Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOMIELITIS

A. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, atau proses spesifik (m.tuberkulosa, jamur). Pembagian osteomielitis yang lazim dipakai:
1. Osteomielitis primer yang disebabkan penyebaran secara hematogen dari focus lain. Osteomielitis
primer dapat dibagi menjadi osteomielitis akut dan primer.
2. Osteomielitis sekunder atau osteomielitis perkontinuitatum yang disebabkan penyebaran kuman dari
sekitarnya, seperti bisul dan luka.
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Osteomielitis dapat menjadi masalah yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan eksteremitas. Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran
hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misal: lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat dimana terdapat
trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan infeksi jaringan lunak (missal: ulkus dekubitus yang terinfeksi
atau ulkus vaskuler) ayau kontaminasi langsung tulang (misal: fraktur terbuka, cedera traumatik seperti
luka tembak, pembedahan tulang)
Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya disebabkan oleh bakteri
piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai semua usia tetapi umumnya mengenai anak-
anak dan orang tua. Osteomielitis juga mengenai orang dengan gangguan kondisi kesehatan yang
serius. Ketika tulang terinfeksi maka sumsum tulang akan membengkak dan menimbulkan tekanan pada
dinding tulang, namun karena dinding tulang bersifat rigid maka pembuluh darah yang ada di di dalam
sumsum tulang tersebut akan terkompresi sehingga menurunkan suplai darah ke tulang. Tanpa suplai
darah yang cukup, bagian-bagian tulang dapat mengalami nekrosis. Bagian tulang yang mati tersebut
sulit untuk diobati karena sel-sel leukosit dan antibiotik sulit untuk mencapainya. Infeksi pada tulang
dapat juga menyebar dengan terbentuknya pus dan menginfeksi jaringan lunak disekitarnya seperti otot.
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang
disebabkan oleh jamur. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena
terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum yaitu pembentukan tulang baru disekitar jaringan tulang mati (Suzanne C.
Smeltzer & Brenda G. Bare, 1996 : 2342).
B. EPIDEMIOLOGI
Osteomielitis masih merupakan permasalahan di Negara kita karena tingkat hiegenis yang masih
rendah, pemahaman mengenai penatalaksaan yang belum baik, diagnosis yang sering terlambat
sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis dan fasilitas diagnostic yang belum memadai di
Puskesmas. Angka kejadian osteomieliyis d Indonesia pada saat ini masih tinggi sehingga kasus
osteomielitis tulang dan sendi juga masih tinggi. Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang
cukup lama dan biaya yang tinggi. Banyak klien fraktur terbuka yang dating terlambat dan biasaya dating
dengan komplikasi osteomielitis. Osreomielitis adalha infeksi pada tulang dan medulla tulang, baik
karena infeksi piogenik maupun non piogenik, misalnya Mycokobacterium tuberkolosis.
C. PENYEBAB
Osteomielitis hematogen akut dapat disebabkan oleh:
1. Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang
oleh Streptococcus hemolyticus
2. Haemophilus influenzae (5-50%) pada usia di bawah 4 tahun
3. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri
anaerob yaitu Bacterioides fragilis.
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor Predisposisi Osteomeilitis Hematogen Akut
1. Usia (terutama menhenai bayi dan anak-anak)
2. Jenis kelamin terutama (lebih sering pada pria daripada wanita dengan perbandingan 4:1)
3. Trauma ( Hematoma akibat trauma pada daerah metafisis merupakan salah satu factor predisposisi
terjadinya osteomielitis hematogen akut)
4. Lokasi ( osteomielitis hematogen akut sering terjadi di daerah metafisis karena daerah ini merupakan
daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang)
5. Nutrisi, lingkungan, dan imunitas yang buruk serta adanya focus infeksi sebelumnya (seperti bisul,
tonsillitis).
Penyebaran osteomeilitis terjadi melalui 2 cara yaitu ;
1. Penyebaran umum melalui sirkulasi darah berupa bakteremia dan septikimiaatau melalui embolus
infeksi yang menyebabkan infeksi multilokal pada daerah daerah lain.
2. Penyebaran local (abses subperiosteal) akibat penerobosan abses melalui poroesteum, selulitis
akibat abses subperiosteal menembus sampai ke bawah kulit,penyebaran kedalam sendi sehingga
terjadi aktritisseptik,atau penyebaran ke medulla tulang sekitarnya sehingga sistim sirkulasi dalam
tulang terganggu.hal ini menyebabkan kematian tulang local dengan terbentuknya tulang mati yang
disebut sukuestrum.
E. PATOFISIOLOGI
Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung pada usia,daya tahan klien,lokasi
infeksi,dan virulensi kuman.Infeksi terkjadi melalui saluran darah dari focus ditempat laindalam tubuh
pada fase bakteremiadan dapat menimbulkan septikimia.Embulus infeksi kemudian masuk ke dalam
juksta empifisis pada daerah metafisis tulang panjang.Proses selanjutnya adalah tejadi hyperemia dan
edema di daerah metafisis di sertai dengan pembentukan pus.Terbentuknya pus ketika jaringan
