Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN OSTEOSARKOMA

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. PENGERTIAN
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang
tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang
panjang, terutama lutut (Price, 2010).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang. (Wong, 2013).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer
maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis
hematogen awal ke paru. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang
paling sering ditemukan pada anak-anak. rata-rata penyakit ini terdiagnosis
pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak
perempuan adalah sama, tetapi padaakhir masa remaja penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada anak laki-laki (Smeltzer, 20011).

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Adapun
faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun
setelah terjadinya injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat
dianggap sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat
trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan
melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya
osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah radium. Radiasi yang
diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal,
fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan
osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru
dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan
oncogenik virus pada osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun
beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel
osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi, dan
faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh
dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa
pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun
belum jelas bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan
osteosarcoma.
5. Keturunan ( genetik )

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut
Smeltzer Suzanne C (2011) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin
parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit)
2. Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas
3. keterbatasan gerak
4. kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang
mengerikan).
5. Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan,
dengan peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
6. Kelelahan, anoreksi dan anemia.
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang
paling sering adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal
humerus
8. Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam,
berat badan menurun dan malaise

D. PATHOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh
sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu
proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau
proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses
osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum
tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan
tulang yang abortif.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa
ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas
tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat
yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti
jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling
dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui
dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis
epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya
tidak diketahui. Ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan
osteosarkoma.Sel berdiferensiasi dengan pertumbuhan yang abnormal dan
cepat padatulang panjang akan menyebabkan munculnya neoplasma
(osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah bervariasi.
Bisa berupa:
1. Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan
lunak diinvasi oleh tumor.
2. Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang
baru.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan
pada hasil pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang
berbentuk segitiga. Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada
berbagai bentuk keganasan tulang yang lain, tetapi bersifat khas untuk
osteosarkoma; tumor itusendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan
tulang yang bersifat abortif. Gambaran seperti ini pada radiogram akan
terlihat sebagai suatu “sunburst”(pancaran sinar matahari).
Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke
paru- paru dan keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat.
Jika belumterjadi penyebaran ke paru-paru, maka angka harapan hidup
mencapai 60%. Tetapi jika sudah terjadi penyebaran ke paru-paru
merupakan angka mortalitastinggi.Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi
lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis
dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin. Dapat juga terjadi
pembengkakan, dimana pada tumor mungkin teraba hangat dan agak
memerah (Smeltzer, Suzanne C,2011).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan
keganasan relatif daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x
lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh tulang ( bone survey )
apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya tumor
ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran
tentang:
a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis,
metafisis, diafisis, ataupada organ-organ tertentu.
b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
c. Jenis tulang yang terkena.
d. Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
e. Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi
atau tidak.
f. Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah
memberikanreaksi pada periosteum, apakah jaringan lunak di
sekitarnya terinfiltrasi.
g. Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Pemindaian radionuklida.
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti
osteoma.
b. CT-scan.
Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang
keberadaantumor, apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI
MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada
dalam tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke
jaringan lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/
penunjang dalam membantumenegakkan diagnosis tumor.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
a. Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum,
fosfatase asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada tumor
ganas tulang.
b. Urine . Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein
Bence-Jones.
3. Biopsi
Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup
untuk pemeriksaanhistologist, untuk membantu menetapkan diagnosis
serta grading tumor. Waktu pelaksanaanbiopsi sangat penting sebab
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologi yangdipergunakan
pada grading. Apabila pemeriksaan CT-scan dilakukan setelah biopsi,
akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang memberikan kesan
gambaran suatu keganasanpada jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :
a. Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle
aspiration, FNA) dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan
salah satu biopsi untuk melakukandiagnosis pada tumor.
b. Biopsi terbuka.
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif.
Keunggulan biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup,
yaitu dapat mengambil jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan
histologis dan pemeriksaanultramikroskopik, mengurangi kesalahan
pengambilan jaringan, dan mengurangikecenderungan perbedaan
diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti antara enkondroma
dan kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi
terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan
pada prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block .

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti-
bodi,infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang
luas dan merupakan juga efek dari kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang
dapat menyokong terjadinya leucopenia dan fraktur patologis,gangguan
ginjal dan system hematologis,serta hilangnya anggota
ekstremitas.Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda – tanda apatis
dan kelemahan.

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengankat jaringan
maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
Penatalaksanaan yang bisa diberikan:

1. Tindakan Medis
a. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat
dilakukan melalui tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal
dari pada tumor.
b. Kemoterapi.
Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada
kanker yang sudah metastase. Dapat merusak sel normal.
Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan
osteosarkamo adalah kemoterapi preoperative (preoperative
chemotherapy) yang disebut juga dengan induction chemotherapy atau
neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi postoperative (postoperative
chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor
primernya, sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan
pengobatan secara dini terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan
ini akan membantu mempermudah melakukan operasi reseksi secara
luas dari tumor dan sekaligus masih dapat mempertahankan ekstrimnya.
Pemberian kemoterapi posperatif paling baik dilakukan secepat
mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi.
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk
osteosarkoma adalah : doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol),
ifosfamide (Ifex), mesna (Rheumatrex). Protocol standar yang
digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa
methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi (neoadjuvant)
atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan ifosfamide.
Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang
intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate 60-80%.
c. Radiasi.
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila
fibrosisini timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di
daerah yang dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia.
Kadang-kadang akibat fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah
distal dari prosesfibrosis tersebut. Misalnya fibrosis dari pleksus
lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai perubahan motorik dan
sensorik serta limfedema di kedua tungkai.
d. Analgesik atau tranquiser.
Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori.

2. Tindakan Keperawatan
a) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas
dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi (
pemberian analgetika ).
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka,
dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk
berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.
d) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka di rumah.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data pasien yang harus dikaji mencakup beberapa hal yaitu:
1. Identitas Pasien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai,
pekerjaan, penghasilan dan alamat.
2. Riwayat Penyakit Terdahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang
berat/penyakit tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada
kesehatan sekarang, kaji adanya trauma prosedur operatif dan
penggunaan obat-obatan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien
mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak,
Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang dialami klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara
langsung dengan gangguan hormonal seperti gangguan pertumbuhan
dan perkembangan.
5. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang Mungkin Terganggu
a) Bernapas
Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk
dengan atau tanpa sputum.
Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif.
b) Makan dan Minum
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi
lemak, aditif, dan bahan pengawet), Anoreksia, mual/muntah,
Intoleransi makanan.
Tanda: Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat,
kaheksia, berkurangnya massa otot, Perubahan pada
kelembapan/turgor kulit, edema.
c) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri
saat defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau
rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.
d) Aktifitas
Gejala: Kelemahan, malaise.
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak, Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen,
tingkat stress tinggi
e) Istirahat Tidur
Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam
hari
Tanda : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
f) Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi.
g) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri
akibat kelemahan yang dialami.
h) Nyaman
Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat
atau dangkal.
Tanda : Perilaku hati – hati (distraksi), gelisah, jalan pincang
i) Keamanan
Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik,
karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak
sendi, Ruam kulit, ulserasi.
j) Komunikasi dan Sosialisasi
Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.
k) Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya
serta apa pemicu munculnya stroke tersebut.
l) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah
karena mengalami kelemahan dan mengikuti prosedur pengobatan
m) Prestasi
n) Spiritual

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik atau inflamasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya tumor
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
dan kerusakan muskuloskeletal
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status
kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan
jaringan
7. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan
dengan hipermetabolik
8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi
9. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

C. INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri akut NOC: NIC:
berhubungan dengan 1. Pain level Pain Manajement
obstruksi jaringan 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian
saraf atau inflamasi. 3. Comfort level nyeri secara
Kriteria Hasil : komprehensif termasuk
1. Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
nyeri,mampu kualitas dan faktor
menggunakan teknik presipitasi.
non farmakologi untuk 2. Observasi reaksi non
mengurangi nyeri) verbal dan
2. Melaporkan bahwa ketidaknyamanan,
nyeri berkurang dengan seperti pasien tampak
menggunakan meringis, dan
manajemen nyeri memegangi bagian tubuh
3. Mampu mengenali yang sakit.
nyeri 3. Gunakan tehnik
(skala,intensitas,frekue komunikasi terapeutik
nsi, dan tanda nyeri) untuk mengetahui
4. Menyatakan rasa pengalaman nyeri
nyaman setelah nyeri pasien.
berkurang 4. Kontrol lingkungan yang
dapat menpengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan.
5. Kurangi faktor
presipitasi nyeri.
6. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi (analgetik),
dan non – farmakologi
(relaksasi nafas dalam)
7. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi.
8. Ajarkan tentang tehnik
non – farmakologi.
9. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
2 Gangguan citra NOC: NIC:
tubuh berhubungan 1. Body Image Body Image Enhancement
dengan adanya 2. Self esteem 1. Diskusikan dengan
tumor Kriteria Hasil: klien tentang perubahan
1. Body image positif dirinya
2. Mampu 2. Bantu klien dalam
mengidentifikasi memutuskan tingkat
kekuatan personal actual perubahan dalam
3. Mendiskripsikan tubuh atau level fungsi
secara faktual tubuh
perubahan fungsi 3. Monitor frekuensi
tubuh pernyataan klien
4. Mempertahankan 4. Berikan dukungan dan
interaksi sosial suport mental serta
spiritual.
5. Libatkan keluarga
untuk memberikan
dukungan sacara mental
dan spiritual

