Anda di halaman 1dari 12

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Tugas Online

FAKULTAS KEDOKTERAN April 2020


UNIVERSITAS TADULAKO

VAKSIN CAMPAK

Disusun Oleh :

Wica Nurkasih
N 111 18 015

Pembimbing Klinik :
dr. Sumarni Sp. GK, M.Kes

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Virus campak merupakan salah satu mikroorganisme yang sangat mudah
menular antara individu satu ke individu yang lain, terutama pada anak-anak
yang memasuki usia prasekolah dan tamat SD. Campak adalah penyakit
menular yang sering menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB).
Campak adalah anggota dari Paramyxoviridae, dalam genus Morbillivirus.
Penyakit ini mudah menular melalui sistem pernapasan, terutama percikan
ludah atau cairan yang keluar dari sistem pernapasan, seperti pada saat bersin,
batuk, maupun berbicara. 1
Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan
penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus.
Manusia diperkirakan satusatunya reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi
tetapi tidak berperan dalam penularan.2
Kasus campak menyebar di daerah yang memiliki penduduk yang padat.
Penyebaran kasus campak paling banyak terjadi di negara berkembang, salah
satunya di Indonesia. Kejadian campak di Indonesia cenderung meningkat
pada tahun 2016, yaitu sebanyak 12.681 kasus, dengan Incidence Rate (IR)
sebesar 5 per 100.000 penduduk. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun
sebelumnya, tahun 2015 yaitu sebesar 10.655 kasus, dengan IR sebesar 3,20
per 100.000 penduduk. Jumlah kasus campak pada tahun 2015 lebih tinggi
daripada tahun 2014, yaitu sebesar 12.944 kasus, dengan IR sebesar 5,13 per
100.000 penduduk. 1
Penyakit campak termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan tindakan
imunisasi. Salah satu bentuk program imunisasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah yaitu imunisasi rutin yang terdiri dari imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar lengkap dan lanjutan yang diwajibkan
oleh pemerintah adalah imunisasi campak. Imunisasi campak mendapatkan
perhatian lebih dari pemerintah karena Indonesia ikut serta dalam program
eliminasi campak pada tahun 2020 dengan cakupan campak minimal 95% di
setiap wilayah secara merata. 1
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan
imunisasi khusus. 1
Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan
pengendalian rubella/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020.
Strategi yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah:
1) Penguatan imunisasi rutin untuk mencapai cakupan imunisasi
campak ≥95% merata di semua tingkatan
2) Pelaksanaan Crash program Campak pada anak usia 9-59 bulan di
185 kabupaten/kota pada bulan Agustus-September 2016
3) Pelaksanaan Kampanye vaksin MR pada anak usia 9 bulan hingga
15 tahun secara bertahap dalam 2 fase sebagai berikut :
- Fase 1 bulan Agustus-September 2017 di seluruh Pulau Jawa
- Fase 2 bulan Agustus-September 2018 di seluruh Pulau Sumatera,
Pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua
4) introduksi vaksin MR ke dalam program imunisasi rutin pada
bulan Oktober 2017 dan 2018
5) Surveilans Campak Rubella berbasis kasus individu/Case Based
Measles Surveillance (CBMS)
6) Surveilance sentinel CRS di 13 RS 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manfaat Vaksin Campak


Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC,
difteri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, rubella, polio, radang selaput
otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan
terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat
menimbulkan kecacatan atau kematian. 1
Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang terbukti
paling cost-effective (murah), karena dapat mencegah dan mengurangi
kejadian kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat PD3I yang
diperkirakan 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya. Berdasarkan jenis
penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi
program dan imunisasi pilihan. 1
Imunisasi program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada
seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Sedangkan imunisasi pilihan adalah imunisasi yang
dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam
rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit tertentu. Imunisasi. 1
Program terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan
imunisasi khusus. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia
satu tahun, sedangkan imunisasi lanjutan diberikan pada anak usia bawah
dua tahun (Baduta), anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur (WUS).
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan
pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai
dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Imunisasi
khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap
penyakit tertentu pada situasi tertentu seperti persiapan keberangkatan
calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari negara
endemis penyakit tertentu, dan kondisi kejadian luar biasa/wabah penyakit
tertentu.1

