Anda di halaman 1dari 17

1.

DEFINISI
Morbili adalah penyakit virus aku dengan demam, radang selaput
lendir dan timbulnya erupsi kulit berupa bercak dan bintik merah, disusul
pengelupasan (Ramali Ahmad, 2002).
Penyakit Campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa
latin dan measles Dalam bahasa Inggris. Campak, pada masa lalu dianggap
sebagai suatu hal yang harus dialami oleh setiap anak, mereka
beranggapan, bahwa penyakit Campak dapat sembuh sendiri bila ruam
sudah keluar, sehingga anak yang sakit Campak tidak perlu diobati. Ada
anggapan bahwa semakin banyak ruam keluar semakin baik. Bahkan ada
upaya dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam, dan ada pula
kepercayaan bahwa penyakit Campak akan berbahaya bila ruam tidak
keluar pada kulit sebab ruam akan muncul dirongga tubuh lain seperti
dalam tenggorokan, paru-paru, perut atau usus. Hal ini diyakini akan
menyebabkan sesak napas atau diare yang dapat menyebabkan kematian.
2. ETIOLOGI
Menurut Suriadi (2001), penyebab morbili adalah virus morbili yang
berasal dari sekret saluran pernafasan, darah dan urine dari yang terinfeksi.
Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dari orang yang
terinfeksi. Masa inkubasi selama 10 20 hari, dimana periode yang sangat
menular adalah dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya
rash (pada umumnya pada stadium kataral).
Penyakit Campak disebabkan oleh virus Campak yang termasuk
golongan paramyxovirus. Virus ini berbentuk bulat dengan tepi yang kasar
dan begaris tengah 140 mm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari
lemak dan protein, didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong
terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA),
merupakan sruktur heliks nukleoprotein yang berada dari myxovirus.
Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, satu protein yang
berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.

Gambar 1. Virus Campak


a. Sifat Virus
Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang
kuat, apabila berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Pada
temperatur kamar virus Campak kehilangan 60% sifat infektisitasnya
selama 3 5 hari. Tanpa media protein virus Campak hanya dapat hidup
selama 2 minggu dan hancur oleh sinar ultraviolet. Virus Campak termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile karena selubungnya terdiri dari
lemak, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% ether selama 10 menit, dan
50% aseton dalam 30 menit.Sebelum dilarutkan, vaksin Campak disimpan
dalam keadaan kering dan beku, relatif stabil dan dapat disimpan di freezer
atau pada suhu lemari es (2-8C; 35,6-46,4F) secara aman selama
setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang dan jangan
dipakai ulang.
b. Cara Penularan Penyakit Campak
Virus Campak ditularkan dari orang ke orang, manusia merupakan satusatunya reservoir penyakit Campak . Virus Campak berada disekret
nasoparing dan di dalam darah minimal selama masa tunas dan dalam
waktu yang singkat setelah timbulnya ruam. Penularan terjadi melalui udara,
kontak langsung dengan sekresi hidung atau tenggorokan dan jarang terjadi
oleh kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi dengan sekresi
hidung dan tenggorokan.Penularan dapat terjadi antara 1 2 hari

sebelumnya timbulnya gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam.


Penularan virus Campak sangat efektif sehingga dengan virus yang sedikit
sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.
c. Masa Inkubasi Penyakit Campak
Masa inkubasi berkisar antara 8 13 hari atau rata-rata 10 hari.
3. FAKTOR RESIKO
a. Orang
Campak adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada
usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja. Penyebaran
penyakit Campak berdasarkan umur berbeda dari satu daerah dengan
daerah lain, tergantung dari kepadatan penduduknya, terisolasi atau
tidaknya daerah tersebut. Pada daerah urban yang berpenduduk padat
transmisi virus Campak sangat tinggi.
b. Tempat
Berdasarkan tempat penyebaran penyakit Campak berbeda, dimana daerah
perkotaan siklus epidemi Campak terjadi setiap 2-4 tahun sekali, sedangkan
di daerah pedesaan penyakit Campak jarang terjadi, tetapi bila sewaktuwaktu terdapat penyakit Campak maka serangan dapat bersifat wabah dan
menyerang kelompok umur yang rentan. Berdasarkan profil kesehatan
tahun 2008 terdapat jumlah kasus Campak yaitu 3424 kasus di Jawa barat,
di Banten 1552 kasus, di Jawa tengah 1001 kasus.
c. Waktu
Dari hasil penelitian retrospektif oleh Jusak di rumah sakit umum daerah Dr.
Sutomo Surabaya pada tahun 1989, ditemukan Campak di Indonesia
sepanjang tahun, dimana peningkatan kasus terjadi pada bulan Maret dan
mencapai puncak pada bulan Mei, Agustus, September dan oktober.
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita
di suatu daerah adalah :
a. Faktor Host
1. Status Imunisasi
Balita yang tidak mendapat imunisasi Campak kemungkinan kena penyakit
Campak sangat besar. Dari hasil penyelikan tim Ditjen PPM & PLP dan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tentang KLB penyakit Campak

di Desa Cinta Manis Kecamatan Banyuasin Sumatera Selatan (1996)


dengan desain cross sectional, ditemukan balita yang tidak mendapat
imunisasi Campak mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk terkena
campak di banding balita yang mendapat Imunisasi.
2. Status Gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terkena penyakit Campak dari pada balita dengan gizi baik.Menurut
penelitian Siregar (2003) di Bogor, anak berumur 9 bulan sampai dengan 6
tahun yang status gizinya kurang mempunyai risiko 4,6 kali untuk terserang
Campak dibanding dengan anak yang status gizinya baik.
c. Faktor Environment
1. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau
pelayanan kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah
rawan terhadap penularan penyakit Campak.
4. PATOFISIOLOGI
Terlampir

5. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit campak dibagi dalam tiga stadium
1. Stadium Kataral atau Prodromal
Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk
dan mata merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak
Koplik`s (Koplik spot) pada mukosa pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini
tidak selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu,
besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah
kemerahan. Koplik spot ini menentukan suatu diagnose pasti terhadap
penyakit campak.
2. Stadium Erupsi
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi,
kadan-kadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah
yang spesifik), timbul setelah 3 7 hari demam. Rash timbul secara khusus

yaitu mulai timbul di daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi,


menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan
muka bengkak.
3. Stadium Konvalensi atau penyembuhan
Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang
disebut hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas
badan menurun sampai normal bila tidak terjadi komplikasi.)
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM
merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut.
Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya
rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari
ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur
pada 4 minggu setelah muncul rash. Sedangkan IgG antibodi dapat
dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1
minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat
ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi
dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab
tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercakbercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam
suhu kamar.
Pada tahap reduksi Campak dengan pencegahan kejadiaan luar biasa :
pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap 10 15 kasus baru pada
setiap kejadiaan luar biasa.
Pemantauan kegiatan reduksi Campak pada tingkat Puskesmas dilakukan
dengan cara kenaikan sebagai berikut :
1. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Imunisasi untuk mengetahui
pencapaian cakupan imunisasi.
2. Pemetaan kasus Campak untuk mengetahui penyebaran lokasi kasus

Campak.

3.

Pemantauan data kasus Campak untuk melihat kecenderungan

4.

kenaikan kasus Campak menurut waktu dan tempat.


Pemantauan kecenderungan jumlah kasus Campak yang ada untuk

melihat dampak imunisasi Campak.


5. Evaluasi kegiatan reduksi Campak dilakukan dengan menggunakan
beberapa indikator yaitu :
a. Cakupan imunisasi tingk3at desa/kelurahan. Apakah cakupan
b.

imunsasi Campak sudah > 90%


Jumlah kasus Campak (laporan W2). Diharapkan kelengkapan

c.

laporan W2 > 90%.


Indikator manajemen kasus Campak dengan kecepatan rujukan.

Diharapkan CFR < 3%.


d. Indikator tindak lanjut hasil penyelidikan. Dimana cakupan sweeping
hasil imunisasi di daerah potensial KLB > 90%, dan cakupan
sweeping vitamin A dosis tinggi > 90%.
e. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.
f.

b. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan


adanya multinucleated giant sel yang khas.

g. c. Pada

pemeriksaan

serologi

dengan

cara

hemaglutination

inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya


antibody yang spesifik dalam 1 3 hari setelah timbulnya ras dan
mencapai puncaknya pada 2 4 minggu kemudian.
7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibotik diberikan bila
terjadi insfeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila
demam, dan vitamin A 100.000 unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun
dan 200.000 unit untuk anak usia> 1 tahun. Vitamin A diberikan untuk
membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan

morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah
limfosit total (Cherry, 2004)
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu>39,5 derajat celcius),
dehidrasi, kejang asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan
dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul(IDAI, 2004)
Morbili merupakan suatu penyakit self limiting, sehingga pengobatannya
hanya bersifat symtomatik, yaitu:
-

Memperbaiki keadaan umum.

Antipiretika bila suhu tinggi.

Seldativum.

Obat batuk.

Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi


biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis,
yaitu:

Hidrokostison 100 200 mg/hari selama 3 4 hari.

Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.

8. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya
tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal
yang

tidak

diinginkan

adalah

terjadinya

komplikasi

karena

dapat

mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan


mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti :
Otitis media akut, Ensefalitis, Bronchopneumonia, dan Enteritis.
1. Bronchopneumonia
Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel
saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru
atau Pneumonia. Bronchopneumonia dapat disebabkan virus Campak

sendiri atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang


menyerang epitel pada saluran pernafasan maka Bronchopneumonia ini
dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan kurang
kalori protein.
2. Otitis Media Akut
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga
tengah. Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan
stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang
rusak karena invasi virus terjadi otitis media purulenta.
3.Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi, biasanya
terjadi pada hari ke 4 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis
sekitar 1 dalam 1.000 kasus Campak, dengan CFR berkisar antara 30
40%. Terjadinya Ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun
melalui invasi langsung virus Campak ke dalam otak.Universitas Sumatera
Utara
4. Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita
mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi
virus ke dalam sel mukosa usus.
9. PENCEGAHAN
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan
primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko
yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit
Campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam
upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti
penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan
penataan rumah yang baik.
b. Pencegahan Primer

Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk


kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi
berpotensi untuk terkena penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini
harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
1. Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai
pengetahuan mengenai Campak. Disamping kepada penderita
Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya,
kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada
pasien Campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang
berpengaruh pada timbulnya Campak dan upaya-upaya menekan
Campak, pengelolaan Campak secara umum, pencegahan dan
pengenalan komplikasi Campak.
2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak
dilakukan dengan vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan
pada bayi berumur 9 15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah
Schwarz

vaccine

yaitu

vaksin

hidup

yang

dioleh

menjadi

lemah.Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin


campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC
yang tidak diobati, penderita leukemia.Vaksin Campak dapat
diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin
measles-mumps-rubella (MMR). vaksin monovalen diberikan pada
bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak
usia 15 bulan. Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi
vaksin harus pada temperature antara 2C - 8C atau 4C, vaksin

tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat
pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam.

c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan
yang ditujukan untuk pendeteksian dini Campak serta penanganan segera
dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah
untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau
penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit.Memberikan pengobatan
penyakit

sejak

awal

sedapat

mungkin

dilakukan

untuk

mencegah

kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan Campak


memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
1. Diagnosa Penyakit Campak
Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnese, gejala klinis dan
pemeriksaan laboratorium.
Kasus Campak Klinis
Kasus Campak klinis adalah kasus dengan gejala bercak
kemerahan di tubuh berbentuk macula popular selama tiga hari atau
lebih disertai panas badan 38C atau lebih (terasa panas) dan disertai
salah satu gejala bentuk pilek atau mata merah (WHO).
Kasus Campak Konfirmasi
Kasus Campak konfirmasi adalah kasus Campak klinis disertai salah
satu kriteria yaitu :
a. Pemeriksaaan laboratorium serologis (IgM positif atau kenaikan titer
antiantibodi 4 kali) dan atau isolasi virus Campak positif.
b.
Kasus Campak yg mempunyai kontak langsung dengan kasus
konfirmasi, dalam periode waktu 1 2 minggu.
d. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan


akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah
perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan
rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien
dengan dokter mapupun antara dokter-dokter yang terkait dengan
komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit
Campak.
10. ASKEP SECARA UMUM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
b. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.
c. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam,
tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah
dan gatal.
d. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang
menurun.
e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
a. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Kriteria standart:

- Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan


yang tepat.
- Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi Keperawatan:
o Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai
es).
Rasional : untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh
dan merangsang nafsu makan
o Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak
terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat
ketika diminum).
Rasional :

untuk

memenuhi

kebutuhan

nutrisi

melalui

cairan

bernutrisi.
o Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau
bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan
kuantitas yang sering.
Rasional :

untuk

memudahkan

mencerna

makanan

dan

meningkatkan asupan makanan.


o Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan
mulai membaik.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.
b. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.
Criteria standart:

- Pasien menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh mencapai normal.


- Pasien menunjukkan tidak adanya komplikasi.
Intervensi keperawatan:
o Memberikan kompres dingin / hangat.
Rasional : untuk membantu dalam penurunan suhsu tubuh pada
pasien.
o Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretikum.
Rasional : antipiretikum bekerja untuk menurunkan adanya kenaikan
suhu tubuh.
o Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi.
Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.
c. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam,
tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah
dan gatal.
Kriteria standart:
- Pasien menunjukkan kenyamanan, tidak merasa gatal lagi.
- Badan kelihatan segar dan tidak merasa pusing.
Intervensi keperawatan:
o Bedaki tubuh anak dengan bedak salisil 1% atau lainnya atas resep
dokter.

Rasional : bedak salisil 1% dapat mengurangi rasa gatal pada tubuh


anak.
o Menghindari anak tidak tidur di bawah lampu karena silau dan
membuat tidak nyaman.
Rasional : lampu yang terlalu terang membuat anak silau dan
menambah rasa tidak nyaman.
o Selama demam masih tinggi tidak boleh dimandikan dan sering-sering
dibedaki.
Rasional : tubuh yang dibedaki akan membuat rasa nyaman pasa
pasien.
o Jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat dimandikan
dengan PK atau air hangat atau dapat juga dengan bethadine.
Rasional : air hangat / PK dapat mengurangi gatal dan menambah
rasa nyaman.
d. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang
menurun.
Criteria standart:
- Pasien menunjukkan peningkatan kondisi tubuh.
- Daya tahan tubuh optimal tidak menunjukkan tanda-tanda mudah
terserang panyakit.
Intervensi keperawatan:
o Mengubah sikap baring anak beberapa kali sehari dan berikan bantal
untuk meninggikan kepalanya.

Rasional : meninggikan posisi kepala dapat memberikan sirkulasi


udara dalam paru.
o Mendudukkan anak / dipangku pada waktu minum.
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi.
o Menghindarkan

membaringkan

pasien

di

depan

jendela

atau

membawanya keluar selama masih demam.


Rasional : menghindarkan anak terkena angin dan menambah suhu
tubuh.
e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.
Kriteria standart:
- Orang tua menunjukkan mengerti tetang proses penyakit.
- Orang tua mengerti bagaimana pencegahan dan meningkatkan gizi
agar tidak mudah timbul komplikasi yang berat.
Intervensi keperawatan:
o Memberikan penyuluhan tentang pemberian gizi yang baik bagi anak,
terutama balita agar tidak mudah mendapat infeksi.
Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua.
o Menjelaskan pada orang tua tentang morbili tentang hubungan
pencegahan dengan vaksinasi campak dan peningkatan gizi agar
tidak mudah timbul komplikasi yang berat.
Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang
pencegahan penyakit anaknya.

4. EVALUASI
a. Suhu tubuh normal / turun (36,7oC 37,6oC).
b. Cairan dan nutrisi dalam tubuh seimbang.
c. Tubuh tidak merasa gatal.
d. Orang tua / keluarga mengerti mengenai penyakit morbili dan
pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, J. M., 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta: EGC


Suriadi, Rita Yuliani., 2006, Asuhan Keperawatan Pada AnakEdisi 2. Jakarta :
Sagung setia.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : EGC.
Alimul aziz, 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak, Surabaya: salemba Medika.
Sumarno,dkk, 2002. Buku ajar Infeksi dan penyakit tropis, Jakarta : EGC
Mubin Halim. 2006. Panduan praktis ilmu penyakit dalam, Jakarta : EGC
Wong donna L, 2004. Pedoman klinis Keperawatan pediatrik,Jakarta : EGC
Nursalam, 2008, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan
Bidan),Jakarta: Salemba Medika
Mansjoer, A., 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: EGC NANDA, NIC,
NOC 2007-2008
Carpenito, L. J., 2009, Diagnosa Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan dan Manfaat dan Kolaboratif,Jakarta: ECG
Perry potter, 2009, Fundamental of nursing, Fundamental keperawatan, jakarta :
Salemba medika.
Speer, Kathleen M. 2008.Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical
Pathwaysedisi 3. Jakarta: EGC.
Suddart,brunnner.

2002.

Buku

vol.1.Jakarta : EGC

Ajar

Keperawatan

Medikal

Bedahedisi

8,

Anda mungkin juga menyukai