Anda di halaman 1dari 3

CAMPAK

Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala bercak kemerahan berbentuk makulo popular
selama 3 hari atau lebih yang sebelumnya didahului panas badan 380C atau lebih juga disertai salah satu
gejala batuk pilek atau mata merah (WHO). Definisi Operasional untuk surveilans Penyakit Campak di
Indonesia adalah: adanya demam (panas), bercak kemerahan (rash), dan ditambah satu atau lebih
gejala; batuk, pilek atau mata merah (conjungtivitis) 1. Gambaran Klinis Campak mempunyai gejala
klinis demam >38oC selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata
merah atau mata berair. Gejala khas (patognomonik) adalah Koplik’s spot atau bercak putih keabuan
dengan dasar merah di pipi bagian dalam (mucosa buccal). Bercak kemerhan/rash dimulai dari belakang
telinga pada tubuh berbentuk makulopapular dan dalam beberapa hari (4-7 hari) menyebar ke seluruh
tubuh. Setelah 1 minggu sampai 1 bulan bercak kemerahan berubah menjadi kehitaman
(hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik. Sebagian besar penderita akan sembuh, komplikasi sering
terjadi pada anak usia <5 tahun dan penderita dewasa > 20 tahun. Komplikasi yang sering terjadi adalah
diare dan bronchopneumonia. Penyakit campak menjadi lebih berat pada penderita malnutrisi,
defisiensi vitamin A dan imun defisiensi (HIV) serta karena penanganan yang terlambat Diagnosis
banding yang paling menyerupai campak adalah Rubella (campak Jerman) yang ditandai dengan
pembesaran kelenjar getah bening di belakang telinga.

Klasifikasi kasus Campak · Pasti Secara Laboratorium : Kasus campak klinis yang telah dilakukan
konfirmasi laboratorium dengan hasil positif terinfeksi virus campak (IgM positif). · Pasti Secara
Epidemiologi : Semua kasus klinis yang mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus yang pasti
secara laboratorium atau dengan kasus pasti secara epidemiologi yang lain (biasanya dalam kasus KLB).
· Bukan Kasus Campak (Discarded) : Kasus tersangka campak, setelah dilakukan pemeriksaan
laboratorium hasilnya negatif atau kasus tersangka campak yang mempunyai hubungan epidemiologis
dengan Rubella. · Kematian Campak : Kematian dari seorang penderita campak pasti (klinis,
laboratorium maupun epidemiologi) yang terjadi dalam 30 hari setelah timbul rash, bukan disebabkan
oleh hal-hal lain seperti : trauma atau penyakit kronik yang tidak berhubungan dengan komplikasi
campak.

Gambar 2. Skema Klasifikasi Kasus Campak

2. Etiologi Penyakit ini disebabkan oleh virus golongan paramyxoviridae (RNA) jenis Morbilivirus yang
mudah mati karena panas dan cahaya..

3. Masa Inkubasi Masa Inkubasi antara 7 – 18 hari. Rata-rata 10 hari.

4. Sumber dan Cara Penularan Sumber penularan adalah manusia sebagai penderita. Penularan dari
orang ke orang melalui melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk,
bersin atau sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum timbul rash, puncak penularan pada saat
gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit.

5. Pengobatan Pengobatan terhadap campak sesuai dengan gejala yang muncul. Penderita tanpa
komplikasi cukup diberikan antipiretik dan pemberian vitamin A dosis tinggi sesuai usia. Jika ada
komplikasi anjurkan penderita dirawat di Puskesmas atau di Rumah Sakit, Pengobatan komplikasi di
sarana pelayanan kesehatan dengan pemberian antibiotik tergantung berat ringannya komplikasi,
bila keadaan penderita cukup berat segera rujuk ke rumah sakit. Kasus yang terkena penyakit
campak, diisolasi, untuk memutuskan rantai penularan pada orang lain.

Pemberian Vitamin A: Diberikan sebanyak 2 kapsul (kapsul pertama diberikan saat penderita
ditemukan, kapsul kedua diberikan keesokan harinya, dosis sesuai umur penderita). Pemberian
Vitamin A diutamakan untuk penderita campak, jika persediaan vitamin A mencukupi, sebaiknya
juga diberikan pada yang tidak terkena kasus campak. · Umur 0 - 6 bulan, bagi bayi yang tidak
mendapatkan ASI , diberikan vitamin A 1 kapsul 50.000 IU pada saat penderita ditemukan, dan kapsul
ke dua diberikan keesokan harinya. · Umur 6 – 11 bulan, pada saat penderita ditemukan, diberikan
vitamin A sebanyak 100.000 IU, dan kapsul kedua diberikan pada hari kedua. · Umur 12 – 59 bulan,
saat penderita ditemukan, diberikan vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU, dan kapsul kedua
diberikan pada hari kedua.

6. Epidemiologi Di seluruh dunia diperkirakan terjadi penurunan 56% kasus campak yang dilaporkan
yaitu 852.937 kasus pada tahun 2000 menjadi 373.421 kasus pada tahun 2006. Jumlah kasus campak
di regional SEARO meningkat dari 78.574 kasus pada tahun 2000 menjadi 94.562 kasus pada tahun
2006. Di Indonesia dilaporkan pada tahun 2010 telah terjadi 188 kejadian luar biasa campak dengan
3.044 kasus. Sementara dari laporan rutin campak jumlah kasus pada tahun 2010 adalah 19.111
kasus.

7. Kejadian Luar Biasa Bagi Negara yang telah menyelesaikan kampanye campak, maka surveillans
campak harus dilaksanakan lebih sensitif, oleh sebab itu WHO merekomendasikan kriteria KLB
campak yaitu : 5 kasus campak /100.000 populasi. Di Indonesia walaupun kampanye campak sudah
dilaksanakan namun kriteria seperti yang ditetapkan WHO masish sulit diterapkan. Hal ini disebabkan
populasi 100.000 kemungkinan terdistribusi di 3 Puskesmas, dan kasus campak masih cukup tinggi,
maka secara operasional akan sulit. Untuk memeudahkan operasional di lapangan, maka definisi KLB
tersangka campak ditetapkan sebagai berikut : Adanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4
minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologi. ·
KLB Campak Pasti : Apabila minimum 2 spesimen positif IgM campak dari hasil pemeriksaan kasus
pada tersangka KLB campak.

KLB Rubella : Minimum 2 spesimen positif IgM rubella · KLB Mixed (Campuran) : Ditemukan adanya
IgM rubella positif dan IgM campak positif dalam satu KLB

1) Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui gambaran


epidemiologi KLB berdasarkan waktu kejadian, umur dan status imunisasi penderita, sehingga
dapat diketahui luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang berisiko. Disamping itu juga
untuk mendapatkan faktor risiko terjadinya KLB sehingga dapat dilakukan tindak lanjut. Jika ada 1
kasus suspek campak, yang dilaporkan dari rumah sakit, puskesmas maupun laporan masyarakat,
harus dilakukan pelacakan untuk memastikan apakah di tempat tinggal kasus, di sekolah, dan lain-
lain, ada kasus serupa. Jika dilaporkan KLB tersangka campak, maka dilakukan kunjungan dari
rumah ke rumah (rumah yang ada kasus campak dan rumah yang tidak ada kasus campak) di
wilayah tersebut, dengan mengisi format C1. Ini dilakukan untuk mencari kasus tambahan,
populasi berisiko dan untuk melihat status imunisasi campak pada populasi di daerah KLB. Cari
faktor resiko KLB Campak dengan form C2, dan berikan rekomendasi.
2) Penanggulangan Penanggulangan KLB campak didasarkan pada analisis dan rekomendasi hasil
penyelidikan KLB campak, dilakukan sesegera mungkin agar transmisi virus dapat dihentikan dan
KLB tidak meluas serta dibatasi jumlah kasus dan kematian. Langkah penanggulangan meliputi : a.
Tata laksana kasus b. Imunisasi c. Penyuluhan

Imunisasi yang dilakukan pada saat KLB, yaitu: · Imunisasi selektif, bila cakupan tinggi
Meningkatkan cakupan imunisasi rutin (upayakan 100 %) setiap balita (Usia 6 bl – 5 th) yang
tidak mempunyai riwayat imunisasi campak, diberikan imunisasi campak (di puskesmas atau
posyandu hingga 1 bulan dari kasus terakhir). · Imunisasi campak masal Yaitu memberikan
imunisasi campak secara masal kepada seluruh anak pada golongan umur tertentu tanpa melihat
status imunisasi anak tersebut. Hal yang menjadi pertimbangan adalah cakupan imunisasinya
rendah, mobilitas tinggi, rawan gizi dan pengungi, daerah padat dan kumuh. Pelaksanaan
imunisasi masal ini harus dilaksanakan sesegera mungkin, sebaiknya pada saat daerah tersebut
diperkirakan belum terjadi pemularan secara luas. Selanjutnya cakupan imunisasi rutin tetap
dipertahankan tinggi dan merata.

Pengolahan dan Analisa Data Rutin (kasus dan faktor risiko) Analisa kasus KLB campak : §
Distribusi kasus menurut waktu (Time), Tempat (Place) dan orang (person). § Kurva epidemi
kasus, Mapping kasus, Grafik kasus menurut kelompok umur dan status imunisasi § Attack rate
menurut kelompok umur, Case Fatality Rate § Menghitung vaksin efikasi dan Populasi Rentan §
Analisa pelaksanaan program imunisasi (Manajemen, logistik, cakupan)

3) Surveilans Ketat pada KLB Perkembangan kasus baru dan kematian KLB campak direkam dalam
form C1 dan dilaporkan setiap hari ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. KLB dinyatakan berakhir
jika tidak ada kasus, dalam kurun waktu 2 kali masa inkubasi dari kasus terakhir.

8. Sistem Kewaspadaan Dini KLB Kegiatan SKD campak meliputi kegiatan : · Pemantauan populasi
rentan · Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) kasus campak mingguan · Tindakan terhadap
ancaman KLB campak

9. Kepustakaan

(1). Chin, James, The American Public Health Association, Control of Communicable Diseases in Man,
Washington, 2000

(2). Ditjen PPM-PL, Depkes RI, Pedoman Surveilans dan Respon KLB dalam Rangka Reduksi Campak
di Indonesia, Jakarta, 2002

(3). Ditjen PPM-PL, Depkes RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan SKD-KLB dan Keracunan, Jakarta 1995

Anda mungkin juga menyukai