Kelompok 1
Tingkat 2.1
Epidemiologi Osteomyolitis
Osteomyolitis sering ditemukan pada usia dekade III, tetapi dapat pula ditemukan pada bayi. Insiden di
Amerika 1 dari 5000 anak. Pada keseluruhan
insiden terbanyak pada negara berkembang.
Osteomyolitis pada anak-anak sering bersifat akut
dan menyebar secara hematogen, sedangkan
osteomyolitis pada orang dewasa merupakan
infeksi kronik yang berkembang secara sekunder
dan fraktur terbuka dan meliputi jaringan lunak.
Pathofisiologi Osteomyolitis
Staphylococcus aureus
merupakan penyebab 70%
sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya
yang sering dijumpai pada
osteomyolitis meliputi: Proteus,
Pseudomonas, dan Escerichia
Coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resistensi
penisilin, nosokomial, gram
negatif dan anaerobik.
Gejala Klinis
Manifestasi klinis osteomyolitis dijelaskan secara ringkas
sebagai berikut:
Infeksi dibawa oleh darah
Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (misal
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise
umum).
Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat
nyeri tekan.
Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya
atau kontaminasi langsung
Daerah infeksi membengkak, nyeri dan nyeri tekan.
Osteomyolitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus
atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah: sel darah putih meningkat sampai
30.000 disertai laju endap darah; pemeriksaan titer antibody
anti-stafilokokus; pemeriksaan kultur darah untuk
menentukan bakterinya (50% POSITIF) dan diikuti uji
sensitivitas
2. Pemeriksaan feces: pemeriksaan feces untuk kultur
dilakukan bila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri.
3. Pemeriksaan biopsy: pemeriksaan dilakukan pada tempat
yang dicurigai.
4. Pemeriksaan ultra sound: pemeriksaan ini dapat
memperlihatkan efusi pada sendi.
5. Pemeriksaan radiologi: Pada pemeriksaan foto polos
sepuluh hari pertama, tidak ditemukan kelainan radiologis
yang berarti, dan mungkin hanya di temukan pembengkakan
jaringan lunak. Pemeriksaan radioisotope akan
memperlihatkan penangkapan isotop pada daerah lesi.
Penatalaksanaan Osteomyolitis
Beberapa prinsip penatalaksanaan klien
osteomyolitis yang perlu diketahui perawat dalam
melaksanakan asuhan keperwatan agar mampu
melaksanakan tindakan kolaboratif adalah sebagai
berikut:
Istirahat dan memberikan analgesik untuk
menghilangkan nyeri
Pemberian cairan intravena dan kalau perlu
tranfusi darah
Istirahat local dengan bidai dan traksi
Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan
penyebab utama yaitu staphylococcus aureus
sambil menunggu biakan kuman. Antibiotik
diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat
keadaan umum dan endap darah klien. Antibiotik
PENGKAJIAN
osteomyolitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST:
Provoking Incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi
nyeri adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma,
hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomyolitis
hematogen akut
Quality of pain : Rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief : Nyeri dapat reda dengan
imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
Severity (Scale)of Pain : Nyeri yang dirasakan klien secara
subjek antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-10.
Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah bentuk pada malam hari atau siang hari.
PEMERIKSAAN FISIK
FOKUSKAN !!!
B6 (Bone) : Adanya osteomyolitis kronis dengan proses supurasi di tulang
dan osteomyolitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik
klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai
dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
Look : Pada osteomyolitis hematogen akan ditemukan gangguan
pergerakan sendi karena pembengkakan sendi dan gangguan bertambah
berat bila terjadi spasme lokal. Gangguan pergerakan sendi juga dapat
disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (artritis septik). Secara
umum, klien osteomyolitis kronis menunjukkan adanya luka khas yang
disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang berasal dari
tulang yang mengalami infeksi dan proses supurasi. Manifestasi klinis
osteomyolitis akibat fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri,
pembengkakan pada daerah fraktur, dan sekresi pus pada luka.
Move : Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak
(mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan
pasif. Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan/keterbatasan
gerak sendi pada osteomyolitis akut.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan
nyeri
3. Hipertermi berhubungan dengan proses
inflamasi
4. Ansietas berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
dan ketakutan dalam bergerak
7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan
Rasionalisasi
No
Intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mandiri :
Mempertahankan immobilisasi
Mencegah
pergeseran
tulang
dan
penekanan
pada jaringan yang luka.
Berikan sokongan (support) pada
Peningkatan vena return,
ektremitas yang luka
menurunkan edema, dan
terjadi.
Kolaborasi :
Mandiri :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jelaskan
pandangan
dan
keterbatasan dalam aktivitas.
Berikan
dorongan
pada
klien
untuk
melakukan
ADL
dalam
lingkup keterbatasan dan beri
bantuan sesuai kebutuhan.
Kolaborasi :
1.
2.
3.
4.
5.
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
Pantau
- Suhu tubuh setiap 2 jam
- Warna kulit
- TD, nadi dan pernapasan
- Hidrasi (turgor dan kelembaban
kulit)
Lakukan
kompres
dingin
atau
kantong
es
untuk
menurunkan
kenaikan suhu tubuh.
Kolaborasi :
Antipiretik
membantu
mengontrol
peningkatan suhu tubuh
1.
2.
3.
4.
5.
Intervensi
Mandiri :
Kolaborasi :
Gunakan
obat
sedatif
sesuai
dengan anjuran.
Rasionalisasi
Mengorientasi
program
pengobatan.
Membantu menyadarkan klien untuk
memperoleh kontrol.
Berulangnya
pneumotorak/hemotorak
memerlukan intervensi medik untuk
mencegah
/
menurunkan
potensial
komplikasi.
Mempertahankan
kesehatan
umum,
meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.rapeutik.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
Buat
rutinitas
tidur
baru
yang
dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru
Mengkaji
perlunya
dan
mengidentifikasi
intervensi
yang
tepat
Meningkatkan
kenyamanan
tidur
serta dukungan fisiologis/ psikologis
Menurunkan
kemungkinan
bahwa
teman sekamar yang burung hantu
dapat menunda pasien untuk terlelap
atau menyebabkan terbangun
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
Buat
jadwal
aktifitas
harian,
tingkatkan secara bertahap
Kaji
respon
abdomen
setelah
beraktivitas
Mencegah
penggunaan
energi
berlebihan
Kompres
air
hangat
dapat
mengurangi rasa nyeri
Intervensi
Rasionalisasi
1.
2.
Mandiri:
.
4.
Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, Pasien yang mengalami sistoskopi/ TUR prostate
menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, beresiko untuk syok bedah/ septic sehubungan
peka, disorientasi.
dengan manipulasi/ instrumentasi
5.
Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ retropublik Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan
dan perineal), pembersihan dan pengeringan kulit memberikan media untuk pertumbuhan bakteri,
sepanjang waktu
peningkatan resiko infeksi luka.
6.
7.
Kolaborasi:
Observasi drainase
suprapubik.
dari
luka,
sekitar
TERIMAKASIH