DENGAN OSTEOSARKOMA
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Adapun
faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun
setelah terjadinya injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat
dianggap sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat
trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan
melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya
osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah radium. Radiasi yang
diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal,
fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan
osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru
dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan
oncogenik virus pada osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun
beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel
osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi, dan
faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh
dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa
pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun
belum jelas bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan
osteosarcoma.
5. Keturunan ( genetik )
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut
Smeltzer Suzanne C (2011) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin
parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit)
2. Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas
3. keterbatasan gerak
4. kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang
mengerikan).
5. Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan,
dengan peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
6. Kelelahan, anoreksi dan anemia.
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang
paling sering adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal
humerus
8. Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam,
berat badan menurun dan malaise
D. PATHOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh
sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu
proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau
proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses
osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum
tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan
tulang yang abortif.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa
ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas
tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat
yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti
jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling
dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui
dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis
epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya
tidak diketahui. Ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan
osteosarkoma.Sel berdiferensiasi dengan pertumbuhan yang abnormal dan
cepat padatulang panjang akan menyebabkan munculnya neoplasma
(osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah bervariasi.
Bisa berupa:
1. Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan
lunak diinvasi oleh tumor.
2. Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang
baru.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan
pada hasil pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang
berbentuk segitiga. Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada
berbagai bentuk keganasan tulang yang lain, tetapi bersifat khas untuk
osteosarkoma; tumor itusendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan
tulang yang bersifat abortif. Gambaran seperti ini pada radiogram akan
terlihat sebagai suatu “sunburst”(pancaran sinar matahari).
Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke
paru- paru dan keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat.
Jika belumterjadi penyebaran ke paru-paru, maka angka harapan hidup
mencapai 60%. Tetapi jika sudah terjadi penyebaran ke paru-paru
merupakan angka mortalitastinggi.Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi
lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis
dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin. Dapat juga terjadi
pembengkakan, dimana pada tumor mungkin teraba hangat dan agak
memerah (Smeltzer, Suzanne C,2011).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan
keganasan relatif daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x
lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh tulang ( bone survey )
apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya tumor
ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran
tentang:
a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis,
metafisis, diafisis, ataupada organ-organ tertentu.
b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
c. Jenis tulang yang terkena.
d. Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
e. Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi
atau tidak.
f. Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah
memberikanreaksi pada periosteum, apakah jaringan lunak di
sekitarnya terinfiltrasi.
g. Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Pemindaian radionuklida.
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti
osteoma.
b. CT-scan.
Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang
keberadaantumor, apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI
MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada
dalam tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke
jaringan lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/
penunjang dalam membantumenegakkan diagnosis tumor.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
a. Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum,
fosfatase asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada tumor
ganas tulang.
b. Urine . Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein
Bence-Jones.
3. Biopsi
Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup
untuk pemeriksaanhistologist, untuk membantu menetapkan diagnosis
serta grading tumor. Waktu pelaksanaanbiopsi sangat penting sebab
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologi yangdipergunakan
pada grading. Apabila pemeriksaan CT-scan dilakukan setelah biopsi,
akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang memberikan kesan
gambaran suatu keganasanpada jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :
a. Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle
aspiration, FNA) dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan
salah satu biopsi untuk melakukandiagnosis pada tumor.
b. Biopsi terbuka.
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif.
Keunggulan biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup,
yaitu dapat mengambil jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan
histologis dan pemeriksaanultramikroskopik, mengurangi kesalahan
pengambilan jaringan, dan mengurangikecenderungan perbedaan
diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti antara enkondroma
dan kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi
terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan
pada prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block .
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti-
bodi,infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang
luas dan merupakan juga efek dari kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang
dapat menyokong terjadinya leucopenia dan fraktur patologis,gangguan
ginjal dan system hematologis,serta hilangnya anggota
ekstremitas.Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda – tanda apatis
dan kelemahan.
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengankat jaringan
maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
Penatalaksanaan yang bisa diberikan:
1. Tindakan Medis
a. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat
dilakukan melalui tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal
dari pada tumor.
b. Kemoterapi.
Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada
kanker yang sudah metastase. Dapat merusak sel normal.
Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan
osteosarkamo adalah kemoterapi preoperative (preoperative
chemotherapy) yang disebut juga dengan induction chemotherapy atau
neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi postoperative (postoperative
chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor
primernya, sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan
pengobatan secara dini terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan
ini akan membantu mempermudah melakukan operasi reseksi secara
luas dari tumor dan sekaligus masih dapat mempertahankan ekstrimnya.
Pemberian kemoterapi posperatif paling baik dilakukan secepat
mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi.
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk
osteosarkoma adalah : doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol),
ifosfamide (Ifex), mesna (Rheumatrex). Protocol standar yang
digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa
methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi (neoadjuvant)
atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan ifosfamide.
Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang
intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate 60-80%.
c. Radiasi.
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila
fibrosisini timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di
daerah yang dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia.
Kadang-kadang akibat fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah
distal dari prosesfibrosis tersebut. Misalnya fibrosis dari pleksus
lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai perubahan motorik dan
sensorik serta limfedema di kedua tungkai.
d. Analgesik atau tranquiser.
Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori.
2. Tindakan Keperawatan
a) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas
dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi (
pemberian analgetika ).
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka,
dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk
berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.
d) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka di rumah.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data pasien yang harus dikaji mencakup beberapa hal yaitu:
1. Identitas Pasien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai,
pekerjaan, penghasilan dan alamat.
2. Riwayat Penyakit Terdahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang
berat/penyakit tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada
kesehatan sekarang, kaji adanya trauma prosedur operatif dan
penggunaan obat-obatan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien
mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak,
Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang dialami klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara
langsung dengan gangguan hormonal seperti gangguan pertumbuhan
dan perkembangan.
5. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang Mungkin Terganggu
a) Bernapas
Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk
dengan atau tanpa sputum.
Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif.
b) Makan dan Minum
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi
lemak, aditif, dan bahan pengawet), Anoreksia, mual/muntah,
Intoleransi makanan.
Tanda: Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat,
kaheksia, berkurangnya massa otot, Perubahan pada
kelembapan/turgor kulit, edema.
c) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri
saat defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau
rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.
d) Aktifitas
Gejala: Kelemahan, malaise.
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak, Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen,
tingkat stress tinggi
e) Istirahat Tidur
Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam
hari
Tanda : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
f) Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi.
g) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri
akibat kelemahan yang dialami.
h) Nyaman
Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat
atau dangkal.
Tanda : Perilaku hati – hati (distraksi), gelisah, jalan pincang
i) Keamanan
Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik,
karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak
sendi, Ruam kulit, ulserasi.
j) Komunikasi dan Sosialisasi
Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.
k) Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya
serta apa pemicu munculnya stroke tersebut.
l) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah
karena mengalami kelemahan dan mengikuti prosedur pengobatan
m) Prestasi
n) Spiritual
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik atau inflamasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya tumor
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
dan kerusakan muskuloskeletal
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status
kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan
jaringan
7. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan
dengan hipermetabolik
8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi
9. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
C. INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencanca keperawatan yang
telah disusun. Selama implementasi perhatikan respon klien dan
dokumentasikan.
E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita
rencanakan telah tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Made Andri Yusnita Sari
P07120012021
TINGKAT 3.1 REGULER
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2014