Anda di halaman 1dari 26

OSTEOMYELI

TIS
PEMBIMBING : dr. Evo Elidar Harahap, Sp. Rad (K)

DISUSUN OLEH :
Reza Rahadian Yusuf Daen ( 20360104 )
Rika Arianofela ( 20360106 )
ANATOMI
TULANG
DEFINISI

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan


tulang yang mencakup sumsum dan atau
kortek tulang dapat berupa eksogen
(infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hemotogen (infeksi yang berasal dari
dalam tubuh).
KLASIFIK
ASI
1. The Lee and Waldvogel
 
Klasifikasi ini mengelompokkan osteomielitis berdasarkan etiologi seperti onset (akut atau kronik), mekanisme
(contigous atau hematogen), dan ada atau tidaknya vaskularisasi yang cukup. Klasifikasi ini sedikit membantu
dalam proses penyembuhan.

2. Cierny – Mader
Klasifikasi untuk mengelompokan osteomyelitis kronis.
Kelas Fisiologi

Host – A Sistem imun baik


Host – B Sistem imum terganggu baik lokal
(BL) atau sistemik (BS)
Host – C
Membutuhkan supresif atau tidak

ada terapi, terapi lebih buruk dari

penyakitnya,bukan kandidat
pembedahan.
KLASIFIK
ASI
2. Cierny – Mader
Anatomical Type
I Medullary Infeksi terbatas pada tulang intramedular. Contoh : osteomielitis
hematogen
II Superficial Infeksi mencapai permukaan dasar jaringan tulang
III Localized Adanya sekuestrum kortikal yang dapat dipotong tanpa
mengubah stabilitas tulang
IV Diffuse Fitur I , II , dan III ditambah instabilitas mekanik sebelum atau
setelah debridement
ETIOLOGI
Neonatal (<1 tahun) Anak (1-16 tahun) Dewasa (>16 tahun)

Group B Streptococci S. aureus Staphylococcus epidermidis


Staphylococcus aureus Streptococcus pyogenes S. aureus
Escherichia coli Haemophilus influenzae Pseudomonas aeruginosa
    Serratia marcescens
    E. coli

S. Aureus dan Staphylococci koagulase-negatif yang paling utama


menyebabkan osteomielitis, kira-kira sebanyak 50% kasus.

Sekitar >25% termasuk Streptococci, Enterococci, Pseudomonas spp.,


Enterobacter spp., Proteus spp., E.coli, Serratia spp., anaerob.
EPIDEMIOLOGI
Data Osteomielitis pasca–trauma terjadi sebanyak 47% osteomielitis dalam
beberapa kasus. Osteomielitis hematogenous utamanya merupakan penyakit pada
anak–anak, dengan 85% kasus terjadi pada pasien yang lebih muda dari 17 tahun,
dan hal ini menyumbang sekitar 20% dari kasus osteomielitis secara keseluruhan.

Sekitar 20% kasus pada pasien osteomielitis dewasa adalah hematogenous, yang
lebih sering terjadi pada laki–laki untuk alasan yang tidak diketahui.

Selama 41 tahun di Amerika ditemukan 760 kasus baru osteomielitis dengan 59%
merupakan kasus osteomielitis yang di diagnosis dengan minimal dua kali kultur
tulang disertai adanya pertumbuhan mikrobial yang sama atau satu kultur tulang
positif yang disertai kombinasi penemuan purulen dengan operasi
PATOFISIOLO
GI
Operasi atau Terjadi inokulasi
Terjadi Menghasilk
Trauma mikroorganisme
ke tulang fagosit an Enzim

Menempel
Tekanan Mikroorganisme
pada bagian
intramedular dan menetap pada
tulang yang
eksudat menyebar Osteoblas
lisis

Osteomielitis Osteomielitis
Kronis Akut
Manifestasi Klinis
Sirkulasi
Tanda : Penurunan / tak ada nadi pada bagian distal yang cedera; pengisian kapiler lambat, pucat
pada bagian yang terkena. Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cidera.

Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot, Kebas/kesemutan (parastesis).
Tanda : Deformitas lokal; angulasi abnormal, Krepitasi.

Nyeri /kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan
tulang, dapat berkurang pada imobilisasi).
Diagnosis Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Lab

a. Hitung leukosit meningkat


b. Shift to the left dari hitung jenis
meningkatnya jumlah PMN
Anamnesis c. Peningkatan LED
d. Kultur darah dan kultur tulang
Gejala demam, malaise, dan
nyeri hebat pada tulang yang Pemeriksaan Radiologi
terkena.
a. Foto Polos
Adanya riwayat infeksi yang b. CT- Scan
baru terjadi. c. USG
d. MRI
Pemeriksaan
Radiologi

Foto Polos

Radiografi polos memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah


untuk mendeteksi osteomielitis akut. Gambaran normal dapat
terlihat hingga 10 hari dengan tanda paling awal berupa
pembengkakan jaringan lunak. Pada pencitraan sinar-X akan
menunjukkan adanya resorpsi tulang, hilangnya densitas tulang,
penebalan, dan sklerosis di sekitar tulang.
Stage 1
Adanya penebalan dan
sclerosis pada midshaft
tibia

Penebalan periosteal yang


dan lesi sklerotik sentral
dengan tepi lusen
Stage 2

Adanya penebalan pada focal


Cortical (Panah kuning) dan
pemusnahan jaringan lemak serta
reaksi periosteal.
Stage 3

Adanya ring sequestrum pada


fokus infeksi
Stage 3

Adanya ring sequestrum pada


fokus infeksi
Stage 4

Adanya non-union dari fraktur


distal femoral dengan lesi
osteolisis dan osteosklerosis.
CT - Scan

2
Menunjukkan fragmen tulang sklerotik yang terpisah dari
1 humerus lainnya (panah hitam 1 ) dengan sequestrum.

Adanya Penebalan kortikal


(panah hitam 2) ; ini merupakan involucrum, hasil dari
pembentukan tulang baru periosteal.
MRI

MRI telah muncul sebagai modalitas pencitraan pilihan


untuk mendiagnosis osteomielitis karena detail anatomi yang
sangat baik, sensitivitas tinggi untuk mendeteksi infeksi dini
dan kurangnya radiasi pengion.
MRI

Menunjukkan sequestrum sinyal rendah


(panah hitam) dikelilingi oleh nanah sinyal
tinggi dan jaringan granulasi (panah putih).
Ada saluran sinus yang mengalirkan nanah
ke permukaan kulit (panah putih)
USG

USG jarang digunakan dalam diagnosis osteomielitis karena


tidak dapat mendeteksi tulang. Namun, USG berguna untuk
mendeteksi jaringan lunak kumpulan subperiosteal terutama
pada anak- anak.
USG

Kumpulan cairan kompleks


dengan septasi hiperechoic

Dilakukan aspirasi jarum


perkutan dari pengumpulan
cairan
Tatalaksana Antibiotik sistemik
1. Debridemen, Stabilisasi tulang dan terapi
antibiotik. Pemberian secara IV biasanya
diberikan selama 4- 6 minggu dan
Debridemen radikal terhadap semua jaringan dapat dikerjakan pada pasien rawat
mati dan terinfeksi, termasuk kulit, jaringan jalan.
lunak dan tulang.

Stabilisasi tulang pada fraktur nonunion Manajemen dengan periode yang lebih
diperlukan untuk kontrol infeksi. Ruangan singkat dari terapi intravena (hingga 1
kosong yang terjadi akibat debridemen dapat minggu), diiikuti oleh antibiotik oral
diisi oleh polymethylmethacrylate (PMMA)
beads yang dikombinasi dengan antibiotik,
selama 6 minggu
seperti tobramycin, vancomycin, atau
antibiotik spesifik lainnnya.

Pemasangan gips dapat membantu


debridemen dengan pembedahan merupakan
hal penting dalam penanganan osteomielitis
kronis
3. Manajemen Defek Tulang dan Fraktur
nonunion
2. Manajemen Luka
Bone Graft
Dengan adanya jaringan yang rusak,
penutupan dapat dicapai dengan flap lokal/ Bone graft dari iliac crest digunakan untuk
free flap, tergantung pada lokasi dan penanganan defek tulang hingga 6 cm. Bone
ekstensi defek jaringan lunak. graft dikerjakan bila jaringan lunak penutup
sudah sembuh, adanya flap yang viabel dan
Negative pressure wound therapy (NPWT) infeksi telah terkontrol.
telah menjadi terapi tambahan yang
penting pada manajemen luka trauma dan
insisi pembedahan.

NPWT menstimulasi jaringan granulasi


dan angiogenesis dapat mendukung
penutupan primer dan mengurangi
kebutuhan untuk transfer jaringan.
Komplikasi
 Abses Jaringan Lunak
 Fistula
 Penyatuan epifisis prematur
 Deformitas
 Artritis piogenik yang menyebabkan
ankilosis tulang (Misalnya penyatuan
panggul )
Prognosis
Tergantung pada virulensi organisme, status kekebalan
pasien, mekanisme infeksi, dan kondisi komorbiditas
penyakit. Kecuali dikaitkan dengan sepsis atau penyakit
serius yang mendasarinya, angka kematian rendah.

Namun tingkat morbiditas dapat muncul sebagai


signifikan dan mungkin termasuk penyebaran lokal ke
jaringan lunak dan sendi.
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai