Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOSARKOMA DI RUANG PERAWATAN ORTHOPEDI


TULIP 1B RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Leny Priyanti,S.Kep
11194692210140

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL LAPORAN : Osteosarkoma di Ruang Perawatan Orthopedi Tulip


1B RSUD Ulin Banjarmasin
NAMA MAHASISWA : Leny Priyanti, S.Kep
NIM : 11194692210140

Banjarmasin, Desember 2022

Menyetujui,
RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Abdul Wahab, S.Kep., Ns Rifa’atul Mahmudah, S.Kep.,Ns., MSN


NIP. 19830128 2010011007 NIK.1166062013061
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL LAPORAN : Osteosarkoma di Ruang Perawatan Orthopedi Tulip


1B RSUD Ulin Banjarmasin
NAMA MAHASISWA : Leny Priyanti, S.Kep
NIM : 11194692210140

Banjarmasin, Desember 2022

Menyetujui,
RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Abdul Wahab, S.Kep., Ns Rifa’atul Mahmudah, S.Kep.,Ns., MSN


NIP. 19830128 2010011007 NIK.1166062013061

Mengetahui,

Ketua Jurusan
Program Studi Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia

Muhammad Basit, S.Kep., Ns., MM


NIK. 166102012053
LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOSARKOMA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


a. Anatomi

Gambar 1. Anatomi Tulang

Bagian-bagian yang terdapat pada tulang, yaitu: foramen (lubang tempat


pembuluh darah, saraf dan ligamentum), fosa (lekukan di dalam/pada
permukaan tulang), prosesus (tonjolan), tuberkulum (tonjolan kecil),
tuberositas (tonjolan besar), trokanter (tonjolan besar, pada umumnya di
tulang femur), krista pinggir/tepi tulang, spina tonjolan tulang yang bentuknya
sedikit runcing, dan kaput dengan bagian ujung yang berbentuk lingkaran.
Nugroho, (2021).
b. Fisiologi
Tulang secara umum berfungsi sebagai formasi kerangka, sendi, tempat
perlengketan otot, pengungkit, penyokong berat badan, proteksi, hemopoiesis
(pembentukan sel darah merah pada bone marrow), fungsi imunologis, dan
tempat penyimpanan kalsium.
B. DEFINISI
. Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang
tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang
panjang, terutama lutut (Price, 1998). Osteosarkoma (sarkoma osteogenik)
adalah tumor yang muncul dari mesenkim  pembentuk tulang. (Wong, 2003).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal
ke paru. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering
ditemukan pada anak-anak. rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15
tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah
sama, tetapi padaakhir masa remaja penyakit ini lebih  banyak ditemukan
pada anak laki-laki (Smeltzer, 2001). Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas
pada sel mesenkim yang mempunyai kemampuan untuk membentuk osteoid
atau tulang yang imatur

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-
Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis
tinggi, Keturunan, Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti
penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001). Adapun faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun
setelah terjadinya injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap
sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan
maupun parah jarang menyebabkan osteosarcoma.

2. Ekstrinsik karsinogenik

Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi


dosis  juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini.
Salah satu contoh adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit
tulang seperti kista tulang aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun
dapat mengakibatkan osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk
penderita tuberculosis mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang
menjadi osteosarcoma.
4. Virus Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma
baru dilakukan  pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk
menemukan oncogenik virus pada osteosarcoma manusia tidak berhasil.
Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus
pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi,
dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh
dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa  pubertas.
Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas
bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.
5. Keturunan ( genetik

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi klinis
1. Osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana
kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian
tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. 
Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Tentang satu dari lima pasien
dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized pada
saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor
muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah
itu telah dirawat.  Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana
pertama kali atau mungkin datang kembali di bagian lain dari tubuh.
Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-paru.  Ketika
osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun
setelah perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi,
tetapi langka.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut Smeltzer
Suzanne C (2001) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin
parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas
penyakit)
2. Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas
3. keterbatasan gerak
4. kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang
mengerikan).
5. Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan,
dengan  peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
6. Kelelahan, anoreksi dan anemia.
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang
paling sering adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal
humerus
8. Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise
F. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau  penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi  penimbunan periosteum tulang yang
baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi  pertumbuhan tulang yang
abortif. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa
ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia.
Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan
ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak
diketahui. Ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan
osteosarkoma.Sel berdiferensiasi dengan pertumbuhan yang abnormal dan
cepat padatulang panjang akan menyebabkan munculnya neoplasma
(osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah  bervariasi. Bisa
berupa:

1. Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak


diinvasi oleh tumor.
2. Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru.

Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada
hasil pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang
berbentuk segitiga. Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai
bentuk keganasan tulang yang lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma;
tumor itusendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat
abortif. Gambaran seperti ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu
“sunburst”(pancaran sinar matahari). Reaksi tulang normal dengan respon
osteolitik dapat bermetastase ke paru- paru dan keadaan ini diketahui ketika
pasien pertama kali berobat. Jika belumterjadi  penyebaran ke paru-paru,
maka angka harapan hidup mencapai 60%. Tetapi jika sudah terjadi
penyebaran ke paru-paru merupakan angka mortalitastinggi.Tumor bisa
menyebabkan tulang menjadi lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor
disebut fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin.
Dapat juga terjadi  pembengkakan, dimana pada tumor mungkin teraba
hangat dan agak memerah (Smeltzer, Suzanne C,2019).

