerah metafisis mengalami
remodelling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi
batang tulang secara progresif.
D. Definisi
Hal ini kemungkinan muncul dari pengobatan osteomyelitis akut yang tidak
memadai, trauma, penyebab iatrogenik seperti penggantian sendi dan fraktur
dengan fiksasi internal dan patah tulang yang berat. 4,5,6 Pasien biasanya datang
dengan keluhan nyeri kronis dan keluarnya cairan, dan kadang-kadang juga
ditemukan demam ringan, abses lokal, infeksi jaringan lunak, atau kedua jika
saluran sinus menjadi terhalang.2,7,8 Penatalaksanaan yang tidak sesuai pada pada
osteomyelitis baik hematogenous maupun contiguous mengakibatkan perubahan
dari osteomyelitis akut menjadi kronik. 1,2,3,4
E. Etiologi
F. Patogenesis
14
yang terpapar sehingga organisme tersebut lebih mudah menempel. Pada daerah
infeksi fagosit datang mengatasi infeksi dari bakteri tersebut, namun dalam waktu
yang bersamaan fagosit juga mengeluarkan enzim yang dapat mengakibatkan
tulang menjadi lisis. Bakteri dapat lolos dari proses tersebut dan akhirnya
menempel pada bagian tulang yang lisis dengan cara masuk dan menetap pada
osteoblas dan membungkus diri dengan protective polysaccharide-rich biofilm.
Jika tidak dirawat tekanan intramedular akan meningkat dan eksudat menyebar
sepanjang korteks metafisis yang tipis mengakibatkan timbulnya abses
subperiosteal. Abses subperiosteal dapat meningkat dan menyebar pada bagian
tulang yang lain. Pus dapat menyebar melalui pembuluh darah, mengakibatkan
peningkatan tekanan intraosseus dan gangguan pada aliran darah.5 Hal ini dapat
mengakibatkan timbulnya trombosis. Nekrosis tulang mengakibatkan hilangnya
peredaran darah periosteal. Nekrosis pada segmen besar tulang mengakibatkan
timbulnya sequestrum. Sequestra ini memuat bagian infeksius yang mengelilingi
bagian tulang yang sklerotik yang biasanya tidak mengandung pembuluh darah.
Kanal haversian diblok oleh jaringan parut dan tulang dikelilingi oleh bagian
periosteum yang menebal dan jaringan parut otot. Sequestra merupakan muara
dari mikroorganisme dan mengakibatkan timbulnya gejala infeksi. Abses juga
dapat keluar dari kulit membentuk sinus. Sinus kemungkinan tertutup selama
beberapa minggu atau bulan memberikan gambaran penyembuhan, dapat terbuka
(atau muncul di tempat lain) ketika tekanan jaringan meningkat. Antibiotik tidak
dapat menembus bagian yang avaskular dan tidak efektif dalam mengatasi infeksi.
Terbentuknya formasi tulang baru (involucrum) secara bersamaan karena
periosteum berusaha untuk membentuk dinding atau menyerap fragmen sequestra
dan membentuk stabilitas tulang baru. Involucrum memiliki morfologi yang
bervariasi dan memiliki reaksi periosteal yang agresif yang dapat mengakibatkan
timbulnya keganasan. Jika respon periosteal minimal, hilangnya segmen tulang
secara fokal maupun segmental tidak dapat dihindarkan. Sequestra secara dapat
diserap sebagian maupun penuh sebagai akibat dari respon inang atau tergabung
dalam involucrum. 4,5,6
15
Gambaran morfologis dari osteomyelitis kronis adalah adanya bagian tulang
yang nekrosis ditandai dengan tidak adanya osteosit yang hidup. Kebanyakan
mengandung sel mononuklear, granula dan jaringan fibrosa menggantikan tulang
yang diserap oleh osteoklas. Jika diwarnai beberapa macam organisme dapat
ditemukan.Terdapat risiko munculnya artritis septik pada daerah dimana metafisis
terdapat pada bagian intrartikular (proksimal femur, proksimal radius, proksimal
humerus, distal fibula). Risiko meningkat pada anak – anak berusia kurang dari 2
tahun sebagai akibat dari uniknya aspek pembuluh darah pada anak – anak.
Pembuluh darah metafisis dan epifisis berhubungan sampai sekitar umur 12 -18
tahun dimana fisis berperan sebagai perisai mekanik terhadap penyebaran
infeksi.4,5,6,7
G. Gambaran Klinis
I. Pemeriksaan Radiologis
16
intramedular yang aktif atau abses pada area yang nekrosis, sequestrum dan
fibrosis) dan untuk mengetahui jaringan kulit yang terlibat (area selulitis, abses
dan sinus). Akhirnya pendekatan radiologis memiliki peranan dalam mendeteksi
infeksi aktif dan menentukan panjang debridement yang diperlukan untuk
mengeluarkan bagian tulang yang nekrosis dan jaringan lunak yang abnormal.
Modalitas radiologis yang dapat digunakan untuk mendiagnosis osteomyelitis
kronis adalah plain photo, ultrasound, nuclear imaging, CT dan MRI.
Ultrasonografi juga dapat mendeteksi kumpulan cairan pada subperiosteal atau
adanya abses pada jaringan lunak yang terdekat dengan tulang. 4,6,7
- Foto polos Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda-tanda porosis
dan sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin
adanya sekuestrum
17
Gambar 4. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan
sclerosis extensive dibagian distal metafisis pada radius
18
modalitas ini. CT scan membantu dalam mengevaluasi keperluan untuk
tindakan operatif dan memberikan informasi penting mengenai luasnya
penyakit. Informasi ini sangat berguna dalam menentukan metode operatif
yang akan digunakan. CT juga sangat membantu dalam melaksanakan biopsi
tulang. Keuntungan yang paling penting dari CT scan dapat menunjukkan lesi
pada medulla dan infeksi pada jaringan lunak. CT scan merupakan modalitas
standar dalam mendeteksi sequestrum. CT juga sangat baik dalam
menampilkan tulang belakang, pelvis dan sternum. Pemeriksaan ini
bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan serta untuk melihat sejauh
mana kerusakan tulang terjadi.4,6
19
Magnetic Resonance Imaging (MRI) sangat berguna dalam mendeteksi infeksi
musculoskeletal, dimana setiap batasannya menjadi terlihat. Resolusi spasial yang
ditawarkan oleh MRI sangat berguna dalam membedakan infeksi dari dari tulang
dan jaringan lunak, dimana hal ini merupakan permasalahan pada pencitraan
radionuklir. Namun MRI, tidak seperti pencitraan radionuklir, tidak terlalu tepat
untuk pemeriksaan seluruh tubuh dan adanya logam yang tertanam kemungkinan
menggambarkan artifak lokal. Skrining MRI awal biasanya memuat T1-weighted
dan T2-weighted spin-echo pulse sequence. Osteomyelitis biasanya nampak
sebagai gangguan sumsum tulang yang terlokalisasi dengan penurunan densitas
pada gambar T1-weighted dan peningkatan intensitas pada gambar T2-weighted.
Biasanya, terdapat penurunan intensitas signal pada gambar T2-weighted.
Jaringan tulang akibat post operasi atau trauma biasanya menampakkan adanya
penurunan intensitas pada gambar T1-weighted dengan tidak adanya perubahan
pada gambar T2-weighted. Sinus akan terlihat area dengan intensitas tinggi pada
gambar T2-weighted, menyebar dari tulang sampai jaringan lunak dan bagian
kulit paling luar. Selulitis akan nampak sebagai area difus dengan sinyal
menengah pada gambar T1-weighted pada jaringan lunak dan peningkatan sinyal
pada gambar T2-weighted.2,3,10
J. Pengobatan
2. Tindakan operatif Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah
reda setelah pemberian dan pemayungan antibiotik yang adekuat. Operasi yang
dilakukan bertujuan untuk:
20
Selanjutnya dilakukan drainase dan dilanjutkan secara kontinu selama
beberapa hari. Adakalanya diperlukan penanaman rantai antibiotik didalam
bagian tulang yang infeksi
K. Diagnosis Banding
1. Osteo Sarkoma
21
2. Sarkoma Ewing
22
L. Komplikasi
M. Prognosis
23
kekambuhan infeksi masih besar. Ini biasanya disebabkan oleh tidak
komplitnya pengeluaran semua daerah parut jaringan lunak yang terinfeksi
atau tulang nekrotik yang tidak terpisah.
DAFTAR PUSTAKA
24
6. Spiegel DA and Penny JN. Chronic Osteomyelitis in Children. Techniques
in orthopaedic. 2005; 20.
25