Anda di halaman 1dari 9

PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 10

Adityas Sekar Arimbi (P21345118002)

Athaya Nada Salsabila (P21345118013)

Eigen Rohidup (P21345118019)

Muhammad Akmal (P21345118040)

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II


Jl. Hang Jebat III Blok F3, No.8, RT04 RW08, Gunung, Kebayoran Baru
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
Telepon : (021) 7397641
BAB I
PEMBUKAAN
1.1 Latar Belakang

Banyak kawasan permukiman yang belum terjangkau layanan persampahan dari


instansi kebersihan setempat. Para penghuninya kemudian terpaksa mengatasi sendiri
permasalahan sampahnya. Caranya macam-macam. Ada yang membuang sampahnya ke
sungai atau lahan kosong. Ada juga yang membakar sampahnya. Namun, ada juga yang
kemudian berinisiatif untuk menangani sampahnya dengan baik dan benar. Mereka
merencanakan dan menciptakan sistem pewadahan, pengumpulan, pemindahan, dan
bahkan pemanfaatan sampah yang sesuai dengan kondisi, kemauan, dan kemampuannya.
Pemberdayaan masyarakat diperlukan dalam penanganan sampah, bagaimanapun juga
sampah dominan berasal dari masyarakat. Dengan memberdayakan masyarakat dalam
pengelolaan sampah dapat meminimalisir timbulan sampah yang ada

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apa pengertian Pemberdayaan Masyarakat?

1.2.2 Apa saja Prinsip Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat?

1.2.3 Apa Metode dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini untuk menambah wawasan mengenai limbah medis dan cara
pengolahannya

1.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowerment)


atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat. Pemberdayaan masyarakat juga
diartikan sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam
membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan sehingga bertujuan untuk
menemukan alternatif-alternatif baru dalam pembangunan masyarakat (Mardikanto,
2014).
Menurut Suharto(2005:60), pemberdayaan masyarakat juga dimaknai sebagai sebuah
proses dan tujuan, dengan penjelasan sebagai berikut:
 Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
masalah kemiskinan. 
 Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti kepercayaan diri, menyampaikan
aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

2.2 Prinsip Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) dicirikan oleh adanya


keterlibatan masyarakat penggunanya dalam kegiatan perencanaan dan pengoperasian
sistem tersebut. Suatu PSBM tidak selalu dicirikan dari kelengkapan komponen teknis
yang dimiliki oleh masyarakat di kawasan tersebut. Tidak semua PSBM perlu memiliki
fasilitas pengomposan atau insinerator. Walau demikian, sudah sewajarnya suatu PSBM
memiliki beberapa fasilitas mendasar untuk mengumpulkan sampah dan menanganinya
lebih lanjut. Dalam segi pendanaan, pengembangan PSBM tidak harus didanai oleh
masyarakat. Banyak PSBM dikembangkan atas biaya lembaga donor atau pemerintah
kota.
Walau demikian, masyarakat pengguna PSBM harus membiayai seluruh ongkos
operasinya. Sangat disarankan agar PSBM dapat menutup sebagian ongkos operasi dan
perawatannya dari hasil pemanfaatan sampah. Selaku pengguna masyarakat tidak harus
menjalankan sendiri PSBM-nya. Banyak PSBM dioperasikan oleh pihak lain yang
dikontrak oleh masyarakat penggunanya. Yang penting kinerja pihak pelaksana operasi
harus terus dipantau dan dievaluasi oleh masyarakat penguna PSBM tersebut.
Pengalaman menunjukkan banyak PSBM yang tidak berhasil menjaga
keberlanjutannya. Penyebabnya, macam-macam. Mulai dari masalah teknis, sosial,
sampai finansial. Agar mampu memelihara keberlanjutannya, suatu PSBM harus
memenuhi beberapa syarat berikut ini;
1. Keterlibatan Masyarakat Yang Menyeluruh,
Termasuk dalam proses perencanaan, pengoperasian, penentuan anggaran, pengadaan
dana operasional, penilaian kinerja, dan penentuan pengelolaan PSBM. Mekanisme
pengambilan keputusan harus disepakati bersama dan dipahami secara jelas oleh
seluruh masyarakat penggunanya.
2. Kejelasan Batasan Wilayah
Ditentukan oleh masyarakat pengguna PSBM sesuai keinginan dan kesanggupannya.
Wilayah layanan dari suatu PSBM sebaiknya disesuaikan dengan batasan wilayah
yang umum dikenal. Misalnya RT, RW, kelurahan maupun desa. Ada baiknya
wilayah layanan dari suatu PSBM diketahui oleh instansi kebersihan setempat.
3. Strategi Pengelolaan Sampah Yang Terpadu
Disesuaikan dengan sasaran akhir dari pengelolaan sampah yang disepakati oleh
seluruh masyarakat pengguna PSBM. Cakupan dari suatu strategi pengelolaan sampah
perlu meliputi:
a) berbagai tindakan terhadap tiap jenis sampah
b) keterkaitan dengan pola penanganan sampah di luar PSBM (off-site system).
4. Pemanfaatan Sampah Yang Optimal;
khususnya guna
a) mengurangi beban pembuangan atau pemusnahan sampah,
b) memaksimalkan penggunaan sumber daya, dan
c) mendapatkan pemasukan fi nansial. Suatu PSBM sebaiknya perlu
mempertimbangkan adanya pengomposan dan daur ulang. Atau setidaknya
penjualan sampah yang tergolong sebagai sampah Layak Daur Ulang.
5. Fasilitas Persampahan Yang Memadai;
Guna mendukung implementasi dari strategi pengelolaan sampah yang disepakati.
Fasilitas persampahan setidaknya harus mampu menampung seluruh buangan sampah
di dalam wilayah layanan PSBM. Dan mampu menangani sampah terkumpul itu
dengan baik guna mencegah timbulnya dampak lingkungan, baik di dalam wilayah
PSBM maupun di daerah sekitarnya.

6. Kelompok Penggerak Yang Mumpuni;


Guna mengoperasikan PSBM sesuai strategi dan rencananya. Kelompok penggerak
perlu memiliki struktur organisasi dan pengurus yang disepakati masyarakat. Tiap
anggotanya harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Secara
periodik, kelompok penggerak perlu mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai
dengan mekanisme yang disepakati.
7. Optimasi Pendanaan Sendiri;
Sehingga setidaknya mampu memenuhi biaya operasi dan perawatan PSBM.
Beberapa sumber dana yang patut dioptimalkan antara lain adalah iuran warga,
pemasukan dari penjualan sampah Layak Daur Ulang, dan penjualan kompos. Selain
mengoptimalkan perolehan dana, kelompok penggerak perlu memastikan agar PSBM
dapat beroperasi dengan biaya yang serendah-rendahnya.
8. Pola Kemitraan Yang Menguntungkan
Baik itu kemitraan untuk pengembangan PSBM, pemanfaatan sampah, maupun untuk
penanganan sampah di luar PSBM (off-site system). Kemitraan perlu dijalin dengan
pihak swasta, pihak pemerintah, maupun pihakpihak lainnya. PSBM tidak akan
mampu mempertahankan keberlanjutannya tanpa adanya kemitraan yang saling
menguntungkan.

Komponen Teknik Penglolaan Sampah Berbasis Masyarakat

Sistem PSBM tidak didefi nisikan berdasarkan kelengkapan komponen teknisnya.


Artinya, mungkin saja suatu PSBM hanya memiliki satu atau dua komponen teknis. Yang
penting, sistem awalnya memang ditentukan oleh masyarakat penghuni kawasan tersebut.
Suatu PSBM yang lengkap dapat memiliki enam komponen teknis sebagaimana terlihat
dalam diagram berikut. Kelengkapan komponen teknis demikian membuat suatu PSBM lebih
mudah dijadikan sebagai suatu sistem pengelolaan sampah terpadu (integrated solid waste
management).
Keterpaduan PSBM dapat saja tercipta dengan menggabungkan komponen pengelolaan
sampah yang dimiliki pihak lain. Misalnya dengan komponen pengolahan sampah yang
dimiliki perusahaan swasta. Atau, dengan komponen fasilitas pengangkutan sampah yang
dimiliki instansi kebersihan pemerintah kota.

1. Penanganan sumber;
Dengan meminta masyarakat untuk mempraktekkan 3R (reduce, reuse, dan recycle) di
rumahnya masingmasing guna mengurangi jumlah timbulan sampah. Salah satu
caranya adalah pengomposan di rumah (home composting). Untuk itu, tiap rumah
perlu dilengkapi dengan alat pengompos (composter), baik buatan sendiri maupun
buatan pabrik.
2. Pengumpulan sampah;
Berfungsi untuk mengumpulkan sampah dari tiap wadah dan membawanya ke tempat
pengolahan sampah. Pengumpulan sampah umumnya dilakukan dengan
menggunakan gerobak sampah yang ditarik tenaga manusia. Walau demikian, ada
juga PSBM yang menggunakan motor bak atau mobil bak sebagai sarana
pengumpulan sampahnya.
3. Pewadahan sampah;
Baik pewadahan di rumah, maupun pewadahan komunal di permukiman padat.
Untuk mengoptimalkan upaya pemanfaatan sampah, suatu PSBM sebaiknya
menerapkan sistem pewadahan terpisah antara sampah basah dengan sampah kering.
Pewadahan khusus juga perlu disediakan untuk sampah bahan beracun dan berbahaya
(B3).
4. Pengolahan sampah;
Untuk membuat kompos dari sampah Layak Kompos atau membuat produk berguna
dari sampah Layak Daur Ulang. Jika tidak membuat produk daur ulang sendiri,
sampah Layak Daur Ulang hanya akan dibersihkan, dikemas, dan dijual ke pihak lain.
Pengolahan sampah biasanya dilakukan di suatu fasilitas terpadu yang juga berperan
sebagai tempat penampungan sampah sementara.
5. Pemusnahan sampah;
Yang banyak dilakukan jika suatu PSBM memang tidak mungkin melakukan
pembuangan sampah ke TPA sampah. Salah satu cara pemusnahan sampah yang
dapat dilakukan adalah insinerasi dengan menggunakan peralatan yang benar. Upaya
ini hanya dapat dilakukan terhadap sampah yang tergolong sebagai sampah Layak
Bakar.
6. Pengangkutan sampah;
Yang dilakukan oleh truk pengangkut sampah ke suatu tempat pengolahan akhir
(TPA) sampah atau tempat pemusnahan sampah lainnya. Pengangkutan sampah
dilakukan terhadap sisa-sisa sampah yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi
(sampah Layak Buang) dari fasilitas pengolahan sampah atau dari tempat
penampungan sampah sementara. Khusus sampah B3 ditempatkan dalam
kompartemen terpisah.

2.3 Metode

1. REDUCE ( pengurangan )
Mengurangi pemakaian suatu barang atau pola perilaku manusia yang dapat
mengurangi produksi sampah, serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan.
Contohnya adalah mengurangi penggunaan barang yang tidak bisa didaur ulang, dll.
2. REUSE ( penggunaan kembali )
Kegiatan menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak pakai.
Contohnya adalah menggunakan kembali botol bekas yang masih layak untuk
menanam tanaman, dll
3. RECYCLE ( mendaur ulang )
Kegiatan mengolah kembali (mendaur ulang). Pada prinsipnya, kegiatan ini
memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah materinya untuk dapat digunakan
lebih lanjut. Contohnya adalah memanfaatkan dan mengolah sampah organik untuk
dijadikan pupuk kompos, memanfaatkan barang bekas untuk dibuat kerajinan, dll.
4. REPLACE ( penggantian )
Kegiatan untuk mengganti pemakaian suatu barang atau memakai barang alternatif
yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali. Upaya ini dinilai
dapat mengubah kebiasaan seseorang yang mempercepat produksi sampah.
Contohnya adalah mengubah penggunaan kertas tisu dengan menggunakan sapu
tangan, dll.
5. REPLANT ( penanaman kembali )
Kegiatan penanaman kembali, sering juga disebut reboisasi. Contohnya adalah
melakukan kegiatan reboisasi hutan, mangrove, pemanfaatan pekarangan secara
optimal untuk mengurangi global warming.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jurnal: Budaya Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Melalui Metode 5R Untuk


Mewujudkan Lingkungan Bersih Dan Sehat Di Kabupaten Sukoharjo; Rara Sugiarti,
Istijabatul Aliyah : Budaya Pengelolaan Sampah; Program Studi Perencanaan Wilayah
dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
2. Mungkasa Oswar, Tri Nugroho, Marpaung Raymond dkk. 2008. Saatnya Masyarakat
Berkawan. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.
3. https://www.kajianpustaka.com/2017/11/tujuan-prinsip-dan-tahapan-pemberdayaan-
masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai