Oleh :
Fityan Aulia Rahman
NPM 130121180510
LAPORAN KASUS
Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian semester II
pada Progam Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Pembimbing :
Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAn., KNA., M. Kes
Abstrak
Abstract
PENDAHULUAN
Proliferasi abnormal pada jaringan trofoblastik pada plasenta akan menghasilkan
kondisi yang diketahui sebagai penyakit trofoblastik pada kehamilan. Kelainan dari
penyakit trofoblastik pada kehamilan mulai dari yang jinak sampai ke yang ganas
dimulai dari (1) mola hidatidosa parsial, (2) Mola hidatidosa komplit, (3) invasif
mola, (4) koriokarsinoma. Komplikasi medis pada penyakit ini muncul sebanyak
25% pada pasien dengan uterus ukuran 14-16 minggu kehamilan seperti
hyperemesis gravidarum, hipertensi gestasional, anemia, hipertiroid, gangguan
koagulasi, dan infeksi.. Kehamilan mola merupakan salah satu penyakit yang sering
pada Negara-negara asia seperti, Filipina, China, Indonesia, Jepang dan India,
dengan insidensi dilaporkan 0.5 – 2.5 per seribu kehamilan.1,2
Anestesi pada pasien dengan kehamilan mola harus diperhatikan dimulai dari
preoperative, intra operative, dan post opertative karena banyaknya komplikasi
yang akan muncul. Pemilihan teknik anestesi yang dilakukan harus berdasarkan
keuntungan dan kerugian dari teknik anestesi yang akan dilakukan.1, 3
Pada kasus ini dilaporkan kasus kehamilan mola tanpa adanya komplikasi
tirotoksikosis, preeklampsia berat yang dilakukan dilatasi dan evakuasi emergency
dengan menggunakan teknik anestesi monitored anesthesia care.1-3
LAPORAN KASUS
1
Seorang wanita berusia 20 tahun datang dengan keluhan perdarahan pada jalan lahir
5 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir
kurang lebih sebanyak 4 pembalut seharinya, saat ini perdarahan sudah berkurang.
Pasien belum pernah menjalani operasi apapun, pasien menyangkal adanya alergi
maupun penyakit darah tinggi ataupun diabetes. Aktivitas pasien sehari-hari dalam
batas normal, seperti berbelanja ke pasar, atau membersihkan rumah. pasien
merupakan seorang ibu rumah tangga, Pada visit preoperasi, didapatkan
pemeriksaan tanda vital didapatkan takikardia 110 kali per menit, dan hemodinamik
lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan jantung dan paru-
paru dalam batas normal, dari abdomen didapatkan tampak cembung, dengan usia
kehamilan 12 minggu. Dari pemeriksaan lab didapatkan anemia dengan Hb di 7,9
beta Hcg 921.5 elektrolit, faktor koagulasi dan profil thyroid dalam batas normal.
Pasien diklasifikasikan dengan American Society of Anesthesiologist (ASA) IIE.
. Di ruang operasi, digunakan teknik monitored anesthesia care. Selain persiapan
obat-obat sedasi, disiapkan juga airway management dan persiapan obat-obat
anestesi umum beserta mesin anestesi dan suction disertai obat-obatan emergency
apabila sewaktu-waktu dibutuhkan cepat. Ketika semua persiapan anestesi
dipastikan lengkap. Dilakukan monitored anesthesia care dengan fentanyl 75 mcg,
propofol 70mg dilanjutkan dengan sedasi 25-50mcg/kg/menit. Kuretase
berlangsung selama kurang lebih 30 menit dengan didapatkan jaringan mola dan
perdarahan 100cc. Intraoperasi kami monitoring dengan pulse oxymetri,
pengukuran tekanan darah noninvasive, dan 3 lead electrocardiogram, dan
pemasangan urin kateter sebagai monitoring urin output. Pasien sudah terpasang
infus Ringer Laktat dengan jarum No. 18G. Diberikan supplemental oksigen
dengan nasal canule 3 liter per menit. Pada monitor dengan tekanan darah 123/72
mmHg, frekuensi nadi 100 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, saturasi
oksigen 99%, gambaran EKG dengan sinus takikardi. Durante operasi
hemodinamik stabil dengan kisaran tekanan darah sistolik 105-120 mmHg, tekanan
darah diastolic 69-81 mmHg. Frekuensi nadi sekitar 77-92 kali/ menit, frekuensi
napas 18-21 kali/ menit dan saturasi oksigen 99% dengan nasal kanul 3 liter per
2
3
PEMBAHASAN
Mola Hidatidosa merupakan salah satu bentuk dari penyakit gestasional
trofoblastik. Pada kehamilan normal jaringan trophoblastik akan membentuk
plasenta, namun pada proliferasi yang abnormal dari trophoblastik akan
menghasilkan penyakit gestasional trophoblastik. Pada tahun 2003 WHO
mengklasifikasikan penyakit gestasional trophoblastik menjadi 8 kategori.1
4
5
Komplikasi medis akan muncul lebih banyak 25% pada pasien dengan
ukuran uterus lebih dari 14-16 minggu umur kehamilan. Meliputi hyperemesis
gravidarum, hipertensi gestasional, anemia, dan hyperthyroid. Diperlukan
pemeriksaan preoperative meliputi, pemeriksaan darah rutin, koagulasi, fungsi
renal dan fungsi hepar, kuantitative beta hCG, fungsi thyroid dan pemeriksaan
thorax. Hipertiroid muncul pada kehamilan molar yang tidak ditangani dengan
kadar beta hCG yang tinggi, ini diakibatkan oleh structural yang mirip antara beta
hCG dan TSH yang menghailkan aktivitas tirotropik dari beta hCG.1,2
Pemeriksaan preoperative pada pasien dengan kehamilan mola meliputi
komplikasi spesifik dari kehamilan mola, yaitu hiperemesis gravidarum, hipertensi
gestasional dan preeklampsia, anemia dan thyrotoxicosis. Konsiderasi utama dari
kehamilan mola yaitu perdarahan yang cepat dan banyak. Akses intravena dan
produk darah harus dengan cepat tersedia. Akses vena sentral diindikasikan pada
6
pasien dengan hipoksemia dan anemia berat, perdarahan berat, preeklampsia, dan
hipertiroid. Anestesia atau operasi dapat mencetuskan badai tiroid (sinus takikardi,
atrial fibrilasi, hipertermia, kolaps kardiovaskular) 1,2
Pada pasien dengan komplikasi seperti hipertiroid, eutiroid harus
diadaptkan dalam preoperative, pada kasus elektif dibutuhkan waktu 6 – 8 minggu
agar obat antitiroid menjadi efektif, obat lini utama pada hipertiroid berupa
Pasien dengan mola hidatidosa memiliki komplikasi yang cukup serius terhadap
pasien, salah satunya yaitu tirotoksikosis. Diperlukan asesmen preoperative untuk
menghindari terjadi tiroktoksikosis maupun badai tiroid. Pada kasus ini tidak
didapatkan tanda – tanda tiroktoksikosis maupun badai tiroid yang meliputi, laju
nadi yang tinggi, atrial fibrilasi, suhu tinggi, penurunan kesadaran, tanda – tanda
gagal jantung, dan gangguan gastrointestinal. Apabila pasien ditemukan dengan
tanda hipertiroid maka harus distabilkan terlebih dahulu dengan pengobatan
antitiroid, beta bloker, glukokortikoid dan terapi suportif.
Tindakan anestesi sedasi, total intravenous anesthesia (TIVA), anestesi
umum atau anesthesia regional dapat dilakukan untuk manajemen evakuasi jaringan
molar.Yang sangat penting dari manajemen anestesi adalah pencegahan
perioperatif terjadinya krisis tiroid dan mengontrol aktivitas simpatis sekunder
terhadap hipertiroid.Thyroid storm sering terjadi pada periode post operatif pada
keadaan hipertiroid yang tidak terkoreksi setelah operasi emergency.Terapi
meliputi penanganan terhadap tirotoksikosis dan penanganan suportif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chestnut DH, Chyntia AW, Tsen LC. Obstetric Anesthesia Principles and
Practice. Elsevier Saunders; 2014.
2. Khanna P, Kumar A, Dehran M. Gestational trophoblastic disease with
hyperthyroidism: Anesthetic Management. 2012. Diunduh 15 September 2019.
Tersedia dari
https://www.researchgate.net/publication/273799621_Gestational_trophoblasti
c_disease_with_hyperthyroidism_Anesthetic_management/link/57ec55fa08ae
bb1961ffab46/download
3. Hines RL, Marschall KE. Stoelting’s Anesthesia and co-existing disease. Edisi
ke-7. Philadelphia : Elsevier; 2018.
4. Kurdi MS. Trophoblastic Hypertyroidism and its perioperative concerns. 2014.
Diunduh 15 September 2019. Tersedia dari http://dx.doi.org/10.5772/57523
5. Swaminathan S, James RA, Chandran R, Joshi R. Anesthetic Implications of
Severe Hyperthyroid secondary to Molar Pregnancy. Anesthesia Essays and
Researches. 2017. Diunduh 15 September 2019. Tersedia dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5735464/?report=printable