2.2 Cara Pemberian


Vaksin MMR dapat diberikan pada usia 12 bulan, apabila anak
belum mendapat vaksin campak pada usia 9 bulan. Rasional MMR dapat
diberikan pada usia 12 bulan, sesuai anjuran Advisory Committee on
Immunization Practices. 3
Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin
campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat
diberikan pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15
bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR
ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun.13 Dosis vaksin campak ataupun
vaksin MMR 0,5 mL subkutan. Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu
hamil, anak dengan imunodefisiensi primer, pasien tuberkulosis yang tidak
diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, pengobatan imunosupresif
jangka panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi HIV.
Anak terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan
terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak. 2
2.3 Efek Samping
Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat terjadi
pasca-vaksinasi campak berupa demam pada 5-15% kasus, yang dimulai
pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi, dan berlangsung selama 5 hari. Ruam
dapat dijumpai pada 5% resipien, yang timbul pada hari ke 7 s/d 10
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Reaksi KIPI dianggap
berat jika ditemukan gangguan sistem saraf pusat, seperti ensefalitis dan
ensefalopati pasca-imunisasi. Risiko kedua efek samping tersebut dalam
30 hari sesudah imunisasi diperkirakan 1 di antara 1.000.000 dosis vaksin.
Reaksi KIPI vaksinasi MMR yang dilaporkan pada penelitian mencakup
6000 anak berusia 1-2 tahun berupa malaise, demam, atau ruam 1 minggu
setelah imunisasi dan berlangsung 2-3 hari.8 Vaksinasi MMR dapat
menyebabkan efek samping demam, terutama karena komponen campak.
Kurang lebih 5-15% anak akan mengalami demam >39,40 C setelah
imunisasi MMR. Reaksi demam tersebut biasanya berlangsung 7-12 hari
setelah imunisasi, ada yang selama 1-2 hari. Dalam 6-11 hari setelah
imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada 0,1% anak, ensefalitis pasca-
imunisasi terjadi pada < 1/1.000.0000 dosis. 4
Vaksin MR adalah vaksin yang sangat amat aman, namun seperti
sifat setiap obat memiliki reaksi simpang. Reaksi simpang yang mungkin
terjadi adalah reaksi lokal seperti nyeri, bengkak dan kemerahan di lokasi
suntikan dan reaksi sistemik berupa ruam atau rash, demam, dan malaise
dan reaksi simpang tersebut akan sembuh dengan sendirinya. Reaksi alergi
berat seperti reaksi anafilaksis dapat terjadi pada setiap orang terhadap
setiap obat, kemungkinan tersebut dapat juga terjadi pada pemberian
vaksin MR. 2

2.4 Penanganan Efek Samping


Pemantauan kasus KIPI dimulai langsung setelah imunisasi.
Selanjutnya Puskesmas menerima laporan KIPI dari
masyarakat/orangtua/kader. Apabila ditemukan dugaan KIPI serius agar
segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk dilakukan
pelacakan. Hasil pelacakan dilaporkan ke Pokja/Komda PP-KIPI
dilakukan analisis kejadian, tindak lanjut kasus, seperti dapat dilihat pada
gambar di bawah ini. Untuk keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 42/Menkes/SK//2014 tentang
Pedoman Penyelenggaraan imunisasi. 4
Dari gambar di atas masyarakat akan melaporkan adanya KIPI
ke Puskesmas, RS, sementara Puskesmas dan RS akan melaporkan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk kasus diduga KIPI serius maka
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan melakukan konfirmasi kebenaran
kasus diduga KIPI serius tersebut berkoordinasi dengan Pokja KIPI/Dinas
Kesehatan kabupaten/kota atau dengan Komda PP-KIPI/Dinas Kesehatan
Provinsi. Kemudian bila perlu dilakukan investigasi, maka Dinas
Kesehatan Provinsi akan berkoordinasi dengan Komda PP-KIPI dan Balai
POM Provinsi serta melaporkan kedalam website keamanan vaksin untuk
dilakukan kajian oleh Komite independen (Komnas dan/atau Komda PP-
KIPI). 2

Reaksi anafilaksis adalah KIPI paling serius yang juga menjadi


risiko pada setiap pemberian obat. Tatalaksananya harus cepat dan tepat
mulai dari penegakkan diagnosis sampai pada terapinya di tempat
kejadian, dan setelah stabil baru dipertimbangkan untuk dirujuk ke RS
terdekat. Setiap petugas pelaksana imunisasi harus sudah kompeten dalam
menangani reaksi anafilaksis. Reaksi kecemasan karena suntikan berbeda
dengan reaksi anafilaksis. Reaksi kecemasan dapat ringan sampai berat.
Reaksi kecemasan ringan ditandai oleh ekspresi wajah yang penuh
kecemasan dan pucat disertai gejala-gejala hiperventilasi, sakit kepala
ringan, pusing, kesemutan di tangan dan sekitar mulut. Reaksi kecemasan
lebih berat terjadi karena pasien menahan nafas, terutama terjadi pada anak
lebih kecil, terlihat muka yang kemerahan dan sianosis. Keadaan ini dapat
berakhir dengan penurunan kesadaran, bersamaan dengan dimulainya lagi
usaha bernafas. 2