tulangtidak dapat bersekpensi,menyebabkan tekanan dalam tulang meningkat.Peningkatan tekanan
dalam tulang menyebabkan terjadinya sirkulasi dan timbul trombosispada pembuluh darah tulng dan
akhirnya menyebabkan nekrosis tulang.disamping proses yang di sebutkan di atas,pembentukan tulang
baru yang ektensif terjadi pada dalam poreosteus sepanjang deafisis(terutam pada anak-anak)sehingga
terbebtuk suatu lingkuangan tulang seperti peti mayatdengan jaringan sekuestrum di dalam nya.proses
ini terlihat jelas pada akhir minggu ke dua.Apabial pus menembus tulang ,terjadi pengalian pus
(discharge)keluar melalui lubang yang di sebut kloakaatau melalui sinus pada jaringan lunak dan
kulit.Pada tahap selanjutnya, penyakit osteomielitis kronis.Pada daerah tulang kanselus,infeksi dapat
terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronis.
F. PATHWAY
G. GEJALA KLINIS
Gambaran klinis osteomeilitis hematogen bergantung pada stadium fotogenesis
penyakit.osteomeilitis hematogen berkembang secara cepat.pada keadaan ini,mungkin dapat ditemukan
infeksi bakteri pada kulit dan saluran nafas atas.Gejala lain dapat berupa nyeri konstanpada daerah
infeksi atau nyeri tekandan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.Gejala timbul
akibat bakteremia dan septikimiayang berupa nafas tinggi,malaise,serta nafsu makan yang
berkurang.Pada orang dewasa,lokasi infeksi nya biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang
terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urogolis dan dapat di temukan riwayat diabetes
militus,malnutrisi,adiksi obat-obatan atau pengobatan dengan imunosupresif.Oleh karena itu ,riwayat
tentang hal tersebut perlu ditanyakan.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah; sel darah putih meningkat sampai 30.000 disertai laju endap
darah;pemeriksaan titer antibody anti-stafilokokus;pemeriksaan kultur darah untuk menentukan
bakterinya(50% POSITIF)dan di ikuti uji sensetivitas.selain itu,harus diperiksa adanya penyakit
anemia sel sabit yang merupakan jenis osteomeilitisyang jarang terjadi.
2. Pemerisaan feces ; pemeriksaan feces untuk kultur dilakukan bila trdapat kecurigaaninfeksi oleh
bakteri.
3. Pemeriksaan biopsy; pemeriksaan di lakukan pada tempat yang di curigai.Pemeriksaan ultra
sound;pemeriksaan ini dapat memperlihatkan efusi pada sendi.
4. Pemeriksaan radiologi; Pada pemeriksaan foto polos sepuluh hari pertama,tidak di temukan kelainan
radiologis yang berarti,dan mungkin hanya di temukan pembengkakan jaringan lunak.Gambaran
destruksi tulang dapat dilihat setelah sepuluh hari(2 minggu).
5. Pemeriksaan radioisotope akan memperlihatkan penangkapan isotop pada daerah lesi.
I. PROGNOSIS
Beberapa komplikasi yang sering terjadi osteomielitis hematogen yang perlu diketahui perawat agar
dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik sehingga resiko komplikasi dapat di hindari adalah
seabagi berikut;
1. Septikimia . Dengan makin tersedianya obat antibiotik yang memadai ,kematian pada septikimia saat
ini jarang ditemukan.
2. Infeksi yang bersifat metastatik.infeksi dapat berfermentasi ke tulang /sendi lainya,otak dan paru-
paru dapat bersifat multifocal dan biasanya terjadi pada klien dengan gizi buruk..
3. Atritis supuratif. Atritis supuratif dapat terjadi pada bayi karena lempeng apifisis bayi (yang bertindak
sebagai barier)belum berfungsi dengan baik.Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis
hematogen akut di daerah metafisis yang bersifat intra-kapsular (mis.., pada sendi panggul)atau
melalui infeksi metastatic.
4. Gangguan pertumbuhan. Osteomielitis hematogen akutdapat menyebabakan kerusakan lempeng
epfisis sehinggaterjadi gangguan pertumbuhan ,tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek
.Pada anak yang lebih besar akan tejadi hyperemia pada daerah metafisis yang merupakan stimulasi
untuk tulang untuk tumbuh.Pada keadaan ini,tulang tumbuh lebih cepat sehingga terjadi
pemanjangan tulang.
5. Osteomielitis kronis.Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan ,osteomeilitis akut akan
menjadi osteomeilitis kronis
J. TERAPI
Pengobatan osteomeilitis terdiri atas;
1. Pemberian antibiotik.Osteomeilitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik saja.Pemberian
antibiotik ditunjukan untuk mempersempit penyebaran infeksi pada tulang sehat lainya,mengontrol
eksaserbasi akut.
2. Tindakan operatif.tidakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian
dan rumatan antibiotik yang adekuat.operasi yang di lakukan bertujuan untuk mengeluarkan semua
jaringan nekrotik,baik jaringan lunak maupun jaringan tulang(sukuestrum) sampai jarinngan sehat
sekitarnya.Selanjutnya dilakukan draenase dan irigasi secara kantinu selama beberapa
hari.Adakalanya di perlukan penanaman rantai antibiotik di dalam bagian tulang yang infeksi sebagai
deskompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik untuk mencapi sasaran dan mencegah
penyebaran osteomeilitis lebih lanjut.
K. PENATALAKSANAAN
Beberapa prinsip penataalaksanaan klien osteomielitis yang perlu diketahui perawat dalam
melaksanakan asuhan keperwatan agar mampu melaksanakan tindakan kolaboratif adalah sebagai
