Anda di halaman 1dari 30

Meigs Sindrome

{ Ashar Randy Adil


Pembimbing : dr.Djemi, Sp.OG. MARS

BAGIAN ILMU OBTETRIK DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
DEFINISI

Sindrom Meigs merupakan gejala yang


terdiri dari tumor ovarium benigna
dengan ascites dan efusi pleura yang
menghilang setelah reaksi tumor.
Tumor ovarium pada Sindrom Meigs
adalah jenis fibroma.
EPIDEMIOLOGI

Di AS tumor ovarium banyak pada masyarakat


sosio ekonomi rendah. Fibroma ovarium
didapatkan pada 2-5 % tumor ovarium dan Meigs
Sindrom ditemukan jumlah 1 %. Ascites ditemukan
pada 10-15 % dan fibroma ovarium dan hidrotoraks
pada 1 % pasien terutama dengan lesi yang besar.
40 % dari kasus-kasus fibroma ovarium ditemukan
ascites dan hidrotoraks. (5)
Insiden dari tumor ovarium meningkat pada
dekade ketiga dan meningkat secara progresif
hingga puncaknya pada dekade ketujuh. (5)
PATOFISIOLOGI

• Iritasi dari peritoneum dari tumor ovarium yang keras


dan solid menstimulasi produksi cairan peritoneum.
Etiologi Asites • Tekanan langsung pada aliran limfe atau vena,
stimulasi hormonal, dan torsi tumor.

• Cairan ascites berpindah melalui transdiaphragmatic


Etiologi Efusi lympathic channels.
• Besarnya efusi pleura sebanding dengan jumlahnya
Pleura ascites.

Etiologi • Frekuensi fibroma ovarium 5 % dari semua neoplasma


Fibroma ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita
dalam masa menopause dan sesudahnya.
Ovarium
GEJALA KLINIS

Fatigue

Dyspnea

Nyeri panggul, kembung, konstipasi

Peningkatan lingkar perut

Batuk non produktif

Amenorea
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Pem.
Penunjang
Pem. Fisik
Anamnesis
PEMERIKSAAN FISIK

Tanda • Takipnue
• Takikardi
Vital
• Tanda Efusi
Paru pleura
1
PEMERIKSAAN FISIK

• Didapatkan massa
• Shifting dulness (+)
Abdomen

• Ditemukan adanya
massa (besarnya,
Pelvis lokalisasi, permukaan,
konsistensi mobile /
immobile).
2
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Labora Radiol Tes


torium ogi Lain

Anemia ●
Foto Thorax Tes


USG

Protrom Abdomen
Papanic
bin Time ●
CT Scan olau

CA 125 Abdomen normal
PENATALAKSANAAN

Laparotomi eksplorasi dengan staging


bedah adalah prosedur pilihan pada
penyakit ini. Lakukan bedah beku pada
massa ovarium selama laparotomi
eksplorasi. Jika bedah beku konsisten dengan
tumor jinak, tepat dilakukan pembedahan
konservatif (salpingo-ooforektomi atau
ooforektomi).
PENATALAKSANAAN

Temuan dari biopsi kelenjar getah bening


dan omentum serta pembilasan pelvis akan
negatif untuk keganasan jika prosedur ini
dilakukan selama operasi.
PENATALAKSANAAN

1. Pada wanita usia reproduktif, dilakukan


unilateral salpingo-ooforektomi.
2. Pada wanita menopause, prosedur pilihannya
adalah salpingo ooforektomi bilateral dengan-
histerektomi total dan unilateral atau kadang-
kadang dilakukan salpingo-ooforektomi
bilateral.
3. Pada perempuan prapubertas, prosedur
pilihannya adalah reseksi ovarium dan
salpingo-ooforektomi unilateral.
PROGNOSIS

Dalam beberapa minggu hingga beberapa


bulan dari operasi asites, dan penyumbuhan
efusi pleura dan CA 125 kembali ke normal.
Perubahan cairan post operasi merupakan
bagian dari penentuan dari penyakit ini,
suatu tumor yang jinak memiliki prognosis
yang baik. Jika jaringan ovarium masih
berfungsi maka fetilitas dipertahankan
RESUME

Pasien wanita umur 36 tahun dengan


P5A0 konsul dari bagian Penyakit Dalam
dengan diagnosis Asites + massa abdomen.
Nyeri abdomen (+) 2 hari SMRS, abdomen
makin membesar sejak 6 bulan SMRS.
Dyspnue sejak 2 minggu SMRS. Fatigue
terus menerus, napsu makan menurun,
penurunan BB. Amenore sejak 10 bulan
SMRS.
RESUME

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD :


110/80 mmHg, Nadi : 76 x/menit,
Pernafasan : 24 x/menit, Suhu : 36.7 oC
Axilla
Paru paru : Asimetris, Vocal fremitus
kanan > kiri, redup pada lapang paru kiri
bawah, vesikuler (+/+), rhonki (-/+) bagian
basal
RESUME

Abdomen : Tampak cembung, teraba


massa berbetas tegas, mobile
Hasil laboratorium yang didapatkan: HB
9 g/dl, PLT 332 103/Ul, WBC 5,2 103/Ul, MCV
68,1 µm3 dan MCHC 31,3 g/dl. CA 125
(92,87 u/ml). USG (Massa adnexa sinistra
disertai ascites), Foto thorax (TB paru aktif
lesi luas dengan efusi pleura sinistra).
RESUME

Terapi yang diberikan IVFD RL 20 tpm,


Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam iv, dan
injeksi ranitidine 50 mg/12 jam iv. Selama
empat hari perawatan pasien
direncanakan di rujuk ke Makassar.
PEMBAHASAN

Sindrom Meigs merupakan gejala yang


terdiri dari tumor ovarium benigna
dengan ascites dan efusi pleura yang
menghilang setelah reaksi tumor. Tumor
ovarium pada Sindrom Meigs adalah jenis
fibroma. (1,2,3)
KASUS TEORI
Gejala klinis pada Sesuai teori bahwa gejala
pasien tersebut klinis dari sindrom meigs
mengarah pada adalah fatigue, dyspnue,
nyeri panggul, kembung,
sindrom meigs, yaitu konstipasi, peningkatan
pasien mengeluhkan lingkar perut terkait
adanya peningkatan dengan berat badan atau
lingkar perut, penurunan berat badan,
dyspnue, fatigue, batuk non produktif dan
penurunan berat amenorea.(6)
badan dan amenorea.
KASUS TEORI

Pada kasus ini tanda- Tanda vital pada sindrom


tanda vital pasien dalam meigs yaitu takipnue dan
batas normal. takikardi.(1)
KASUS TEORI
Pada pemeriksaan fisik Sesuai teori pada perkusi
bagian paru-paru pasien terdengar hampir hilang
ditemukan asimetris (tumpul), menurunnya taktil
dinding dada, vocal fremitus, penurunan vocal
fremitus kanan > kiri, redup resonance, penurunan bunyi
pada lapang paru kiri pernapasan, menunjukkan
bawah, vesikuler (+/+), dugaan efusi pleura. Efusi
rhonki (-/+) bagian basal pleura sebagian besar di
menunjukkan dugaan dapatkan pada paru kanan,
adanya efusi pleura pada tetapi dapat juga ditemukan
paru sinistra. pada paru kiri.(1). Hal ini
sesuai dengan teori.
KASUS TEORI
Pada pemeriksaan Menurut teori
abdomen : tampak pemeriksaan didapatkan
cembung, teraba massa massa yang kecil
berbetas tegas, mobile. ataupun besar pada
pelvis atau massa tidak
dapat dirasakan.
Ditemukan ascites,
dengan shifting dullness
dan atau fluid thrill.(1)
Pada kasus ini shifting
dullness negatif.
KASUS TEORI
Pada pasien ditemukan Sesuai teori yang ada
anemia mikrositik laboratorium untuk sindrom
hipokromik yang meigs menunjukkan adaya
menunjukkan adanya anemia pada pasien dengan
defisiensi besi, dengan hasil Meigs Sindrom merupakan
laboratorium HB 9 g/dl, anemia defisiensi besi.
MCV 68,1 µm3 dan MCHC Anemia dapat dikoreksi
31,3 g/dl mengalami dengan transfusi darah
penurunan dari nilai normal. emergensi selama pasien
menjalani operasi untuk
Meigs Sindrom. Anemia post
operasi dapat diatasi dengan
suplemen zat besi. (1)
KASUS TEORI
Pada kasus ini hasil dari Menurut teori tumor marker
pemeriksaan CA 125 CA-125 dapat meningkat
meningkat 2 kali dari nilai pada pasien Meigs Sindrom,
normalnya yaitu 92,87 u/ml. tetapi derajat
Sesuai teori terjadi peningkatannya tidak
peningkatan CA 125. sebanding dengan
keganasannya.
Menurut teori pada pemeriksaan Radiologi, hasil
foto thorax menunjukkan adanya efusi pleura (1) sama
halnya pada kasus ini dari hasil foto thorax ditemukan
adanya TB paru aktif lesi luas dengan efusi pleura
sinistra. Pada USG abdomen dan pelvis menunjukkan
adanya massa pada ovarium disertai asites (1), pada
kasus hasil USG yaitu Massa adnexa sinistra disertai
ascites.
Jadi menurut anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang pasien wanita 36 tahun ini
mengarah pada diagnosis sindrom meigs. Syndroma
Meigs ini sangat terkenal dengan trias dari tumor
ovarium jinak, asites, dan efusi pleura. Jenis yang
paling sering dari tumor ini adalah fibroma.(5,7)
Insiden dari tumor ovarium meningkat pada
dekade ketiga dan meningkat secara progresif hingga
puncaknya pada dekade ketujuh. (5) Pada kasus ini
pasien wanita berusia 36 tahun, hal ini merupakan
salah satu faktor pada kasus tumor ovarium.
Penatalaksanaan yang diberikan pada kasus ini
yaitu IVFD RL 20 tpm, Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam
iv, dan injeksi ranitidine 50 mg/12 jam iv. Obat-obatan
tersebut untuk mengobati gejala klinis.
Laparatomi eksplorasi dengan staging bedah
adalah prosedur pilihan pada penyakit ini. Namun
pasien ini tidak dilakukan laparatomi. Pasien di Rujuk
ke Makassar untuk pengobatan lebih lanjut. Jika
dilakukan laparatomi sebaiknya pada pasien ini
dilakukan unilateral salpingo-ooforektomi (1) karena
pasien tersebut masih berusia 36 tahun yang
merupakan wanita usia reproduktif. Menurut Depkes
RI (2004), wanita usia subur adalah wanita yang masih
berusia reproduktif yaitu usia 15-49 tahun.
Dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan
dari operasi asites, dan penyumbuhan efusi pleura dan
CA 125 kembali ke normal. Perubahan cairan post
operasi merupakan bagian dari penentuan dari
penyakit ini, suatu tumor yang jinak memiliki
prognosis yang baik.(6)

Anda mungkin juga menyukai