3 Hambatan NOC : NIC :


1. Joint Movement :
mobilitas fisik Exercise therapy :
Active
berhubungan ambulation
2. Mobility Level
dengan 1. Monitoring vital sign
3. Self care : ADLs
penurunan sebelm/sesudah latihan dan
4. Transfer performance
kekuatan dan lihat respon pasien saat
Kriteria hasil:
kerusakan latihan
1. Klien meningkat
muskuloskeletal 2. Konsultasikan dengan
dalam aktivitas fisik terapi fisik tentang rencana
2. Mengerti tujuan dari ambulasi sesuai dengan
peningkatan mobilitas kebutuhan
3. Memverbalisasikan 3. Bantu klien untuk
perasaan dalam menggunakan tongkat saat
meningkatkan kekuatan berjalan dan cegah
dan kemampuan terhadap cedera
berpindah 4. Ajarkan pasien atau tenaga
4. Memperagakan kesehatan lain tentang
penggunaan alat Bantu teknik ambulasi
untuk mobilisasi 5. Kaji kemampuan pasien
(walker) dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs
1. Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
2. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

4 Ansietas NOC: NIC:


berhubungan dengan Penurunan Kecemasan
 Anxiety self control
ancaman kematian 1. Gunakan pendekan
 Anxiety level
dan perubahan status yang menyenangkan
kesehatan  Coping 2. Nyatakan dengan jelas
Kriteria hasil : harapan terhadap
1. Klien mampu pelaku pasien
mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua
mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
cemas. dirasakan selama
2. Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan 4. Temani pasien untuk
menunjukkan teknik memberikan keamanan
untuk mengontrol cemas. dan mengurangi takut
3. Vital sign dalam batas 5. Dengarkan dengan
normal penuh perhatian
4. Postur tubuh, ekspresi 6. Identifikasi tingkat
wajah, bahasa tubuh, dan kecemasan
tingkat aktivitas 7. Bantu pasien mengenal
menunjukkan situasi yang
berkurangnya menimbulkan
kecemasan. kecemasan
8. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
9. Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

5 Resiko cedera NOC: NIC :


berhubungan dengan 1. Risk Kontrol Enviroment Management
tumor Kriteria Hasil: (Manajemen Lingkungan)
1. Klien terbebas dari 1. Indentifikasi kebutuhan
cidera keamanan pasien
2. Klien mampu berdasarkan level fisik
menjelaskan dan fungsi koognitif serta
cara/metode untuk riwayat kebiasaan
mencegah sebelumnya.
injury/cidera 2. Indentifikasi benda-
3. Klien mampu benda beresiko di
menjelaskan faktor lingkungan.
resiko dari 3. Pindahkan benda-benda
lingkungan/perilaku berbahaya dari
personal lingkungan pasien.
4. Mampu 4. Modifikasi lingkungan
menggunakan meminimalisir bahaya
fasilitas kesehatan dan resiko.
yang ada 5. Siapkan pasien dengan
telfon emergency.
6. Beritahu pasien terhadap
resiko individual dan
kelompok mengenai
bahaya dan resiko.
7. Kolaborasikan dengan
petugas lain untuk
meningkatakan
keamanan lingkungan.
6 Resiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan dengan 1. Immune Status Infection Control
penyakit kronis dan 2. Knowledge : Infection 1. Pertahankan teknik
kerusakan jaringan control aseptif
3. Risk control 2. Batasi pengunjung bila
Kriteria Hasil : perlu
1. Klien bebas dari tanda 3. Cuci tangan setiap
dan gejala infeksi sebelum dan sesudah
2. Menunjukkan tindakan keperawatan
kemampuan untuk 4. Gunakan baju, sarung
mencegah timbulnya tangan sebagai alat
infeksi pelindung
3. Jumlah leukosit dalam 5. Ganti letak IV perifer
batas normal dan dressing sesuai
4. Menunjukkan perilaku dengan petunjuk umum
hidup sehat 6. Gunakan kateter
v intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
7. Tingkatkan intake
nutrisi
Infection Protection
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Pertahankan teknik
isolasi k/p
3. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
4. Monitor adanya luka
5. Dorong masukan cairan
6. Dorong istirahat
7. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
8. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia
setiap 4 jam

