Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
Disahkan oleh:
Dokter pembimbing,
A. Latar Belakang
Imunisasi yang telah diperoleh dari bayi belum cukup untuk
melindungi terhadap penyakit, sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar
terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi
ketika bayi, pada usia sekolah anak-anak mulai berinteraksi dengan
lingkungan baru dan bertemu dengan lebih banyak orang sehingga beresiko
tertular atau menularkan penyakit, maka pemerintah melalui kementerian
kesehatan republik indonesia sejak tahun 1984 telah mulai melaksanakan
program imunisasi pada anak sekolah. Program ini kemudian dikenal dengan
istilah Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diresmikan pada 14
November 1987 melalui surat keputusan bersama dari Menteri Kesehatan,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam
Negeri.
A. Imunisasi
1. Definisi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2013).
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit
tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari
imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif (Ranuh et.al,
2011).
b. Pengertian Vaksin
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,
masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang
telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan
kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara
aktif terhadap penyakit infeksi tertentu (Hadiyanti, 2014).
Pada dasarnya vaksin dibuat dari:
1) Kuman yang telah dilemahkan/ dimatikan
Contoh yang dimatikan : Vaksin polio salk, vaksin batuk rejan
Contoh yang dilemahkan : vaksin BCG, vaksin polio sabin,
vaksin campak
2) Zat racun (toksin) yang telah dilemahkan (toksoid)
Contoh : toksoid tetanus, toksoid diphteri
3) Bagian kuman tertentu/ komponen kuman yang biasanya berupa
protein khusus
Contoh : vaksin hepatitis B (Wahab, 2014)
B. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi mempunyai tujuan umum yaitu menurunkan angka
kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Tujuan khusus program ini adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh
desa/kelurahan pada tahun 2014.
2. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
3. Global eradikasi polio pada tahun 2018.
4. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian
penyakit rubella 2020.
5. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan
limbah medis (safety injection practise and waste disposal management)
(Kemenkes RI, 2013).
C. Manfaat
a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan
bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya menjalani masa kanakkanak yang nyaman.
c. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Atikah, 2010).
D. Imunisasi Di Indonesia
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian
KesehatanRepublik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan
sasaranjumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara
memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi dilakukan
oleh unitpelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta
dapatmemberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan
perijinanyang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Di Indonesia
pelayananimunisasi dasar/ imunisasi rutin dapat diperoleh pada :
a. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas,
Posyandu, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin
b. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah
misalnya pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak
Sekolah, pekan Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan dari rumah
ke rumah.
c. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta, dokter
praktik swasta atau rumah sakit swasta.
9 bulan Campak
Tabel 4. 1 Jadwal Imunisasi Rutin
Catatan :
Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24
jam pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-
3 jam sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit,
pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.
Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik
Swasta, Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum
dipulangkan.
Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat
diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes
mantoux.
Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB- Hib 1,
DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan
interval sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai
status Imunisasi T2.
IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat
diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun.
b) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta, anak usia
sekolah, dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia bawah
tiga tahun (batita) terdiri atas Difhteria Pertusis TetanusHepatitis B
(DPT-HB) atau Difhteria Pertusis Tetanus-Hepatitis BHaemophilus
Influenza type B (DPT-HB-Hib) pada usia 18 bulan dan campak
pada usia 24 bulan. Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar
diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dengan jenis
imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar
terdiri atas campak, Difhteria Tetanus (DT), dan Tetanus Difhteria
(Td). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia
subur berupa Tetanus Toxoid (Kemenkes RI, 2013).
Umur Jenia Interval minimal setelah imunisasi
imunisasi dasar
Catatan :
Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan
Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai
status Imunisasi T3.
Hasil serologi Campak sebelum dilakukan Imunisasi
campak pada anak sekolah dasar diketahui titer antibodi
terhadap campak adalah 52,60% – 65,56%. Setelah Imunisasi
campak pada BIAS diketahui titer antibodi meningkat
menjadi 96.69% - 96.75%
Hasil serologi Difteri sebelum dilakukan Imunisasi difteri
pada anak sekolah dasar diketahui titer antibodi adalah
20.13% – 29,96% setelah Imunisasi difteri pada BIAS
diketahui titer antibodi meningkat menjadi 92.01% - 98.11%.
Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan
Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 5 SD Td November
Tabel 4. 3. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah
Dasar
Catatan :
Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar
dan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan
Imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T5.
T1 - -
T2 4 minggu 3 tahun
setelah T1
Catatan :
Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status
Imunisasi (screening) terlebih dahulu, terutama pada
saat pelayanan antenatal.
Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila
statusT sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan
dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau
rekam medis.
b. Imunisasi Tambahan
Yang termasuk dalam imunisasi tambahan adalah :
1) Backlog fighting
Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk
melengkapi Imunisasi dasar pada anak yang berumur di
bawah tiga tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk
dilaksanakan di desa yang selama dua tahun berturut-turut
tidak mencapai UCI.
2) Crash Program
Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Puskesmas
yangditujukan untuk wilayah yang memerlukan
intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB.
Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash
program adalah Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi;
Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang; dan
Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak
mencapai UCI.
3) Pekan Imunisasi Nasional
Merupakan kegiatan Imunisasi massal yang
dilaksanakansecara serentak di suatu negara dalam waktu
yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai
penyebaran suatu penyakit dan meningkatkan herd immunity
(misalnya polio, campak, atau Imunisasi lainnya). Imunisasi
yang diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status
Imunisasi sebelumnya.
4) Catch Up
Merupakan kegiatan Imunisasi Tambahan massal
yangdilaksanakan serentak pada sasaran kelompok umur dan
wilayah tertentu dalam upaya memutuskan transmisi
penularan agent (virus atau bakteri) penyebab PD3I. Kegiatan
ini biasa dilaksanakan pada awal pelaksanaan kebijakan
pemberian Imunisasi, seperti pelaksanaan jadwal pemberian
Imunisasi baru.
5) Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi
dilaksanakan pada wilayah terbatas (beberapa provinsi
ataukabupaten/kota).
6) Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI)
Pedoman pelaksanaan Imunisasi dalam penanganan KLB
disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit masing-
masing ().
c. Imunisasi Khusus
Imunisasi Meningitis Meningokokus
Imunisasi Yellow Fever
Imunisasi Rabies
Imunisasi Polio
d. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan adalah Imunisasi lain yang tidak termasuk
dalam Imunisasi program, namun dapat diberikan pada bayi,
anak, dan dewasa sesuai dengan kebutuhannya dan
pelaksanaannya juga dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sesuai dengan kebutuhan program, Menteri dapat
menetapkan jenis Imunisasi pilihan menjadi Imunisasi program
setelah mendapat rekomendasi dari ITAGI. Dalam membuat
rekomendasi, ITAGI mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Beban Penyakit
2) Penilaian Vaksin, yang terdiri dari: kemampuan vaksin
untuk menimbulkan kekebalan (efficacy), keamanan vaksin
(safety), ketersediaan vaksin yang terus menerus
(sustainable), keterjangkauan harga (affordable);
3) Cost effectiveness dari vaksin;
4) Memperkuat kesehatan Nasional (National Health
Security), setelah dilakukan analisis terhadap manfaat yang
didapat dari vaksin ini terhadap kesehatan masyarakat
(Public Health Impact Analysis) sehingga sudah menjadi
prioritas untuk diberikan; dan
5) Kesinambungan pembiayaan.
F. Pelaporan
Hasil pencatatan Imunisasi yang dilakukan oleh setiap unit yang
melakukan kegiatan Imunisasi, mulai dari puskesmas pembantu, puskesmas,
rumah sakit umum, Kantor Kesehatan Pelabuhan, balai Imunisasi swasta,
rumah sakit swasta, klinik swasta disampaikan kepada pengelola program
Imunisasi kabupaten/kota (tercantum dalam formulir 7 dan formulir 11
terlampir) dan provinsi (tercantum dalam formulir 8 dan formulir 12
terlampir) sesuai waktu yang telah ditetapkan. Sebaliknya, umpan balik
laporan dikirimkan secara berjenjang dari tingkat atas ke tingkat lebih bawah
(Menkes, 2017).
Gambar 4.
3. Pencatatn dan Pelporan Bulan Imunisasi Anak Sekolah
BAB III
METODE EVALUASI
3.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data bersumber data sekunder. Sumber data primer
diperoleh koordinator pelaksana program/kegiatan UKM Penanggulangan
dan Pemberantasan Penyakit: Pelayanan Imunisasi di UPT Puskesmas II
Purwokerto Timur. Selain itu, data sekunder didapatkan dari Profil UPT
Puskesmas II Purwokerto Timur Tahun 2019.
3.2 Cara Analisis
3.2.1. Menetapkan Prioritas Masalah
Masalah bisa lebih dari satu, tergantung dari indikator yang
dipakai. Sehingga perlu dibuat prioritas masalah. Tujuan menetapkan
prioritas masalah adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan
masalahnya terlebih dahulu. Jika masalah lebih dari satu, maka
penetapan prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria
matriks. Kriteria ini dibedakan atas tiga macam, yaitu :
a. Pentingnya masalah (importancy/I), makin penting masalah
tersebut, makin diprioritaskan penyelesainnya. Ukuran
pentingnya masalah yaitu :
1. Besarnya masalah (prevalence/P)
2. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity/S)
3. Kenaikan besarnya masalah (rate of increase/RI)
4. Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi
(degree of unmeet need/DU)
5. Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social
benefit/SB)
6. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public
concern/PB)
7. Suasana politik (political climate/PC)
b. Kelayakan teknologi (technical feasibility/T), makin layak
teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.
Kelayakan teknologi yang dimaksud adalah menunjuk
penguasaan ilmu dan teknologi yang sesuai.
c. Sumber daya yang tersedia (resources availability/R), makin
tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah makin diprioritaskan masalah tersebut. Sumber daya
yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tenaga (man),
dana (money) dan sarana (material).
Beri nilai antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat
penting) untuk setiap kriteria yang sesuai. Perhitungan prioritas
masalah dilakukan dengan rumus “I x T x R”. Masalah yang dipilih
sebagai prioritas adalah yang memiliki nilai tertinggi.
3.2.2. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan
Untuk menentukan penyebab masalah, gambarkan terlebih
dahulu proses terjadinya masalah atau kerangka konsep prioritas
masalah, sehingga diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat
diketahui dan diidentifikasi.
3.2.3. Identifikasi penyebab masalah
Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan unsur
masukan, proses, umpan balik dan lingkungan sebagai faktor yang
diperkirakan berpengaruh terhadap prioritas masalah. Selanjutnya
menentukan tolok ukur dari masing-masing unsur tersebut.
3.2.4. Memprioritaskan pennyebab masalah
Bila penyebab masalah telah diketahui, teliti kembali apakah
semua penyebab tersebut saling berkaitan. Bila saling berkaitan,
tidak perlu dibuat prioritas penyebab masalah. Bila ternyata
penyebab masalah amat bervariasi, usahakan untuk
mengelompokkan berdasarkan keterkaitan masing-masing penyebab
tersebut. Bisa saja dari 10 penyebab masalah dikelompokkan
menjadi 3 kelompok besar. Tiga kelompok penyebab masalah ini
yang perlu dicari prioritasnya.
Prioritas penyebab masalah dapat diperoleh dengan cara
melakukan teknik kriteria matriks yang telah dipelajari, bisa juga
dengan metode lainnya seperti misalnya teknik kelompok nominal
(Nominal Group Technique), yakni metode untuk memperoleh
beberapa prioritas utama dari sedemikian banyak pilihan.
3.2.5. Membuat alternatif pemecahan masalah
Setelah kita mengetahui prioritas penyebab masalah,
tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membuat 2 sampai
3 alternatif pemecahan masalah yang diperkirakan dapat mengatasi
penyebab masalah tersebut. Alternatif pemecahan masalah ini dibuat
dengan memperhatikan kemampuan serta situasi dan kondisi fasilitas
kesehatan. Berarti diperlukan wawancara dengan petugas di fasilitas
kesehatan tersebut yang diperkirakan akan melaksanakan program
tersebut. Sumber rujukan lain yang sangat penting adalah referensi
yang dapat diperoleh dari jurnal atau pengalaman orang lain yang
telah didokumentasikan. Komunikasi personal dengan seorang yang
berpengalaman juga sangat dianjurkan. Alternatif penyebab masalah
hendaknya dibuat secara rinci, sehingga jelas sekali tujuan
umumnya, tujuan khusus, sasaran, metode, jadwal kegiatan, serta
rincian dananya. Dana sering tidak ditulis secara rinci. Padahal dana
sangat penting dalam menentukan apakah suatu alternatif pemecahan
masalah nantinya akan terpilih pada waktu melakukan pemilihan
prioritas masalah. Rincian dana ini harus dikembangkan oleh penilai.
