Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KOMUNITAS


PUSKESMAS II PURWOKERTO TIMUR
Target Capaian Imunisasi Pada anak SMP di Wilayah Kerja Puskesmas II
Purwokerto Timur

Disusun Oleh :

Arista Lestiyani 1813020022

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PERIODE 13 JULI 2020 - 8 AGUSTUS 2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

Target Capaian Imunisasi Pada anak SMP di Wilayah Kerja Puskesmas II


Purwokerto Timur

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Komunitas
Program Profesi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Disusun Oleh :

Arista Lestiyani 1813020022

Telah dipresentasikan dan disetujui :


Hari, tanggal: Jumat, 24 Juli 2020

Disahkan oleh:
Dokter pembimbing,

dr. Dyah Retnani Basuki., M.kes., AAK


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi yang telah diperoleh dari bayi belum cukup untuk
melindungi terhadap penyakit, sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar
terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi
ketika bayi, pada usia sekolah anak-anak mulai berinteraksi dengan
lingkungan baru dan bertemu dengan lebih banyak orang sehingga beresiko
tertular atau menularkan penyakit, maka pemerintah melalui kementerian
kesehatan republik indonesia sejak tahun 1984 telah mulai melaksanakan
program imunisasi pada anak sekolah. Program ini kemudian dikenal dengan
istilah Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diresmikan pada 14
November 1987 melalui surat keputusan bersama dari Menteri Kesehatan,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam
Negeri.

Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang


disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala
penyakit campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash)
disertai dengan batuk dan/atau pilek dan/atau konjungtivitis akan tetapi
sangat berbahaya apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare,
meningitis dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini sangat
berpotensi menjadi wabah apabila cakupan imunisasi rendah dan kekebalan
kelompok/herd immunity tidak terbentuk. Ketika seseorang terkena campak,
90% orang yang berinteraksi erat dengan penderita dapat tertular jika mereka
belum kebal terhadap campak. Seseorang dapat kebal jika telah diimunisasi
atau terinfeksi virus campak.
Pada tahun 2000, lebih dari 562.000 anak per tahun meninggal di
seluruh dunia karena komplikasi penyakit campak. Dengan pemberian
imunisasi campak dan berbagai upaya yang telah dilakukan, maka pada tahun
2014 kematian akibat campak menurun menjadi 115.000 per tahun, dengan
perkiraan 314 anak per hari atau 13 kematian setiap jamnya.
Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi
anak dan dewasa muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian
dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini
menyerang pada wanita hamil pada trimester pertama. Infeksi rubella yang
terjadi sebelum konsepsi dan selama awal kehamilan dapat menyebabkan
abortus, kematian janin atau sindrom rubella kongenital (Congenital Rubella
Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan.
Sebelum dilakukan imunisasi rubella, insidens CRS bervariasi antara
0,1-0,2/1000 kelahiran hidup pada periode endemik dan antara 0,8-4/1000
kelahiran hidup selama periode epidemi rubella. Angka kejadian CRS pada
negara yang belum mengintroduksi vaksin rubella diperkirakan cukup tinggi.
Pada tahun 1996 diperkirakan sekitar 22.000 anak lahir dengan CRS di regio
Afrika, sekitar 46.000 di regio Asia Tenggara dan 12.634 di regio Pasifik
Barat. Insiden CRS pada regio yang telah mengintroduksi vaksin rubella
selama tahun 1996-2008 telah menurun.
Di Indonesia, rubella merupakah salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans
selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia < 15 tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi
beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat
2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun
menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun.
Sedangkan perhitungan modelling di Jawa Timur diperkirakan 700
bayi dilahirkan dengan CRS setiap tahunnya.
Gambar 1. Distribusi Kelompok Umur Kasus Rubella Indonesia tahun 2015-
2016
Dalam Global Vaccine Action Plan (GVAP), campak dan rubella
ditargetkan untuk dapat dieliminasi di 5 regional WHO pada tahun 2020.
Sejalan dengan GVAP, The Global Measles & Rubella Strategic Plan 2012-
2020 memetakan strategi yang diperlukan untuk mencapai target dunia tanpa
campak, rubella atau CRS. Satu diantara lima strategi adalah mencapai dan
mempertahankan tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi dengan
memberikan dua dosis vaksin yang mengandung campak dan rubella melalui
imunisasi rutin dan tambahan dengan cakupan yang tinggi (>95%) dan
merata.
Berdasarkan data surveilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi
campak rutin saja belum cukup untuk mencapai target eliminasi campak.
Sedangkan untuk akselerasi pengendalian rubella/CRS maka perlu dilakukan
kampanye imunisasi tambahan sebelum introduksi vaksin MR ke dalam
KAMPANYE IMUNISASI MEASLES RUBELLA MR 5 imunisasi rutin.
Untuk itu diperlukan kampanye pemberian imunisasi MR pada anak usia 9
bulan sampai dengan < 15 tahun. Pemberian imunisasi MR pada usia 9 bulan
sampai dengan < 15 tahun dengan cakupan tinggi (minimal 95%) dan merata
diharapkan akan membentuk imunitas kelompok (herd immunity), sehingga
dapat mengurangi transmisi virus ke usia yang lebih dewasa dan melindungi
kelompok tersebut ketika memasuki usia reproduksi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan capaian imunisasi pada anak SMP pada
wilayah kerja Puskesmas II Purwokerto Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui permasalahan capaian imunisasi
b. Menganalisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman yang
dimiliki Puskesmas II Purwokerto Timur dalam capaian imunisasi.
c. Mencari pemecahan masalah melalui berbagai strategi yang dapat
diterapkan di Puskesmas II Purwokerto Timur.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai imunisasi.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai salah satu pertimbangan pemecahan masalah dalam Capaian
Imunisasi pada siswa SMP.
b. Manfaat bagi Mahasiswa
Mengetahui permasalahan capaian imunisasi khususnya di Puskesmas
II Purwokerto Timur, sebagai gambaran secara global permasalahan
capaian imunisasi pada siswa SMP.
BAB II
TI NJAUN PUSTAKA

A. Imunisasi
1. Definisi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2013).
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit
tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari
imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif (Ranuh et.al,
2011).
b. Pengertian Vaksin
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,
masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang
telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan
kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara
aktif terhadap penyakit infeksi tertentu (Hadiyanti, 2014).
Pada dasarnya vaksin dibuat dari:
1) Kuman yang telah dilemahkan/ dimatikan
Contoh yang dimatikan : Vaksin polio salk, vaksin batuk rejan
Contoh yang dilemahkan : vaksin BCG, vaksin polio sabin,
vaksin campak
2) Zat racun (toksin) yang telah dilemahkan (toksoid)
Contoh : toksoid tetanus, toksoid diphteri
3) Bagian kuman tertentu/ komponen kuman yang biasanya berupa
protein khusus
Contoh : vaksin hepatitis B (Wahab, 2014)
B. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi mempunyai tujuan umum yaitu menurunkan angka
kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Tujuan khusus program ini adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh
desa/kelurahan pada tahun 2014.
2. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
3. Global eradikasi polio pada tahun 2018.
4. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian
penyakit rubella 2020.
5. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan
limbah medis (safety injection practise and waste disposal management)
(Kemenkes RI, 2013).

C. Manfaat
a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan
bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya menjalani masa kanakkanak yang nyaman.
c. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Atikah, 2010).

D. Imunisasi Di Indonesia
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian
KesehatanRepublik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan
sasaranjumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara
memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi dilakukan
oleh unitpelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta
dapatmemberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan
perijinanyang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Di Indonesia
pelayananimunisasi dasar/ imunisasi rutin dapat diperoleh pada :
a. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas,
Posyandu, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin
b. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah
misalnya pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak
Sekolah, pekan Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan dari rumah
ke rumah.
c. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta, dokter
praktik swasta atau rumah sakit swasta.

E. Sasaran Imunisasi di Indonesia


a. Program Imunisasi
Imunisasi dilakukan di seluruh kelurahan di wilayah Indonesia.
Imunisasi rutin diberikan kepada bayi di bawah umur satu tahun, wanita
usia subur, yaitu wanita berusia 15 hingga 39 tahun termasuk ibu hamil
dan calon pengantin. Imunisasi pada bayi disebut dengan imunisasi dasar,
sedangkan imunisasi pada anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur
disebut dengan imunisasi lanjutan. Vaksin yang diberikan pada imunisasi
rutin meliputi, pada bayi: hepatitis B, BCG, Polio, DPT, dan campak. Pada
usia anak sekolah: DT (Difteri Tetanus), campak dan Tetanus Toksoid.
Pada imunisasi terhadap wanita usia subur diberikan Tetanus Toksoid.
Pada kejadian wabah penyakit tertentu di suatu wilayah dan waktu tertentu
maka Imunisasi tambahan akan diberikan bila diperlukan. Imunisasi
tambahan diberikan kepada bayi dan anak. Imunisasi tambahan sering
dilakukan misalnya ketika terjadi suatu wabah penyakit tertentu dalam
wilayah dan waktu tertentu misalnya, pemberian polio pada Pekan
Imunisasi Nasional (PIN) dan pemberian imunisasi campak pada anak
sekolah.
b. Program Imunisasi Meningitis Meningokokus
Seluruh calon/jemaah haji dan umroh, petugas Panitia
Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi, Tim Kesehatan Haji
Indonesia yang bertugas menyertai jemaah (kloter) dan petugas kesehatan
di embarkasi/ debarkasi.
c. Program Imunisasi Demam Kuning
Semua orang yang melakukan perjalanan kecuali bayi dibawah 9
bulan dan ibu hamil trimester pertama, berasal dari negara atau ke negara
yang dinyatakan endemis demam kuning (data negara endemis dikeluarkan
oleh WHO yang selalu di update).
d. Program Imuniasai Rabies
Sasaran vaksinasi ditujukan pada 100% kasus gigitan yang
berindikasi rabies, terutama pada lokasi tertular (selama 2 tahun terakhir
pernah ada kasus klinis, epidemiologis, dan laboratoris dan desa-desa
sekitarnya dalam radius 10 km).
Program Imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit
penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, Wanita Usia Subur (WUS) dan
ibu hamil. Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan
menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.
a. Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit
menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, tambahan
dan khusus (Kemenkes RI, 2013).
1) Imunisasi Rutin
a) Imunisasi Dasar

Umur Jenis Interval Minimal untuk Jenis


Imunisasi yang sama

0-24 jam Hepatitis B

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2, 1 bulan

3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV

9 bulan Campak
Tabel 4. 1 Jadwal Imunisasi Rutin

Catatan :
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24
jam pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-
3 jam sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit,
pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik
Swasta, Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum
dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat
diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes
mantoux.
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB- Hib 1,
DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan
interval sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai
status Imunisasi T2.
 IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat
diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun.
b) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta, anak usia
sekolah, dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia bawah
tiga tahun (batita) terdiri atas Difhteria Pertusis TetanusHepatitis B
(DPT-HB) atau Difhteria Pertusis Tetanus-Hepatitis BHaemophilus
Influenza type B (DPT-HB-Hib) pada usia 18 bulan dan campak
pada usia 24 bulan. Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar
diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dengan jenis
imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar
terdiri atas campak, Difhteria Tetanus (DT), dan Tetanus Difhteria
(Td). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia
subur berupa Tetanus Toxoid (Kemenkes RI, 2013).
Umur Jenia Interval minimal setelah imunisasi
imunisasi dasar

18 bulan DPT-HIB-Hib 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3

Campak 6 bulan dari campak dosis pertama


Tabel 4. 2. Jadwal imunisasi lanjutan

Catatan :
 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan
Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai
status Imunisasi T3.
Hasil serologi Campak sebelum dilakukan Imunisasi
campak pada anak sekolah dasar diketahui titer antibodi
terhadap campak adalah 52,60% – 65,56%. Setelah Imunisasi
campak pada BIAS diketahui titer antibodi meningkat
menjadi 96.69% - 96.75%
Hasil serologi Difteri sebelum dilakukan Imunisasi difteri
pada anak sekolah dasar diketahui titer antibodi adalah
20.13% – 29,96% setelah Imunisasi difteri pada BIAS
diketahui titer antibodi meningkat menjadi 92.01% - 98.11%.
Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan
Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 5 SD Td November
Tabel 4. 3. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah
Dasar

Catatan :
Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar
dan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan
Imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T5.

StatusImunisasi Interval Mnimal Masa


Pemberian Perlindungan

T1 - -

T2 4 minggu 3 tahun
setelah T1

T3 6 Bulan setelah 5 tahun


T2

T4 1 tahun setelah 10 tahun


T3

T5 1 tahun setelah Lebih dari 25


T4 tahun
Tabel 4. 4. Imunisasi Lanjutan pada Wanita usia Subur (WUS)

Catatan :
 Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status
Imunisasi (screening) terlebih dahulu, terutama pada
saat pelayanan antenatal.
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila
statusT sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan
dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau
rekam medis.
b. Imunisasi Tambahan
Yang termasuk dalam imunisasi tambahan adalah :
1) Backlog fighting
Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk
melengkapi Imunisasi dasar pada anak yang berumur di
bawah tiga tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk
dilaksanakan di desa yang selama dua tahun berturut-turut
tidak mencapai UCI.
2) Crash Program
 Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Puskesmas
yangditujukan untuk wilayah yang memerlukan
intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB.
Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash
program adalah Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi;
 Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang; dan
 Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak
mencapai UCI.
3) Pekan Imunisasi Nasional
Merupakan kegiatan Imunisasi massal yang
dilaksanakansecara serentak di suatu negara dalam waktu
yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai
penyebaran suatu penyakit dan meningkatkan herd immunity
(misalnya polio, campak, atau Imunisasi lainnya). Imunisasi
yang diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status
Imunisasi sebelumnya.
4) Catch Up
Merupakan kegiatan Imunisasi Tambahan massal
yangdilaksanakan serentak pada sasaran kelompok umur dan
wilayah tertentu dalam upaya memutuskan transmisi
penularan agent (virus atau bakteri) penyebab PD3I. Kegiatan
ini biasa dilaksanakan pada awal pelaksanaan kebijakan
pemberian Imunisasi, seperti pelaksanaan jadwal pemberian
Imunisasi baru.
5) Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi
dilaksanakan pada wilayah terbatas (beberapa provinsi
ataukabupaten/kota).
6) Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI)
Pedoman pelaksanaan Imunisasi dalam penanganan KLB
disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit masing-
masing ().
c. Imunisasi Khusus
 Imunisasi Meningitis Meningokokus
 Imunisasi Yellow Fever
 Imunisasi Rabies
 Imunisasi Polio
d. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan adalah Imunisasi lain yang tidak termasuk
dalam Imunisasi program, namun dapat diberikan pada bayi,
anak, dan dewasa sesuai dengan kebutuhannya dan
pelaksanaannya juga dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sesuai dengan kebutuhan program, Menteri dapat
menetapkan jenis Imunisasi pilihan menjadi Imunisasi program
setelah mendapat rekomendasi dari ITAGI. Dalam membuat
rekomendasi, ITAGI mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Beban Penyakit
2) Penilaian Vaksin, yang terdiri dari: kemampuan vaksin
untuk menimbulkan kekebalan (efficacy), keamanan vaksin
(safety), ketersediaan vaksin yang terus menerus
(sustainable), keterjangkauan harga (affordable);
3) Cost effectiveness dari vaksin;
4) Memperkuat kesehatan Nasional (National Health
Security), setelah dilakukan analisis terhadap manfaat yang
didapat dari vaksin ini terhadap kesehatan masyarakat
(Public Health Impact Analysis) sehingga sudah menjadi
prioritas untuk diberikan; dan
5) Kesinambungan pembiayaan.
F. Pelaporan
Hasil pencatatan Imunisasi yang dilakukan oleh setiap unit yang
melakukan kegiatan Imunisasi, mulai dari puskesmas pembantu, puskesmas,
rumah sakit umum, Kantor Kesehatan Pelabuhan, balai Imunisasi swasta,
rumah sakit swasta, klinik swasta disampaikan kepada pengelola program
Imunisasi kabupaten/kota (tercantum dalam formulir 7 dan formulir 11
terlampir) dan provinsi (tercantum dalam formulir 8 dan formulir 12
terlampir) sesuai waktu yang telah ditetapkan. Sebaliknya, umpan balik
laporan dikirimkan secara berjenjang dari tingkat atas ke tingkat lebih bawah
(Menkes, 2017).

Gambar 4. 1. Pencatatn dan Pelaporan Program Imunisasi


Gambar 4. 2. Pencatatn dan Pelporan Program Imunisasi Bayi, Balita, WUS

Gambar 4.
3. Pencatatn dan Pelporan Bulan Imunisasi Anak Sekolah
BAB III
METODE EVALUASI
3.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data bersumber data sekunder. Sumber data primer
diperoleh koordinator pelaksana program/kegiatan UKM Penanggulangan
dan Pemberantasan Penyakit: Pelayanan Imunisasi di UPT Puskesmas II
Purwokerto Timur. Selain itu, data sekunder didapatkan dari Profil UPT
Puskesmas II Purwokerto Timur Tahun 2019.
3.2 Cara Analisis
3.2.1. Menetapkan Prioritas Masalah
Masalah bisa lebih dari satu, tergantung dari indikator yang
dipakai. Sehingga perlu dibuat prioritas masalah. Tujuan menetapkan
prioritas masalah adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan
masalahnya terlebih dahulu. Jika masalah lebih dari satu, maka
penetapan prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria
matriks. Kriteria ini dibedakan atas tiga macam, yaitu :
a. Pentingnya masalah (importancy/I), makin penting masalah
tersebut, makin diprioritaskan penyelesainnya. Ukuran
pentingnya masalah yaitu :
1. Besarnya masalah (prevalence/P)
2. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity/S)
3. Kenaikan besarnya masalah (rate of increase/RI)
4. Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi
(degree of unmeet need/DU)
5. Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social
benefit/SB)
6. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public
concern/PB)
7. Suasana politik (political climate/PC)
b. Kelayakan teknologi (technical feasibility/T), makin layak
teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.
Kelayakan teknologi yang dimaksud adalah menunjuk
penguasaan ilmu dan teknologi yang sesuai.
c. Sumber daya yang tersedia (resources availability/R), makin
tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah makin diprioritaskan masalah tersebut. Sumber daya
yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tenaga (man),
dana (money) dan sarana (material).
Beri nilai antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat
penting) untuk setiap kriteria yang sesuai. Perhitungan prioritas
masalah dilakukan dengan rumus “I x T x R”. Masalah yang dipilih
sebagai prioritas adalah yang memiliki nilai tertinggi.
3.2.2. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan
Untuk menentukan penyebab masalah, gambarkan terlebih
dahulu proses terjadinya masalah atau kerangka konsep prioritas
masalah, sehingga diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat
diketahui dan diidentifikasi.
3.2.3. Identifikasi penyebab masalah
Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan unsur
masukan, proses, umpan balik dan lingkungan sebagai faktor yang
diperkirakan berpengaruh terhadap prioritas masalah. Selanjutnya
menentukan tolok ukur dari masing-masing unsur tersebut.
3.2.4. Memprioritaskan pennyebab masalah
Bila penyebab masalah telah diketahui, teliti kembali apakah
semua penyebab tersebut saling berkaitan. Bila saling berkaitan,
tidak perlu dibuat prioritas penyebab masalah. Bila ternyata
penyebab masalah amat bervariasi, usahakan untuk
mengelompokkan berdasarkan keterkaitan masing-masing penyebab
tersebut. Bisa saja dari 10 penyebab masalah dikelompokkan
menjadi 3 kelompok besar. Tiga kelompok penyebab masalah ini
yang perlu dicari prioritasnya.
Prioritas penyebab masalah dapat diperoleh dengan cara
melakukan teknik kriteria matriks yang telah dipelajari, bisa juga
dengan metode lainnya seperti misalnya teknik kelompok nominal
(Nominal Group Technique), yakni metode untuk memperoleh
beberapa prioritas utama dari sedemikian banyak pilihan.
3.2.5. Membuat alternatif pemecahan masalah
Setelah kita mengetahui prioritas penyebab masalah,
tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membuat 2 sampai
3 alternatif pemecahan masalah yang diperkirakan dapat mengatasi
penyebab masalah tersebut. Alternatif pemecahan masalah ini dibuat
dengan memperhatikan kemampuan serta situasi dan kondisi fasilitas
kesehatan. Berarti diperlukan wawancara dengan petugas di fasilitas
kesehatan tersebut yang diperkirakan akan melaksanakan program
tersebut. Sumber rujukan lain yang sangat penting adalah referensi
yang dapat diperoleh dari jurnal atau pengalaman orang lain yang
telah didokumentasikan. Komunikasi personal dengan seorang yang
berpengalaman juga sangat dianjurkan. Alternatif penyebab masalah
hendaknya dibuat secara rinci, sehingga jelas sekali tujuan
umumnya, tujuan khusus, sasaran, metode, jadwal kegiatan, serta
rincian dananya. Dana sering tidak ditulis secara rinci. Padahal dana
sangat penting dalam menentukan apakah suatu alternatif pemecahan
masalah nantinya akan terpilih pada waktu melakukan pemilihan
prioritas masalah. Rincian dana ini harus dikembangkan oleh penilai.
3.2.6. Menentukan prioritas cara pemecahan masalah
Setelah membuat alternatif jalan keluar yang dianggap paling
baik dan memungkinkan, laangkah selanjutnya adalah menentukan
prioritas cara pemecahan masalah. Pemilihan cara pemecahan
masalah ini dengan memakai teknik kriteria matriks. Dua kriteria
yang lazim digunakan adalah :
a. Efektifitas jalan keluar (effectifity/E), menetapkan nilai
efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan
memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan
angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai
efektifitasnya paling tinggi. Untuk menentukan efektifitas jalan
keluar, dipergunakan kriteria tambahan sebagai berikut :
1. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
(magnitude/M)
Makin besar masalah yang dapat di atasi, makin
tinggi prioritas jalan keluar tersebut.
2. Pentingnya jalan keluar (importancy/I)
Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan
kelanggengan masalah. Makin langgeng selesai
masalahnya, makin penting jalan keluar tersebut.
3. Sensivitas jalan keluar (vuneberality/V)
Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan
keluar mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi,
makin sensitif jalan keluar tersebut.
b. Efisiensi Jalan Keluar (efficiency/C), menetapkan nilai
efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan
memberikan angka 1 (paling tidak efisien) sampai dengan
angka 5 (paling efisien). Nilai efisien ini biasanya dikaitkan
dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan
jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin tidak
efisien jalan keluar tersebut.
Menghitung nilai P (prioritas) untuk setiap alternatif jalan
keluar yaitu dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan
nilai C. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan
keluar terpilih. Lebih jelas rumus untuk menghitung prioritas jalan
keluar dapat dilihat dibawah ini :
M x I xV
P=
C
Keterangan = P: priority, M: Magnitude, I: Importancy , V:
Vulnerability, C : Cost
3.3 Cara Evaluasi
3.3.1. Pengumpulan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan data di
tabel-tabel yang tersedia, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan
secara komputerisasi.
3.4 Waktu dan Lokasi
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 23 Juli 2020 di Puskesmas
II Purwokerto Timur.
BAB IV
PENYAJIAN DATA

A. Visi Puskesmas
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat sebagai visi
Pembangunan saat ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyaratkat, bangsa dan
negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Indonesia.
Mengacu pada tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2018 tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Banyumas telah
menetapkan beberapa program pokok pembangunan kesehatan yang
dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 2 Tahun
2001 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPERDA) Kabupaten
Banyumas Tahun 2002 – 2006 yaitu :
“Pembangunan di bidang kesehatan diarahkan pada masih
rendahnya derajat kesehatan masyarakat Banyumas”
Guna mendukung visi Pemerintah Kabupaten Banyumas seperti
tercantum dalam instruksi Bupati Banyumas nomor 9 Tahun 1999 tentang
Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instalasi di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Banyumas yaitu : “BANYUMAS DALAM
KEMANDIRIAN”. Adapun visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas adalah : “BANYUMAS SEHAT DAN SEJAHTERA
DALAM KEMANDIRIAN”.
Visi Puskesmas II Sokaraja adalah “MENJADI PUSAT
PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PELAYANAN PRIMA
UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEHAT DAN MANDIRI
”.
B. Misi Puskesmas
Untuk mewujudkan VISI tersebut, maka ditetapkan MISI yang
diharapkan mampu mempercepat cita-cita tersebut. Adapun MISI yang
dimaksud adalah:

1. MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN YANG BERMUTU


DAN KOMPERHENSIF

2. MENINGKATKAN PROFESIONALISME, KINERJA DAN


MUTU PELYANAN TENAGA KESEHATAN.

3. MENDORONG KEMANDIRIAN MASYARAKAT UNTUK


MELAKSANAKAN  PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT.

4. MENINGKATKAN KERJASAMA LINTAS PROGRAM DAN


LINTAS SEKTORAL.

5.MENGEMBANGKAN SISTEM MANAJEMEN YANG


AKUNTABEL.

