Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteosarcoma adalah tumor ganas tulang primer yang berasal dari sel
mesenkimal primitive yang memproduksi tulang dan matriks osteoid. Osteosarcoma
merupakan tumor ganas tulang primer non hemopoetik yang paling sering ditemukan
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia).

Insiden osteosarcoma pada semua populasi menurut WHO sekitar 4-5 per
1.000.000 penduduk. Perkiraan insiden osteosarcoma meningkat menjadi 8-11 per
1.000.000 penduduk pertahun pada usia 15-19 tahun. Osteosarcoma konvensional
lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita dengan perbandingan 3:2. Hal ini
disebabkan masa pertumbuhan tulang pada pria lebih lama dari pada wanita
(Kemenkes)

Di Indonesia, berdasarkan Riset Dasar Kesehatan 2013 didapatkan prevalensi


penyakit kanker sebesar 1.4 per mil (0/00). Odds ratio tumor tulang adalah 4.62
sedangkan insiden tumor tulang ganas di Indonesia didapatkan sebesar 1,6% dari
seluruh jenis tumor ganas pada manusia (Mahyudin Ferdiansyah, 2018)

Predileksi tersering pada: daerah lutut yaitu distal femur, proksimal tibia,
proksimal humerus, osteosarcoma muncul terutama pada daerah metafisis tulang
panjang dengan rasio pertumbuhan yang cepat meskipun tidak menutup kemungkinan
dapat terjadi pada semua tulang (Kemenkes).

Pemeriksaan radiologik berperan penting dalam diagnosis awal suatu


osteosarkoma. Pemeriksaan CT scan dilakukan untuk melihat derajat ekspansi
intrameduler dan keterlibatan korteks serta jaringan lunak. Osteosarkoma mempunyai
gambaran radiologik yang sangat bervariasi. Tumor konvensional yang khas berupa

1
tumor besar, destruktif, batas tidak jelas, serta campuran massa litik dan blastik yang
melampaui korteks dan membentuk tumor jaringan lunak besar (Loho, Lily L. 2014).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui gambaran x-ray pada osteosarcoma

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Osteosarcoma

Osteosarcoma adalah tumor ganas tulang primer yang berasal dari sel
mesenkimal primitive yang memproduksi tulang dan matriks osteoid.
Osteosarcoma merupakan tumor ganas tulang primer non hemopoetik yang
paling sering ditemukan (Kemenkes)

Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang yang didiagnosa berdasarkan


pemeriksaan histologi terhadap produksi osteoid berhubungan dengan
malignant mesenchymal cells. Osetosarkoma umumnya adalah tumor yang
agresif dan cenderung bermetastasis secara dini (Mahyudin Ferdiansyah, 2018).

2.2 Epidemiologi

Osteosarkoma merupakan tumor ganas tulang primer non hemopoetik


yang paling sering ditemukan. Insiden osteosarcoma pada semua populasi
menurut WHO sekitar 4-5 per 1.000.000 penduduk. Perkiraan insiden
osteosarkoma meningkat menjadi 8-11 per 1.000.000 penduduk per tahun pada
usia 15-19 tahun (Kemenkes)

Osteosarkoma konvensional lebih sering terjadi pada pria daripada wanita


dengan perbandingan 3:2. Hal ini bisa disebabkan masa pertumbuhan tulang
pada pria lebih lama daripada wanita. Tumor ini paling sering diderita oleh
anak-anak usia dekade ke-2 kehidupan, lebih dari 60% pada pasien kurang dari
25 tahun. Insiden osteosarkoma dapat meningkat kembali pada usia di atas 60
tahun, sehingga penyakit ini disebut juga memiliki distribusi yang bersifat
bimodal (Kemenkes)

3
2.3 Etiologi

Penyebab pasti dari osteosarkoma tidak diketahui. Namun, sejumlah


faktor risiko yang dapat mempengaruhi adalah sebagai berikut (Rudyanto
Wiharjo Seger, 2014) :

1. Pertumbuhan tulang yang cepat


Pertumbuhan tulang yang cepat dapat mempengaruhi terjadinya
osteosarkoma. Ini berdasarkan pengamatan peningkatan insiden yang tinggi
di antara anjing yang berpostur besar (misalnya, Great Dane, St Bernard,
gembala Jerman), dan lokasi khas osteosarkoma ini di daerah metafise
berdekatan dengan lempeng pertumbuhan tulang panjang.
2. Faktor lingkungan
Satu-satunya faktor risiko lingkungan yang diketahui adalah paparan
radiasi. Radiasi yang memacu osteosarkoma adalah bentuk osteosarkoma
sekunder.
3. Predisposisi genetic
Penyakit tulang displasia, termasuk penyakit Paget, fibrous displasia,
enchondromatosis, dan beberapa keturunan eksotosis dan retinoblastoma
(germ-line form) merupakan faktor risiko.

2.4 Patofisiologi

Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan


kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya hereditery.
Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada
hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung
osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang
berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu
protein P53 (kromosom 17) dan Rb (kromosom 13). Lokasi tumor dan usia

4
penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan perkiraan adanya
pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai tumbuh bisa didalam tulang
atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar
tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan
tumor kedalam sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase secara hematogen
paling sering keparu atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20%
telah mengalami metastase pada saat diagnosis ditegakkan (Loho, Lily L.
2014).

Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan


respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan
tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi,
beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat
berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang
panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan
ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau
bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti
jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling
dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis
membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang (Loho, Lily L. 2014).

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif
(Loho, Lily L. 2014)

5
2.5 Gambaran X-Ray

Osteosarkoma gradasi tinggi intrameduler. A, ►segi 3 Codman, →jaringan


lunak; B, MRI, ekstensi transfisis, → keterlibatan jaringan lunak; C,
Makroskopik, → tumor meduler, ekstensi jaringan lunak

(sumber : Zile Singh Kundu, 2014)

Gambar 1

6
(a) X-ray anteroposterior dan lateral pandangan proksimal tibia dan sendi lutut
menunjukkan osteosarcoma diaphyseal tibia dengan sklerosis (panah),
penghancuran kortikal pada sisi posteromedial (kepala panah) dan pembentukan
tulang baru di jaringan lunak (b) x-ray ujung distal femur (pandangan
anteroposterior dan lateral) menunjukkan sklerosis / radio-opacity pada
osteosarcoma sklerosis

X-ray polos

Gambaran radiologis yang khas adalah penampakan matahari yang pecah,


pengangkatan periosteal dengan pembentukan segitiga Codman [Gambar 2],
pembentukan tulang baru di jaringan lunak bersama dengan pola permeatif
perusakan tulang dan fitur-fitur lain untuk tipe spesifik osteosarcoma.
Osteolysis dan ekspansi di berbagai telangiectatic [Gambar 3] dari tulang
diamati sementara lebih dari penampilan osteoblastik terlihat pada jenis
sclerosing osteosarcoma [Gambar 1b]. Fisis (lempeng pertumbuhan) bisa, tetapi
tidak selalu, bertindak sebagai penghalang pertumbuhan tumor. Osteosarcomas
permukaan memiliki penampilan yang khas [Gambar 4]. Setelah kemoterapi
tumor menjadi jelas, kapsul, dan lebih termineralisasi [Gambar 5]. X-ray chest
dapat mendeteksi metastasis dalam bentuk penampilan bola peluru atau nodul
di paru-paru [Gambar 6a], tetapi ini kurang sensitif daripada CT (CT)
pemindaian thorax [Gambar 6b] untuk deteksi dini sub-centimal kecil nodul.

7
(sumber : Zile Singh Kundu, 2014)

Gambar 2

X-ray dari pandangan anteroposterior humerus yang menunjukkan


osteosarkoma dari humerus-typical proksimal-khas matahari atau penampilan
sinar matahari, pembentukan tulang baru di jaringan lunak, dan segitiga
Codman (panah)

8
(sumber : Zile Singh Kundu, 2014)

Gambar 3

Telangiectatic jenis osteosarcoma dari tibia proksimal: (a) X-ray anteroposterior


dan pandangan lateral yang menunjukkan lisis dan ekspansi (b) MRI
menunjukkan tingkat cairan.

(sumber : Zile Singh Kundu, 2014)

Gambar 4

9
X-ray pandangan anteroposterior sendi lutut menunjukkan osteosarcoma
permukaan: (a) parosteal (b) periosteal. Lihat korteks yang mendasarinya
terlihat utuh di 'a' dan pengangkatan periosteum di 'b' (panah merah). Namun,
keduanya berada di permukaan tulang.

(sumber : Zile Singh Kundu, 2014)

Gambar 5

X-ray anteroposterior dan pandangan lateral menunjukkan bahwa setelah


kemoterapi tumor menjadi terdefinisi dengan baik dengan capsulation yang
lebih baik: (a) sebelum kemoterapi dan (b) setelah kemoterapi

10
(sumber : Zile Singh Kundu, 2014)

Gambar 6

(a) dada X-ray polos dari pasien osteosarcoma yang menunjukkan beberapa
nodul paru metastasis (b) CT scan (bagian aksial) menunjukkan beberapa
metastasis di kedua paru-paru (c) Tc-99m pemindaian tulang osteosarcoma di
humerus proksimal dengan hot spot di situs ini dan di tulang belakang, tulang
rusuk dan fokus pada tulang tengkorak.

2.6 Klasifikasi Osteosarcoma

Berdasarkan atas gradasi, lokasi, jumlah dari lesinya, penyebabnya, maka


osteosarkoma dibagi atas beberapa klassifikasi atau variasi yaitu (Kawiyana,
Siki. 2014) :
1. Osteosarkoma klasik.

2. Osteosarkoma hemoragi atau telangektasis.

3. Parosteal osteosarkoma.

4. Periosteal osteosarkoma.

5. Osteosarkoma sekunder.

6. Osteosarkoma intrameduler derajat rendah.

7. Osteosarkoma akibat radiasi.

8. Multifokal osteosarkoma.

11
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Osteosarkoma mempunyai gambaran radiologik yang sangat bervariasi.
Tumor konvensional yang khas berupa tumor besar, destruktif, batas tidak jelas,
serta campuran massa litik dan blastik yang melampaui korteks dan membentuk
tumor jaringan lunak besar. Pada sebagian tumor seluruhnya litik seperti sering
terlihat pada varian teleangiektasi, sedangkan lainnya dengan mineralisasi difus
membentuk massa sklerotik padat. Bagian perifer dari lesi biasanya paling
sedikit mengalami mineralisasi dan komponen jaringan lunak mempunyai corak
radiodensitas halus cloud like. Massa tumor merusak dan menembus korteks,
serta secara mekanik mengangkat periosteum dan membentuk tulang reaktif
disebut segitiga Codman. Pemeriksaan radiologik memberikan informasi
penting untuk rencana bedah reseksi tumor.

1.2 Saran
Untuk lebih memahami tentang gambaran x-ray pada osteosarcoma
alangkah baiknya dengan lebih sering melakukan aktivitas pembacaan
terhadap hasil foto pada tiap kasusnya dengan memperhatikan dasar-dasar
yang ada pada makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kawiyana, Siki. 2014. Osteosarkoma Diagnosis Dan Penanganannya. Volume 1,


nomor 1. Viewed 04 september 2018.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Panduan Penatalaksanaan


Osteosarkoma.

Loho, Lily L. 2014. Osteosarkoma. Jurnal Biomedik, Volume 6, Nomor 3. Viewed


04 september 2018.

Mahyudin Ferdiansyah, et al. 2018. Osteosarcoma Has Not Become Attention To


Society Profile Of Osteosarcoma Patients At Dr. Soetomo General Hospital
Surabaya “A Retrospective Study”. Vol 7 No. 1. Viewed 04 september 2018.

Rudyanto Wiharjo Seger, 2014. Studi kasus Osteosarkoma Metastase. Jurnal Widya
Medika Surabaya Vol.2 No.2. Viewed 04 september 2018.

Zile Singh Kundu, 2014. Classification, Imaging, Biopsy And Staging Of


Osteosarcoma. Vol 48. No 3. NCBI. Viewed 04 september 2018.

13

Anda mungkin juga menyukai