Anda di halaman 1dari 34

OSTEOMIELITIS

Disusun oleh :
KELOMPOK 1 :
SAPRUDIN
RINI PUSPITA
DWI YATI UTAMI
FIRDA FAUZIAH
Definisi

• Osteomielitis adalah infeksi jaringan tulang


yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis
dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut
dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik
maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan
cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan
baik (Price, 1995:1200)
Klasifikasi
Diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu: Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
• Osteomielitis Primer 1. Osteomielitis akut Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2
• Osteomielitis Sekunder minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu
timbul. Terdiri :
• Osteomielitis hematogen
• Osteomielitis direk
2. Osteomielitis sub-akut Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam
1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu
timbul.
3. Osteomielitis kronisYaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2
bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul
BAKTERI

MIKROORGANISME
LAIN ETIOLOGI VIRUS

JAMUR
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik
dari infeksi, bisa mengalami infeksi:

Menyebar melalui
Aliran darah

Penyebaran
: langsung
Infeksi dari
jaringan lunak di
dekatnya.
Patofisiologi
        Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Organisme penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan
pneumococcus. Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin
terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri melalui 3 jalur : hematogen, melalui
infeksi di dekatnya atau scara langsung selama pembedahan. Reaksi
inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang. Pus
mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan
abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk. Pembentukan
tulang baru dibawah perioteum yang terangkan diatas dan disekitar jaringan
granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar
(Overdoff, 2002:541, Rose, 1997:90).
Manifestasi klinis
1. septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi,
denyut nadi cepat dan malaise umum)
2. Nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut
yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Gradasi ukuran kekuatan otot
0 (zero) Tidak ada kontraksi saat palpasi, paralisis

  1 ( trace) Terasa adanya kontraksi otot, tetapi tidak adanya gerakan

2 (poor) Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan


gerakan sendi ( Range of Motion,ROM ) secara penuh

3 ( Fair ) Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh


dengan melawan gravitasi, tetapi dapat melawan tahanan.
  4 (Good )  Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat melawan
tahanan  tingkat sedang
    5 ( normal ) Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh dan
dapat melawan gravitasi.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan titer
antibody – anti Pemeriksaan
staphylococcus biopsy tulang Pemeriksaan
Pemeriksaan ultra sound
darah Pemeriksaan
kultur darah Merupakan
Sel darah putih untuk proses
menentukan Pemeriksaan
meningkat pengambilan
bakteri (50% yang dapat
sampai 30.000 contoh tissue
positif) dan memperlihatkan
L gr/dl disertai tulang yang
diikuti dengan adannya efusi
peningkatan akan digunakan
uji sensitivitas pada sendi
LED untuk
serangkaian tes.
Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 Pemeriksaan tambahan :


hari pertama tidak ditemukan • Bone scan : dapat dilakukan pada
kelainan radiologik. Setelah 2 minggu pertama
minggu akan terlihat berupa refraksi
tulang yang bersifat difus dan • MRI : jika terdapat fokus gelap
kerusakan tulang dan pembentukan pada T1 dan fokus yang terang
tulang yang baru. pada T2, maka kemungkinan
besar adalah osteomielitis.
(Brunner, suddarth. (2001)
Penatalaksanaan
1. Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan
rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran darah.
2. Kultur darah dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik.
3. Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika,
tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan
Pencegahan
• Berhenti merokok
• Diet sehat
• Mengelola berat badan Anda
• Mengurangi alkohol
• Olahraga teratur
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
• Identitas Pasien
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Riwayat Penyakit dahulu
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Pola Kebiasan sehari-hari
• Riwayat Psikologis
• Riwayat Spiritual
• Riwayat Sosial
• Pemeriksaan Fisik
KASUS
Seorang lelaki, Didit (20 tahun), diduga menderita infeksi bakteri patogenik dengan keluhan
pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bawah. 2 tahun yang lalu, ada riwayat kecelakaan
dengan fraktur terbuka pada tungkai bawah lalu dibawa ke dukun tulang. Pada plain foto
didapatkan penebalan periosteum, bone resorption, sklerosis sekitar tulang, involucrum.

