Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako
DISUSUN OLEH :
Wica Nurkasih
N 111 18 015
Pembimbing:
dr. Ferry Lumintang, Sp. An
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako
Pembimbing, Mahasiswa
dr. Ferry Lumintang, Sp.An. Wica Nurkasih
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi adalah hilangnya sensasi, biasanya akibat cedera saraf atau reseptor.
Anestesi juga dapat didefinisikan hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri,
disebabkan oleh pemberian obat atau intervensi medis lainnya.[1] Anestesi telah
diberikan pada lebih dari 75 juta pasien operasi di dunia setiap tahun.[2]
Secara garis besar anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi
umum dan anestesi regional. Anestesi umum adalah keadaan tidak sadar tanpa
nyeri yang reversible akibat pemberian obat – obatan, serta menghilangkan rasa
sakit seluruh tubuh secara sentral. Perbedaan dengan anestesi regional adalah
anestesi pada sebagian tubuh, keadaan bebas nyeri tanpa kehilangan kesadaran.
Masing-masing anestesi memiliki bentuk dan kegunaan. Seorang ahli anestesi
akan menentukan jenis anestesi yang menurutnya terbaik dengan
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari masing-masing tindakannya
tersebut.2
Anestesi umum adalah keadaan tidak sadar tanpa nyeri yang reversible
akibat pemberian obat-obatan, serta menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh
secara sentral . Anastesi memungkinkan pasien untuk mentolelir tindakan
pembedahan yang dapat menimbulkan rasa sakit tak tertahankan yang berpotensi
meyebabkan perubahan fisiologis tubuh yang ekstrim, dan menghasilkan
kenangan yang tidak meyenangkan. 1,2,3
Tumor payudara juga merupakan jenis tumor yang paling umum terdapat di
Eropa pada tahun 2006, dengan 429.900 kasus baru atau 13,5% dari semua
penyakit tumor baru2. Sejak tahun 1990, tingkat kematian akibat tumor payudara
menurun di Amerika Serikat Amerika Serikat sebesar 24% dan pengurangan
serupa telah diamati di Negara-negara lain3,4. Perhitungan matematika
menunjukkan bahwa baik adopsi dari skrining mamografi dan ketersediaan ajuvan
kemoterapi dan tamoxifen telah menyumbangkan peranan yang sama dalam
pengurangan kasus tumor payudara5. Meskipun tumor payudara secara tradisional
kurang lazim terdapat di negara-negara berkembang, namun angka kejadian di
daerah-daerah tersebut meningkat. Bab ini akan membahas karakteristik penting
dari tumor payudara, menekankan informasi praktis yang penting bagi dokter dan
hasil uji clinical trial sebagai pedoman pertimbangan terapeutik.
KASUS
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Umur : 25-12-1973 (46 tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 55 kg
Agama : Islam
Alamat : Tondo
Diagnosis : Fibroadenoma Mammae Sinistra
No RM : 01006398
Tanggal Operasi : 12 Juli 2019
2) Anamnesis
A. Keluhan utama
Benjolan di payudara kiri sejak 1 tahun yang lalu
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan di payudara kiri sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya
benjolan kecil sebesar kelerang tapi lama-kelamaan benjolan semakin
membesar berukuran sebesar telur bebek. Nyeri yang dirasakan hilang
timbul. Ketika diraba benjolan di payudara kiri, benjolan dapat
digerakkan, permukaan licin, teraba lunak, dan nyeri tekan (+). Riwayat
alergi obat dan makanan disangkal. Riwayat memakai gigi palsu
disangkal. Riwayat asma disangkal. Pasien tidak demam.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Hipertensi (-)
2. Diabetes melitus (-)
3. Penyakit jantung (-)
4. Asma (-)
5. Liver (-)
6. Ginjal (-)
7. Alergi makanan dan obat (-)
8. Operasi sebelumnya (-)
3) Pemeriksaan Fisik
A. B1 (Breath)
B. B2 (Blood)
Akral hangat : ekstremitas atas (+/+), ekstremitas bawah (+/+).
Tekanan darah 130/70 mmHg, denyut nadi 60 kali/menit secara regular
dan kuat angkat, bunyi jantung S1/S2 murni reguler.
C. B3 (Brain)
Kesadaran komposmentis, pupil isokor ±2,5 mm/±2,5 mm, defisit
neurologis (-)
D. B4 (Bladder)
Buang air kecil normal dengan frekuensi 4-5 kali sehari, berwarna
kuning
E. B5 (Bowel)
Abdomen : tampak datar kesan normal, peristaltik (+) kesan
normal, massa (-), nyeri tekan (+) regio ilica dextra et sinistra, tympani
(+) seluruh regio abdomen
F. B6 (Back & Bone)
Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-), edema ekstremitas (-)
4) Pemeriksaan tambahan
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Rujukan Satuan
Hemoglobin 13.8 L: 13-17, P: 11-15 g/dl
Leukosit 6.97 4.000-10.000 /mm3
Eritrosit 4.86 L: 4.5-6.5 P: 3.9-5.6 Juta/ul
Hematokrit 40.2 L: 40-54 P: 35-47 %
Trombosit 327 150.000-500.000 /mm3
b. Dikamar operasi
Lampiran 1
d. Bila mual (-), muntah (-), peristaltik (+), boleh makan dan minum
sedikit-sedikit
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien menderita FAM sinistra dan akan dilakukan operasi
dengan metode eksisi biopsi. Pada tindakan operasi ini akan dilakukan anesetesi
umum atau general anesthesia (GA). Pemilihan GA dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek 4si (posisi, lokasi, manipulasi, dan durasi) dimana
pembedahan ini dilakukan di daerah toraks dan dari segi jenis kelamin pasien
yang adalah wanita maka adanya faktor emosional terutama rasa malu yang lebih
dominan mendukung untuk dilakukannya GA[3]
Evaluasi pra anestesi dilakukan beberapa hari sebelum operasi yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan Laboratorium, radiologi dan yang
lainnya, konsultasi dan koreksi terhadap kelainan fungsi organ vital, dan
menentukan prognosis pasien perioperatif. Tujuan dari dilakukannya evaluasi
adalah untuk menentukan klasifikasi ASA. Pada kasus ini dari anamnesis
didapatkan bahwa pasien mengeluhkan adanya benjolan pada payudara kiri dan
terasa nyeri sejak 1 tahun yang lalu. Pasien datang dalam keadaan cemas/ansietas.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, riwayat operasi, maupun riwayat
alergi. Pasien juga tidak menggunakan gigi palsu dan tidak ada gigi yang goyang.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum pasien baik.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap
dengan hasil semua normal, faal hemostasis, dan dari FNAB disimpulkan
fibroadenoma. Dari evaluasi dapat maka pasien kasus ini diklasifikasikan sebagai
ASA 1. [2]
Premedikasi yang diberikan pada pasien kasus ini adalah ondansetron 4 mg,
pemberian obat ini untuk mencegah terjadinya mual dan muntah yang dapat
mengakibatkan obstruksi saluran napas. Selain itu diberikan pula Fentanyl dengan
dosis 1-2 mc/kgBB sebagai analgesia, fentanyl memiliki sifat analgetik yang
sangat kuat, namun pada dosis diatas 3mcg/kgBB dapat menimbulkan depresi
frekuensi dan volume napas.[6]
1. Cairan masuk
Pre-operatif : RL 300 mL
2. Cairan keluar
Perdarahan : 50
Urin :-+
3. Terapi cairan
Berat Badan : 55 kg
Jumlah perdarahan : 50 cc
=3.575 mL
= 50 cc : 3.575 x 100%
=1,39%
4. Perhitungan cairan
M = 10 kg pertama = 10 kg x 4 cc = 40 cc
10 kg kedua = 10 kg x 2 cc = 20 cc
Sisa BB = 35 kg x 1 cc = 35 cc +
Total = 95 cc/jam
P = lama puasa x M
= 6 x 95 cc
= 570 cc
= 20 x 480 / 20
= 480 cc
= 760 cc – 480 cc
= 280 cc
5. Stress operasi
= 4 cc/kgBB/jam x 55 kg
= 220 cc/jam
= 95 cc + 570 cc + 220 cc + 50 cc
= 935 cc
7. Keseimbangan cairan
Pada kasus ini, cairan yang masuk ke dalam tubuh pasien sebanyak 800 cc
yang terdiri dari cairan kristaloid. Untuk cairan yang keluar dari tubuh pasien
yaitu sebanyak 50 cc (darah 50 cc). Sehingga keseimbangan cairan pasien yaitu
sebanyak +750 cc, yang artinya cairan yang masuk dan keluar tubuh pasien lebih
650 cc. Untuk mengganti darah yang hilang, bisa menggunakan cairan kristaloid,
koloid, atau transfusi. Akan tetapi, pada pasien ini belum dibutuhkan transfusi
karena darah yang keluar hanya sebanyak 1,39%. Sehingga untuk mengganti
darah yang keluar hanya perlu menggunakan koloid atau kristaloid. Pada pasien
ini menggunakan kristaloid, sehingga jumlah darah yang keluar perlu dikalikan 3
(darah keluar 50 cc x 3 = 150 cc, cairan yang telah digunakan untuk mengganti
darah sebelumnya sebanyak 100 cc, sehingga perlu tambahan 50 cc lagi untuk
mengganti darah yang keluar). Dengan demikian, kelebihan keseimbangan cairan
sebanyak 750 cc dapat digunakan sebagai tambahan untuk mengganti darah yang
hilang, sehingga cairan yang tersisa sebanyak 700 cc. Akan tetapi, bila dikurangi
dengan jumlah kebutuhan cairan pasien selama operasi 1 jam yaitu, 95 cc/jam
untuk maintanance, 570 cc defisit cairan selama puasa, 230 cc stress operasi
sedang, maka pasien masih kekurangan cairan sebanyak 195 cc.
BAB IV
KESIMPULAN