berikut ;
1. Istirahat dan memberikan analgesic untuk menghilangkan nyeri
2. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah
3. Istirahat local dengan bidai dan traksi
4. Pemberian antibiotic secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu staphylococcus
aureus sambil menunggu biakan kuman.Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat
keadaan umum dan endap darah klien.Antibiotik tetap diberikan hingga 2minggu setelah endap
darah normal.
5. Drainase bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan sistemik antibiotic gagal (tidak ada
perbaikan keadaan umum),dapat dipertimbangkan drainase bedah.Pada draenase bedah, pus
periosteal di evakuasi untuk mengurangi tekanan intra-useus.Disamping itu , pus jg di gunakan untuk
biakan kuman.Draenase dilakukan selama beberapa hari dan menggunakan NaCL dan antibiotic.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. FOKUS PENGKAJIAN
Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (misal: nyeri local, pembengkakan, eritema, demam) atau
kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan demam sedang. Pasien dikaji
adanya factor resiko (misal: lansia, diabetes, terapi kostikoroid jangka panjang) dan cedera, infeksi, atau
bedah ortopedi sebelumnya. Pasien selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan
gerakan perlindungan. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akaibat reaksi
sistemik infeksi.
Pemerikasaan fisik memperlihatkan adanya daerah imflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang
disertai nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.
Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu tubuh mingkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam
hari.
Pengkajian. Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan
sistem musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi pada tulang.
Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:
a. Identitas: nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomer register, tanggal masuk rumah sakit,
dan agnosis medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri
hebat. Untuk memperolehpengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST:
1) Provoking Incident: Hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah proses supurasi pada
bagian tulang. Trauma, hermatoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah
satu factor predis posisi terjadinya osteomielitis hematogen akut
2) Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan bersifat menusuk.
3) Region, Radiation, Relief: Nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak
menjalar atau menyebar
4) Severity (Scale)of Pain: Nyeri yang dirasakan klien secara subjek antara 2-3 pada rentang
skala pengukuran 0-4.
5) Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah bentuk pada malam hari
atau siang hari.
b. Riwayat penyakit sekarang. Kaji adanya riwayat trauma faktur terbuka (kerusakan pembuluh
darah, edema, hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur
terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal
dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada osteomielitis
kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi
perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.
c. Riwayat penyakit dahulu. Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-
lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya
riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, pengobatan dengan imunosupresif.
d. Riwayat psikososial spiritual. Perawat mengkaji respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam kluarganya serta masyarakat, respons atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada kasus
osteomielitis akan timbul ketakutan terjadi kecacatan dank lien harus menjalani
penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulang. Selain itu, pengkajian juga
meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu
mtabolisme kalsium, konsumsi alcohol yang dapat mengganggu keseimbangan, dan apakah
klien melakukan olahraga. Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat
karena klien menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada klien ostiomielitis yaitu timbul
ketakutan akan kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu
melaksanakan aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan
citra diri)
2. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan gambaran
umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
Keadaan umum meliputi:
a. Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada
keadaan klien).
b. Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus osteomielitis
biasanya akut).
c. Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi septikimia.
d. B1 (Breathing). Pada inspeksi, didapat bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan
pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada
auskultasi, tidak didapat suara napas tambahan.
e. B2 (Blood). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukan nadi meningkat,
iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan S1 dan S2 tunggal, tidak ada mundur.

