PENDAHULUAN
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal terdiri dari kata muskulo yang berarti otot dan kata skeletal
yang berarti tulang. Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi terjadinya gangguan
fungsi pada ligamen, otot, saraf, sendi dan tendon, serta tulang belakang. Beberapa kasus
gangguan muskuloskeletal adalah osteosarkoma, osteomyelitis, osteoporosis, dan fraktur.
Osteosarkoma adalah tumor ganas tulang primer nonhemopoetik yang paling sering
ditemukan (Kamal, 2020). Tumor berasal dari sel mesenkimal primitive yang ditandai
dengan sel-sel spindle pleomorfik dan osteoid ganas. Osteosarkoma diklasifikasikan oleh
WHO, yaitu sebagai berikut Conventional Ostoesarcoma; Telangietatic Osteosarcoma;
Small Cell Osteosarcoma; Low Grade Central Osteosarcoma; Secondary Osteosarcoma;
Parosteal Osteosarcoma; Periosteal Osteosarcoma; High Grade Surface Osteosarcoma
(Putra et al., 2020: 924). Berdasarkan lokasinya, terdapat tipe Osteosarkoma yang
tumbuh di permukaan tulang seperti Parosteal Osteosarcoma, Periosteal Osteosarcoma,
dan High Grade Surface Osteosarkoma. Etiologi dari Osteosarkoma ini masih belum
jelas dan hanya beberapa faktor risiko yang diketahui, seperti faktor lingkungan dan
faktor genetik. Untuk sementara ini beberapa faktor diduga memiliki peranan penting
dalam terjadinya Osteosarkoma, seperti terjadinya ekspresi gen Met dan Fos secara
berlebihan, mutasi gen TP53, dan beberapa penyakit bawaan sejak lahir yang dicurigai
dapat menimbulkan terjadinya Osteosarkoma seperti Retinoblastoma Herediter. Paparan
lingkungan juga memiliki peranan penting dalam terjadinya Osteosarkoma, seperti
paparan radiasi yang dapat menimbulkan terjadinya mutasi gen sehingga membentuk
suatu keganasan. (Putra et al., 2020: 924). Manifestasi klinis yang sering muncul yaitu
nyeri di sekitar persendian; benjolan di ekstremitas yang membesar dengan cepat;
gerakan sendi menjadi terbatas karena benjolan di ekstremitas dan nyeri sendi; flexion
deformity dan flexion contracture karena pasien biasanya mengistirahatkan sendi pada
posisi fleksi. Penatalaksanaan osteosarkoma meliputi terapi pembedahan (limb salvage
surgery (LSS) atau amputasi), kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi yang diberikan
konkuren ataupun sekuensial sesuai indikasi (Kemkes).
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Penurunan massa tulang ini sebagai akibat dari
berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari
keduanya. Osteoporosis dibedakan menjadi 2 yaitu osteoporosis lokal dan osteopororsis
umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut
adalah determinan massa tulang, determinan penurunan massa tulang. Osteoporosis
dimanifestasikan dengan nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata, nyeri timbul
mendadak, sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yang terserang, nyeri berkurang
pada saat istirahat di tempat tidur, nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan
bertambah jika melakukan aktivitas, dan deformitas vertebra thorakalis. Untuk
pemeriksaan diagnostik dan penunjangnya dilakukan X-ray; Bone Mineral Density
(BMD) untuk mengukur densitas tulang; Serum kalsium, posphor, alkalin fosfatase;
Quantitative ultrasound (QUS) untuk mengukur densitas tulang dengan gelombang suara.
Masalah keperawatan yang dapat terjadi adalah nyeri kronis, gangguan mobilitas fisik,
dan risiko jatuh.
Pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang
mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik.
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya
awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.
Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan
baik (Arsyad, 2016). Selain itu, menurut sumber infeksinya, osteomielitis tergolong
hematogen jika infeksi berasal dari bakteremia dan bersebelahan jika berasal dari infeksi
jaringan terdekat. Ada juga klasifikasi osteomielitis lain yang terkait dengan adanya
insufisiensi vaskular yang tidak disebutkan oleh Waldvogel dkk tetapi cukup relevan,
yaitu infeksi yang terjadi dari penetrasi langsung mikroorganisme ke dalam tulang baik
dari cedera atau prosedur pembedahan. (Rawung & Moningkey, 2019). Penyebab
tersering osteomielitis termasuk patah tulang terbuka, penyebaran bakteri secara
hematogen, dan prosedur pembedahan orthopaedi yang mengalami komplikasi infeksi
(DeCoster dkk, 2008). Pasien dapat menderita nyeri pada daerah yang terkena, eritema,
bengkak dan terdapat sinus. Demam biasanya tidak ditemukan pada osteomielitis kronis
(Patzakis dkk, 2005, Salomon dkk, 2010). Masalah keperawatan yang dapat terjadi
adalah nyeri akut, ansietas, gangguan integritas kulit, gangguan citra tubuh, dan risiko
defisit nutrisi.
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi
fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu. Radiografi (sinar-x)
dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan otot
atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah yang pecah sehingga
dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (Black dan Hawks, 2014). Tekanan
berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu retakan sehingga
mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot dan jaringan akan
menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan
pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi disepanjang
tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna sedangkan fraktur yang terjadi pada
semua tulang yang patah dikenal sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh,
2014). Tanda dan gejala terjadi fraktur antara lain deformitas, pembengkakan, memar,
spasme otot, nyeri, ketegangan, kehilangan fungsi, gerakan abnormal dan kreptisasi,
perubahan neurovaskuler, syok. Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup
dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera,
sedangkan fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Kerusakan
jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi berdasarkan keparahannya
(Black dan Hawks, 2014). Masalah keperawatan yang dapat terjadi adalah nyeri akut,
mobilitas fisik.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan standar operasional prosedur kepada klien secara professional. Salah satunya
yaitu mampu memahami dan mengetahui masalah yang berhubungan dengan kasus
gangguan sistem muskuloskleletal. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang
sering berinteraksi dengan klien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan klien.
Perawat diharapkan mampu menangani permasalahan yang dialami klien dengan
mengikutsertakan tenaga medis lainnya sebagai peran kolaborasi.
Bibliography
Kementerian Kesehatan. (2019). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Osteosarkoma. Retrieved from
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKOsteosarkoma.pdf
Njoto, E. (2020, Mei 26). Osteomyelitis. Retrieved from
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/osteomyelitis
Amelia, W. (2018). HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KONSUMSI SUSU PADA
WANITA PRALANSIA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS DI
BATURAJA TAHUN 2018. 'Aisyiyah Medika Vol 2, 47-56.
Noorisa, R. D. (2017). THE CHARACTERISTIC OF PATIENTS WITH FEMORAL
FRACTURE IN DEPARTMENT OF ORTHOPAEDIC AND TRAUMATOLOGY
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA 2013 – 2016. Journal of Orthopaedi &
Traumatology Surabaya Vol 6 No. 1, 1-11.