Pasien didiagnosa osteomyelitis, didapatkan deformitas, scar tissue, sinus dengan discharge,
seropurulent, dan ekskoriasi sekitar sinus. Klien mengeluh nyeri pada tungkai bawah yang
mengalami fraktur, skala nyeri 7, terasa senut-senut, panas, sifatnya sering, wajah menahan sakit,
akral hangat, bibir kering.

Pemeriksaan TTV didapatkan: TD: 130/90 mmHg, S: 390C, N : 110 x/mnt, RR : 22 x/mnt
PENGKAJIAN
Nama                      : Tn. D
No. RM                  : 01115235
Usia                        : 20 th
Jenis kelamin         : laki-laki
Status Perkawinan : belum menikah
Alamat                    : jl. Delima v no. 2 taman wisma asri 1, Bekasi
Care Giver              : Orang tua 
Agama                    : Islam 
Suku bangsa           : Jawa
Tanggal masuk RS :  25 oktober 2022
Tanggal pengkajian : 26 Oktober 2022
  ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM

DO: Inflamasi, infeksi, Gangguan


●Wajah pasien tampak meringis, menahan sakit, dan sering bengkak, rasa
mengeluh tentang sakitnya. hipertermia, nyaman:
●suhu tubuh pasien 390C. nekrosis jaringan, nyeri
fraktur.
●terdapat bekas fraktur pada tungkai bawah, scar tissue, sinus
dengan discharge, seropurulen, dan ekskoriasi.
DS:
Pasien mengatakan bahwa;
P: nyeri terasa apabila dipegang atau diraba.
Q: nyeri terasa panas, senut- senut
R: nyeri terasa pada bagian tungkai bawah yang mengalami fraktur
S: skala nyeri pasien 7
T: nyeri sifatnya sering dan terus menerus.
DO: Nyeri,tidak Gangguan
●Terdapat penebalan periosteum, bone resorption, sclerosis sekitar nyaman, mobilitas
tulang. kerusakan fisik
muskuloskeletal,
●Terdapat scar tissue dan bekas fraktur pada tungkai bawah.
adanya fraktur
DS:
●Pasien mengatakan nyeri, tidak nyaman pada tungkai bagian
bawah.
DO: proses supurasi Kerusakan
●Terdapat penebalan periosteum, bone resorption, sclerosis sekitar di tulang, luka integritas
tulang. fraktur terbuka jaringan
●Terdapat scar tissue dan bekas fraktur pada tungkai bawah.
DS:
●Pasien mengatakan nyeri, tidak nyaman pada tungkai bagian
bawah.
DO: Proses infeksi, Hipertermia
peningkatan kecepatan
● Suhu tubuh pasien 390C.
metabolik.
● Akral hangat
● Terdapat rubor
● Frekuensi napas meningkat: 22x/mnt
DS:
● Pasien mengeluh badannya panas

DO: Keterbatasan informasi, Defisit


interpretasi yang salah pengetahuan
● Pasien selalu mengeluh, gelisah, dan selalu bertanya.
terhadap informasi.
DS:
● Pasien mengatakan bahwa dirinya pernah datang ke
dukun tulang untuk mengobati penyakitnya.
DIAGNOSA KEPERAWTAN

1. Gg. Rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.


2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak nyaman, kerusakan
muskuloskeletal, adanya fraktur.
3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di tulang, luka
fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan metabolik.
5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan informasi,
interpretasi yang salah terhadap informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi dan pembengkakan

Tujuan: nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.

Kriteria hasil:

•  nyeri berkurang atau dapat diatasi

•  mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri

• Klien tidak gelisah

• Skala nyeri berkurang dengan skala  3-4 atau teratasi.


Intervensi Rasional
Mandiri a. Nyeri merupakan respon subyaktif yang dapat dikaji dengan
a. Kaji nyeri dengan skala 0-4 menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas
b. Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau tingkat cidera.
nyeri di tulang yang mengalami infeksi. b. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi nyeri pada daerah nyeri
c. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus. sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi.
d. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan c. Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan , pergerakan sendi
peredaan nyeri nonfarmakologi dan noninvasi. d. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tindakan
e. Ajarkan relaksasi: teknik mengurangi ketegangan otot nonfarmakologi lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan nyeri.
meningkatkan relaksasi masase. e. Teknik ini melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O 2 pada
f. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang.
g. Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan f. Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal yang
beri posisi yang nyaman (misal: ketika tidur, punggung menyenangkan.
klien diberi bantal kecil). g. Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga meningkatkan
h. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan kenyamanan.
hubungan dengan beberapa lama nyeri akan h. Pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan dapat
berlangsung. membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana
Kolaborasi terapeutik.
Pemberian analgesik Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga akan berkurang.
2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak nyaman, kerusakan
muskuloskeletal, adanya fraktur.
Tujuan: meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang
mungkin.
Kriteria Hasil:
a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
b. Mengerti tujuan dari penigkatan mobilitas
c. Memverbalisasikan kekuatan dan kemampuan berpindah
d. Memperagakan penggunakan alat bantu untuk mobilisasi
Intervensi Rasional
Mandiri: a.Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual,
a. Kaji kemampuan pasien dalam memerlukan informasi, intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
mobilisasi. b.Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian,
b.Dorong partisipasi pada aktivitas meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan membantu menurunkan isolasi sosial.
terapeutik/rekreasi. c.Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
c. Instruksikan pasien untuk/bantu dalam mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak
rentang gerak pasien digunakan.
d.Dorong penggunaan latihan isometrik d.Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu
mulai dengan tungkai yang tak sakit. mempertahankan kekuatan dan masa otot.
e. Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan e.Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi, dan
(contoh: mandi, mencukur). meningkatkan kesehatan diri langsung.
f. Bantu dalam mobilisasi dengan kursi f. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (contoh: flebitis) dan meningkatkan
roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin. penyembuhan dan normalisasi fungsi organ. Belajar memperbaiki cara menggunakan alat
Instruksikan keamanan dalam penting untuk mempertahankan mobilisasi optimal dan keamanan pasien.
menggunakan alat mobilitas. g.Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan memerlukan
g.Monitor vital sign sebelum/sesudah intervensi khusus (contoh: kemiringan meja dengan peninggian secara bertahap sampai posisi
latihan dan lihat respon pasien saat tegak).
latihan. Kolaborasi:
Kolaborasi: Berguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan. Pasien dapat memerlukan
Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi bantuan jangka panjang dengan gerakan, kekuatan, aktivitas, yang mengendalikan berat badan,
dan/atau rehabilitasi spesialis. juga penggunaan alat.
3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di
tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
Tujuan: integritas jaringan membaik secara optimal
Kriteria hasil: 
 pertumbuhan jaringan meningkat 
 keadaan luka membaik
 pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi
 luka menutup,
 tidak terdapat jaringan nekrotik
Intervensi
Mandiri
a. Kaji kerusakan jaringan lunak
b. Lakukan perawatan luka : lakukan perawatan luka dengan tehnik steril.
c. Kaji keadaan luka dengan tehnik membuka balutan dan mengurangi stimulus nyeri, bila perban melekat kuat, perban diguyur
dengan NaCl.
d. Larutkan pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan larutan NaCl.
e. Tutup luka dengan kasa steril atau kompres dengan NaCl yang dicampur dengan antibiotik.
f. Lakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati.
g. Rawat luka setiap hari atau setiap kali bila pembalut basah atau kotor.
h. Hindari pemakaian peralatan perawatan luka yang sudah kontak dengan klien osteomielitis, jangan digunakan lagi untuk
melakukan perawatan luka pada klien lain.
i. Gunakan perban elastis dan gips pada luka yang disertai kerusakan tulang atau pembengkakan sendi.
j. Evaluasi perban elastis terhadap resolusi edema.
k. Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan dan lakukan perubahan intervensi bila pada waktu
yang ditetapkan tidak ada perkembangan pertumbuhan jaringan yang optimal.
Kolaborasi
l. Kolaborasi dengan tim bedah untuk bedah perbaikan pada kerusakan jaringan agar tingkat kesembuhan dapat dipercepat.
m. Pemeriksaan kultur jaringan (pus) yang keluar dari luka
n. Pemberian antibiotik/antimikroba
Rasional
a. Menjadi data dasar untuk memberi informasi tentang intervensi perawatan luka, alat, dan jenis larutan apa yang akan
digunakan.
b. Perawatan luka dengan tehnik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka.
c. Manajemen membuka luka dengan mengguyur larutan NaCl ke perban dapat mengurangi stimulus nyeri dan dapat
menghindari terjadinya perdarahan pada luka osteomielitis kronis akibat perban yang kering oleh pus.
d. Tehnik membuang jaringan dan kuman diarea luka sehingga keluar dari area luka.
e. NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diabsorbsi oleh jaringan daripada larutan antiseptik. NaCl yang
dicampur dengan antibiotik dapat mempercepat penyembuhan luka akibat infeksi osteomielitis.
f. Jaringan nekrotik dapat menghambat penyembuhan luka.
g. Memberi rasa nyaman pada klien dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan luka.
h. Pengendalian infeksi nosokomial dengan menghindari kontaminasi langsung dari perawatan luka yang tidak steril.
i. Pada klien osteomielitis dengan kerusakan tulang, stabilitas formasi tulang sangat labil. Gips dan perban elastis dapat
membantu memfiksasi dan mengimobilisasi sehingga dapat mengurangi nyeri.
j. Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat dapat menyebabkan edema pada daerah distal dan juga menambah
nyeri pada klien.
k. Adanya batasan waktu selama 7x24 jam dalam melakukan perawatan luka klien osteomielitis menjadi tolok ukur
keberhasilan intervensi yang diberikan. Apabila masih belum mencapai kriteria hasil sebagainya kaji ulang faktor-faktor
yang menghambat pertumbuhan jaringan luka.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan metabolik.

Kriteria Hasil:
 suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5'C)
  nadi 60-100x/menit
  pernapasan 12-20x/menit
  perubahan warna kulit tidak ada, keletihan tidak tampak.
Intervensi Rasional
Mandiri:
a.Pantau terhadap tanda hipertermia maligna a.kewaspadaan terhadap hipertermia malignan dapat
(misalnya demam, takipnea, aritmia, mencegah atau menurunkan respon hipermetabolik
perubahan tekanan darah, bercak pada terhadap obat-obatan farmakologis yang digunakan
kulit, kekakuan, dan berkeringat banyak). selama pembedahan.
b.Pantau suhu pasien tiap 8 jam. b.Regulasi suhu dapat mencapai atau mempertahankan
c.Pantau tanda-tanda vital tiap 8 jam. suhu tubuh yang diinginkan selama intraoperasi.
Kolaborasi: c.Pemantauan tanda vital seperti pengumpulan dan analisis
a.Berikan obat antipiretik sesuai dengan data kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh untuk
kebutuhan. menentukan serta mencegah komplikasi.
b.Gunakan matras dingin dan mandi air d.Obat antipiretik digunakan untuk menurunkan suhu
hangat tubuh.
e.Matras dingin dan mandi air hangat digunakan untuk
mengatasi gangguan suhu tubuh, sesuai dengan
kebutuhan.
5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan informasi,
interpretasi yang salah terhadap informasi.
Kriteria Hasil: pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
intervensi Rasional
a.kaji ulang patologi, prognosis dan a.memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat
harapan yang akan datang membuat pilihan informasi.
b.Berikan dukungan cara-cara mobilisasi b.Sebagian besar osteomilitis memerlukan penopang selama
dan ambulasi sebagaimana yang proses pe-nyembuhan sehingga keterlambatan pe-nyembuhan
dianjurkan oleh bagian fisioterapi. disebab- kan oleh penggunaan alat bantu yang kurang tepat.
c.Pilih aktifitas yang bisa mandiri dan c.Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang
yang harus dibantu. perlu menolongnya. (apakah fisioterapi, perawat atau ke-
luarga).
d.identifikasi tersedianya sumber d.Memberikan bantuan untuk memudahkan perawatan diri dan
pelayanan di masyarakat , contoh tim mendukung kemandirian . meningkatkan perawatan diri
rehabilitasi, pelayanan perawatan optimal dan pemulihan
dirumah e.Memudahkan perawatan diri dan menjaga terjadi infeksi
e.Ajarkan cara teknik balutan secara steril secara mandri dan optimal
dan dan teknik kompres hangat.

Anda mungkin juga menyukai