f. B3 (Brain). Tingkat kesadaran biasanya kompos mentis.


g. Kepala : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan
tidak ada sakit kepala).
h. Leher : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, reflex menelan ada).
i. Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.
j. Mata : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah
tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien osteomielitis yang desrtai adanya
malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.
k. Telinga : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
l. Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
m. Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
n. Status mental : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya status mental
tidak mengalami perubahan.
o. Pemeriksaan saraf cranial :
1) Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
2) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
3) Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
4) Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex kornea
tidak ada kelainan.
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
6) Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
7) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak da deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra
pengecapan normal.
p. Pemeriksaan reflex : Biasanya tidak terdapat reflex patologis.
q. B4 (Bladder). Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik dan berat jenis.
Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada system ini.
r. B5 (Bowel). Inspeksi abdomen; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi: Turgor baik,
hepar tidak teraba. Perkusi: Suara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi:
Peristaltik usus normal (20 kali/menit). Inguinal-genitalia-anus: Tidak ada hernia, tidak ada
pembesaran limfe,tidak ada kesulitan defekasi.Pola nutrisi dan metabolisme.:Klien osteomielitis
harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari,seperti kalsium, zat besi, protein,
vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi terhadap
pola nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab masalah muskuloskletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat, terauma kalsium atau protein.
Masalah nyeri pada osteomielitis menebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga
pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi: Tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap
perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feces. Pada pola berkemih, dikaji frekuensi,
kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.
s. B6 (Bone). Adanya oteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang
menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada
kulit karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
t. Look. Pada osteomielitis hematogen akut akan ditemukan gangguan pergerakan sendi karena
pembengkakan sendi dan gangguan bertambah berat bila terjadi spasme local. Gangguan
pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (arteritis septik).
Secara umum, klien osteomielitis kronis menunjukkan adanya luka khas yang disertai dengan
pengeluaran pus atau cairan bening yang berasal dari tulang yang mengalami infeksi dan proses
supurasi. Manifestasi klinis osteomielitas akibat fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri,
pembengkakan pada daerah fraktur, dan sekresi pus pada luka.
u. Move. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (Mobilitas) atau tidak.
Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. Pemeriksaan yang didapat adalah
adanya gangguan/keterbatasan gerak sendi pada osteomielitis akut.
v. Pola tidur dan istirahat. Semua klien osteomielitis merasakan nyeri sehingga dapat mengganggu
pola dan kebutuhan tidur. Pengkajian yang dilakukan adalah lama tidur, suasana, kebiasaan,
dan kesulitan serta penggunaan obat tidur.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Nyeri yang berhubungan dengan abses tulang, pertumbuhan tulang baru dan pengeluaran pus
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses pembentukan tulang baru, pengeluaran
pus tirah baring lama dan penekanan lokal.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, penurunan
kemampuan tonus otot, demam dan malaise.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.
6. Gangguan citra diri berhubungan dengan deformitas, bau dari adanya luka.
7. Defisiensi pengetahuan dan info berhubungan dengan kurang terpajan pengetahuan dan info
tentang penyakitnya.
8. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit
C. RENCANA TINDAKAN DAN RASIONALISASI
1. Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri yang berhubungan dengan abses tulang, pertumbuhan tulang
baru dan pengeluaran pus.
Tujuan : Nyeri berkurang, hilang , atau teratasi.
Kriteria Hasil : Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji nyeri dengan skala 0-4 1. Nyeri merupakan respons subjektif
yang dapat dikaji dengan
menggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri biasanya di atas
tingkat cidera.
2. Atur posisi imobillisasi pada daerah nyeri sendi 2. Mobilisasi yang adekuat dapat
atau nyeri ditulang yang mengalami infeksi mengurangi nyeri pada daerah nyeri
sendi atau nyeri ditulang yang
mengalami infeksi.
3. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor 3. Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan,
pencetus. pergerakan sendi.
4. Jelaskan dan Bantu klien terkait dengan tindakan 4. Pendekatan dengan menggunakan
pada nyeri nonfarmakologi dan noninvasif. relaksasi dan tingkatan nonfarmakologi
lain menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
5. Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi 5. Teknik ini melancarkan peredaran
ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi darah sehingga kebutuhan 02 pada
intensitas nyeri dan meningkatkan ralaksasi jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang.
masase.
6. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. 6. Mengalihkan perhatian klien terhadap
nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.
7. Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri 7. Istirahat merelaksasikan semua
dan beri posisi yang nyaman ( mis; ketika tidur, jaringan sehingga meningkatkan
punggung klien diberi bantal kecil ). kenyamanan.
8. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab 8. Pengetahuan tersebut membantu
nyeri dab hubungkan dengan beberapa lama mengurangi dan dapat membantu
nyeri akan berlangsung. meningkatkan kepatuhan klien
terhadap rencana terapeutik
9. Kolaborasi 9. Analgesic memblok lintasan nyeri
Pemberian analgesic. sehingga nyeri akan berkurang.

2. Diagnosa Keperawatan 2 : Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses


pembentukan tulang baru, pengeluaran pus tirah baring lama dan
penekanan lokal.
Tujuan : Integritas jaringan membaik secara optimal.
Kriteria Hasil : Pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik,
pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kerusakan jaringan lunak 1. Menjadi data dasar untuk memberi
informasi tentag intervensi perawatan
luka, alat, dan jenis larutan apa yang
akan digunakan.
2. Lakukan perawatan luka : 2. Perawat luka dengan teknik steril dapat
Lakukan perawatan luka dengan teknik steril. mengurangi kontaminasi kuman
langsung kearel luka.
3. Kaji keadaan luka dengan teknik membuka 3. Menejemen membuka luka dengan
balutan dan mengurangi stimulus nyeri, bila mengguyur larutan NaCl keperban
perban melekat kuat, peran diguyur dengan dapat mengurangi stimulus nyeri dan
NaCl. dapat menghindari terjadinya
pendarahan pada luka osteomielitis
konis akibat perban yang kering oleh
pus.
4. Lakukan pembilasan luka dari arah dalam keluar 4. Teknik menbuang jaringan dan kuman
dengan caira NaCl. diareal luka sehingga keluar dari areal
luka.
5. Tutup luka dengan kasa steril atau kompres 5. NaCl merupakan larutan fisiologis yang
dengan NaCl yang dicampur dengan antibiotic. lebih mudah diabsorpsi oleh jaringan
daripada larutan antiseptic. NaCl yang
dicampur dengan antibiotic dapat
mempercepat penyembuhan luka
akibat infeksi osteomielitis.
6. Lakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah 6. Jaringan nekrotik dapat menghambat
mati. menyembuhan luka.
7. Rawat luka setiap hari atau setiap kali bila 7. Memberi rasa nyaman pada klien dan
pembalut basah atau kotor. dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan jaringan luka.
8. Hindari pemakaian peralatan perawatan luka 8. Pengendalian infeksi nosokomial
yang sudah kontak dengan klien osteomielitis, dengan menghindari kontaminasi
jangan digunakan lagi untuk melakukan langsung dari perawatan luka yang
perawatan luka pada klien lain. tidak steril.
9. Gunakan perban elastis dan gips pada luka yang 9. Pada klien osteomielitis dengan
disertai kerusakan tulang atau pembengkakan kerusakan tulang, stabilitas formasi
sendi tulang sangat stabil. Gips dan perban
elastis dapat membantu memfiksasi
dan mengimobilisasi sehingga dapat
mengurangi nyeri.
10. Evaluasi perban elastis terhadap resolusi edema 10. Pemasangan perban elastis yang
terlalu kuat dapat menyebabkan
edema pada daerah distal dan juga
menambah nyeri pada klien.
11. Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan 11. Adanya batasan waktu selama 7X24
pertumbuhan jaringan dan lakukan perubahan jam dalam melakukan perawatan luka
intervensi bila pada waktu yang ditetapkan tidak klien osteomielitis menjadi tolak ukur
ada perkembangan pertumbuhan jaringan yang keberhasilan intervensi yang diberikan.
optimal. Apabila masih belum mencapai criteria
hasil, sebaikya mengkaji ulang factor-
faktor yang menghmbat pertumbuhan
jaringan luka.
12. Kolaborasi dengan tim bedah untuk bedah 12. Bedah perbaikan terutama pada klien
perbaikan pada kerusakan jaringan agar tingkat fraktur terbuka luas sehingga menjadi
kesembuhan dapat dipercepat. pintu masuk kuman yang ideal. Bedah
perbaikan biasanya dilakukan setelah
masalah infeksi osteomielitis teratasi.
13. Pemeriksaan kulur cairan ( pus ) yang keluar dari 13. Manajemen untuk menentukan
luka. antimikroba yang sesuai dengan
kuman yang sensitive atau resisten
terhadap beberapa jenis antibiotic.
14. Pemberian antibiotik/antimikroba 14. Antimikroba yang sesuai dengan hasil
kultur ( reaksi sensitive ) dapat
membunuh atau mematikan kuman
yang menginvasi jaringan tulang.

3. Diagnosa Keperawatan 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
nafsu makan, penurunan kemampuan tonus otot, demam dan
malaise.
Tujuan : Keseimbangan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : Klien mendemonstrasikan asupan makanan yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan dan metabolisme tubuh, peningkatan asupan
makanan, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, menyatakan
perasaan sejahtera.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau persentase jumlah makanan yang 1. Mengidentifikasi kemajuan atau
dikonsumsi setiap kali makan, timbang BB tiap penyimpangan dari sasaran yang
hari, catat hasil pemerikasaan protein total, diharapkan
albumin, osmolalitas.
2. Berikan perawatan mulut setiap 6 jam. Pertahan 2. Bau yang tidak menyenangkan dapat
kan kesegaran ruangan. mempengaruhi nafsu makan.
3. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu 3. Ahli diet adalah spesialisasi dalam hal
makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang dapat membantu klien
nutrisi selama sakit. yang dapat memenuhi kebutuhan kalori
dan kebutuhan nutrisi sesuai dengan
keadaan sakitnya, usia, tinggi, dan BB-
nya.
4. Dorong klien mengkonsumsi makanan lunak 4. Peningkatan suhu tubuh meningkatkan
tinggi kalori tinggi protein metabolisme, asupan protein yang
adekuat, vitamin, mineral dan kalori
untuk aktivitas anabolic dan sintesis
antibody.
5. Berikan makanan lunak dengan porsi sedikit tapi 5. Makanan lunak dengan porsi sedikit
sering yang mudah dicerna jika ada sesak nafas tetapi sering akan mengurangi sensasi
berat. nyeri sehingga mempermudah proses
menelan.

4. Diagnosa Keperawatan 4 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan


pergerakan
Tujuan : Perawatan diri klien dapat terpenuhi
Kriteria Hasil : Klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan
merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri, klien
mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan, mengidentifikasi individu masyarakat yang dapat
membantu
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam 1. Mebantu mengantisipasi dan
skala 0-4 untuk melakukan aktivitas hidup merencanakan pertemuan untuk
sehari-hari. kebutuhan individual.
2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan 2. Klien dalam keadaan cemas dan
bantu bila perlu. tergantung. Ini dilakukan untuk
mencegah frustasi dan menjaga harga
diri klien.
3. Ajak klien untuk berpikir positif tentang 3. Klien memerlukan empati. Tetapi perlu
kelemahan yang dimilikinya. Berikan klien juga mengetahui bahwa dirinya harus
motivasi dan izinkan klien melakukan tugas, beri menjalani perawatan yang konsisten.
umpan balik positif. Hal tersebut dapat meningkatkan harga
diri, memandirikan klien, dan
menganjurkan klien untuk terus
mencoba.
4. Rencanakan tindakan untuk penurunan gerakan 4. Klien akan lebih mudah mengambil
pada sisi yang sakit, seperti tempatkan makanan peralatan yang diperlukan karena levih
dan alat di dekat klien. ekat dengan sisi yang sakit.
5. Identifikasi kebiasaan defekasi. Anjurkan klien 5. Meningkatkan latihan dapat membantu
untuk minum dan meningkatkan latihan. mencegah konstipasi.

5. Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan


pergerakan.
Tujuan : Klien dapat menunjukan cara melakukan mobilisasi secara optimal.
Kriteria Hasil : Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan, mengidentifikasi individu/masyarakat yang dapat
membantu, klien terhindar dari cedera.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam 1. Membantu dalam mengantisipasi dan
melakukan mobilisasi. merencanakan pertemuan untuk
kebutuhan individual.
2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan 2. Klien dalam keadaan cemas dan
bantu bila perlu. tergantung sehingga hal ini dilakukan
untuk mencegah frustasi dan menjaga
harga diri klien.
3. Atur posisi fisiologis meliputi: 3. Memberikan data dasar tentang
kesejajaran tubuh dan kenyamanan
klien untuk perencanaan selanjutnya.
4. Kaji kesejajaran dan tingkat kenyamanan selama 4. Mengurangi kemungkinan stimulus
klien berbaring sesuai dengan daerah spondilitis. nyeri, kontraktur sendi dan
memungkinkan untuk pergerakan
optimal pada ekstremitas atas.
5. Atur posisi terlentang dan letakkan gulungan 5. Posisi optimal untuk
handuk/bantal di area bagian bawah punggung mencegah footdrop yang sering
yang sakit dengan menjaga kondisi curvature terjadi akibat kondisi kaki yang
tulang belakan g dalam kondisi optimal.
jatuh.(posisi ekstensi) terlalu lama di
tempat tidur.
6. Sokong kaki bawah yang mengalami paraplegia 6. Adanya bantala kan mencegah
dengan bantal dengan posisi jari-jari menghadap terjadinya rotasi luar kaki dan
langit. mengurangi tekanan pada jari-jari
kaki.
7. Lakukan latihan ROM 7. Latihan yang efektif dan
berkesinambungan akan mencegah
terjadinya kontraktur sendi dan atropi
otot.
8. Ajak klien untuk berfikir positif terhadap 8. Klien memerlukan empati. Tetapi
kelemahan yang dimilikinya. Berikan klien perlu juga mengetahui bahwa dirinya
motivasi dan izinkan klien melakukan tugas, harus menjalani perawatan yang
memberi umpan balik positif atas usahanya. konsisten. Hal tersebut dapat
meningkatkan harga diri,
memandirikan klien, dan
menganjurkan klien untuk terus

6. Diagnosa Keperawatan 6 : Gangguan citra diri berhubungan dengan deformitas, bau dari adanya
luka.
Tujuan : Citra diri klien meningkat
Kriteria Hasil : Klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu
menyatakan penerimaan diri, mengakui dan menggabungkan
perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji perubahan persepsi dan hubungannya 1. Menentukan bantuan individual dalam
dengan ketidakmampuan. menyusun rencana perawatan atau
pemilihan intervensi.
2. Anjurkan klien mengekspresikan perasaan 2. Menunjukan penerimaan, membantu
termasuk sikap bermusuhan dan marah. klien untuk mengenal, dan memulai
menyesuaikan dengan perasaan
tersebut.
3. Ingatkan kembali realitas bahwa klien masih 3. Membantu klien melihat bahwa
dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar perawat menerima kedua bagian
mengontrol sis yang sehat. sebagai keseluruhan tubuh.
Mengizinkan klien untuk merasakan
adanya harapan dan mulai menerima
situasi baru.
4. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan 4. Membantu meningkatkan perasaan
memperbaiki kebiasaan. harga diridan mengontrol lebih dari satu
area kehidupan.
5. Anjurkan orang terdekat mengizinkan klien 5. Menghidupkan kembali perasaan
melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya. mandiri dan membantu perkembangan
harga diri serta mempengaruhi proses
rehabilitasi.
6. Bersama klien mencari laternatif koping yang 6. Dukungan perawat kepada klien
positif. meningkatkan rasa percaya diri.
7. Dukung perilaku atau usaha, seperti 7. Klien dapat beradptasi terhadap
peningkatan minat atau partisispasi dalam perubahan dan pengertian tentang
aktivitas rehabilitasi. peran individu di masa mendatang.
8. Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi dan 8. Dapat memfasilitasi perubahan peran
konseling bila ada indikasi yang penting untuk perkembangan
perasaan.