Osteosarcoma adalah
kanker tulang
G. PATHWAY

Fakor
Trauma Cidera Virus Onkigenik Genetik
lingkunganHerediter

Terpapar sinar

Radioaktif dan bahan 1. Nyeri dan sakit pada tulang atau sendi.
2. Gerakan tubuh terbatas.
Karsinogenik Kerusakan GEN
3. Rasa sakit saat disentuh, bengkak atau
benjolan di sekitar tulang atau di ujung
Kerusakan Terputusnya tulang.
integritas Kontinuitas 4. Pincang saat ada benjolan tumor di kaki.
Proplifeferasi sel tulang 5. Robekan tulang karena tulang tidak normal
kulit jaringan
atau patah selama gerakan rutin.
secara abnormal 6. Nyeri saat mengangkat. Ini terjadi ketika
Operasi benjolan ada di tangan Anda.
Neolasma
7. Biasanya tulang yang terkena oleh
Amputasi Tindakan medis Osteosarkoma Kerusakan struktur
jaringan

Cacat
permanent Jaringan-jaringan sekitar
Tulang lebih rapuh
di invasi oleh tumor
Hambatan
mobilitas
fisik Resiko fraktur
Peningkatan tekanan
Gangguan pada jaringan sekitar
citra tubuh

Resiko tinggi
cidera

Suplai jaringan menurun


Pembuluh darah tertekan dan Menekan syaraf
mudah untuk fraktur syarak sekitar Komplikasi :
1. Gangguan produksi
Antibodi
Ketidak efektifan 2. Infeksi akibat
perfusi jaringan Resiko kerusakan sumsum
Nyeri Akut
perifer pendarahan tulang
3. Fraktur patologis
4. Gangguan pada
ginjal dan
hematologis
5. Hilangnya anggota
1. Operasi
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Kemoterapi
Pemeriksaan Radiologi Biasanya gambaran radiogram dapat membantu
3. Radioterapi
4.
untuk menentukan keganasan relatif daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi
Rotationplasty
yang dilakukan untuk membantu . menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x
lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh tulang ( bone survey ) apabila
ada gambaran klinis yang mendukung adanya tumor ganas/ metastasis.
Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:  

1. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis,
diafisis, ataupada organ-organ tertentu.
2.  b.Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
3. Jenis tulang yang terkena.
4. Dapat memberikan gambaran sifat tumor,  Sifat tumor, apakah bersifat
uniform atau bervariasi, apakah memberikanreaksi  pada periosteum,
apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.
5. Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
Pemindaian radionuklida. Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan
pada lesi yang kecil seperti osteoma.  
6. CT-scan. Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang
keberadaantumor, apakah intraoseus atau ekstraoseus.
7. MRI MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada
dalam tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke
jaringan lunak.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti-
bodi,infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas
dan merupakan juga efek dari kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang dapat
menyokong eucopenia dan fraktur patologis,gangguan ginjal dan system
hematologis,serta hilangnya anggota ekstremitas.Komplikasi lebih lanjut
adalah adanya tanda- tanda apatis dan kelemahan

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat
dilakukan melalui tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal
dari pada tumor.  
2. Kemoterapi. Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker.
Efektif pada kanker yang sudah metastase. Dapat merusak sel normal.
Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan
osteosarkamo adalah kemoterapi preoperative (preoperative
chemotherapy) yang disebut juga dengan induction chemotherapy atau
neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi  postoperative (postoperative
chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor
primernya, sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan
pengobatan secara dini terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini
akan membantu mempermudah melakukan operasi reseksi secara luas
dari tumor dan sekaligus masih dapat mempertahankan ekstrimnya.
Pemberian kemoterapi posperatif paling baik dilakukan secepat mungkin
sebelum 3 minggu setelah operasi. Obat-obat kemoterapi yang
mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma adalah : doxorubicin
(Andriamycin), cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna (Rheumatrex).
Protocol standar yang digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin dengan
atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi
(neoadjuvant) atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah
dengan ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini,
dengan dosis yang intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap
survival rate 60-80%.
3. Radiasi. Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis.
Apabila fibrosisini timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di
daerah yang dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia.
Kadang-kadang akibat fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah distal
dari prosesfibrosis tersebut. Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral
akan menghasilkan nyeri disertai  perubahan motorik dan sensorik serta
limfedema di kedua tungkai.
4. Analgesik atau tranquiser. Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi
serta bila perlu narkotika.
5. Diet tinggi protein tinggi kalori

K. Tindakan Keperawatan
1. Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik
relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan
farmakologi ( pemberian analgetika ).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif Motivasi klien dan keluarga
untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara
moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli  psikologi atau
rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat Berkurangnya nafsu makan, mual,
muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi,
sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik
relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi
parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatan Pasien dan keluarga diberikan pendidikan
kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi,
dan teknik perawatan luka di rumah.
L. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Rencana Tindakan Keperawatan
NO DIAGNOSA
SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Label : Manajemen Nyeri
Agen Pencidera tindakan dalam waktu 1 (1.08238)
Fisik x 24 jam masalah Observasi
(D.0077) Hal.172 pasien dapat teratasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan kriteria Hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
Label : Kontrol Nyeri intensitas nyeri
(L.08063) 2. Identifikasi skala nyeri
1. Pasien mampu 3. Identifikasi factor yang
melaporkan nyeri memperberat dan memperingan
terkontrol nyeri
2. Pasien mampu 4. Monitor keberhasilan terapi
menggunakan teknik komplementer yang sudah
non farmakologi untuk diberikan
mengurangi nyeri 5. Monitor efek samping
3. Pasien tidak penggunaan analgetik
mengeluh nyeri lagi Terapeutik
- 1. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Fisik Label : Dukungan Ambulasi
mobilitas fisik (L.05042) (I.06171)
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan tindakan selama 2x24 1. Identifikasi adanya nyeri dan
meningkatnya jam mobilitas fisik keluhan fisik lainnya
metabolisme dapat teratasi dengan 2. Identifikasi toleransi fisik
dibuktikan kriteria hasil: melakukan ambulasi
dengan Klien 1. Penggerakan Terapeutik
mengatakan nyeri ekstermitas meningkat 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
saat 2. Kekuatan otot dengan alat bantu
bergerak, meningkat 2. Fasilitasi mobilitas fisik
Kekuatan otot 3. ROM meningkat 3. Libatkan keluarga dalam
menurun, 4. Nyeri menurun membantu
Gerakan 5. Gerakan tervatas
terbatas, Fisik menurun
lemah (D.0054) 6. Kelemahan fisik
Hal.124 menurun
3. Risiko Cedera Setelah dilakukan Label: Pencegahan cedera
(D.0136) Hal.294 tindakan keperawatan (i.14537)
1x24 jam diharapkan Observasi
tingkat cedera 1. Identifikasi area lingkungan
menurundengan kriteria yang berpotensi menyebabkan
hasil : cedera
Label : Tingkat
Terapeutik
Cedera (L.14136)
1. Gunakan pengaan tempat tidur
1. Kejadian cedera
sesuai dengan kebijakan
dari sedang ke
fasilitas pelayanan kesehatan
cukup meningkat
2. Diskusikan bersama anggota
2. Ekspresi wajah
keluarga yang dapat
kesakitan dari
mendampingi pasien
sedang ke cukup
meningkat
3. Pola istirahat/tidur
dari sedang ke
cukup meningkat Edukasi
1. Jelaskan
alasan
intervens
i
pencega
han jatuh
ke
pasien
dan
keluarga
2. Anjurkan
berganti
posisi
secara
perlahan
dan
duduk
selama
beberap
a menit
sebelum
berdiri

4. Risiko Infeksi Setelah dilakukan Label : Pencegahan Infeksi


(D.0142) Hal.304 tindakan dalam waktu 3 (1.14539)
x 24 jam masalah Observasi (O)
pasien dapat teratasi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
dengan kriteria Hasil : lokal dan sistemik
Label : Kontrol Risiko 2. Monitor perubahan status
(L.14128) kesehatan TTV dan hasil Lab
1. Kemampuan
mencari informasi Terapeutik (N)
tentang faktor risiko 1. Berikan perawatan kulit pada
infeksi area local
2. Kemampuan 2. Cuci tangan sebelum dan
mengidentifikasi faktor sesudah kontak dengan pasien
risiko infeksi dan lingkungan pasien
3. Kemampuan Edukasi (E)
menghindari faktor 1. Jelaskan tanda dan gejala
risiko infeksi infeksi
4. Penggunaan fasilitas 2. Ajarkan cara mencuci tangan
kesehatan dengan benar
5. Pantau perubahan 3. Ajarkan cara memeriksa kondisi
status kesehatan (hasil luka atau luka operasi
Laboratorium) Kolaborasi (C)
1. Kolaborasi pemberian imunisasi
atau antibiotik, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Amanda. 2019.  Laporan Pendahuluan Askep


Osteosarkomahttps://id.scribd.com/doc/168720911/Laporan-Pendahuluan-
Osteosarcoma. Diakses tanggal 19 Desember 2014. Pukul 21.05 wita.

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Edisi 8. Jakarta: EGC. Corwin, Elizabeth J. 2019.

HadamingElvi.2019. AskepOsteosarkomahttp://
evyhadaming.blogspot.com/2014/04/askep-osteosarkoma.html. diakses
tanggal 19 Desember 2014. Pukul 20.00 wita Kurniasih,

 Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin. Jakarta: EGC.


Doenges, E, Marilyn. 2019. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai