Anda di halaman 1dari 26

Mata kuliah : Keperawatan Jiwa

Dosen MK : Dafrosia Darmi Manggasa, S.Kep.Ns. M.Biomed

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA PASIEN HALUSINASI

DISUSUN OLEH :

DELVIRA NATALIA TOBENU

NIM : P00220217008

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI D3KEPERAWATAN POSO

T.A. 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu
gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan persepsi sensori:
Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada
pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien
mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya dapat
menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah
satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan
untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di Rumah Sakit Madani sebagian besar
pasien menderita halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok
tentang halusinasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi ?
2. Apa saja yang terkandung dalam terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi ?
3. Bagaimana proses keperawatan terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengerti dan memahani terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi
2. Agar mahasiswa mengerti dan memahami Apa saja yang terkandung dalam terapi
aktivitas kelompok persepsi halusinasi
3. Agar mahasiwa mengerti dan memahami proses keperawatan terapi aktivitas
kelompok persepsi halusinasi
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Agar mendapatkan pengetahuan tentang terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi
2. Bagi Pembaca
Agar dapat mengetahui pentingnya memahami tentang terapi aktivitas kelompok
persepsi halusinasi untuk lebih menambah wawasan
3. Bagi Instituti
Makalah memahami tentang terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Terapi Aktifitas Kelompok
1. Pengertian
Terapi aktifitas kelompok merupakan tindakan keperawatan untuk memberikan sebuah
stimulus untuk pengobatan kepada klien yang memilih latar belakang dan masalah
yang sama.
2. Jenis terapi aktifitas kelompok
Terapi aktifitas kelompok dibagi menjadi empat yaitu sebagai berikut:
a. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan. Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon
klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Stimulus yang
disediakan dapat berupa membaca artikel, majalah, buku, puisi, menonton acara
televisi.
b. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Terapi ini digunakan sebagai stimulus sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi
sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa ekspresi perasaan secara
nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Aktifitas yang digunakan sebagai
stimulus adalah musik, seni, menyanyi dan menari.
c. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri sendiri, orang
lain yang ada disekeliling klien dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan
dengan klien. Aktifitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada
disekitar dan semua kondisi nyata.
d. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien.
B. Konsep Dasar Halusinasi
1. Definisi
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing,
1987).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
ransangan internal ( pikiran ) dan ransangan eksternal ( dunia luar ). Klien memberi
presepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau ransangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mendaengarkan suara padahal tidak ada yang bicara (
Kusumawati & Hartono 2010)
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009)
Dari beberapa pengertian yang dikemukan maka dapat diambil kesimpulan
bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan
tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran
adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara–suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol emosi
dan keharmonisan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, muda frustasi, dan hilang percaya diri
2) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima dilingkungan sejak bayi akan membekas
di ingatannya sampai dewasa dan akan mesara di singkirkan kesepian dan
tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinnya gangguan jiwa, adannya strees
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu
zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia, seperti bufennol dan
dimetytranferase (DMP). Akibat stress bekepanjangan menyebabkan
teraktifasinya, neurotransmitter otak, misanya terjadi ketidakseimbangan asetyl
kolin dan dopamine.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidak mampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata kea lam khayal.
5) Faktor genetic dan pola asuh
Pemnelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh ortu skizofreinia
cenderung mengalami skizofreinia. hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang saling berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
1) Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata
dan tidak nyata. Menurut Rawlinsh Heacock, 1993 mencoba mememcahkan
masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu
sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur bio, psiko, sosial, spiritual.
Sehingga dapat dilihat dari 5 dimensi:
2) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alcohol, dan kesulitan tidur dalam waktu lama.
3) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
isi halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
4) Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
melawan impuks yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien
dan akan mengontrol semua perilaku klien.
5) Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup di alam nyata sangat membahayakan. Klien
asik dengan halusinasinya, seolah-olah dia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan agar interaksi sosial, control diri, dan haarga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan system control oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman,
dirinya atau orang lain cenderung untuk itu. Aspek penting dalam melakukan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
6) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri.
3. Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), seseorang yang mengalami halusinasi
biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
c. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
d. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
e. Perilaku menyerang teror seperti panik.
f. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
g. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
4. Klasifikasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik
tertentu, diantaranya :
a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara,
teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama
yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan
bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
5. Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan
persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa
berupa suara – suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata – kata
yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga
klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons
lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi
tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara
atau pada benda mati.
Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan
schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa
mania depresif dan syndroma otak organik.
6. Pohon Masalah

Risiko perilaku
kekerasan

Gangguan persepsi sensori halusinasi

Isolasi sosial
7. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Resiko perilaku kekerasan
C. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
1. Pengertian
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi dalam
kelompok secara bertahap.
b. Tujuan khusus
1) Klien dapat mengenal halusinasi.
2) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
4) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
5) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
3. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Senin, 6 januari 2019
Jam : 09.00 wib
Tempat : Ruang Langsat , RSJM Mamboro, Palu
4. Metode
Diskusi dalam Kelompok.
5. Media dan Alat
a. Papan nama sejumlah pasien dan terapis dalam TAK.
b. Whiteboard
c. Spidol
d. Formulir/jadwal kegiatan
e. Contoh obat
6. Setting Tempat
Keterangan Gambar
L : Leader
CL : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien
OP : Operator

7. Pembagian Tugas
a. Peran Leader
1) Memimpin jalannya kegiatan
2) Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
3) Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
4) Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
5) Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
6) Memberi reinforcement positif pada klien
7) Menyimpulkan kegiatan
b. Peran Co-Leader
1) Membantu tugas leader
2) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
3) Mengingatkan leader tentang kegiatan
4) Bersama leader menjadi contoh kegiatan
c. Peran Observer
1) Mengobservasi jalannya acara
2) Mencatat jumlah klien yang hadir
3) Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
4) Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
5) Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas
6) Membuat laporan hasil kegiatan
d. Peran Fasilitator
1) Memfasilitasi jalannya kegiatan
2) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
3) Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
4) Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar kelompok.
8. Peran Pasien
Kriteria Pasien:
a. Klien yang kooperatif dengan riwayat halusinasi, waham, ilusi.
b. Klien dengan gangguan stimulasi persepsi: halusinasi sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
c. Klien yang sehat secara fisik dan bertoleransi terhadap aktivitas
d. Klien tidak membahayakan diri dan orang lain
e. Klien yang telah diberitahu oleh terapis sebelumnya.
f. Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
BAB III
PROSES PELAKSANAAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)

SESI I : Mengenal Halusinasi

A. Tujuan
1. Klien mengenal halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal frekuensi halusinasi
4. Klien mengenal perassan bila mengalami halusinasi
B. Setting
1. Kelompok berada diruang yang tenang
2. Klien duduk melingkar
C. Alat
1. Sound system
2. Spidol
3. Papan tulis (white borad)
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
E. Langkah – langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan sensori persepsi;
halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari ini
c. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main:
a) masing masing klien memperkenalkan diri nama, nama panggilan
b) jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada
terapis
c) lama kegiatan 45 menit
d) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Kerja
a. Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan).
Terapis meminta klien memperkenalkan nama dan nama panggilan secara berurutan,
dimulai dari klien yang berada di sebelah kiri terapis, searah jarum jam.
b. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu masing-masing klien
membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan menceritakan :
1) Isi halusinasi
2) Waktu terjadinya
3) Frekuensi halusinasi
4) Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi.
c. Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara berurutan dimulai dari
klien yang ada di sebelah kiri terapis, seterusnya bergiliran searah jarum jam.
d. Saat seorang klien menceritakan pengalaman hausinasi, setelah cerita selesai terapis
mempersilakan klien lain untuk bertanya sebanyak-banyaknya 3 pertanyaan.
e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien selesai mendapat giliran.
f. Setiap kali klien bisa menceritakan halusinasiny, terapis memberikan pujian.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi segera
menghubungi perawat atau teman lain .
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya yaitu
belajar mengontrol halusinasi.
2) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat TAK berikutnya.
5. Evaluasi dan dokumentasi

No. Aspek yang dinilai Nama peserta TAK


1 Menyebutkan isi halusinasi
2 Menyebutkan waktu halusinasi
3 Menyebutkan frekuensi
halusinasi
4 Menyebutkan perasaan bila
halusinasi timbul

Petunjuk dilakukan = 1
tidak dilakukan = 0
SESI II: Mengontrol Halusinasi: menghardik

A. Tujuan
1. Klien mengenal halusinasi
2. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan mangatasi halusinansi .
3. Klien dapat memahami dinamika halusinasi.
4. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi .
5. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
B. Setting
1. Kelompok berada diruang yang tenang
2. Klien duduk melingkar
C. Alat
1. Sound system
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Stimulasi
E. Langkah – langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Persiapan alat
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari ini
c. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main:
a) jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada
terapis
b) lama kegiatan 45 menit
c) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Kerja
a. Terapis meminta massing masing klien secara berurutan searah dengan jarum jam
menceritakan pa yang dilakukan jika mangalami halusinasi dan apakah itu bisa
mengatasi halusinasinya.
b. Setiap selasai klien menceritakan pengalamanya,terapis memberikan pujian dan
mengajak peserta lain memberikan tepuk tangan.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat
halusinasi muncul .
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
e. Terapis meminta masing masing klien memperagakan menghardik halusinasi dimulai
dari peserta disebelah kiri terapis berurutan searah jarum jam sampai semua peserta
mendapatkan giliran
f. Terapis memberikan pujian dan megajak semua klien bertepuk tangan saat setiap
klien selesai memperagakan menghardik halusinasi
4. Terminasi
d. Evaluasi
3) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
4) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok
e. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari jika
halusinasi muncul.
f. Kontrak yang akan datang
3) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya yaitu
dengan cara yang lain.
4) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat TAK berikutnya.
F. Evaluasi dan dokumentasi
No. Aspek yang dinilai Nama peserta TAK
1 Menyebutkan cara yang
selama ini digunakan
mengatasi halusinasi
2 Menyebutkan efektifitas cara
3 Menyebutkan cara mengatasi
halusinasi dengan menghardik
4 Memperagakan menghardik
halusinasi

Petunjuk dilakukan = 1
tidak dilakukan = 0
SESI III: Menyusun jadwal kegiatan

A. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan aktivitas untuk mencegah munculnya
halusinasi
2. Klien dapat menyusun jadwal aktivitas dari pagi sampai tidur malam
B. Setting
3. Kelompok berada diruang yang tenang
4. Klien duduk melingkar
C. Alat
2. Sound system
D. Metode
4. Diskusi
5. Tanya jawab
6. Stimulasi
E. Langkah – langkah kegiatan
5. Persiapan
c. Persiapan alat
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
6. Orientasi
d. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam
e. Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari ini
f. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main:
d) jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada
terapis
e) lama kegiatan 45 menit
f) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
7. Kerja
a. Terapis meminta massing masing klien secara berurutan searah dengan jarum jam
menceritakan pa yang dilakukan jika mangalami halusinasi dan apakah itu bisa
mengatasi halusinasinya.
b. Setiap selasai klien menceritakan pengalamanya,terapis memberikan pujian dan
mengajak peserta lain memberikan tepuk tangan.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat
halusinasi muncul .
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
e. Terapis meminta masing masing klien memperagakan menghardik halusinasi dimulai
dari peserta disebelah kiri terapis berurutan searah jarum jam sampai semua peserta
mendapatkan giliran
f. Terapis memberikan pujian dan megajak semua klien bertepuk tangan saat setiap
klien selesai memperagakan menghardik halusinasi
8. Terminasi
g. Evaluasi
5) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
6) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok
h. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari jika
halusinasi muncul.
i. Kontrak yang akan datang
5) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya yaitu
dengan cara yang lain.
6) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat TAK berikutnya.
F. Evaluasi dan dokumentasi
No. Aspek yang dinilai Nama peserta TAK
1 Menyebutkan pentingnya
aktivitas mencegah halusinasi
2 Membuat jadwal kegiatan
harian

Petunjuk dilakukan = 1
tidak dilakukan = 0
SESI IV: Cara minum obat yang benar

A. Tujuan
1. Klien dapat mengetahui jenis – jenis obat yang harus diminumnya
2. Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur
3. Klien mengetahui 5 benar minum obat
4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat
5. Klien mengetahui akibat jika putus obat
B. Setting
1. Klien duduk melingkar
2. Kelompok berada diruang yang tenang dan nyaman
C. Alat
1. Contoh obat – obatan
2. Spidol white board
3. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi
E. Langkah – langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam kepada klien
b. Evaluasi / validasi :
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini
2) Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan (TL TAK
sebelumnya).
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK
2) Terapis menjelaskan aturan main TAK
a) Klien mengikuti dari awal sampai akhir
b) Jika klien akan keluar dari kelompok, harus meminta izin kepada terapis
c) Lama waktu TAK 60 menit
3. Kerja
a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing –
masing klien
b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, sesuai anjuran
c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat, secara
bergantian, searah jarum jam, dimulai dari klien yang berada disebelah kiri terapis
d. Terapis mejelaskan akibat jikan tidak minum obat secara teratur
e. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak minum obat
secara teratur
f. Terapis menjelaskan lima benar ketika menggunakan obat: benar obat, benar klien,
benar waktu, benar cara, benar dosis.
g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-masing obat sesuai
contoh obat yang yang ada pada klien.
h. Terapi meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing masing obat, cara
penggunakan , waktu dan efek obat (efek terapi dan efek samping) sesuai dengan
contoh obat yang ada di tangan klien masing-masing. Secara berurutan secara
jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapi.
i. Terapi memberikan pujian dan mengajar klien bertepuk tangan setiap kali klien
menyebutkan dengan benar.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk meminum obat secara teratur
2) Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien dapat menghubungi
perawat yg saat itu bertugas.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapi menyepakati kegiatan TAK berikutnya.
2) Terapi menyepakati tempat dan waktu TAK
F. Evalusi dan dokumentasi
No. Aspek yang dinilai Nama peserta TAK
1 Menyebutkan pentingnya
minum obat secara teratur
2 Menyebutkan akibat jika tidak
minum obat secara teratur
3 Menyebutkan jenis obat
4 Menyebutkan dosis obat
5 Menyebutkan waktu minum
obat
6 Menyebutkan cara minum
obat yang tepat
7 Menyebutkan efek terapi obat
8 Menyebutkan efek samping
obat
SESI V: Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap

A. Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
2. Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika memulai mengalami halusinasi
B. Setting
1. Tempat TAK di ruang yang tenang dan nyaman
2. Klien duduk melingkar
C. Alat
1. Spidol white board
2. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Simulasi
E. Langkah – langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam kepada klien
b. Evaluasi / validasi :
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini
2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menerapkan 3 cara lainya
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK
2) Terapis menjelaskan waktu kegiatan
3) Terapis menjelaskan aturan main TAK
3. Kerja
a. Terapi menjelaskan pentingnya berbincang dengan orang lain untuk mengatasi
halusinasi.
b. Terapi meminta kepada klien setiasi yang sering dialami sehingga mengalami
halusinasi. Klien secara bergantian bercerita
c. Terapi memperagakan becakap cakap dangan orang lain jika ada tanda halusinasi
muncul
d. Klien meminta memperagakan hal yang sama secara bergantian.
e. Terapi memberikan pujian kepada klien setiap selesai memperagakan
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Terapi menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap cakap dengan orang lain
bila mulai mengalami halusinasi
2) Mendorong klien untuk memulai bercakap cakap bila ada klien lain yang mulai
mengalami halusinasi
c. Kontrak yang akan datang
3) Terapi menyepakati kegiatan TAK berikutnya.
4) Terapi menyepakati tempat dan waktu TAK

F. Evalusi dan dokumentasi


No. Aspek yang dinilai Nama peserta TAK
1 Menyebutkan pentingnya
bercakapcakap ketika
halusinasi muncul
2 Menyebutkan cara
bercakapcakap
3 Memperagakan saat mulai
percakapan
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat, A. (2005). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC. Budi

Anna Keliat, S. M. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Lilik. (2011). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wati. (2011). TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi. Universitas Sumatera Utara, 5-14.

Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans

Info Media.

Anda mungkin juga menyukai