Reaksi kecemasan lebih berat dapat sampai pingsan. Selama


pingsan, seseorang tiba-tiba akan menjadi pucat, hilang kesadaran dan
jatuh lemas ke bawah. Pingsan kadang-kadang diikuti oleh gerakan seperti
kejang klonik singkat (gerak sentakan ritmik/ berirama dari anggota
badan), apabila anggota badan yang bergerak ditahan gerakan akan
berhenti dan keadaan ini tidak membutuhkan penanganan yang spesifik.
Pingsan relatif sering terjadi setelah imunisasi pada remaja dan dewasa,
tetapi jarang pada anak kecil. Bisa ditangani secara sederhana dengan
membaringkan penderita secara terlentang. Pemulihan kesadaran terjadi
dalam satu atau dua menit, tetapi penderita mungkin membutuhkan lebih
banyak waktu untuk pemulihan penuh. Tanda utama pada keadaan pingsan
karena reaksi kecemasan adalah tanda vital seperti frekuensi jantung, kuat
nadi, isi kapiler dan frekuensi napas normal. 2

Reaksi anafilaksis adalah reaksi hipersensitifitas generalisata


atau sistemik yang terjadi dengan cepat (umumnya 5-30 menit sesudah
suntikan) serius dan mengancam jiwa. Jika reaksi tersebut cukup hebat
dapat menimbulkan syok yang disebut sebagai syok anafilaktik. Syok
anafilaktik membutuhkan pertolongan cepat dan tepat. Gambaran atau
gejala klinik suatu reaksi anafilaktik berbeda-beda sesuai dengan berat-
ringannya reaksi antigen-antibodi atau tingkat sensitivitas seseorang,
namun pada tingkat yang berat berupa syok anafilaktik gejala yang
menonjol adalah gangguan sirkulasi dan gangguan respirasi. Reaksi
anafilaksis biasanya melibatkan beberapa sistem tubuh, tetapi ada juga
gejala-gejala yang terbatas hanya pada satu sistem tubuh (contoh: gatal
pada kulit) juga dapat terjadi. Tanda awal anafilaksis adalah kemerahan
(eritema) menyeluruh dan gatal (urtikaria) dengan obstruksi jalan nafas
atas dan/atau bawah. Pada kasus berat dapat terjadi keadaan lemas, pucat,
hilang kesadaran dan hipotensi. Petugas sebaiknya dapat mengenali tanda
dan gejala anafilaksis. Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin
berat keadaan penderita. Penurunan kesadaran jarang sebagai manifestasi
tunggal anafilaksis, ini hanya terjadi sebagai suatu kejadian lambat pada
kasus berat. Denyut nadi sentral yang kuat (contoh: karotis) tetap ada pada
keadaan pingsan, tetapi tidak pada keadaan anafilaksis. 2

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

 Campak merupakan penyakit yang sangat infeksius yang disebabkan oleh


virus campak yang ditularkan melalui perantara droplet. Manifestasi klinis
berupa demam, batuk, pilek, konjungtivitis, dan ruam seluruh tubuh.
 Tatalaksana Campak umumnya suportif disertai pemberian vitamin A
sesuai usia penderita. Pencegahan dilakukan dengan imunisasi vaksin
campak ataupun vaksin MMR.
 Vaksin campak masuk dalam imunisasi dasar lengkap yang harus
diberikan sebelum anak berumur 1 tahun.

3.2. Saran

 Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi melalui


penyuluhan secara individu maupun secara masal, pemberian informasi
mengenai campak melalui Pendidikan Kesehatan Masyarakat (PKM)
maupun leaflet.
 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar memanfaatkan program
pemerintah dengan memberikan anaknya imunisasi campak sesuai dengan
jadwal yang ditentukan, dan jika mengetahui anaknya yang menderita
campak maka perlu dilakukan isolasi terhadap kasus untuk mencegah
penularan campak
 Meningkatkan cakupan imunisasi di masyarakat dan mendeteksi secara
dini dan cepat adanya penyakit campak di masyarakat sehingga tidak
terjadi KLB.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Profil kesehatan Indonesia tahun 2017. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.2017
2. Kemenkes RI. Petunjuk teknis kampanye imunisasi measles rubella (MR).
SUB direktorat imunisasi direktorat jenderal pencegahan dan pengendalian
penyakit kementerian kesehatan. 2017
3. Gunardi H, Cartasasmita CB, Rezeki S, Hadinegoro, Irawan H,
Soedjamito, et al. adwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 tahun Rekomendasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2017. Sari Pediatri, Vol. 18, No. 5, Februari
2017
4. Halim RG. Campak Pada Anak. CDK-238/ vol.43 no.3, th. 2016

Anda mungkin juga menyukai