Anda di halaman 1dari 8

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT CAMPAK

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Adityas Sekar Arimbi
Athaya Nada Salsabila
Aqil Almubaraq
Eva Pratiwi
PENYAKIT CAMPAK

EPIDEMIOLOGI

Campak merupakan penyakit endemik di banyak negara terutama di negara berkembang.


Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3
kasus per 1000 orang. Campak juga masih ditemukan di negara maju. Sebelum ditemukan vaksin
pada tahun 1963 di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun.
Mulai tahun 1963, kasus campak menurun drastis dan hanya ditemukan kurang dari 100 kasus
pada tahun 1998.

Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada bayi
dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporan SKRT tahun 1985-1986. KLB campak masih
terus dilaporkan, diantaranya KLB di pulau Bangka pada tahun 1971 dengan angka kematian
sekitar 12%, KLB di provinsi Jawa Barat pada tahun 1981 (CFR =15%), dan KLB di Palembang,
lampung dan Bengkulu pada tahun 1998. Pada tahun 2003 masih terdapat 104 kasus campak
dengan CFR 0% di semarang.

Angka kesakitan campak di Indonesia tercatat 30.000 kasus per tahun yang di laporkan,
meskipun kenyataannya hampir semua anak setelah usia balita pernah terserang campak. Pada
zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap anak harus terkena campak sehingga tidak perlu
diobati. Masyarakat berpendapat bahwa penyakit ini akan sembuh sendiri jika ruam merah pada
kulit sudah timbul sehingga ada usaha-usaha untuk mempercepat timbulnya ruam. Mereka
beranggapan jika ruam tidak keluar ke kulit, maka penyakit ini akan menyerang ‘kedalam’ tubuh
dan menimbulkan akibat yang lebih fatal daripada penyakitnya sendiri.

Sebelum penggunaan vaksin campak, penyakit ini biasanya menyerang anak yang berusia
5-10 tahun. Setelah masa imunisasi (mulai tahun 1977), campak sering menyerang anak usia
remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau mereka yang
di imunisasi pada saat usiannya lebih dari 15 bulan. Penelitian di rumah sakit selama tahun
1984-1988 melaporkan bahwa campak paling banyak terjadi pada usia balita, dengan kelompok
tertinggi pada usia 2 tahun (20,3%)

Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada janin yang
dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan sampai bayinya berusia 4-6
bulan. Pada usia 9 bulan bayi di harapkan membentuk anti bodinya sendiri secara aktif setelah
menerima vaksinasi campak. Dalam waktu 12 hari setelah infeksi campak mencapai puncak titer
sekitar 21 hari, IgM akan terbentuk dan cepat menghilang, hingga akhirnya di gantikan oleh IgG.
Adanya karier campak sampai sekarang tidak terbukti. Cakupan imunisasi campak yang lebih
dari 90% akan menyebabkan kekebalan kelomok (herd imunity) dan menurunkan kasus campak
di masyarakat.

DEFINISI
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.
Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditularkan melalui droplet
ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13 hari.

GEJALA DAN TANDA


Sekitar 10 hari setelah infeksi, demam yang biasanya tinggi akan muncul, di ikuti dengan
batuk, koriza dan peradangan pada mata. Gejala penyait campak di kategorikan dalam tiga
stadium :

1. Stadium masa inkubasi, berlangsung 10-12 hari.


2. Stadium masa prodromal, yaitu munculnya gejala demam ringan hingga sedang, batuk
yang makin berat, koriza , peradangan mata , muncunya enantema atau bercak koplik
yang khas pada campak , yaitu bercak putih pada mukosa pipi.
3. Stadium akhir, ditandai oleh demam tinggi dan timbulnya ruam-ruam kulit kemerahan
yang dimulai dari belakang telingan dan kemudian menyebar ke leher , muka, tubuh, dan
anggota gerak.

Dua hari kemudian suhu biasanya akan menurun dan gejala penyakit mereda. Ruam kulit
akan mengalami hiperpigmentasi (berubah warna menjadi lebih gelap) dan mungkin
mengelupas. Penderita akan tampak sehat apabila tidak disertai oleh komplikasi. Komplikasi
yang sering terjadi adalah konjungtivitis , bronkopneumonia, radang telinga tengah , dan
peradangan otak

PENGOBATAN
Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan dan kalori yang
cukup. Obat simtomatik yang perlu diberikan antara lain :
1. Anti demam
2. Anti batuk
3. Vitamin A
4. Antibiotik diberikan bila ada indikasi , misalnya jika campak disertai dengan komplikasi.

Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit pelayanan kesehatan lain,
sedangkan pasien campak dengan komplikasi memerlukan perawatan rawat inap dirumah sakit.

PENCEGAHAN
Imunisasi campak yang diberikan pada bayi berusia 9 bulan merupakan pencegahan yang
paling efektif. Vaksin campak berasal dari virus hidup yang di lemahkan. Vaksin di berikan
dengan cara sub kutan dalam atau intra muscular dengan dosis 0,5 cc.

Pemberian imunisasi campak satu kali akan memberikan kekebalan selama 14 tahun ,
sedangkan untuk mengendalikan penyakit diperlukan cakupan imunisasi paling sedikit 80% per
wilayah secara merata selama bertahun-tahun.