7. Diagnosa Keperawatan 7 : Defisiensi pengetahuan dan info berhubungan dengan kurang


terpajan pengetahuan dan info tentang penyakitnya
Tujuan : Kilen dan keluarga dapat memahami tentang penyakitnya
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana
pengobatan, dan tanda kemajuan penyakit; mengekspresikan
pengertian tentang jadwal pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga 1. Menjadi data dasar bagi perawat untuk
tentang penyakitnya. menjelaskan sesuai pengetahuan klien
dan dapat menghindari pembicaraan
yang tidak perlu karena klien dan
keluarga sudah mengetahuinya
2. Diskusikan tentang pengobatan: nama, jadwal, 2. Memberi pengetahuan dasar tentang
tujuan, dosis, dan efek samping obat-obatan yang akan digunakan
sehingga dapat mengurangi dampak
komplikasi dan efek samping obat.
3. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan 3. Membantu klien dan keluarga dalam
penyakit, peningkatajn nyeri dan mobilitas. penatalaksanaan perawatan klien
osteomielitis
4. Beri dukunagn psikologis agar klien 4. Meningkatkan kemauan klien dan
menjalankan apa yang sudah disepakati. keluarga tentang pentingnya
perawatan di rumah.

8. Diagnosa Keperawatan 8 : Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit


Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : Klien mengenal perasaanya, dapat mengidentifikasi penyebab atau
factor yang mempengaruhinya, dan menyatakan ansietas hilang atau
berkurang.
INTERVENSI RASIONAL
1. Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, 1. Ansietas yang berkelanjutan
kehilangan dan takut. memberikan dampak serangan jantung
dan selanjutnya.
2. Kaji tanda verbal dan nonverbal ansietas, 2. Reaksi verbal/non verbal dapat
dampingi klien, dan lakukan tindakan bila klien menunjukan rasa agitasi, marah, dan
menunjukan prilaku merusak. gelisah.
3. Hindari konfrontasi 3. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin memperlambat
penyembuhan.
4. Mulai lakukan tindakan untuk mengurangi 4. Mengurang rangsangan eksteral yang
ansietas. Beri lingkungan yang tenang dan tidak perlu.
suasana penuh istirahat.
5. Tingkatkan control sensasi klien. 5. Kontrol sensasi klien (dalam
mengurangi ketakutan) dengan cara
memberikan informasi tentang
keadaan klien, menekankan
penghargaan terhadap sumber-sumber
koping (pertahanan diri) yang positif,
membantu latihan relaksasi dan teknik-
teknik pengalihan, dan mempersiapkan
umpan balik yang positif.
6. Orientasi klien terhadap prosedur rutin dan 6. Orientasi dapat mengurangi ansietas.
aktivitas yang diharapkan.
7. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan 7. Dapat menghilangkan ketegangan
ansietasnya. terhadap kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
8. Beri privasi kepada klien dan orang 8. Memberi waktu untuk
terdekatnya. mengekspresikan perasaan,
menghilangkan ansietas, dan prilaku
adaptasi. Adanya keluarga dan teman-
teman yang dipilih klien untuk
melakukan aktivitas dan pengalihan
perhatian (mis: membaca) akan
mengurangi perasaan terisolasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
2. Doenges, Marilynn E, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
4. Mutataqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. NANDA. 2005. Diagnosa Keperawatan: Defini & Klasifikasi 2005-2006. NANDA International,
Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai