Anda di halaman 1dari 27

OSTEOMYLITI

SDISUSUN OLEH : KELOMPOK


1

RISKITA AYU 215139062


SRI KUSNANI 215139063
HENDRA SETIAWAN 215139064
AG. NOPRES GINTING 215139065

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA


TAHUN 2023
DEFINISI
OSTEOMYLITIS

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan


daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut:

1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang


yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).

2
KLASIFIKASI
OSTEOMYLITIS

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:

1. Osteomilities primer
Penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat
lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomilities sekunder
Terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya

3
KLASIFIKASI
OSTEOMYLITIS

Berdasarkan lamanya infeksi, osteomielitis dapat dibagi menjadi 3 antara lain


 Osteomielitis akut
yaitu osteomielitis yang terjadi dalam minggu sejak infeksi Pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-
anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari
infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).
 Osteomielitis sub-akut yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
 Osteomielitis kronis Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih
sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-
akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis
yang terjadi pada tulang yang fraktur

4
ETIOLOGI

Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:


Penyebab utama osteomilitis adalah bakteri staphylococcus
aureus. Bakteri tersebut bisa terdapat dikulit atau di hidung
dan umumnya tidak menimbulkan masalah kesehatan.
Namun, saat sistem kekebalan tubuh sedang lemah karena
suatu penyakit, maka bakteri tersebut dapat menyebabkan
infeksi.

Masuknya bakteri staphylococcus hingga ke tulang dapat


melalui beberapa cara, yaitu:
1. Melalui aliran darah: Bakteri dari bagian tubuh lain dapat
menyebar ke tulang melalui aliran darah.
2. Melalui jaringan atau sendi yang terinfeksi: Kondisi ini
memungkinkan bakteri bisa menyebar ke tulang di dekat
jaringan atau sendi yang terinfeksi.
5
ETIOLOGI

3. Melalui luka terbuka: Bakteri dapat masuk ke

dalam tubuh jika terdapat luka terbuka seperti patah


tulang terbuka atau kontaminasi langsung saat bedah
ortopedi.
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70-80%
osteomielitis. Organisme patogenik lainnya yang sering
di jumpai yaitu proteus, pseudomonas, dan escherichia
coli.

6
PATOFIFIOLOGI

(Brunner, suddarth. (2001) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai


80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut
fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan
edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan
medula.

Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
7
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk
abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.

Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati


(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya.
Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum.

Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis
yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita.
Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

8
9
MANIFESTASI KLINIS

Menurut Smeltzer (2002)


1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut
nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi
gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke
korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian
yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
10
MANIFESTASI KLINIS

Gejala osteomielitis dapat terjadi secara akut atau


kronis.
1.Osteomielitis akut

Osteomielitis jenis ini terjadi secara mendadak dan berkembang dalam


waktu 7 sampai 10 hari.
2. Osteomielitis kronis
Osteomielitis kronis dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala selama
beberapa bulan bahkan tahun, sehingga terkadang sulit untuk dideteksi.
Osteomielitis jenis ini juga dapat terjadi akibat osteomielitis akut yang
sulit ditangani dan terjadi secara berulang untuk waktu yang lama.
11
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

(Brunner, suddarth. (2001)

1. Pemeriksaan darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
3. Pemeriksaan biopsy tulang
4. Pemeriksaan ultra sound
5. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan tambahan :
1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,
maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

12
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan


osteomielitis

 Daerah yang terkena di imobilisasi untuk mengurangi ketidak nyaman dan mencegah
terjadinya fraktur.
 Lakukan rendaman air hangat selama 20 menit beberapa kali sehari untuk mengingkatakan aliran
darah.
 Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi.
 Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian antibiotik intravena. Jika infeksi tampak terkontrol
dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.
 Pembedahan dilakukan jika tidak menujukkan respon terhadap antibiotic
 Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologis steril 7-8 hari pada jaringan purulen dan jaringan
nekrotik di angkat. Terapi antibiotic dilanjutkan.

13
PENATALAKSANAAN

Brunner, suddarth. (2001)

1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan


penderita dan reaksi alergi penderita
2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan
nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara
mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.

14
PENCEGAHAN

1. Berhenti merokok
2. Diet sehat
3. Mengelola berat badan
4. Mengurangi alkohol
5. Olahraga teratur

15
ASKEP
OSTEOMYLITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien,
perawat dapat menggunakan metode PQRST :
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma,
hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan
salah satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien bersifak menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi
atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
16
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari
2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala
akut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau
kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan
dan demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama
dengan sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang,
seperti trauma tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau
pembedahan tulang, dll
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.

17
3. Psikososisl
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat
sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit
sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.

4. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek
sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi,
irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
5. Pengkajian pola Gordon
a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti
bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya.
Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang
dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan
nafsu makan karena demam yang ia diderita.

18
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien
mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa
nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif
dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,
mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak,
menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang
dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga
tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah
seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena
kondisinya saat itu.

19
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien
agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di
RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien
biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

20
Diagnosa keperawatan

DX 1: Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan (Nyeri Akut SDKI D.0077)

DX 2: Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan


keterbatasan menahan beban berat badan. (Gangguan Mobilitas Fisik
SDKI D.0054)

DX 3: Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang (


Risiko Infeksi SDKI D.0142)

DX 4: Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan


pengobatan. ( ansietas SDKI D.0080)

21
C. Intervensi keperawatan

No. DX Tujuan Intervensi Rasional


1 Tujuan: Setelah diberikan Mandiri
Nyeri tindakan keperawatan
Akut — Mengkaji karakteristik nyeri : — Untuk mengetahui tingkat rasa
diharapkan nyeri dapat
SDKI lokasi, durasi, intensitas nyeri nyeri sehingga dapat menentukan
berkurang atau terkontrol dan
D.0077 dengan menggunakan skala nyeri jenis tindakannya.
rasa nyaman meningkat.
(0-10) — Mencegah pergeseran tulang dan
Kriteria hasil: — Mempertahankan im-mobilisasi penekanan pada jaringan yang
 Tidak terjadi nyeri (back slab) luka.
— Peningkatan vena return,
 Napsu makan menjadi — Berikan sokongan (support) pada menurunkan edem, dan
normal, ektremitas yang luka mengurangi nyeri
 ekspresi wajah rileks dan — Untuk mengetahui penyimpangan
— Amati perubahan suhu setiap 4 jam
– penyimpangan yang terjadi
 suhu tubuh normal
— Kompres air hangat — Mengurangi rasa nyeri dan
memberikan rasa nyaman
Kolaborasi — Mengurangi rasa nyeri
— Pemberian obat-obatan analgesik

22
No. DX Tujuan Intervensi Rasional
2. Tujuan: setelah diberikan Mandiri
(Gangg tindakan keperawatan — Agar gangguan mobilitas fisik
uan diharapkan Gangguan — Pertahankan tirah baring dalam posisi dapat berkurang
Mobilit mobilitas fisik dapat yang di programkan — Dapat meringankan masalah
as Fisik — Tinggikan ekstremitas yang sakit, gangguan mobilitas fisik yang
berkurang
SDKI instruksikan klien / bantu dalam latihan dialami klien
D.005 Kriteria hasil: rentang gerak pada ekstremitas yang sakit — Dapat meringankan masalah
dan tak sakit gangguan mobilitas yang dialami
 Meningkatkan — Beri penyanggah pada ekstremitas yang klien
mobilitas pada tingkat sakit pada saat bergerak — Agar klien tidak banyak
paling tinggi yang — Jelaskan pandangan dan keterbatasan melakukan gerakan yang dapat
mungkin dalam aktivitas membahayakan
 Mempertahankan — Berikan dorongan pada klien untuk — Mengurangi terjadinya
posisi fungsional melakukan AKS dalam lingkup penyimpangan – penyimpangan
 Meningkatkan / keterbatasan dan beri bantuan sesuai yang dapat terjadi
fungsi yang sakit kebutuhan — Mengurangi gangguan mobilitas
— Ubah posisi secara periodik fisik
Kolabortasi

- Fisioterapi/aokulasi terapi

23
No. DX Tujuan Intervensi Rasional
3 Tujuan: setelah Mandiri — Mencegah pemasukan bakteri dari
Risiko I diberikan tindakan infeksi/ sepsis lanjut.
nfeksi S keperawatan — Pertahankan system kateter steril; berikan — Menghindari refleks balik urine,
DKI D.0 perawatan kateter regular dengan sabun dan
142 diharapkanTidakter yang dapat memasukkan bakteri
jadiresikoperluasan air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kedalam kandung kemih.
infeksi yang kateter. — Pasien yang mengalami
dialami — Ambulasi dengan kantung drainase dependen. sistoskopi/ TUR prostate beresiko
— Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, untuk syok bedah/ septic
Kriteria hasil: menggigil, nadi dan pernapasan cepat, sehubungan dengan manipulasi/
gelisah, peka, disorientasi. instrumentasi
 Mencapai waktu — Observasi drainase dari luka, sekitar kateter
penyembuhan — Adanya drain, insisi
suprapubik. suprapubikmeningkatkan resiko
— Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ untuk infeksi, yang diindikasikan
retropublik dan perineal), pembersihan dan dengan eritema, drainase purulen.
pengeringan kulit sepanjang waktu — Balutan basah menyebabkan kulit
— Gunakan pelindung kulit tipe ostomi iritasi dan memberikan media
Kolaborasi: untuk pertumbuhan bakteri,
peningkatan resiko infeksi luka.
- Berikan antibiotic sesuai indikasi — Memberikan perlindungan untuk
kulit sekitar, mencegah ekskoriasi
dan menurunkan resiko infeksi.

24
No. DX Tujuan Intervensi Rasional
4. Tujuan: setelah Mandiri — Mengorientasi program
ansietas diberikan tindakan pengobatan. Membantu
Ansietas keperawatan — Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien menyadarkan klien untuk
SDKI diharapkan — Kaji patologi masalah individu. memperoleh kontrol
D.0080 — Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan
hilangnya ansietas — Informasi menurunkan takut
dan memberikan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba- karena ketidaktahuan. Memberika
informasi tentang tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut. pengetahuan dasar untuk
proses penyakit, — Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, pemahaman kondisi dinamik
program istirahat. — Berulangnya
pengobatan Kolaborasi : pneumotorak/hemotorak
- Gunakan obat sedatif sesuai anjuran memerlukan intervensi medik
Kriteria hasil: untuk mencegah / menurunkan
 Ekspresi wajah potensial komplikasi.
relaks — Mempertahanan kesehatan umum
meningkatkan penyembuhan dan
 Cemas dan rasa dapat mencegah
takut hilang atau kekambuhan.rapeutik.
berkurang
— Banyak pasien yang
membutuhkan obat penenang
untuk mengontrol ansietasnya.

25
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan
osteomielitis diharapkan sebagai berikut:
1. Nyeri berkurang atau terkontrol dan rasa nyaman meningkat
2. Gangguan mobilitas fisik berkurang
3. Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami
4. Ansietas hilang dan pasien mengerti tentang penyakit yang
dideritanya.

26
THANK
YOU

27

Anda mungkin juga menyukai