Anda di halaman 1dari 26

Mata kuliah : Keperawatan Jiwa

Dosen MK : Dafrosia Darmi Manggasa, S.Kep.Ns. M.Biomed

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DENGAN PASIEN ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH :

DELVIRA NATALIA TOBENU

NIM : P00220217008

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI D3KEPERAWATAN POSO

T.A. 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah
satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
manusia. Kebutuhan sosial yang di maksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain,
pengakuan dari orang lain, penghargaan dari orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi
yang dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh individu sehingga memungkinkan terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk berintraksi dengan orang lain.
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya dengan keluhan
tidak dapat diatur di rumah, misalnya amuk, diam saja, tidak mandi, keluyuran,
mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada dan dirawat di rumah sakit, hal
yang sama sering terjadi banyak klien diam, menyendiri tanpa ada kegiatan.
Hari – hari perawatan dilalui dengan makan, minum obat dan tidur. Ada di antara
klien yang dengan inisiatif sendiri mencari perubahan situasi dengan jalan – jalan di
rumah sakit namun ada diantara mereka yang tidak tahu jalan pulang sehingga jika
tertangkap ia dicap sebagai klien yang melarikan diri kemudian dimasukan lagi ke
dalam ruang isolasi. Apa sebenarnya yang dilakukan klien??
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk
klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung
jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat khususnya
perawaat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat dan
benar.
Beberapa aspek dari klien yang harus diperhatikan dalam penjaringan klien yang
akan diberikan aktivitas kelompok adalah :

1. Aspek emosi
Gelisah, curiga, merasa tidak berguna, tidak dicintai, tidak dihargai, tidak
diperhatikan, merasa disisihkan, merasa terpencil, klien merasakan takut dan
cemas, menyendiri, menghindar dari orang lain

2. Aspek intelektual
Klien tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, jika ditanya klien menjawab
seperlunya, jawaban klien sesuai dengan pertanyaan perawat

3. Aspek sosial
Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien
mengatakan bersedia mengikuti therapi aktivitas, klien mau berinteraksi minimal
dengan satu perawat lain ke satu klien lain

Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman pelaksanaan
terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas kelompok sosialisasi, penyaluran energi,
stimulasi sensori dll.
Therapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan sebagian dari terapi aktifitas
kelompok yang bisa dilaksanakan dalam praktek keperawatan jiwa. Terapi ini
diharapkan dapat memacu klien untuk menyebutkan identitas dirinya, menyebutkan
identitas klien lain, memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan,
menterjemahkan perintah sesuai dengan permainan, mengikuti aturan main yang telah
ditetapkan, memilih topic yang dibicarakan, mengemukakan pendapat mengenai therapi
aktivitas kelompok yang dilakukan

Adapun di ruang Angsoka, Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma terdapat sekitar 22
klien yang akan menjadi peserta dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok nantinya
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok maupun dimasyarakat
natinya secara bertahap

2. Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan trapeutik dengan perawat, klien dapaat
mengenal penyebab isolasi social, mengenal mamfaat berintraksi, dan tahu
cara berintraksi dengan orang lain
b. Klien mampu berintraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama
yaitu perawat)
c. Klien mampu berintraksi dengan orang kedua secara bertahap (teman
perawat/perawat 2)
d. Klien mampu berintraksi dengan orang ketiga secara bertahap (teman satu
ruangan dengan klien)
e. Klien mampu berintraksi dengan masyarakat banyak secara bertahap.
C. Karakteristik Pasien
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang
dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah keperawatan
seperti isolasi social : menarik diri, resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri,
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Isolasi Sosial

1. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 ).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998).
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya
(Damaiyanti, 2008)
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
2. Penyebab
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu:
a) Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada
keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat
kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat volume otak serta perubahan struktur limbik.
b) Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal
jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. (Damaiyanti, 2012: 79)
Rentang respon Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006)
menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal
yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu
hubungan
3. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus
membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan
dan kemandirian dalam suatu hubungan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Ketergantungan Narcisme
Interdependen
1) Respon adaptif
adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum
berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang.. respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri) adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk\
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu
cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu
untuk saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan) adalah suatu hubungan saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam rangka membina
hubungan interpersonal.
2) Respon maladaptif
adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku dan tidak lazim
dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan
hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.
e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu berusaha
untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus, sikapnya
egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
(Trimelia, 2011: 9)
4. Tanda dan Gejala
a. Gejala subjektif
- Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
- Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
- Klien merasa bosan
- Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
- Klien merasa tidak berguna
b. Gejala objektif
- Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan
- Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
- Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
- Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
- Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang
- Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
- Ekspresi wajah tidak berseri
- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
- Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
- Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia, 2011: 15)
5. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda-I, (2012),dibagi
menjadi dua,yaitu objektif dan subjektif:
a. Objektif
- Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
- Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
- Afek tumpul
- Bukti kecacatan
- Ada didalam subkultur
- Sakit
- Tindakan tidak berarti
- Tidak ada kontak mata
- Dipenuhi dengan pikiran sendiri
- Menunjukkan permusuhan
- Tindakan berulang
- Afek sedih
- Ingin sendirian
- Tidak komunikatif
- Menarik diri
b. Subjektif
- Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan
- Mengalami perasaan berbeda dari orang lain
- Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain
- Tidak percaya diri saat berhadapan dengan public
- Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain
- Mengungkapkan perasaan penolakan
- Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
- Menungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang
dominan
6. Proses terjadinya masalah
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan
seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif.
(Damaiyanti, 2012)
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptive
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti
lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang
negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat
untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
7. Stressor presipitasi
1. Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang
yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo, 2014:
111)

8. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering
digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat diterima
secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya
kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1) Perilaku curiga : regresi, represi
2) Perilaku dependen: regresi
3) Perilaku manipulatif: regresi, represi
4) Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2014:113)
9. Penatalaksaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit
skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan
adalah:
a) Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan
menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis
kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung
25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak
menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
b) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam
proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman
dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima
pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
c) Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri seseorang.
10. Pohon Masalah

Risiko Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

Isolasi Sosial: menarik diri

Gangguan Konsep Diri


Harga Diri Rendah

11. Diagnosa Keperawatan


a. Isolasi social
b. Harga Diri Rendah Kronik
c. Risiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

B. Terapi Aktivitas Kelompok


1. Pengertian
Menurut Direktorat kesehatan jiwa terapi kelompok adalah psikoterapi yang
dilakukan pada sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu
sama lain dipiampin oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang
terlatih.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
- Meningkatkan kemampuan uji realitas
- Membentuk sosialisasi
- Meningkatkan fungsi psikiososial kesadaran tentang hubungan antara reaksi
emosional dengan perilaku defensive
- Membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan afektif
b. Tujuan khusus
- Meningkatkan identitas diri
- Menyalurkan emosi
- Keterampilan hubungan sosial
c. Tujuan rehabilitative
- Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
- Sosialisasi ditengah masyarakat
- Empati
- Meningkatkan pengetahuan problema hidup dan penyelesaian
3. Jenis-jenis TAK
Terapi aktivitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang paling
banyak ditemukan dikelompokkan sebagai berikut:
a) TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada tahap
mampu berintraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik)
b) TAK stimulus persepsi sensori (untuk klien yang yang mengalami gangguan
sensori)
c) TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah dapat mengontrol
halusinasinya, klien waham yang telah dapat berorientasi kepada realita dan
sehat secara fisik)
d) TAK stimulus persepsi: halusinasi (untuk klien dengan halusinasi)
e) TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan harga diri rendah)
f) TAK penyaluran energi (untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat
mengekspresikan marahnya konstruktif, klien menarik diri yang telah dapat
berhubungan dengan orang lain secara bertahap)
C. Indikasi dan kontra indikasi
1) Indikasi
- Klien dengan masalah menarik diri
- Klien dengan kondisi fisik sehat.
- Klien yang kooperatif Karakteristik Klien
2) Kontra indikas
- Waham
- Hal yang tidak terkontrol
- Depresi berat
- Sosio/psikopat
- Sedang menjalani terapi lain
- Pembosan
D. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
1. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi TAKS adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan social.
2. Tujuan TAKS
a. Tujuan Umum yaitu klien dapat meningkatkan hubungan social dalam kelompok
secara bertahap.
b. Tujuan khususnya yaitu :
 Klien mampu memperkenalkan diri
 Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
 Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
 Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topic percakapan
 Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang
lain
 Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
 Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang
telah dilakukan
3. Kriteria dan Indikasi
Aktivitas TAKS dilakukan 2 sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien. Klien
yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien dengan gangguan hubungan social
sebagai berikut:
a. Klien menarik diri yang telah melakukan interaksi interpersonal
b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai dengan stimulus
4. Pengorganisasian
1) Waktu dan Tempat
Hari/ tanggal : Senin. 06 Januari 2020
Jam : 09.00-10.00 WITA
Tempat : Ruang Langsat , RSJM Mamboro, Palu
2) Pengorganisasian
a. Leader
b. Co Leader
c. Fasilitator
d. Observer
3) Persiapan lingkungan
a. Ventilasi baik
b. Penerangan cukup
c. Suasanan tenang
d. Pengaturan posisi tempat duduk
5. Peran dan fungsi terapis
a. Leader
 Pemimpin jalannya therapy aktifitas kelompok
 Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya therapy
 Menyampaikan materi sesuai tujuan TAk
 Memimpin diskusi kelompok
b. Co. leader
 Membuka acara
 Mendampingi leader
 Mengambil alih posisi leader jika leader bloking
 Menyerahkan kembali posisi kepada leader
 Menutup acara diskusi
c. Fasilitator
 Ikut serta dalam kegiatan kelompok
 Memberikan stimulasi dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya therapy
d. Observer
 Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia)
 Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan.
6. Setting Tempat

K F K
K Keterangan :
K
F
F  L : Leader
K  Co : Co Leader
K
 F : Fasilitator
K
K
 O : Observer
K
K  K : Klien
K
K  OBS : Observasator

K K Petunjuk :

K C K
L OBS Klien duduk melingkar bersama
perawat
BAB III
PROSES PELAKSANAAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)

SESI 1 : Kemampuan Memperkenalkan Diri

A. Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi.
B. Setting
- Klien dan terapis/leader duduk bersama dalam lingkaran
- Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat
1) Laptop
2) Musik
3) Bola
4) Buku catatan dan pulpen
5) Jadwal kegiatan klien
D. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/simulasi
E. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu isolasi sosial
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a. Memberi salam terapeutik : salam dari terapis
b. Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan klien saat ini
Kontrak :
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.
2) Menjelaskan aturan main/terapi :
- Jika ada klien yang meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
terapis.
- lama kegiatan 15 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan, yaitu hidupkan laptop dan play musik serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kiri) dan pada
saat musik dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola
memperkenalkan dirinya.
b. Hidupkan musik kembali dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum
jam
c. Pada saat musik dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap , nama
panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
d. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/pakai.
e. Ulangi b, c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan.
4) Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti tak
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri pada
orang lain di kehidupan sehari-hari.
2) Memasukan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian
klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok
2) Menyepakati waktu dan tempat
SESI 2 : TAK Kemampuan Berkenalan

A. Tujuan
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok :
1) Memperkenalkan diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
2) Menanyakan diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi.
B. Setting
1) Klien dan terapis/leader duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat
1) Laptop
2) Musik/ lagu
3) Bola
4) Buku catatan dan pulpen
5) Jadwal kegiatan klien
D. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/simulasi
E. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 1 TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a. Memberi salam terapeutik
b. Salam dari terapis
c. Peserta dan terapis memakai papan nama
1) Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri pada orang lain.
2) Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok.
- Menjelaskan aturan main berikut : Jika ada klien yang meninggalkan
kelompok harus minta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap
klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Hidupkan laptop dan play musik dan edarkan bola berlawanan dengan arah
jarum jam
b. Pada saat musik dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada
disebelah kanan dengan cara :
- Memberi salam
- Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
- Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi lawan bicara.
- Dimulai oleh terapis sebagai contoh
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
d. Hidupkan kembali musik dan edarkan bola. Pada saat musik dimatikan, minta
pada anggota kelompok yang memegang bola untuk memperkenalkan
anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada kelompok, yaitu : nama
lengkap, nama panggilan, asal dan hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
e. Ulangi d sampai semua anggota mendapat giliran
f. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan berkenalan
2) Memasukan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu bercakap-cakap tentang kehidupan
pribadi
2) Menyepakati waktu dan tempat
SESI 3 : TAKS Kemampuan Bercakap-cakap

A. Tujuan
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok :
1) Menanyakan kehidupan pribadi kepada 1 orang anggota kelompok
2) Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi
B. Setting
1) Klien dan terapis/leader duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat
1) Laptop
2) Musik/ lagu
3) Bola
4) Buku catatan dan pulpen
5) Jadwal kegiatan klien
D. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/simulasi
E. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 2 TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
a) Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a. Salam terapeutik
- Memberi salam terapeutik
- Peserta dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang lain.
c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab tentang
kehidupan pribadi
- Menjelaskan aturan main berikut :Jika ada klien yang meninggalkan
kelompok harus minta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit dan
setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
2. Tahap kerja
a. Hidupkan laptop dan play musik dan edarkan bola berlawanan dengan arah
jarum jam
b. Pada saat musik dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota
kelompok yang ada disebelah kanan dengan cara :
- Memberi salam
- Memanggil panggilan
- Menanyakan kehidupan pribadi : orang terdekat/dipercayai/ disegani,
pekerjaan.
- Dimulai oleh terapi sebagai contoh
- Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
- Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan.
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana Tindak Lanjut
1) menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tantang kehidupan
pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.
2) memasukan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak Yang Akan Datang
1) menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan
topik tertentu.
2) menyepakati waktu dan tempat
SESI 4 : TAKS Kemampuan Bercakap-cakap dengan Topik Tertentu

A. Tujuan
Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota
kelompok:
1. Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan
2. Memilih topik yang ingin dibicarakan
3. Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
B. Setting
1. Klien dan terapis/leader duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat
1. Laptop
2. Musik/ lagu
3. Bola pimpong
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
6. Flipchart/white board dan spidol
D. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
E. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 3 TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a. Salam terapeutik
- Memberi salam terapeutik
- Peserta dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini\
- Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap dengan orang lain.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan memberi
pendapat tentang topik percakapan.
2) Menjelaskan aturan main berikut :
- Jika ada klien yang meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selasai
3) Tahap kerja
a. Hidupkan laptop dan play musik dan edarkan bola berlawanan dengan arah
jarum jam.
b. Pada saat musik dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan.
Dimulai oleh terapis sebagai contoh. Misalnya, ”cara bicara yang baik” atau
”cara mencari teman”.
c. Tuliskan pada flipchart atau white board topik yang disampaikan secara
berurutan.
d. Ulangi a, b, dan c sampai semua anggota kelompok menyampaikan topik
yang ingin dibicarakan.
e. Hidupkan kembali musik dan edarkan bola. Pada saat musik dimatikan, minta
pada anggota kelompok yang memegang bola untuk memilih topik yang
disukai untuk dibicarakan dari daftar yang ada.
f. Ulangi sampai semua anggota kelompok memilih topik.
g. Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.
h. Hidupkan kembali musik dan edarkan bola. Pada saat musik dimatikan, minta
pada anggota kelompok yang memegang bola untuk menyampaikan
pendapat tentang topik yang dipilih.
i. Ulangi sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.
j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
4) Tahap Terminasi
Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
Rencana tindak lanjut
- Menganjurkan setiap anggota kelompok latihan bertanya, meminta, menjawab,
dan memberi pada kehidupan sehari-hari (kerja sama).
- Memasukan kegiatan bekerja sama pada jadwal kegiatan harian klien.
Kontrak yang akan datang
- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu mengevaluasi kegiatan TAKS.
- Menyepakati waktu dan tempat

Anda mungkin juga menyukai