Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves,2001:257).
Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff,
2002:571). Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada tulang
yang disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi
bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis
jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90). Menurut Price (1995:1200).
Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang. Osteomyelitis akut adalah infeksi
tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma tulang,
biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, staphylococcus aureus, atau
streptococcus pyogenes (Tucker, 1998:429).
Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan
tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri
piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan
dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang
tidak ditangani dengan baik (Price, 1995:1200).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud osteomielitis?
2. Bagaimana klasifikasi osteomielitis?
3. Bagaimana etiologi osteomielitis?
4. Bagaimana patofisiologi osteomielitis?
5. Apa tanda dan gejala osteomielitis?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada osteomielitis?
7. Bagaimana Penatalaksanaan pada osteomielitis?
8. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien osteomielitis?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit osteomielitis.
2. Tujuan khusus
a. Apa yang dimaksud osteomielitis?
b. Bagaimana klasifikasi osteomielitis?
c. Bagaimana etiologi osteomielitis?
d. Bagaimana patofisiologi osteomielitis?
e. Apa tanda dan gejala osteomielitis?
f. Bagaimana manifestasi klinis osteomielitis?
g. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada osteomielitis?
h. Bagaimana Penatalaksanaan pada osteomielitis?
i. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien
osteomielitis?
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan


daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Osteomilitis masih merupakan permasalahan di negara kita karena tingkat
higienis yang masih rendah, pemahaman mengenai penatalaksanaan yang belum
baik, diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan
osteomilitis kronis, dan fasilitas diagnostik yang belum memadai di puskesamas.
Angka kejadian osteomilitis di Indonesia saat ini masih tinggi sehingga kasus
osteomilitis tulang dan sendi juga masih tinggi. Pengobatan ostemolitis
memerlukan waktu yang cukup.

2.2 Klasifikasi
Osteomielitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
klinis, yaitu osteomielitis akut, sub akut, dan kronis. Hal tersebut tergantung dari
intensitas proses infeksi dan gejala yang terkait.
1. Osteomielitis Hematogen Akut
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang
akut yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal
dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Selainan ini
sering ditemukan pada anak" anak dan sangat jarang pada orang dewasa.
2. Osteomielitis Hematogen Subakut
Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena organisme
penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten. Osteomielitis
hematogen subakut biasanya disebabkan oleh Stafilokokusaureus dan
umumnya berlokasi dibagian distal femur dan proksimal tibia.
3. O s t e o m i e l i t i s k r o n i s
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut
yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis
kronis juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan
operasi pada tulang. Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh
stafilokokus aureus (75%), atau E.colli, Proteus atau Pseudomonas.
4. O s t e o m i e l i t i s a k i b a t f r a k t u r t e r b u k a
Merupakan osteomielitis yang paling sering ditemukan pada orang dewasa.
Terjadi kerusakan pembuluh darah, edema, dan hubungan antara fraktur
dengan dunia luar sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi.
Osteomielitis akibat fraktur terutama disebabkan oleh staphylococus
aureus, B. Coli, Pseudomonas dan kadang-kadang oleh bakteri anaerob
seperti Clostridium Streptococus anaerobic, atau Bacteroides. Gambaran
klinis osteomielitis akibat fraktur terbuka sama dengan osteomielitis
lainnya. Pada fraktur terbuka, sebaiknya dilakukan pencegahan infeksi
melalui pembersihan dan debridemen luka. Luka dibiarkan terbuka dan
diberikan antibiotik yang adekuat. Pada fraktur tebuka perlu dilakukan
pemerikasaan biakan kuman guna menentukan organisme penyebabnya.
Osteomielitis jenis ini terjadi setelah operasi tulang (terutama pada operasi
yang menggunakan implan), invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan
bedah. Gejala infeksi dapat timbul segera setelah operasi atau beberapa
bulan kemudian.
5. Osteomielitis pasca operasi
Yang paling ditakuti adalah osteomielitis setelah operasi antroplasti. Pada
keadaan ini, pencegahan osteomielitis lebih penting daripada pengobatan.
Perawat instrumen operasi sangat berperan dalam menjaga kesterilan dan
sirkulasi instrumen operasi.

2.3 Etiologi
Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%). Organisme
penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus. Luka
tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan keganasan
dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau memperparah proses
infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan akibat
dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound,
prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering
menyebabkan traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan pada
orang yang lebih tua karena faktor penyebabnya berhubungan dengan penuaan.

Stapilococcus sp salmonella streptococcus pneumococcus

2.4 Patofisiologi
Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Organisme penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan
pneumococcus. Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena.
Tulang terinfeksi oleh bakteri melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di
dekatnya atau secara langsung selama pembedahan. Reaksi inflamasi awal
menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang. Pus mungkin menyebar ke
bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan abses superiosteal. Suquestra
tulang yang mati terbentuk. Pembentukan tulang baru dibawah perioteum yang
terangkan diatas dan disekitar jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang
memungkinkan pus keluar.
2.5 Pathway

2.6 Tanda dan Gejala


Gejala umum akut seperti demam, toksemia, dehidrasi, pada tempat
tulang yang terkena panas dan nyeri, berdenyut karena nanah yang tertekan
kemudian terdapat tanda-tanda abses dengan pembengkakan.

2.7 Manifestasi Klinis


Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (misalnya, menggigil, demam tinggi, denyut
nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi
gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke
korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian
yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan. Pasien dengan osteomielitis kronik
ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami
periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi
derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
a. Peningkatan laju endap eritrosit
Uji LED umumnya dilakukan menggunakan metode Westergren dan
bertujuan untuk memantau keberadaan radang atau infeksi di dalam
tubuh. Dalam metode tersebut, sampel darah yang telah
diberi antikoagulan diletakkan di dalam tabung vertikal 200 mm dan
kemudian didiamkan selama 1 jam untuk diamati seberapa jauh sel
darah merah jatuh menuju dasar tabung tersebut.
b. Leukosit dan LED meningkat
Leukosit meningkat karena melawan infeksi yang ada pada tubuh
2. Rontgen
Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua minggu
kemudian tampak bintik-bintik dekalsifikasi pada batang tulang, yang
kemudian dapat meluas dan diikuti oleh tanda-tanda pembentukan
involukrom.
3. Scan tulang, biasanya sebelum rontgen.
4. Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab.
5. Kultur
Untuk mengetahui antibiotik yang cocok untuk stapilococcus sp

2.9 Penatalaksanaan
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi:
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20
menit beberapa kali sehari.
2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi
organisme dan memilih antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan
selama 3 bulan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotic
pertahankan terapi antibiotik tambahan.

Nyeri akut
BAB III

KONSEP ASKEP

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian yang
dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat keperawatan
1. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya
(bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran
kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
4. Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
5. Kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
b) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
c) Pola aktivitas : pola kebiasaan
6. Pemeriksaan fisik
a) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam
dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
b) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah
ortopedi sebelumnya.
c) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
(pada osteomielitis akut)
d) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya
cairan purulen.
e) Identisikasi peningkatan suhu tubuh
f) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa
lembek bila di palpasi.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang
respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akountabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan. Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai
berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;
imobilisasi.
4. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan
abses tulang, kerusakan kulit
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS : Nyeri

C. Rencana dan Tindakan Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
nyeri dan ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan
nyeri dan komplikasi
Kriteria hasil :
Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan perilaku
melindungi bagian yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24 per menit, suhu
klien dalam batas normal (36ºC-37ºC) dan tidak adanya komplikasi.

Intervensi :
1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
2. Tinggikan ekstermitas yang mengalami nyeri
3. Hindari penggunaan sprei atau bantal plastic dibawah ekstermitas yang
mengalami nyeri
4. Evaluasi keluhan nyeri atau ketidak nyamanan. Perhatikan lokasi dan
karakteristik, termasuk intensitas (skala nyeri 1-10). Perhatikan
petunjuk nyeri perubahan pada tanda vital dan emosi atau perilaku.
5. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan
infeksi pada tulang.
6. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif atau akfif
7. Beri alternative tindakan kenyamanan seperti pijatan, punggung atau
perubahan posisi.
8. Dorong menggunakan tehnik managemen stress, seperti relaksasi
progresif, latihan napas dalam, imajinasi visualisasi, dan sentuhan
terapeutik.
9. Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa atau tiba-tiba, lokasi
progresif atau buruk tidak hilang dengan analgesik.
10. Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan keperawatan.
11. Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai kebutuhan.

Kolaborasi :
12. Berikan obat analgesik seperti hidroksin, siklobenzaprin sesuai
indikasi.
13. Awasi analgesic yang diberikan.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas
fisik yaitu klien mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas
fungsionalnya

Kriteria hasil :
Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas, mempertahankan posisi
fungsional, meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan
mengkompensasikan bagian tubuh.

Intervensi :
1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan
dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi
2. Bantu atau dorong perawatan diri atau keberihan diri
(mandi,mencukur)
3. Awasi tekanan darah klien dengan melakukan aktivitas fisik,
perhatikan keluhan pusing
4. Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi
secara periodic
5. Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan ketentuan defekasi rutin
6. Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat
sesegera mungkin
7. Konsul dengan ahli terapi fisik atau rehabilitasi spesialis
8. Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai
indikasi
3. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;
imobilisasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah
gangguan infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.

Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk
mencegah kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.

Intervensi :
1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan
perubahan warna kulit
2. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan
3. Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit
sesuai indikasi
4. Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan
alcohol atau bedak dengan jumlah sedikit berat
5. Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau
lepaskan gips, dan dukung bantal setelah pemasangan
6. Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir
dan bawah beban atau gips.

4. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan


abses tulang, kerusakan kulit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
diharapkan penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak
terjadinya infeksi yang berkelanjutan.

Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan
demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan

Intervensi :
1. Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
2. Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar
atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap
3. Berikan perawatan luka
4. Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit
kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam
5. Kaji tonus otot, reflek tendon
6. Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal
atau enterna ekstermitas cedera

Kolaborasi :
7. Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
8. Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

D. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan
perencanaan berhasil di capai.
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan :
1. Proses ( sumatif )
Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas tindakan
evaluasi dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan.
2. Hasil ( formatif )
Fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
tindakan keperawatan.

Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :


a. Mengalami peredaan nyeri
1) Melaporkan berkurangnya nyeri
2) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
3) Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak

b. Peningkatan mobilitas fisik


1) Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri
2) Mempertahankan fungsi penuh ekstermitas yang sehat
3) Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan
aman

c. Tidak terjadi perluasan infeksi


1) Memakai antibiotic sesuai resep
2) Suhu badan normal
3) Tidak ada pembengkakan
4) Tidak ada pus
5) Angka leukosit dan laju endap darah (LED) kembali normal

d. Integritas kulit membaik


1) Menyatakan kenyamanan
2) Mempertahankan intergritas kulit
3) Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas normal

e. Mematuhi rencana terapeutik


1) Memakai antibiotic sesuai resep
2) Melindungi tulang yang lemah
3) Melakukan perawatan luka yang benar
4) Melaporkan bila ada masalah segera
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae. Menurut uraian diatas osteomilitis diklasifikasikan dua macam
osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

B. Saran
Adapun saran yang diberikan yaitu supaya makalah tentang penyakit
osteomilitis dapat digunakan mahasiswa dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai