Anda di halaman 1dari 3

Patofisiologi

Terdapat tiga mekanisme dasar terjadinya osteomielitis. Osteomielitis hematogen


biasanya terjadi pada tulang panjang anak-anak, jarang pada orang dewasa, kecuali bila
melibatkan tulang belakang. Osteomielitis dari insufisiensi vaskuler sering terjadi pada
diabetes melitus. Contiguous osteomielitis paling sering terjadi setelah terjadi cedera pada
ekstremitas. Berbeda dari osteomielitis hematogen, kedua yang terakhir biasanya dengan
infeksi polimikroba, sering Staphylococcus aureus bercampur dengan patogen lain.

Infected nonunion dan osteomielitis post trauma disebabkan oleh karena kontaminasi
mikroba setelah suatu patah tulang terbuka atau pembedahan pada patah tulang tertutup.
Pembentukan biofilm merupakan kunci dari perkembangan infeksi. Biofilm merupakan suatu
kumpulan koloni 4 mikroba yang ditutupi matriks polisakarida ekstraseluler (glycocalyx)
yang melekat pada permukaan implan atau tulang mati.

Fokus primer dari osteomielitis akut pada anak-anak terdapat pada metafise. Bila
tidak ditangani, terjadi peningkatan tekanan intramedula dan eksudat menyebar melalui
korteks metafise yang tipis menjadi abses subperiosteal. Abses subperiosteal dapat menyebar
dan mengangkat periosteum sepanjang diafise. Nekrosis tulang terjadi karena kehilangan
aliran darah akibat dari peningkatan tekanan intramedulari dan kehilangan suplai darah dari
periosteal. Bagian yang avaskular dari tulang yang dikenal sebagai sequestrum, dan seluruh
panjang dari tulang dapat menjadi sequestrum. Fragmen ini menjadi tempat berkumpulnya
mikroorganisme dan dapat terjadi episode infeksi klinis yang berulang. Abses dapat keluar
melalui kulit, membentuk sinus. Respon pasien dibentuk oleh periosteum sebagai usaha
memagari atau menyerap fragmen ini dan mengembalikan stabilitas, disebut involucrum
(Song dkk, 2001, Spiegel & Penny, 2005, Salomon dkk, 2010).

Infeksi bakteri ke tulang dapat terjadi karena inokulasi langsung, penyebaran


hematogen atau invasi lokal dari tempat infeksi lain. Fisis yang avaskuler membatasi
penyebaran infeksi ke epifise kecuali pada neonatus dan bayi. Pembuluh darah menyebrang
fisis hingga umur 15 hingga 18 bulan, berpotensi terjadinya septic arthritis. Hal ini dapat
terjadi sekitar 75% dari kasus osteomielitis neonatus (Song dkk, 2001).

Setelah terinfeksi, osteomielitis melunakan tulang secara progresif dan terjadi


nekrosis tulang sehingga terbentuknya sequestrum. Pada stadium ini, debridemen dengan
pembedahan menjadi pilihan terapi. Adanya implant pada lokasi infeksi dapat menjadi salah
satu faktor yang dapat menghambat pengobatan yang sukses (Eid & Berbari, 2012).
WOC
Faktor predisposisi
- Usia
- Virulensi kuman
- Riwayat trauma
- Nutrisi dan luka infeksi

Invasi mikroorganisme dari


tempat lain yang beredar
melalui sirkulasi darah

Masuk ke epifisis tulang


panjang

Osteomyelitis

Fagositosis

Proses inflamasi hyperemia, Pembentukan pus dan


pembengkakan, gangguan nekrosis jaringan
fungsi, pembentukan pus, dan
kerusakan kerusakan integritas
jaringan Penyebaran infeksi ke
organ lain

Risiko Infeksi

Proses Inflamasi Keterbatasan


pergerakan Peningkatan tekanan
Demam, Malaise, Penurunan kemampuan jaringan tulang dan
kemampuan tonus otot pergerakan medula
menurun, Penurunan
nafsu makan Gangguan Mobilitas Iskemia dan nekrosis
Fisik tulang
Komplikasi Infeksi Pembentukan
Risiko tulang baru,
Pembentukan abses
Defisit Nutrisi Kelemahan fisik pengeluaran pus
Kurang tulang
Pengetahuan
Deformitas dan bau Nyeri
Tirah baring
lama, penekanan Perub. Status dari adanya luka
lokal kesehatan
Gangguan Citra
Gangguan Koping tidak Adekuat
Tubuh
Integritas Kulit
Ansietas
Sani, Ninda Mutia (2020) Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Dengan Diagnosa
Medis Osteomielitis Pedis Dengan Tindakan Debridement Di Rumah Sakit Airan
Raya. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang.

Anda mungkin juga menyukai