7 Resiko NOC : NIC :


ketidakseimbangan 1. Nutritional Status Nutrision Management
nutrisi kurang dari 2. Nutritional Status : food 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan yang and fluid intake makanan
berhubungan dengan 3. Nutritional Status : 2. Kolaborasi dengan ahli
hipermetabolik nutrient intake gizi untuk menentukan
4. Weight control jumlah kalori dan nutrisi
Kriteria Hasil : yang dibutuhkan pasien
1. Adanya peningkatan 3. Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tujuan 4. Anjurkan pasien untuk
2. Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein dan
dengan tinggi badan vitamin C
3. Mampu mengidentifikasi 5. Monitor jumlah nutrisi dan
kebutuhan nutrisi kandungan kalori
4. Tidak ada tanda-tanda 6. Berikan informasi tentang
malnutrisi kebutuhan nutrisi
5. Menunjukkkan 7. Kaji kemempuan pasien
peningkatan fungsi untuk mendapatkan nutrisi
pengecapan dari menelan yang dibutuhkan
Tidak terjadi penurunan Nutrition Monitoring
berat badan yang berarti 1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang bisa
dilakukan
4. Monitor lingkungan
selama makan
5. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
6. Monitor mual muntah
7. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor kalori dan intake
nutrisi
8 Resiko kerusakan NOC: NIC :
integritas kulit
1. Tissue Integrity : Pressure Management
berhubungan dengan
Skin and Mucous
efek radiasi
1. Anjurkan pasien untuk
Membranes
menggunakan pakaian
2. Hemodyalis Akses
yang longgar
Kriteria Hasil : 2. Hindari kerutan padaa
tempat tidur
1. Integritas kulit yang
3. Jaga kebersihan kulit
baik bisa
agar tetap bersih dan
dipertahankan
kering
2. Melaporkan adanya
4. Mobilisasi pasien (ubah
gangguan sensasi
posisi pasien) setiap
atau nyeri pada
dua jam sekali
daerah kulit yang
5. Monitor kulit akan
mengalami
adanya kemerahan
gangguan
6. Oleskan lotion atau
3. Menunjukkan
minyak/baby oil pada
pemahaman dalam
derah yang tertekan
proses perbaikan
7. Monitor aktivitas dan
kulit dan mencegah
mobilisasi pasien
terjadinya sedera
8. Monitor status nutrisi
berulang
pasien
4. Mampu melindungi
9. Memandikan pasien
kulit dan
dengan sabun dan air
mempertahankan
hangat
kelembaban kulit
10. Inspeksi kulit terutama
pada tulang-tulang yang
dan perawatan alami menonjol dan titik-titik
tekanan ketika merubah
posisi pasien.
11. Jaga kebersihan alat
tenun.

9 Defisit pengetahuan NOC: NIC:


berhubungan dengan 1. Kowlwdge : disease Teaching : Disease Process
kurangnya informasi process 1. Kaji tingkat pengetahuan
2. Kowledge : health pasien dan keluarga
Behavior 2. Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan
Kriteria hasil: bagaimana hal ini
1. Pasien dan keluarga berhubungan dengan
menyatakan anatomi dan fisiologi,
pemahaman tentang dengan cara yang tepat.
penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan
prognosis dan gejala yang biasa muncul
program pengobatan pada penyakit, dengan
2. Pasien dan keluarga cara yang tepat
mampu 4. Gambarkan proses
melaksanakan penyakit, dengan cara
prosedur yang yang tepat
dijelaskan secara 5. Identifikasi kemungkinan
benar penyebab, dengan cara
3. Pasien dan keluarga yang tepat
mampu menjelaskan 6. Sediakan informasi pada
kembali apa yang pasien tentang kondisi,
dijelaskan dengan cara yang tepat
perawat/tim 7. Sediakan bagi keluarga
kesehatan lainnya informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat

D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencanca keperawatan yang
telah disusun. Selama implementasi perhatikan respon klien dan
dokumentasikan.

E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita
rencanakan telah tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta:


EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin.
Jakarta: EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 .Jakarta : EGC
Hadaming, Elvi. 2014. Askep Osteosarkoma.
http://evyhadaming.blogspot.com/2014/04/askep-osteosarkoma.html.
diakses tanggal 19 Desember 2014. Pukul 20.00 wita
Kurniasih, Amanda. 2013. Laporan Pendahuluan Askep Osteosarkoma.
https://id.scribd.com/doc/168720911/Laporan-Pendahuluan-
Osteosarcoma. Diakses tanggal 19 Desember 2014. Pukul 21.05 wita.
Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG
Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta : ECG
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN OSTEOSARCOMA

Oleh :
Made Andri Yusnita Sari
P07120012021
TINGKAT 3.1 REGULER

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2014

Anda mungkin juga menyukai