Anda di halaman 1dari 3

Upaya Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Campak

By admin03:17No comments
Campak atau yang disebut juga Morbili adalah salah satu penyakit akut yang sangat menular.
Campak disebabkan oleh Morbilivirus yang masuk dalam Family Paramixovirus. Campak
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kecacatan dan juga kematian karena
komplikasinya seperti radang paru (Pneumonia), diare, radang telinga (Otitis Media),
kebutaan dan radang otak (Ensefalitis) (Guris, 2002, p.2). Penyakit campak dapat ditularkan
dari percikan ludah yang keluar dari mulut atau tenggorokan penderita yang ditransmisikan
melalui udara atau melalui kontak langsung dengan sekresi hidung penderita campak (Guris,
2002, p.2).
Cara Kerja Campak masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia. Di Negara yang sedang berkembang tingkat kematian
diperkirakan berkisar antara 3% – 6 % dengan tingkat kematian tertinggi terjadi pada bayi
berusia dibawah 12 bulan yaitu berkisar antara 20% -30%. Berbeda dengan Negara yang
sedang berkembang, di Negara yang sudah berkembang tingkat kematian cenderung rendah
yaitu berkisar antara 0,1 sampai 1 per 1000 kasus (Guris, 2002, p.2). Di Indonesia penyakit
campak masih menjadi penyebab utama kematian anak di bawah umur 1 tahun dan balita
umur 1 – 4 tahun. Diperkirakan lebih dari 30.000 anak/tahun meninggal karena campak
(Portal Nasional Republik Indonesia, 2009) Masa inkubasi penyakit campak yang tanpa
gejala biasanya berkisar antara 10-12 hari namun demikian gejala prodromal (awal) seperti
demam, lesu, batuk, beringus (Coryza), dan mata merah (Conjunctivitis) bisa muncul pada
waktu sekitar sekitar 7 -18 hari setelah terpapar virus campak. koplik spot pada mukosa
mulut biasanya akan muncul sesaat atau sekitar 1-3 hari sebelum munculnya ruam, namun
demikian tidak adanya koplik spot bukan berarti campaknya tidak akan muncul. Pada saat
terjadi gejala Prodromal yang berlangsung sekitar 2-4 harimuncullah ruam yang disebut
Maculopapular Rash (ruam kemerahan) pada telinga bagian belakang dan di muka. Pada
tahap ini demam akan semakin tinggi dengan suhu mencapai 40,60C (1050F). Ruam
kemudian akan menyebar ke leher dan akhirnya ke ekstremitas (anggota gerak tubuh, seperti
tangan dan kaki). Ruam tersebut biasanya akan ada/bertahan selama 3 – 7 hari. Ruam akan
menghitam, mengelupas dan menghilang sekitar 1 – 2 minggu. Adanya kulit kehitaman dan
bersisik dapat merupakan tanda penyembuhan. Batuk akan muncul selama periode demam,
yang berlangsung sekitar 1 – 2 minggu pada kasus yang tidak komplikasi (Guris, 2002, p.2).
Penyakit campak dapat sembuh dengan sendirinya dengan asupan gizi yang baik (makan dan
minum cukup) dan istirahat yang cukup. Orang yang pernah terkena Campak (terinfeksi
campak secara alami) akan memperoleh Kekebalan seumur hidup (Guris, 2002, p.2).
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan imunisasi. Disamping itu gizi yang
baik, pemberian vitamin A dua kali dalam setahun dan kondisi rumah yang sehat juga dapat
mengurangi kejadian campak sebagaimana disimpulkan dari hasil penelitian Hendarto (2004)
di Grobogan Jawa Tengah. Karena itu peneliti menyarankan untuk meningkatkan cakupan
imunisasi campak,pemberiaan vitamin A dan perbaikan rumah sehat untuk menurunkan
angka kejadian campak pada balita (Hendarto, 2004). Penyakit campak dapat dicegah dengan
imunisasi yang diberikan saat bayi berusia 9 bulan. Pemberian imunisasi juga bisa
memberikan kekebalan seumur hidup pada sebagian besar orang. Berdasarkan estimasi
bersama oleh WHO dan UNICEF Indonesia masih menempati peringkat keempat di antara
negara-negara dengan sejumlah besar anak-anak yang tidak divaksin atau hanya mendapatkan
sebagian vaksinasi saja (UNICEF Indonesia, 2009). Pemberantasan penyakit campak
dibedakan berdasarkan tahapannya yaitu: 1. Tahap Reduksi • Pada tahap ini lebih ditekankan
kepada penurunan angka kematian campak karena kasus campak masih cukup tinggi dan
masih endemik. • Pada phase ini kegiatan surveilans yang dilakukan adalah surveilans
campak klinis dengan agregat data. Setiap KLB dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE)
dan dilakukan konfirmasi laboratorium serta peningkatan manajemen kasus. • Bagi negara
yang telah melaksanakan imunisasi campak tambahan (kampanye campak) maka surveillans
campak diarahkan kepada surveilans individu (case based surveillance) dengan konfirmasi
laboratorium semaksimal mungkin (surveilans campak, p.7). • Tahap ini dibagi dalam 2 tahap
: a. Tahap pengendalian campak Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan
imunisasi campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbiditas campak
yang tinggi. Daerah-daerah ini masih merupakan daerah endemis campak, tetapi telah terjadi
penurunan insiden dan kematian, dengan pola epidemiologi kasus campak menunjukkan 2
puncak setiap tahun (pendahuluan). b. Tahap Pencegahan KLB Cakupan imunisasi dapat
dipertahankan tinggi > 80% dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, insiden
campak telah bergeser kepada umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun. 2.
Tahap Eliminasi • Cakupan imunisasi sangat tinggi > 95% dan daerah-daerah dengan
cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. • Anak-anak yang dicurigai rentan
(tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan imuniasi campak. • Insiden campak sudah
sangat rendah dan KLB campak hampir tidak pernah terjadi. • Pada phase ini surveilans
campak adalah case based atau individual record yang disertai pemeriksaan laboratorium
untuk semua kasus campak. • Setiap KLB harus diinvestigasi dan semua kasus tercatat secara
individual (case linelisted) dan dilakukan konfirmasi laboratorium. Dan penyelidikan rumah
ke rumah jika terjadi KLB. 3. Tahap Eradikasi. • Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata
• Kasus campak sudah tidak ditemukan. • Transmisi virus campak sudah dapat diputuskan
dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi. (pendahuluan) Di Indonesia
program pencegahan dan pemberantasan penyakit campak saat ini masih berada pada tahap
Reduksi. Pemerintah Indonesia mentargetkan untuk mengurangi kasus dan mencegah
kematian akibat campak hingga 90% hingga akhir tahun 2010 hal ini juga akan mempercepat
pencapaian tujuan pembangunan millenium tentang kesehatan anak. Untuk mencapai tujuan
pengendalian penyakit Campak maka dilakukan upaya sebagai berikut: 1 . Mencapai cakupan
imunisasi campak dosis pertama >90% secara nasional yang mencakup >80%
Kabupaten/Kota pada tahun 2010. 2 . Penyelidikan dan manajemen kasus pada semua KLB
campak tahun 2009. 3 . Melaksanakan surveilans campak berbasis kasus individu (Case
Based Surveillance) bagi semua negara yang telah melaksanakan kampanye campak. 4 .
Melaksanakan imunisasi campak kesempatan kedua dengan cakupan >90%. Peranan
surveilans campak pada tahap Reduksi menjadi sangat penting karena dengan surveilans
perkembangan program pemberantasan campak dapat dievaluasi disamping hasil surveilans
campak dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan strategi pengendalian dan
pemberantasan campak di setiap daerah. Kegiatan surveilans campak berbasis kasus individu
dan dilaksanakan secara bertahap yaitu dari tingkat puskesmas, Rumah Sakit, Tingkat
kabupaten/kota dan propinsi. Kegiatan di masing-masing tingkat tentunya berbeda-beda, hal
ini telah diatur dalam Petunjuk Teknis Surveilans Campak yang diterbitkan Sub Direktorat
Surveilans Epidemiologi dan Direktorat Surveilans Epidemiologi Imunisasi & Kesehatan
Matra Direktorat Jenderal PP & PL Depkes RI Tahun 2008. Gejala klinis penyakit Campak
seringkali menyerupai penyakit infeksi virus lainnya, maka untuk menegakkan diagnosa pasti
dari suatu kasus tersangka campak adalah melalui pemeriksaan laboratorium. Karena itu
Laboratorium mempunyai peran dan fungsi dalam Pengendalian Kasus Campak dan
Eliminasi sebagai berikut: 1. Monitoring dan pengujian transmisi virus campak 2. Konfirmasi
suatu outbreak campak 3. Konfirmasi suatu kasus campak 4. Identifikasi strain dari virus
ataupun karakter genetiknya. 5. Monitoring profil dari populasi yang rentan • Melihat
distribusi umur yang memerlukan imunisasi • Evaluasi dari imunisasi masal (Depkes RI,
2008, p.45) Tahap eradikasi campak mungkin masih jauh untuk diraih, diperkirakan eradikasi
akan dapat dicapai dalam waktu 10 – 15 tahun setelah eliminasi. Beberapa Negara bahkan
masih belum memasuki tahap eliminasi demikian halnya dengan Indonesia yang masih dalam
tahap Reduksi. Namun demikian keyakinan bahwa penyakit campak dapat dieradikasi karena
satu-satunya pejamu (host)/reservoir campak hanya pada manusia dan tersedianya vaksin
yang mempunyai potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85%, serta mudahnya virus
mati karena terpapar udara dan sinar matahari seharusnya membuat langkah kita semakin
mantap dalam menuju eliminasi campak. Dengan pelaksanaan strategi yang disusun
berdasarkan pelaksanaan surveilans yang adekuat mungkin kita tidak perlu menunggu
berpuluh tahun untuk masuk dalam tahap eradikasi malaria. (Dien)

Anda mungkin juga menyukai