Disusun oleh :
Rosita sari (070417189)
Latar Belakang
• Osteomielitis akut di Amerika Serikat mempengaruhi 0,1-1,8 % dari populasi orang dewasa,
sedangkan di negara-negara berkembang osteomielitis masih menjadi masalah dalam
bidang ortopedi. Kira kira 50% kasus osteomielitis terjadi pada lima tahun pertama kehidupan.
Terjadi lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan, dan sering mengenai tulang
panjang ekstrimitas bawah meskipun semua tulang bisa terkena. (dalam Nadhirah 2015)
• Di indonesia osteomielitis masih menjadi masalah karena tingkat higienitas yang masih
rendah, diagnosis yang terlambat, angka tuberkulosis yang masih tinggi. Pengobatan
osteomielitis masih memerlukan waktu lama dan biaya yang tinggi, serta banyak pasien
yang fraktur terbuka yang datang terlambat dan sudah menjadi osteomieliti. Tulang yang
paling sering mengalami Osteomielitis adalah tibia (50 %), disusul oleh femur (30 %), fibula ( 12
%), humerus (3 %), ulna (3 %), dan radius (2 %). (dalam Nadhirah 2015)
Lanjutan
• Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan invlokrum (pembentukan
tulang baru disekeliling jaringan tulang mati) (Smeltzer, Suzanne.C. 2001).
• Osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup
sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis
dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam
sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik
adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 2002
dalam Nadhirah. A 2015).
Etiologi
• Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005 dalam Kurnadi Rita.A 2017), penyebab osteomyelitis adalah
Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli,
Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
• Virus
• Jamur
• Mikroorganisme lain
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3
cara:
• Aliran darah
• Sering terjadi dengan manifestsi klinis septikemia (misal menggigil, demam tinggi,
denyut nadi cepat, dan malaise umum). Gejala sistemik awalnya dapat menutupi
gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan luna, dengan bagian yang terinfeksi
menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri
konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerkan dan berhubungan
dengan tekanan pus yang terkumpul.
• Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dan infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Darah Daerah infeksi membeangkak,
hangat, nyeri, dan nyeri tekan. Pasien dengan osteonielitis kronik ditandai dengan
pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
•
Patofisilogi
• Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang
sehubungan dengn peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan kebawah periosteum dan dapat
menyebabkan ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi
dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
• Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
tulang dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga
abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh seperti yang
terjadi pada jaringan lunak Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum
Komplikasi
• Kanker kulit
Pengobatan
• Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan penderita dan reaksi
alergi penderita
• Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan
menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan
tulang, otot, atau kulit sehat.
• Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran pembuluh balik.
Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan
3. Psikososial
4. Pemeriksaan Fisik
— Fisioterapi / aoakulasi
terapi
Lanjutan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak
karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan invlokrum (pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati) (Smeltzer,
Suzanne.C. 2001).
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah: Bakteri, Virus, Jamur, Mikroorganisme lain
Menurut Joyce & Hawks (2005 dalam Kurnadi Rita.A 2017), penyebab osteomyelitis adalah
Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas,
Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara: Aliran
darah, Penyebaran langsung dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya, Infeksi dari jaringan lunak di
dekatnya.
Daftar Pustaka
• Smeltzer, Suzanne.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed.8. Jakarta :EGC