3.2.6. Menentukan prioritas cara pemecahan masalah
Setelah membuat alternatif jalan keluar yang dianggap paling
baik dan memungkinkan, laangkah selanjutnya adalah menentukan
prioritas cara pemecahan masalah. Pemilihan cara pemecahan
masalah ini dengan memakai teknik kriteria matriks. Dua kriteria
yang lazim digunakan adalah :
a. Efektifitas jalan keluar (effectifity/E), menetapkan nilai
efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan
memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan
angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai
efektifitasnya paling tinggi. Untuk menentukan efektifitas jalan
keluar, dipergunakan kriteria tambahan sebagai berikut :
1. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
(magnitude/M)
Makin besar masalah yang dapat di atasi, makin
tinggi prioritas jalan keluar tersebut.
2. Pentingnya jalan keluar (importancy/I)
Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan
kelanggengan masalah. Makin langgeng selesai
masalahnya, makin penting jalan keluar tersebut.
3. Sensivitas jalan keluar (vuneberality/V)
Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan
keluar mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi,
makin sensitif jalan keluar tersebut.
b. Efisiensi Jalan Keluar (efficiency/C), menetapkan nilai
efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan
memberikan angka 1 (paling tidak efisien) sampai dengan
angka 5 (paling efisien). Nilai efisien ini biasanya dikaitkan
dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan
jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin tidak
efisien jalan keluar tersebut.
Menghitung nilai P (prioritas) untuk setiap alternatif jalan
keluar yaitu dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan
nilai C. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan
keluar terpilih. Lebih jelas rumus untuk menghitung prioritas jalan
keluar dapat dilihat dibawah ini :
M x I xV
P=
C
Keterangan = P: priority, M: Magnitude, I: Importancy , V:
Vulnerability, C : Cost
3.3 Cara Evaluasi
3.3.1. Pengumpulan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan data di
tabel-tabel yang tersedia, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan
secara komputerisasi.
3.4 Waktu dan Lokasi
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 23 Juli 2020 di Puskesmas
II Purwokerto Timur.
BAB IV
PENYAJIAN DATA
A. Visi Puskesmas
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat sebagai visi
Pembangunan saat ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyaratkat, bangsa dan
negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Indonesia.
Mengacu pada tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2018 tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Banyumas telah
menetapkan beberapa program pokok pembangunan kesehatan yang
dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 2 Tahun
2001 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPERDA) Kabupaten
Banyumas Tahun 2002 – 2006 yaitu :
“Pembangunan di bidang kesehatan diarahkan pada masih
rendahnya derajat kesehatan masyarakat Banyumas”
Guna mendukung visi Pemerintah Kabupaten Banyumas seperti
tercantum dalam instruksi Bupati Banyumas nomor 9 Tahun 1999 tentang
Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instalasi di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Banyumas yaitu : “BANYUMAS DALAM
KEMANDIRIAN”. Adapun visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas adalah : “BANYUMAS SEHAT DAN SEJAHTERA
DALAM KEMANDIRIAN”.
Visi Puskesmas II Sokaraja adalah “MENJADI PUSAT
PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PELAYANAN PRIMA
UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEHAT DAN MANDIRI
”.
B. Misi Puskesmas
Untuk mewujudkan VISI tersebut, maka ditetapkan MISI yang
diharapkan mampu mempercepat cita-cita tersebut. Adapun MISI yang
dimaksud adalah:
C. KEADAAN GEOGRAFIS
Puskesmas II Purwokerto Timur merupakan salah satu puskesmas
yang berada di tengah kota purwokerto. Dengan luas wilayah kerja450,42
Ha (4,51 km2) dengan rincian kelurahan kranji : 182,26 Ha ( 1,82 km2),
kelurahan sokanegara : 118,16 Ha ( 1,18 km 2 ) dan kelurahan purwokerto
lor 150 Ha (1,50 km2 ). Topografi wilayah kerja puskesmas adalah
perkotaan hampir seluruhnya berupa dataran yang dibatasi oleh sungai dan
jalan raya.
