Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOSARKOMA

Oleh:
NAMA :ARNOLDUS KOEN
NIM : 191111003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
2022
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut (Price, 1998).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. (Wong, 2003).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.
rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-
laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi padaakhir masa remaja penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada anak laki-laki (Smeltzer, 2001).

Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai
kemampuan untuk membentuk osteoid atau tulang yang imatur.

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat
meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, Keturunan,
Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan
radiasi ), (Smeltzer. 2001).
Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab
utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang
menyebabkan osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga diduga
merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah radium. Radiasi
yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal, fibrous displasia,
setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan
pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada
osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan
adanya partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan
kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya
ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa
pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas
bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.
5. Keturunan ( genetik )

C. PATHOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada
ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor
terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring
dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau
kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor
ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya;
garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak diketahui. Ada
beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan osteosarkoma.Sel berdiferensiasi dengan
pertumbuhan yang abnormal dan cepat padatulang panjang akan menyebabkan munculnya
neoplasma (osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah bervariasi. Bisa
berupa:
1. Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi
oleh tumor.
2. Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru. Periosteum
tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada
hasil pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga.
Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasan tulang yang
lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma; tumor itusendiri dapat menghasilkan suatu
pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Gambaran seperti ini pada radiogram akan
terlihat sebagai suatu “sunburst”(pancaran sinar matahari).

Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke paru- paru dan
keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat. Jika belumterjadi penyebaran ke
paru-paru, maka angka harapan hidup mencapai 60%. Tetapi jika sudah terjadi penyebaran
ke paru-paru merupakan angka mortalitastinggi.Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi
lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis dan seringkali
terjadi setelah suatu gerakan rutin. Dapat juga terjadi pembengkakan, dimana pada tumor
mungkin teraba hangat dan agak memerah (Smeltzer, Suzanne C,2001).

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut Smeltzer Suzanne C
(2001) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada
malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
2. Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
3. keterbatasan gerak
4. kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang mengerikan).
5. Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan, dengan
peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
6. Kelelahan, anoreksi dan anemia.
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering
adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus
8. Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan
relatif daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei
seluruh tulang ( bone survey ) apabila ada gambaran klinis yang mendukung
adanya tumor ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran
tentang:
a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis,
ataupada organ-organ tertentu.
b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
c. Jenis tulang yang terkena.
d. Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
e. Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.
f. Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikanreaksi
pada periosteum, apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.
g. Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.

a. Pemindaian radionuklida.
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti osteoma.
b. CT-scan.
Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaantumor,
apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI
MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada dalam
tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang dalam
membantumenegakkan diagnosis tumor.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
a. Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase
asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang.
b. Urine . Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-
Jones.
3. Biopsi
Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk
pemeriksaanhistologist, untuk membantu menetapkan diagnosis serta grading
tumor. Waktu pelaksanaanbiopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan radiologi yangdipergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CT-
scan dilakukan setelah biopsi, akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang
memberikan kesan gambaran suatu keganasanpada jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :
a. Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle aspiration,
FNA) dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk
melakukandiagnosis pada tumor.
b. Biopsi terbuka.
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan
biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil
jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologis dan
pemeriksaanultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan,
dan mengurangikecenderungan perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor
ganas (seperti antara enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan
osteosarkoma). Biopsi terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan
kesulitan pada prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block .

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti- bodi,infeksi
yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga
efek dari kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang dapat menyokong terjadinya
leucopenia dan fraktur patologis,gangguan ginjal dan system hematologis,serta
hilangnya anggota ekstremitas.Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda – tanda
apatis dan kelemahan.

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna
dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.

Penatalaksanaan yang bisa diberikan:

1. Tindakan Medis
a. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat dilakukan melalui
tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal dari pada tumor.
b. Kemoterapi.
Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker yang
sudah metastase. Dapat merusak sel normal.
Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan osteosarkamo
adalah kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy) yang disebut juga
dengan induction chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi
postoperative (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant
chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya,
sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara dini
terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah
melakukan operasi reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus masih dapat
mempertahankan ekstrimnya. Pemberian kemoterapi posperatif paling baik
dilakukan secepat mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi.
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma
adalah : doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna
(Rheumatrex). Protocol standar yang digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin
dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi
(neoadjuvant) atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan
ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang
intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate 60-80%.
c. Radiasi.
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila fibrosisini
timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang
dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia. Kadang-kadang akibat
fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah distal dari prosesfibrosis tersebut.
Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai
perubahan motorik dan sensorik serta limfedema di kedua tungkai.
d. Analgesik atau tranquiser.
Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori.

2. Tindakan Keperawatan
a) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli
psikologi atau rohaniawan.
c) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Data pasien yang harus dikaji mencakup beberapa hal yaitu:
1. Identitas Pasien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.

2. Riwayat Penyakit Terdahulu


Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat/penyakit
tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang, kaji adanya
trauma prosedur operatif dan penggunaan obat-obatan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien mengatakan susah
untuk beraktifitas/keterbatasan gerak, Mengungkapkan akan kecemasan akan
keadaannya
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti
yang dialami klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan
gangguan hormonal seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
5. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang Mungkin Terganggu
a) Bernapas
Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk dengan atau
tanpa sputum.
Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif.
b) Makan dan Minum
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan
bahan pengawet), Anoreksia, mual/muntah, Intoleransi makanan.
Tanda: Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia,
berkurangnya massa otot, Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema.
c) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat
defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar
pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.
d) Aktifitas
Gejala: Kelemahan, malaise.
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak, Pekerjaan
atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi
e) Istirahat Tidur
Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari
Tanda : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
f) Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi.
g) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.
h) Nyaman
Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat atau
dangkal.
Tanda : Perilaku hati – hati (distraksi), gelisah, jalan pincang
i) Keamanan
Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen,
pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak sendi, Ruam
kulit, ulserasi.
j) Komunikasi dan Sosialisasi
Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.
k) Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta apa
pemicu munculnya stroke tersebut.
l) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah karena
mengalami kelemahan dan mengikuti prosedur pengobatan
m) Prestasi
n) Spiritual
1) B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan sangat mendukung untuk mengetahui
masalah pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Pemeriksaan ini
meliputi :

a) Inspeksi bnetuk dada


Untuk melihat seberapa berat gangguan sistem kardiovaskuler. Bentuk dada yang
biasa ditemukan adalah :

 Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng)


 Bentuk dada thoraks en bateau (thoraks dada burung)
 Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk seperti tong)
 Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus (dada cekung ke dalam)
Gerakan pernapasan : kaji kesimetrisan gerakan pernapasan klien

b) Palpasi rongga dada


Tujuannya :

 Melihat adanya kelainan pada dinding thoraks


 Menyatakan adanya tanda penyakit paru dengan
pemeriksaan sebagai berikut : Gerakan dinding thoraks
saat inspirasi dan ekspirasi
Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang diletakkan
pada dada klien saat klien mengucapkan kata –kata.

c) Perkusi
Teknik yang dilakukan adalah pemeriksa meletakkan falang terakhir dan sebagaian
falang kedua jari tengah pada tempat yang hendak diperkusi. Ketukan ujung jari
tengah tangan kanan pada jari kiri tersebut dan lakukan gerakan bersumbu pada
pergelangan tangan. Posisi klien duduk atau berdiri.

d) Auskultasi
Suara napas normal

 Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trakhea seperti meniup


pipa besi, suara napas lebih keras dan pendek saat inspirasi.
 Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronkhi, yaitu di sternum atas (torakal
3 – 4)
 Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara napas saat inspirasi dan ekspirasi
sama.

2. B2(BLOOD)

 Inspeksi adanya parut pascapembedahan jantung. Posisi parut dapat memberikan


petunujuk mengenai lesi katup yang telah dioperasi
 Denyut apeks : posisinya yang normal adalah pada interkostal kiri ke – 5 berjarak 1 cm
medial dari garis midklavikula.
 Palpasi Tujuannya adalah mendeteksi kelainan yang tampak saat inspeksi. Teknik
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Palpasi dilakukan dengan menggunakan telapak tangan, kemudian
dilanjutkan dengan tekanan yang sedikit keras.
b. Pemeriksa berdiri di kanan klien, minta klien duduk kemudian berbaring
telentang. Pemeriksa meletakkan tangan di prekordium, samping sternum dan
lakukan palpasi denyut apeks.
c. Berikan tekanan yang lebih keras pada telapak tangan. Kemudian tangan
ditekan lebih keras untuk menilai kekuatan denyut apeks.
d. Lanjutkan dengan melakukan palpasi denyut apeks menggunakan ujung jari
telunjuk dan tengah. Palpasi daerah prekordial di samping sternum.
 Perkusi
Pemeriksaan perkusi pada jantung biasanya jarang dilakukan jika pemeriksaan
foto rontgen toraks telah dilakukan. Tetapi pemeriksaan perkusi ini tetap bermanfaat
untuk menentukan adanya kardiomegali, efusi perikardium, dan aneurisma aorta. Foto
rontgen toraks akan menunjukkan daerah redup sebagai petunjuk bahwa jantung melebar.
Daerah redup jantung akan mengecil pada emfisema.

 Auskultasi
 Katup Pulmonal
Terdengar lebih jelas pada interkosta ke – 2 dan ke – 3 kiri sternum

 Katup aorta
Terdengar lebih jelas pada sternum, lebih rendah dan lebih medial daripada katup
pulmonal

 Katup mitral
Terdengar lebih jelas pada sternum, dekat batas atas sendi antara interkosta ke – 4 dan
sternum

 Katup trikuspidalis
Terdengar lebih jelas pada sternum, sesuai garis penghubung proyeksi katup mitral
dengan sendi antara sternum dengan interkosta ke – 5 kanan.

 Auskultasi jantung
2) B3 (Brain)
a) Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan kepala sebagai bagian pengkajian kardiovaskuler difokuskan untuk
mengkaji bibir dan cuping telinga untuk mengetahui adanya sianosis perifer.

b) Pemeriksaan raut muka


 Bentuk muka : bulat, lonjong dan sebagainya
 Ekspresi wajah tampak sesak, gelisah, kesakitan
 Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa fungsi saraf VII
c) Pemeriksaan bibir
 Biru (sianosis) pada penyakit jantung bawaan dan lainnya
 Pucat (anemia)
d) Pemeriksaan mata
 Konjungtiva
Pucat (anemia)

Ptekie (perdarahan di bawah kulit atau selaput lendir) pada endokarditis bakterial

 Sklera
Kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati dan lainnya

 Kornea
Arkus senilis (garis melingkar putih atau abu – abu di tepi kornea) berhubungan dengan
peningkatan kolesterol atau penyakit jantung koroner.

 Funduskopi
Yaitu pemeriksaan fundus mata menggunakan opthalmoskop untuk menilai kondisi
pembuluh darah retina khususnya pada klien hipertensi.
3) B4 (Bladder)
Output urine merupakan indiktor fungsi jantung yang penting. Penurunan haluaran urine
merupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan apakah
penurunan tersebut merupakan penurunan produksi urine (yang terjadi bila perfusi
ginjal menurun) atau karena ketidakmampuan klien untuk buang air kecil. Daerah
suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa oval dan diperkusi terhadap adanya
pekak yang menunjukkan kandungkemih yang penuh (distensi kandung kemih).

4) B5 Bowel)
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada masuk rumah sakit dan
yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji penurunan turgor kulit,
kulit kering atau berkeringat, muntah dan perubahan berat badan

Refluks hepatojuguler. Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran balik vena
yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar, keras, tidak nyeri
tekan dan halus. Ini daapt diperiksa dengan menekan hepar secara kuat selama 30 – 60
detik dan akan terlihat peninggian vena jugularis sebesar 1 cm.

5) B6 (Bone)
Pengkajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut :

Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut dan berdebar

Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, nokturia
dan keringat pada malam hari)

Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam klien tisur dalam 24
jam dan apakah klien mengalami sulit tidur dan bagaimana perubahannya setelah klien
mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler. Perlu diketahui, klien dengan IMA
sering terbangun dan susah tidur karena nyeri dada dan sesak napas

Aktivitas : kaji aktivitas klien di rumah atau di rumah sakit. Apakah ada kesenjanga n yang
berarti misalnya pembatasan aktivitas. Aktivitas klien biasanya berubah karena klien
merasa sesak napas saat beraktivitas.
B. Diagnosa
a. Nyeri akut b.d pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
bersintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (D.0077)
b. b. Risiko infeksi b.d beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
(D.0142)
c. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kerusakan kulit (D.0129)
d. Gangguan citra tubuh b.d perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi
fisik individu (D.0083)
e. Resiko defisit nutrisi b.d mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolism (D.0032)
f. Gangguan mobilitas fisik b.d keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri (D.0054)
Harga diri rendah kronis b.d evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam
waktu lama dan terus menerus (D.0086)
3,Intervensi

Diagnosa SLKI SIKI


keperawata
n
Nyeri akut Tingkat nyri (L.08066) Manajemen nyeri
Setelah dilakukan tindakan (I.08238) tindakan :
b.d dengan
keperawatan 3x24 jam diharapkan
sensorik pasien mengalami penurunan nyeri Observasi
dengan kriteria hasil :  identifikikasi respon nyeri non
atau
 Keluhan nyeri (4) verbal
emosional  Kesulitan tidur (4)  identifikasi factor yang
yang  Frekuensi nadi (4) memperberat nyeri
 monitor efek samping
berkaitan  Pola nafas (4) penggunaan analgetik
dengan Tekanan darah (4)  berikan teknik
nonfarmakologis untuk
kerusakan mengurangi rasa nyeri
jaringan  kompres hangat/dingin
 fasilitasi istirahat dan tidur
aktual atau
 anjurkan memonitor nyeri
fungsional secara mandiri
 anjurkan menggunakan
dengan
analgetik secara tepat
onset
Terapeutik
mendadak
 Berikan teknik
atau lambat nonfarmakologis untuk
dan mengurangi rasa nyeri
 Control lingkungan
berintensita yang memperberat rasa
s ringan nyeri
 Fasilitasi istirahat dan
hingga tidur
berat yang  Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
berlangsun dalam pemilihan
g kurang strategi meredakan
nyeri
dari 3 Edukasi
bulan  Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik jika
perlu

Resiko Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi ( I.14539)


infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
beresiko keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi
mengalami resiko infeksi pasien menurun.  Monitor tanda dan gejala
peningkata dengan kriteria hasil : infeksi local dan sistematik
n terserang  Kebersihan
organism tangan (4) Terapeutik
patogenik  Kebersihan  Berikan perawatan kulit pada
badan (4) area edema
 Nafsu makan  Cuci tangan sebelum dan
(4) sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Ajarkan memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu

Gangguan Integritas kulit dan jaringan (L.14125) Perawatan integritas kulit (I.11353)
integritas Setelah dilakukan tindakan Observasi
kulit/jaring keperawatan selama 3x24 jam maka  Identifikasi penyebab
an b.d integritas kulit pada pasien dapat gangguan integritas kulit
kerusakan membaik. Terapeutik
kulit dengan kriteria hasil :  Ubah posisi tiap 2 jam jika tira
 Perfusi jaringan baring
meningkat (4)  Lakukan pemijatan pada area
 Kerusakan jaringan benjolan tulang
menurun (4)  Bersihkan perineal dengan air
 Kerusakan lapisan kulit
menurun (4) hangat terutama selama
 Hematoma menurun (4) periode diare
 Tekstur membaik (4)  Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada
kulit kering
 Gunakan produk berbahan
ringan/ alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
 Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
Edukasi
 Anjurkan menggunakan
pelembab
 Anjurkan minum air yang
cukup
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
 Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
Gangguan Citra tubuh (L.09067) Promosi citra tubuh (I.09305)
citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Observasi
b.d keperawatan selama 3x24 jam maka  Identifikasi harapan citra
perubahan gangguan citra tubuh pasien dapat tubuh berdasarkan tahap
persepsi membaik . perkembangan
tentang dengan kriteria hasil :  Identifikasi budaya alamat
penampilan  Melihat bagian tubuh (4) jenis kelamin, dan umur terkait
, struktur  Menyentuh bagian tubuh (4) citra tubuh
dan fungsi  Verbalisasi kecacatan bagian  Identifikasi perubahan citra
individu tubuh(4) tubuh yang mengakibatkan
 Verbalisasi kehilangan bagian isolasi social
tubuh  Monitor frekuensi pernyataan
kritik terhadap diri sendiri
 Monitor apakah pasien bias
melihat bagian tubuh yang
berubah
Terapeutik
 Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
 ]diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
 Diskusikan akibat pubertas
kehamilan dan penuaan
 Diskusikan cara
mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis
 Diskusikan persepsi pasien
dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
Edukasi
 Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan citra tubuh
 Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
 Anjurkan menggubakan alat
bantu
 Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung
 Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
 Latih peningkatan penampilan
diri
 Latih pengungkapkan
kemampuan dir kepada orang
lain maupun kelompok
Resiko Status nutrisi (L.03030) Manajemen gangguan makan
defisit Setelah dilakukan tindakan (I.03111)
nutrisi b.d keperawatan 3x24 jam maka pasien Observasi
perubahan akan mengalami peningkatan  Monitor asupan keluarnya
persepsi metabilosme. makanan dan cairan serta
tentang dengan kriteria hasil : kebutuhan kalori
penampilan  Porsi makan yang Terapeutik
struktur dihabiskan(4)  Timbang berat badan secara
dan fungsi  Kekuatan otot menelan (4) rutin
fisik  Pengetahuan tentang pilihan  Diskusikan perilaku makan
individu makanan yang sehat (4) dan jumlah aktivitas fisik
 Berat badan (4)  Lakukan control perilaku
 Indeks masa tubuh (4)  Berikan penguatan positif jika
 Frekuensi makan (4) tidak mencapai target sesuai
 Nafsu makan (4) kontrak
 Membrane mukosa (4) Edukasi
 Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran
makanan
 Ajarkan ketrampilan koping
untuk menyelesaikan masalah
perilaku makan
kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan
kebutuhan kalori dan
kebutuhan makan
Gangguan Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan ambulasi (I.06171)
mobilitas Setelah dilakukan tindakan Observasi
fisik b.d keperawatan 3x24 jam diharapkan  Identifikasi adanya nyeri atau
keterbatasa mobilitas fisk pada pasien meningkat keluhan fisk lainnya
n dalam dengan kriteria hasil :  Identifikasi toleran fisik
gerakan  Pergerakan ekstremitas melakukan ambulasi
fisk dari meningkat (4)  Monitor frekuensi jantung dan
satu atau  Kekuatan otot meningkat(4) tekanan darah sebelum
lebih  Rentang gerak meningkat (4) melakukan ambulasi
ekstremitas Terapeutik
secara  Fasilitas aktivitas ambulasi
mandiri dengan alat bantu (mis,
tongkat, kruk)
 Fasilitas melakukan mobilitas
fisik jika perlu
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi
dini
 Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan
Harga diri Harga diri (L.09069) Manajemen perilaku (I.12463)
rendah Setelah dilakukan tindakan Observasi
kronis b.d keperawatan 3x24 jam diharapkan  Identifikasi harapan untuk
evaluasi harga diri rendah kronik teratasi . mengendalikan perilaku
atau dengan kriteria hasil : Terapeutik
perasaan  Penilaian diri positif meningkat  Diskusikan tanggung jawab
negatife (4) terhadap perilaku
terhadap  Kebiasaan memiliki  Jadwalkan kegiatan terstruktur
diris kemampuan positif meningkat  Ciptakan dan pertahankan
sendiri atau (4) lingkungan dan kegiatan
kemampua  Penerimaan penilaian positif perawatan konsisten setiap
n klien terhadap diri sendiri dinas
seperti meningkat(4)  Tingkatkan aktivitas fisik
tidak  Minat mencoba hal baru sesuai kemampuan
berarti meningkat (4)  Batasi jumlah pengunjung
 Berjalan penampakan wajah  Bicara dengan nada rendah
meningkat(4) dan tenang
 Postur tubuh penampakan  Lakukan penegakan fisik
wajah meningkat(4) sesuai indikasi
 Perasaan malu menurun(4)  Hindari bersikap menyudutkan
dan menghentikan
pembicaraan
 Hindari sikap mengancam dan
berdebat
Edukasi
 Informasikan keluarga bahwa
keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif

4.Implementasi

Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana


keperawatan dilaksananakan: melaksanakan intervensi/aktivitas yang telagh ditentukan,
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan klien.

Agar implementasi perencaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap


biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,
kemudian bila perawtan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada
penyedian perawatan lainnya.kemudian dengan menggunakan data dapat
mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan
berikutnya.

5.Evaluasi

Penulisan evaluasi keperawatan dengan format SOAP adalah metode yang


paling sering digunakan untuk pengkajian awal pasien. SOAP terdiri atas empat bagian,
yaitu subjektif, objektif, analisis, dan perencanaan

1 Subjective (subjektif), yakni segala bentuk pernyataan atau keluhan dari


pasien.

2 Objective (objektif), yakni data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan


oleh perawat atau tenaga kesehatan lain.
3 Analysis (analisis), yakni kesimpulan dari objektif dan subjektif.

4 Planning (perencanaan), yakni rencana ting akan dilakukan berdasarkan


analisis.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin. Jakarta: EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
keperawatan pasien. Edisi 3 .Jakarta : EGC
Hadaming, Elvi. 2014. Askep Osteosarkoma.
http://evyhadaming.blogspot.com/2014/04/askep-osteosarkoma.html. diakses
tanggal 19 Desember 2014. Pukul 20.00 wita
Kurniasih, Amanda. 2013. Laporan Pendahuluan Askep Osteosarkoma.
https://id.scribd.com/doc/168720911/Laporan-Pendahuluan-Osteosarcoma. Diakses
tanggal 19 Desember 2014. Pukul 21.05 wita.
Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG
Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Revisi Jilid 2. Jakarta : ECG
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.
Jakarta : EGC.

WOC OSTEOSARKOMA

GENETIK VIRUS TERPAPAR


TUMOR
A ONKOGENIK RADIASI
KELAINAN GENETIK MASUK KEDALAM TUBUH

TERJADI DELESI PADA TUMBUH KEDALAM JARINGAN


TULANG METAFIN
MENGEROSI KORTEKS OSTEOLITIK
PERTUMBUHAN
TULANG
JARINGAN LUNAK TERSERANG
OSTEOBLASTIK OSTEOSARKOMA

TIMBUL
TULANG TULANG LESI
HUMERUS PARU RUSAK DESTRUKTIF
IREGULAR
NYERI TULANG METASTASIS PARU
RAWAN

MK: NYERI TIMBUL MK:


BENJOLAN RISIKO INFEKSI

TERAPI

RADIASI X-RAY
BEDAH
KEMOTERAPI
MK:
GANGGUAN
INTEGRITAS ALOPESIA MUAL/
BIOPSI AMPUTASI
KULIT/JARING MUNTAH
AN

BB MK:
MK: RESIKO
NYERI MK:GG DEFISIT
CITRA NUTRISI
TUBUH
MK: HARGA
DIRI
MK:GANGGUAN
RENDAH
MOBILITAS FISIK
KRONIS

Anda mungkin juga menyukai