C. KEADAAN GEOGRAFIS
Puskesmas II Purwokerto Timur merupakan salah satu puskesmas
yang berada di tengah kota purwokerto. Dengan luas wilayah kerja450,42
Ha (4,51 km2) dengan rincian kelurahan kranji : 182,26 Ha ( 1,82 km2),
kelurahan sokanegara : 118,16 Ha ( 1,18 km 2 ) dan kelurahan purwokerto
lor 150 Ha (1,50 km2 ). Topografi wilayah kerja puskesmas adalah
perkotaan hampir seluruhnya berupa dataran yang dibatasi oleh sungai dan
jalan raya.
Adapun batas-batas wilayah Puskesmas II Purwokerto Timur adalah :
- Sebelah Utara : Kelurahan Purwokerto Utara
- Sebelah Selatan : Kelurahan Purwokerto Selatan
- Sebelah Barat : Kelurahan Purwokerto Barat
- Sebelah Timur: Kelurahan Purwokerto Wetan
D. KEADAAN DEMOGRAFI PUSKESMAS II PURWOKERTO TIMUR
1. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data Desa tahun 2019 jumlah penduduk wilayah
kerja Puskesmas II Purwokerto Timur pada tahun 2019 sebanyak
29.907 jiwa terdiri dari :
- Kelurahan Sokanegara
Laki-laki : 4.079 orang, Perempuan : 4.154 orang, jumlah : 8.223
orang. Kepadatan penduduk : 6.579,76 jiwa/km
- Kelurahan Kranji
Laki-laki : 4.828 orang, Perempuan : 4.154 orang, jumlah : 9.343
orang. Kepadatan penduduk : 5.362,64 jiwa/km
- Kelurahan Purwokerto Lor
Laki-laki : 5.874 orang, Perempuan : 6.536 orang, jumlah : 12.410
orang. Kepadatan penduduk : 8.134,21 jiwa/km
Karakteristik masyarakat wilayah kerja Puskesmas II Purwokerto
Timur dalam hal pendidikan, suku, pekerjaan sangat beragam. Jumlah
terbesar adalah etnis jawa, etnis yang lain terdiri dari etnis Tionghoa,
Timur Tengah dan beberapa dari suku-suku di indonesia. Pendidikan
penduduk banyak didominasi lulusan SMA/SMK, SMP dan setelahnya
SD, S1, S2, S3 bahkan Profesor. Pekerjaan penduduk banyak di
dominasi swasta baik sektor formal maupun non formal, PNS, dagang
dan lain-lain.
2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Puskesmas II Purwokerto Timur tahun 2019
dengan tingkat kepadatan tertingi yaitu di kelurahan Purwokerto Lor
sebesar 12.410 jiwa atau 8.134 jiwa/km sedangkan tingkat kpadatan
terendah yaitu di kelurahan kranji jumlah penduduk 9.343 orang, atau
kepadatan penduduk sebesar 5.362,64 jiwa/km.
3. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Berdasarkan data statistik kecamatan dapat diketahui bahwa proporsi
penduduk menurut umur di kecamatan Purwokerto Timur adalah
kelompok umur terbesar pada umur 15-19 tahun yaitu sebanyak 2.775
jiwa sedangkan kelompok umur terkecil yaitu pada kelompok umur
70-74 tahun sebanyak 667 jiwa

Tabel penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin


KELUURAHAN KRANJI
Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah Ratio jenis
Umur kelamin
0-14 th 822 846 1.688 97,16
15-64 th 2.688 3.163 5.871 84,45
65 th + 317 486 803 65,23
Ratio 42,35 41,85 42.08
ketergantungan
Jumlah 3.828 4.515 8.343 84,78
Penduduk

KELURAHAN PURWOKERTO LOR

Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah Ratio jenis


Umur kelamin
0-14 th 806 756 1.562 106,61
15-64 th 2.998 2.994 5.942 101,83
65 th + 274 455 729 60,22
Ratio 35,98 41,15 38.53
ketergantungan
Jumlah 4.079 4.154 8.233 98,17
Penduduk

E. KEADAAN SOSIAL EKONOMI


1. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat di kecamatan Purwokerto Timur pada tahun
2019 dapat dilihat pada tabel berikut :
Kelurahan
Sokanegara Kranji
No Jenis Pendidikan Pwt Lor
1 Tidak/Belum punya 1.236 1.1150 1.567
ijazah
2 Tamat SD 1.504 1.531 2.007
3 Tamat SLTP 1.357 1.434 2.338
4 Tamat SLTA 2.538 2.627 3.789
5 Akademisi/Universita 1.090 1.017 1.928
s
BAB V
HASIL PENILAIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Indikator dan Tolak Ukur Keluaran


Evaluasi dilakukan pada program/kegiatan UKM Penanggulangan dan
Pemberantasan Penyakit: Pelayanan Imunisasi di Puskemas II Purwokerto
Timur tahun 2019. Sumber rujukan tolak ukur penilaian yang digunakan
adalah data dari Profil UPT Puskesmas II Purwokerto Timur 2019
Adapun indikator kerja dari UKM Kesehatan Lingkungan 2019 ialah
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Indikator Kerja UKM Penanggulangan dan Pemberantasan
Penyakit: Pelayanan Imunisasi Puskesmas II Purwokerto Timur 2019
Cakupan
Indikator Target % Sasaran Cakupan
Kinerja
Sub variabel Variabel

a b c d=(c/b)% e=(d/a)%

Persentase
anak 7 SMP
yang
1
mendapat
Imunisasi 100 1487 1350 90,8 90,8

Persentase
anak kelas 1
SD yang
mendapat
2 Imunisasi 100 1058 1046 98,9 98,9
5.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang ditemukan pada UKM Penanggulangan dan
Pemberantasan Penyakit: Pelayanan Imunisasi Tahun 2019 ialah :
a. Belum tercapainya target dari persentase anak SMP yang mendapat
Imunisasi (kelas 7).
5.3 Prioritas Masalah
Tabel 5.2 Prioritas Masalah.

Importance Jumlah
No Prioritas Masalah T R
P S RI DU SB PB PC (IxTxR)
Belum semua
anak SMP (kelas
1 5 4 4 5 5 4 5 5 5 800
7) mendapat
Imunisasi
Keterangan:

P: Prevalence DU:Degree of Unmet Need PC:Political Climate


S: Severity SB: Social Benefit T:Technical feasibility
RI: Rate of Increase PB: Public Concern
5.4 Keranga konsep masalah dengan fish bone analisis

Capaian imunisasi
pada anak SMP

Mother nature Money

Terdapat masalah dari segi


Tidak ada masalah dalam money
lingkungan karena ada pihak
terutama orang tua menolak
agar anaknya untuk anaknya
diimunisasi karena terkait
kepercayaan.

Measurenment Method

Tidak ada masalah dam Tidak ada masalah dalam


measurenment method

Man power Material

Vaksin sensitif
Terdapat anak yang panas
menolak dilakukannya
imunisasi

Gambar 4.1 Krangka Konsep Masalah

5.5 Identifikasi Penyebab Masalah


Faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah tidak tercapainya target dari
Persentase anak SMP yang mendapat Imunisasi ialah sebagai berikut:
1. Man (SDM)
a. Terdapat anak yang menolak dilakukannya imunisasi
Hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan. Hal ini menyebabkan tidak
tercapainya sasaran imunisasi. Persepsi yang salah mengenai imunisasi
harus diluruskan, ,eskipun itu bukan hal yang mudah karena terkait
kepercayaan.
b. Ada anak yang izin/ sakit atau berpergian saat jadwal imunisasi.
2. Method (Metode)
Tidak ada masalah dari segi method karena pada metode imunisasi BIAS
yang meliputi beberapa hal:
- Pelaksanaan imunisasi dengan cara petugas mendatangi lokasi atau
sekolah-sekolah
- Pelaporan dan penanganan jika terdapat KIPI
3. Money
Tidak ada masalah dari segi money
4. Material
a. Vaksin sensitif panas dan harus disimpan dan ditransportasikan pada
rentang suhu yang tepat dari produsen sampai diberikan pada sasaran.
5. Environment (Lingkungan)
Terdapat masalah dari segi lingkungan karena ada pihak terutama orang tua
menolak agar anaknya untuk anaknya diimunisasi karena terkait
kepercayaan.

5.6 Alternatif pemecahan masalah


Alternatif pemecahan masalah pada kasus ini adalah untu menyelesaikan segala
permasalah yang menjadi penyebeb pencapaian imunisasi pada anak smp yang
belum tercapai seperti: Edukasi kepada kuluarga pasien yang menolak untuk
dilakukanan vaksin , petugas rajin untuk mengecek suhu penyimpanan vaksin agar
tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas.
5.7 Prioritas pemecahan masalah
Tabel 3.2 prioritas pemecahan masalah
NO Alternatif pemecahan masalah Efektivitas Efisiensi/C Jumlah
M I V MxIxV/C
1 Edukasi kepada keluarga pasien, 5 5 5 1 125
mengenai pentingnya imunisasi
2 Pemantauan penyimpanan vaksin 2 3 3 2 9
Keterangan :
M : Magnitude V : Vulnerability
I : Importancy C : Cost

Jadi prioritas pemecahan masalah pada pasien adalah:


1. Edukasi kepada keluarga pasien, mengenai pentingnya imunisasi
2. Pemantauan penyimpanan vaksin

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Imunisasi sangat penting guna mencegah berbagai penyakit. Oleh karena
itu pemerintah mencanangkan program Bulan Imunisasi Sekolah, dibutuhkan
pencatatan pelaporan untuk dapat mencapai sasaran imunisasi 100%. Namun
hal tersebut masih ditemui berbagai kendala khususnya di wilayah kerja
Puskesmas II Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Diantara kendala itu
antara lain terdapat keluarga yang menolak imunisasi, vaksin yang tidak tahan
terhadap suhu panas. Oleh karena itu perlu dilakukan edukasi kepada warga
tentang pentingnya imunisasi

B. Saran
1. Mahasiswa lebih menggali permasalahan yang ada
2. Bahasan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan berikutnya dalam
melaksanakan program imunisasi khususnya di wilayah kerja Puskesmas II
Purwokerto Timur.

Anda mungkin juga menyukai