Adapun batas-batas wilayah Puskesmas II Purwokerto Timur adalah :
- Sebelah Utara : Kelurahan Purwokerto Utara
- Sebelah Selatan : Kelurahan Purwokerto Selatan
- Sebelah Barat : Kelurahan Purwokerto Barat
- Sebelah Timur: Kelurahan Purwokerto Wetan
D. KEADAAN DEMOGRAFI PUSKESMAS II PURWOKERTO TIMUR
1. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data Desa tahun 2019 jumlah penduduk wilayah
kerja Puskesmas II Purwokerto Timur pada tahun 2019 sebanyak
29.907 jiwa terdiri dari :
- Kelurahan Sokanegara
Laki-laki : 4.079 orang, Perempuan : 4.154 orang, jumlah : 8.223
orang. Kepadatan penduduk : 6.579,76 jiwa/km
- Kelurahan Kranji
Laki-laki : 4.828 orang, Perempuan : 4.154 orang, jumlah : 9.343
orang. Kepadatan penduduk : 5.362,64 jiwa/km
- Kelurahan Purwokerto Lor
Laki-laki : 5.874 orang, Perempuan : 6.536 orang, jumlah : 12.410
orang. Kepadatan penduduk : 8.134,21 jiwa/km
Karakteristik masyarakat wilayah kerja Puskesmas II Purwokerto
Timur dalam hal pendidikan, suku, pekerjaan sangat beragam. Jumlah
terbesar adalah etnis jawa, etnis yang lain terdiri dari etnis Tionghoa,
Timur Tengah dan beberapa dari suku-suku di indonesia. Pendidikan
penduduk banyak didominasi lulusan SMA/SMK, SMP dan setelahnya
SD, S1, S2, S3 bahkan Profesor. Pekerjaan penduduk banyak di
dominasi swasta baik sektor formal maupun non formal, PNS, dagang
dan lain-lain.
2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Puskesmas II Purwokerto Timur tahun 2019
dengan tingkat kepadatan tertingi yaitu di kelurahan Purwokerto Lor
sebesar 12.410 jiwa atau 8.134 jiwa/km sedangkan tingkat kpadatan
terendah yaitu di kelurahan kranji jumlah penduduk 9.343 orang, atau
kepadatan penduduk sebesar 5.362,64 jiwa/km.
3. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Berdasarkan data statistik kecamatan dapat diketahui bahwa proporsi
penduduk menurut umur di kecamatan Purwokerto Timur adalah
kelompok umur terbesar pada umur 15-19 tahun yaitu sebanyak 2.775
jiwa sedangkan kelompok umur terkecil yaitu pada kelompok umur
70-74 tahun sebanyak 667 jiwa
a b c d=(c/b)% e=(d/a)%
Persentase
anak 7 SMP
yang
1
mendapat
Imunisasi 100 1487 1350 90,8 90,8
Persentase
anak kelas 1
SD yang
mendapat
2 Imunisasi 100 1058 1046 98,9 98,9
5.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang ditemukan pada UKM Penanggulangan dan
Pemberantasan Penyakit: Pelayanan Imunisasi Tahun 2019 ialah :
a. Belum tercapainya target dari persentase anak SMP yang mendapat
Imunisasi (kelas 7).
5.3 Prioritas Masalah
Tabel 5.2 Prioritas Masalah.
Importance Jumlah
No Prioritas Masalah T R
P S RI DU SB PB PC (IxTxR)
Belum semua
anak SMP (kelas
1 5 4 4 5 5 4 5 5 5 800
7) mendapat
Imunisasi
Keterangan:
Capaian imunisasi
pada anak SMP
Measurenment Method
Vaksin sensitif
Terdapat anak yang panas
menolak dilakukannya
imunisasi
BAB VI
A. Kesimpulan
Imunisasi sangat penting guna mencegah berbagai penyakit. Oleh karena
itu pemerintah mencanangkan program Bulan Imunisasi Sekolah, dibutuhkan
pencatatan pelaporan untuk dapat mencapai sasaran imunisasi 100%. Namun
hal tersebut masih ditemui berbagai kendala khususnya di wilayah kerja
Puskesmas II Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Diantara kendala itu
antara lain terdapat keluarga yang menolak imunisasi, vaksin yang tidak tahan
terhadap suhu panas. Oleh karena itu perlu dilakukan edukasi kepada warga
tentang pentingnya imunisasi
B. Saran
1. Mahasiswa lebih menggali permasalahan yang ada
2. Bahasan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan berikutnya dalam
melaksanakan program imunisasi khususnya di wilayah kerja Puskesmas II
Purwokerto Timur.