Keberhasilan program imunisasi dapat di ukur dari penurunan jumlah kasus campak dari
waktu ke waktu. Kegagalan imunisasi dapat disebabkan oleh :

1. Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yangberasal dari antibodi ibu. Antibody
itu akan menetralisasi vaksin yang diberikan
2. Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan, pengangkutan atau penggunaan di luar
pedoman.

PROGRAM PEMBERANTASAN
The World Summit for Children telah menyepakati program reduksi campak pada tahun
2000. Reduksi campak adalah hilangnya wilayah kantung campak.

Secara epidemiologis, daerah rawan campak dikelompokan menjadi :

1. Daerah reservoir , yaitu desa yang selama 3 tahun berturut turut terdapat kasus campak.
2. Daerah kantung, yaitu desa dengan cakupan imunisasi campak < 80% selama 3 tahun
terakhir.
Kegiatan yang dilakukan adalah akselerasi reduksi campak yang berupa imunisasi campak
pada balita berusia 9 hingga 59 bulan. Sesuai laporan yang termuat dalam profil departemen
kesehatan 2000, sampai saat ini masih terdapat banyak daerah rawan campak di Indonesia.

IMUNISASI CAMPAK

Jadwal Imunisasi campak


Vaksin Campak diberikan pada bayi berusia 9 bulan secara subkutan maupun
intramuskular di otot deltoid lengan atas dan dilanjutkan pemberian vaksin kembali pada saat
anak masuk SD (program BIAS) .

Selain itu vaksinasi campak juga dapat diberikan pada kesempatan kedua sesuai dengan
crash program campak yaitu pada umur 6-59 bulan dan SD kelas 1-6. Apabila anak telah
mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan imunisasi pada umur 6 tahun
maka ulangan campak pada saat masuk SD tidak diperlukan.

Cakupan imunisasi campak

Salah satu tujuan imunisasi adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan yang
ditimbulkan oleh penyakit. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pelaksanaan program
imunisasi rutin dan kegiatan tambahan imunisasi. Menurut RPJMN (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2004-2009, peningkatan cakupan imunisasi
menjadi prioritas utama dalam program pencegahan dan pengendalian penyakit.

Dalam program ini, imunisasi dimaksudkan untuk menurunkan angka


kesakitan,kecacatan dan kematian akibat suatu penyakit. Indikator yang digunakan dalam
RPJMN dalam menilai keberhasilan program 12 adalah dengan menghitung persentase desa
yang mencapai UCI (Universal Child Immunization)

Reaksi imunisasi campak

Reaksi yang disebabkan induksi imunisasi umumnya sudah dapat diprediksi terlebih
dahulu karena merupakan reaksi simpang imunisasi dan secara klinis biasanya ringan.
Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis
sistemik dengan risiko kematian. Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan
baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi
kontra, indikasi khusus, perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik
lainnya termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin lain.

Program surveilans campak


Peranan surveilans dalam program reduksi campak sangat penting, surveilans dapat
menilai perkembangan program pemberantasan campak serta dapat membantu menentukan
strategi pemberantasannya di setiap daerah, terutama untuk perencanaan, pengendalian dan
evaluasi program pemberantasan campak di Indonesia.

Tujuan surveilans campak


Tujuan Surveilans campak adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui perubahan epidemiologi campak

2. Mengidentifikasi populasi risiko tinggi

3. Memprediksi dan mencegah terjadinya KLB campak

4. Penyelidikan epidemiologi setiap KLB campak.

Strategi surveilans campak


Strategi surveilans campak meliputi :

1. Surveilans Rutin Surveilans rutin merupakan Pengamatan Epidemiologi kasus campak yang
telah dilakukan secara rutin selama ini berdasarkan sumber data rutin yang telah ada serta
sumber data lain yang mungkin dapat dijangkau pengumpulannnya.

2. SKD dan Respon


KLB campak Pelaksanaan SKD dan Respon KLB campak dilakukan setelah diketahui atau
adanya laporan 1 kasus pada suatu daerah serta pada daerah yang memiliki polulas rentan
lebih 5%.

3. Penyelidikan dan penanggulangan setiap KLB campak Setiap KLB harus diselidiki dan
dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi pengobatan simtomatis pada kasus,
pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi,
perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program
cepat,sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.

4. Pemeriksaan laboratorium pada kondisi tertentu


-Pada tahap reduksi campak dengan pencegahan KLB : 17 Pemeriksaan laboratorium dilakukan
terhadap 10 -15 kasus baru pada setiap KLB.

-Pada tahap eliminasi/eradikasi, setiap kasus campak dilakukan pemeriksaan laboratorium.

5. Studi epidemiologi Melakukan survei cepat, penelitian operasional atau operational


research (OR) sebagai tindak lanjut hasil analisis surveilans untuk melengkapi
data/informasi surveilans yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
perbaikan program (corrective action).
Daftar Pustaka

Prof.Dr.Nur Nasry Noor, MPH. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Penerbit : Rineka
Cipta

Anda mungkin juga menyukai