Anda di halaman 1dari 24

OSTEOMYOLITIS

Kelompok 1
Tingkat 2.1

Apakah definisi penyakit


osteomyolitis?
Osteomyolitis adalah infeksi bentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomyolitis dapat menjadi masalah
kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup
atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas
(Smeltzer, Suzanne C, 2002).

Berdasarkan pengertiannya Osteomyolistis dapat


diklasifikasikan dua macam osteomyolitis, yaitu:
Osteomyolitis Primer
Penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain
dan beredar melalui sirkulasi darah.
Osteomyolitis Sekunder
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomyolitis terbagi menjadi 3,


yaitu:
Osteomyolitis akut
Osteomyolitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
1.Osteomyolitis hematogen
2.Osteomyolitis direk
. Osteomyolitis sub-akut
Yaitu osteomyolitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
. Osteomyolitis kronis
Yaitu osteomyolitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih
sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
Osteomyolitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada
orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau
trauma (osteomyolitis kontangiosa), misalnya osteomyolitis
yang terjadi pada tulang yang fraktur.

Apakah etiologi penyakit


tersebut?
Adapun penyebab penyebab osteomyolitis ini
adalah:
Staphylococcus aureus sebanyak 90%
Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak
dibawah umur 4 tahun.
Streptococcus hemolitikus
Pseudomonas aurenginosa
Clastridium perfringen
Neisseria gonorhoeae
Salmonella thyposa
Perdarahan hebat
Pecah pembuluh darah

Osteomyolitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia,


the free encyclopedia, 2000) yaitu:
Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen
(melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain
(misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi).
Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung
melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka
tembak
Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa
menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau
minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah
yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi
penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit

Epidemiologi Osteomyolitis
Osteomyolitis sering ditemukan pada usia dekade III, tetapi dapat pula ditemukan pada bayi. Insiden di
Amerika 1 dari 5000 anak. Pada keseluruhan
insiden terbanyak pada negara berkembang.
Osteomyolitis pada anak-anak sering bersifat akut
dan menyebar secara hematogen, sedangkan
osteomyolitis pada orang dewasa merupakan
infeksi kronik yang berkembang secara sekunder
dan fraktur terbuka dan meliputi jaringan lunak.

Pathofisiologi Osteomyolitis
Staphylococcus aureus
merupakan penyebab 70%
sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya
yang sering dijumpai pada
osteomyolitis meliputi: Proteus,
Pseudomonas, dan Escerichia
Coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resistensi
penisilin, nosokomial, gram
negatif dan anaerobik.

Gejala Klinis
Manifestasi klinis osteomyolitis dijelaskan secara ringkas
sebagai berikut:
Infeksi dibawa oleh darah
Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (misal
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise
umum).
Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat
nyeri tekan.
Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya
atau kontaminasi langsung
Daerah infeksi membengkak, nyeri dan nyeri tekan.
Osteomyolitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus
atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah: sel darah putih meningkat sampai
30.000 disertai laju endap darah; pemeriksaan titer antibody
anti-stafilokokus; pemeriksaan kultur darah untuk
menentukan bakterinya (50% POSITIF) dan diikuti uji
sensitivitas
2. Pemeriksaan feces: pemeriksaan feces untuk kultur
dilakukan bila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri.
3. Pemeriksaan biopsy: pemeriksaan dilakukan pada tempat
yang dicurigai.
4. Pemeriksaan ultra sound: pemeriksaan ini dapat
memperlihatkan efusi pada sendi.
5. Pemeriksaan radiologi: Pada pemeriksaan foto polos
sepuluh hari pertama, tidak ditemukan kelainan radiologis
yang berarti, dan mungkin hanya di temukan pembengkakan
jaringan lunak. Pemeriksaan radioisotope akan
memperlihatkan penangkapan isotop pada daerah lesi.

Penatalaksanaan Osteomyolitis
Beberapa prinsip penatalaksanaan klien
osteomyolitis yang perlu diketahui perawat dalam
melaksanakan asuhan keperwatan agar mampu
melaksanakan tindakan kolaboratif adalah sebagai
berikut:
Istirahat dan memberikan analgesik untuk
menghilangkan nyeri
Pemberian cairan intravena dan kalau perlu
tranfusi darah
Istirahat local dengan bidai dan traksi
Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan
penyebab utama yaitu staphylococcus aureus
sambil menunggu biakan kuman. Antibiotik
diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat
keadaan umum dan endap darah klien. Antibiotik

Drainase bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan


sistemik antibiotik gagal (tidak ada perbaikan keadaan umum),
dapat dipertimbangkan drainase bedah. Pada drainase bedah, pus
periosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra-useus.
Disamping itu , pus juga digunakan untuk biakan kuman. Drainase
dilakukan selama beberapa hari dan menggunakan NaCl dan
antibiotik.
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan
rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari
untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses
infeksi. Kultur darah, kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi
disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka,
tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen
dan nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi secara langsung
dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.

KONSEP DASAR ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN
OSMYOLITIS

PENGKAJIAN
osteomyolitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST:
Provoking Incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi
nyeri adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma,
hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomyolitis
hematogen akut
Quality of pain : Rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief : Nyeri dapat reda dengan
imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
Severity (Scale)of Pain : Nyeri yang dirasakan klien secara
subjek antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-10.
Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah bentuk pada malam hari atau siang hari.

PEMERIKSAAN FISIK
FOKUSKAN !!!
B6 (Bone) : Adanya osteomyolitis kronis dengan proses supurasi di tulang
dan osteomyolitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik
klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai
dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
Look : Pada osteomyolitis hematogen akan ditemukan gangguan
pergerakan sendi karena pembengkakan sendi dan gangguan bertambah
berat bila terjadi spasme lokal. Gangguan pergerakan sendi juga dapat
disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (artritis septik). Secara
umum, klien osteomyolitis kronis menunjukkan adanya luka khas yang
disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang berasal dari
tulang yang mengalami infeksi dan proses supurasi. Manifestasi klinis
osteomyolitis akibat fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri,
pembengkakan pada daerah fraktur, dan sekresi pus pada luka.
Move : Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak
(mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan
pasif. Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan/keterbatasan
gerak sendi pada osteomyolitis akut.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan
nyeri
3. Hipertermi berhubungan dengan proses
inflamasi
4. Ansietas berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
dan ketakutan dalam bergerak
7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan
Rasionalisasi
No
Intervensi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Mandiri :

Mengkaji karakteristik nyeri :


lokasi, durasi, intensitas nyeri
dengan menggunakan skala nyeri
(0-10).

Mempertahankan immobilisasi

Untuk mengetahui tingkat


rasa nyeri sehingga dapat
menentukan
jenis
tindakannya.

Mencegah
pergeseran
tulang
dan
penekanan
pada jaringan yang luka.
Berikan sokongan (support) pada
Peningkatan vena return,
ektremitas yang luka
menurunkan edema, dan

Amati perubahan suhu setiap 4 mengurangi nyeri.


jam
Untuk mengetahui

Kompres air hangat


penyimpangan
penyimpangan yang

terjadi.
Kolaborasi :

Mengurangi rasa nyeri dan


Pemberian obat-obatan analgesik memberikan rasa nyaman.

Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan


No.
Intervensi
Rasionalisasi
nyeri.

Mandiri :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Pertahankan tirah baring dalam


posisi yang diprogramkan.

Tinggikan ekstremitas yang sakit,


instruksikan klien / bantu dalam
latihan
rentang
gerak
pada
ekstremitas yang sakit dan tak
sakit.

Beri penyanggah pada ekstremitas


yang sakit pada saat bergerak.

Jelaskan
pandangan
dan
keterbatasan dalam aktivitas.

Berikan
dorongan
pada
klien
untuk
melakukan
ADL
dalam
lingkup keterbatasan dan beri
bantuan sesuai kebutuhan.

Ubah posisi secara periodik

Kolaborasi :

Agar gangguan mobilitas fisik dapat


berkurang.

Dapat meringankan masalah gangguan


mobilitas fisik yang dialami klien.

Dapat meringankan masalah gangguan


mobilitas yang dialami klien

Agar klien tidak banyak melakukan


gerakan yang dapat membahayakan.

Mengurangi terjadinya penyimpangan


penyimpangan yang dapat terjadi.

Mengurangi gangguan mobilitas fisik

Mengurangi gangguan mobilitas fisik

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


No

1.

2.

3.

4.

5.

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

Pantau
- Suhu tubuh setiap 2 jam
- Warna kulit
- TD, nadi dan pernapasan
- Hidrasi (turgor dan kelembaban
kulit)

Lepaskan pakaian yang berlebihan

Lakukan
kompres
dingin
atau
kantong
es
untuk
menurunkan
kenaikan suhu tubuh.

Motivasi asupan cairan

Kolaborasi :

Beriakn obat antipiretik sesuai


dengan anjuran

Memberikan dasar untuk menentukan


tindakan selanjutnya.

Pakaian yang tidak berlebihan dapat


mengurangi peningkatan suhu tubuh
dan dapat memberikan rasa nyaman
pada pasien.

Menurunkan panas melalui proses


konduksi
serta
evaporasi,
dan
meningkatkan kenyaman pasien.

Memperbaiki kehilangan cairan akibat


perspirasi
serta
febris
dan
meningkatkan tingkat kenyamanan
pasien.

Antipiretik
membantu
mengontrol
peningkatan suhu tubuh

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan


tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
No

1.

2.

3.

4.

5.

Intervensi

Mandiri :

Jelaskan tujuan pengobatan pada


pasien

Kaji patologi masalah individu.

Kaji ulang tanda / gejala yang


memerlukan evaluasi medik cepat,
contoh nyeri dada tiba-tiba,
dispnea,
distres
pernapasan
lanjut.

Kaji ulang praktik kesehatan yang


baik, istirahat.

Kolaborasi :

Gunakan
obat
sedatif
sesuai
dengan anjuran.

Rasionalisasi

Mengorientasi
program
pengobatan.
Membantu menyadarkan klien untuk
memperoleh kontrol.

Informasi menurunkan takut karena


ketidaktahuan.
Memberikan pengetahuan dasar untuk
pemahaman kondisi dinamik.

Berulangnya
pneumotorak/hemotorak
memerlukan intervensi medik untuk
mencegah
/
menurunkan
potensial
komplikasi.

Mempertahankan
kesehatan
umum,
meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.rapeutik.

Banyak pasien yang membutuhkan obat


penenang
untuk
mengontrol
ansietasnya.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri


No

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya


dan perubahan yang terjadi

Berikan tempat tidur yang nyaman dan


beberapa milik pribadi, misalnya :
bantal dan guling

Buat
rutinitas
tidur
baru
yang
dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru

Cocokkan dengan teman sekamar yang


mempunyai pola tidur serupa dan
kebutuhan malam hari

Dorong beberapa aktifitas fisik pada


siang hari, jamin pasien berhenti
beraktifitas beberapa jam sebelum
tidur

Kurangi kebisingan dan lampu

Mengkaji
perlunya
dan
mengidentifikasi
intervensi
yang
tepat

Meningkatkan
kenyamanan
tidur
serta dukungan fisiologis/ psikologis

Bila rutinitas baru mengandung aspek


sebanyak kebiasaan lama, stres dan
ansietas dapat berkurang

Menurunkan
kemungkinan
bahwa
teman sekamar yang burung hantu
dapat menunda pasien untuk terlelap
atau menyebabkan terbangun

Aktivitas siang hari dapat membantu


pasien menggunakan energi dan siap
untuk tidur malam

Memberikan situasi kondusif untuk


tidur

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri


dan ketakutan dalam bergerak
No

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

Jelaskan aktivitas dan faktor yang


dapat
meningkatkan
kebutuhan
oksigen

Anjurkan program hemat energi

Buat
jadwal
aktifitas
harian,
tingkatkan secara bertahap

Kaji
respon
abdomen
setelah
beraktivitas

Berikan kompres air hangat

Beri waktu istirahat yang cukup

Merokok, suhu ekstrim dan stres


menyebabkan
vasokonstriksi
pembuluh garah dan peningkatan
beban jantung

Mencegah
penggunaan
energi
berlebihan

Mempertahankan pernapasan lambat


dengan
tetap
mempertahankan
latihan fiisk yang memungkinkan
peningkatan kemampuan otot bantu
pernapasan

Respon abdomen meliputi nadi,


tekanan darah, dan pernapasan yang
meningkat

Kompres
air
hangat
dapat
mengurangi rasa nyeri

Meningkatkan daya tahan pasien,


mencegah keletihan

Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan


dengan pembentukan abses tulang
No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

2.

Mandiri:

Pertahankan sistem kateter steril; berikan perawatan


kateter regular dengan sabun dan air, berikan salep
antibiotik disekitar sisi kateter.
Ambulasi dengan kantung drainase dependen.

Mencegah pemasukan bakteri dari infeksi/ sepsis


lanjut.

.
4.

Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, Pasien yang mengalami sistoskopi/ TUR prostate
menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, beresiko untuk syok bedah/ septic sehubungan
peka, disorientasi.
dengan manipulasi/ instrumentasi

5.

Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ retropublik Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan
dan perineal), pembersihan dan pengeringan kulit memberikan media untuk pertumbuhan bakteri,
sepanjang waktu
peningkatan resiko infeksi luka.

6.

Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

7.

Kolaborasi:

Berikan antibiotik sesuai indikasi

Observasi drainase
suprapubik.

dari

luka,

sekitar

Menghindari refleks balik urine, yang dapat


memasukkan bakteri kedalam kandung kemih.

kateter Adanya drain, insisi suprapubik


meningkatkan
resiko
untuk
infeksi,
yang
diindikasikan dengan eritema, drainase purulen.

Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar,


mencegah ekskoriasi dan menurunkan resiko
infeksi.

Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan


dengan
peningkatan
resiko
infeksi
pada
prostatektomi.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai