Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


AMETROPIA

OLEH KELOMPOK 7 :
1. Fransiskus Hayon (9103015057)
2. Mutiara Citra Raya (9103015037)
3. Yelsi Natalia Peka (9103015064)
4. Elisabeth Amanda R. (9103015031)
5. Anggi Siska Mega S. (9103015039)
6. Wahida Al-Munadiah (9103015053)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
SURABAYA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut penenlitian (F RAHMAN - 2011 - eprints.umm.ac.id) Kelainan refraksi


merupakan salah satu penyebab kebutaan yang mudah dideteksi ,namun kelainan refraksi
menjadi masalah serius jika tidak ditanggulangi salah satu kelainan refraksi adalah miopia
disebabkan berbagai faktor salah satunya adalah membaca lama sehingga menyebabkan
progresifitas miopia meningkat. Pengambilan sampel menggunakan Total Sampling atau
Non Random sampling dengan cara mengambil sample anak usia 6-12 tahun periode 1
Januari 2007-31 Desember 2010. Hasil Penelitian : Penelitian ini menggunakan sampel
79 orang, dengan nilai korelasi variabel X dan Variabel Y sebesar 0,407 dalam kategori
sedang dan nilai sig < a (0,000 < 0,05).

Sekitar 148 juta atau 51% penduduk di Amerika Serikat memakai alat pengkoreksi
gangguan refraksi, dengan penggunaan lensa kontak mencapai 34 juta orang. Angka
kejadian rabun jauh meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Jumlah penderita rabun
jauh di Amerika Srikat berkisar 3% antara usia 5 – 7 tahun, 8% antara usia 8 – 10 thaun,
14% antara usia 11- 12 tahun, dan 25% antara usia 12 -17 tahun. Pada etnis tertentu,
peningkatan angka kejadian juga terjadi walaupun persentase tiap usia berbeda. Etnis
Cina memiliki insiden rabun jauh lebih tinggi pada seluruh usia. Studi nasional Taiwan
menemukan prevalensi sebanyak 12% pada usia 6 tahun dan 84% pada usia 16 – 18
tahun. Angka yang sama juga dijumpai di Singapura dan Jepang. (Ilyas, 2006).
Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga
pembiasan sinar tidak difokuskan pada retina (bintik kuning). Untuk memasukkan sinar
atau bayangan benda ke mata diperlukan suatu sistem optik. Diketahui bahwa bola mata
mempunyai panjang kira-kira 2.0 cm. Untuk memfokuskan sinar ke retina diperlukan
kekuatan 50.0 dioptri. Lensa berkekuatan 50.0 dioptri mempunyai titik api pada titik 2.0
cm (Ilyas, 2006).

1.2 Tujuan umum

Untuk mengetahui tentang Konsep Medis dan Asuhan Keperawatan tentang Ametropia.

1.3 Tujuan Khusus


1.3.1 Menjelaskan Definisi Ametropia
1.3.2 Menjelaskan Klasifikasi Ametropia
1.3.3 Menjelaskan Etiologi Ametropia
1.3.4 Menjelaskan Patofisiologi Ametropia
1.3.5 Menjelaskan Manifestasi Klinis Ametropia
1.3.6 Menjelaskan Komplikasi Ametropia
1.3.7 Menjelaskan Penatalaksanaan Ametropia
1.3.8 Menjelaskan Web Of Caustion (WOC) Ametropia
1.3.9 Menjelaskan Pengkajian Kasus Ametropia
1.3.10 Menjelaskan Analisa Data pada kasus Ametropia
1.3.11 Menjelaskan Diagnosa pada kasus Ametropia
1.3.12 Menjelaskan Intervensi pada kasus Ametropia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.3.1 Definisi

Ametropia merupakan suatu kondisi kelainan refraksi. Penyebab kelainan bisa


diakibatkan kelainan pada axial length maupun kelainan daya refraksi media refrakta. Pada
ametropia axial, panjang sumbu bola mata bisa lebih panjang dari normal (myopia) atau lebih
pendek (hipermetropia). Pada ametropia refraktif, panjang sumbu bola mata biasanya normal
tetapi daya refraksi dari lensa maupun kornea tidak adekuat (hipermetropia) atau bahkan
berlebihan (myopia). (MR Hutauruk - 2009).

Ametropia disebakan karena kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan


vitamin), alergi, penyakit mata tertentu (bentuk kornea kerucut, bisul di kelopak mata, pasca
operasi atau pasca trauma atau kecelakaan), herediter atau faktor genetik (perkembangan
yang menyimpang dari normal yang di dapat secara kongenital pada waktu awal kelahiran),
kerja dekat yang berlebihan seperti membaca terlalu dekat atau aktifitas jarak dekat (Israr,
2010), kurangnya faktor atau aktifitas jarak jauh terutama sport atau aktifitas di luar rumah,
pencahayaan yang ekstra kuat dan lama (computer, TV, game), sumbuatau bola mata yang
terlalu panjang karena adanya tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang
berlebihan, radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan tekanan
yang di hasilkan oleh pembuluh darah dan bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang
menyebabkan konvergensi yang berlebihan (Nasrulbintang, 2008)

1.3.2 Klasifikasi Ametropia

a. Ametropia Aksial
Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang, atau lebih pendek
sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau di belakang retina. Pada miopia
aksial fokus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih panjang dan pada
hipermetropia aksial fokus bayangan terletak di belakang retina.
b. Ametropia retraktif
Ametropia akibat kelaianan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila daya bias
kuat maka bayangan benda terletak di depan retina (miopia) atau bila daya bias
kurang maka bayangan benda akan terletak di belakang retina (hipermetropia
retraktif).
Kausa ametropia

Ametropia Lensa Koreksi Kausa


Miopia Lensa (-) Retraktif Aksial
Hipermetropia Lensa (+) Bias kuat Bola mata panjang
Bias lemah Bola mata pendek
Astigmat regular Kacamata silinder Kurvatur 2 .... tegak
lurus
Astigmat irregular Lensa kotak Kurvatur kornea iregular

Ametropia dapat disebabkan kelengkungan kornea atau lensa yang tidak normal
(ametropia kurvatur) atau index bias abnormal di dalam mata (ametropia indeks) panjang
bola mata normal.

1.3.2.1 Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk kelainan :


1. Miopia
Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refraktif mata
terlalu kuat untuk panjang anteroposterior mata sehingga sinar datang sejajar
sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di depan retina. Miopia adalah suatu
keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan
sehingga sinar yang datang dibiaskan di depan retina atau bintik kuning
(Nasrulbintang, 2008).
Miopiai disebut sebaga rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk melihat
jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Secara fisiologis sinar
yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga membentuk bayangan kabur
atau tidak jelas pada makula lutea.
Miopia tidak sering pada bayi dan anak prasekolah. Lebih lazim lagi pada bayi
prematur dan pada bayi dengan retinopati prematuritas. Juga, ada kecenderungan
herediter terhadap miopia, dan anak dengan orangtua miopia harus diperiksakan
pada usia awal. Insiden miopia meningkat selama tahuntahun sekolah,
terutamsebelum pada usia sepuluhan. Tingkat miopia semakin tua juga cenderung
meningkat selama tahun-tahun pertumbuhan.Pada miopia panjang bola mata
anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media retraksi terlalu
kuat.
Dikenal beberapa bentuk miopia seperti :
a. Miopia retraktif betambahnya indeks ias media penglihatan seperti pada katarak
intumesen simana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
Sama dengan miopa bias atau miopa indeks, miopia yang terjadi akibat
pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat. z
b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata. Dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang normal.

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :

a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri


b. Miopi sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri
c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :
a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa
b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
abiasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia permisiosa = miopia maligna
= miopia degeneratif. Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya bila
miopia lebih dari 6 dioptri disertai kelaianan pada fundus okuli dan pada
panjangnya bola mata sampai terbentuk stafikornea postikum yang terletak pada
bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan
kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur
membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya
neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapata terjadi bercak Fuch berupa
biperplasi pigmen epitel dan pendarahan, atrofi lapis sensoris retina luar, dan
dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik.Pasien dengan miopia akan
menyatakan melihat jelas bila dekat malahan melihat terlalu dekat, sedanganlan
melihat jauh kabur atau disebut pasien rabun jauh. Pasien dengan miopia akan
memberikan keluhan sait kepala sering disertai dengan juling dan celah yang
sempit. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk
mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinthole (lubang kecil).
Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu
dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan
astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan
terlihat juling ke dalam atau esoptrpia.
Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan
sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata miopia, sklera oleh koroid.
Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula kelaianan pada fundus okuli
seperti degenerasi retina bagian perifer.Pengobatan pasien dengan miopia adalah
dengan memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.0
memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi S-3.25, maka
sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat mata
dengan baik sesudah dikoreksi. Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan
miopia adalah terjadinya ablasi retina dan juling. Juling biasanya eotropia atau
juling ke dalam akibat brkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling keluar
mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.
2. Hipermetropi
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan
pembiasan mata dimana sinar sejajar ak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak dibelakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan dibelakang
makula lutea. Hipermetropia dapat disebabkan :
a. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat
bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek.
b. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga
bayangan difokuskan dibelakang retina.
c. Hipermetropua retraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optik
mata.
Hipermetropia dikenal dalam bentuk :
1. Hipermetropi manifes ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kaca mata
positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini
terdiri atas hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif.
Hipermetropia manifes didapatkan tanpa sikloplegik dan hipermetropia yang dapat
dilihat dengan koreksi kacamata maksimal.
2. Hipermetropia absolut dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan
akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya
hipermetropia laten yang ada berakhir dengn hipermetropia absolut ini.
Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut
sebagai hipermetropia absolut sehingga jumlah hipermetropia fakultatif dengan
hipermetropia absolut adalah hipermetropia manifes.
3. Hipermetropia fakultatif dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan
akomodasi ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai
hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata yang bila diberikan
kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya
akan mendapatkan istirahat. Hipermetropia manifes yang masih memakai tenaga
akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.
4. Hipermetropia laten dimaana kelainan hipermetropia tanpa siklopegia atau dengan
obat yang melemahkan akomodasi diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.
Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia. Makin muda
makin besar komponen hipermetropia laten seseorang. Makin tua seseorang akan
terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia
fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten
sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien
masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
5. Hipermetropia total hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan
sliklopegia.
3. Astigmatisma
Astigmatisma merupakan kondisi refraktif di dalam berkas cahaya tidak
dibelokan kornea ke segala arah dengan kekuatan yang sama sehingga cahaya
tidak dapat difokuskan. Pada kebanyakan kasus, astigmatisma disebabkan karena
kelengkungan kornea tidak merata, ini menyebabkan kelemahan penglihatan baik
untuk jarak dekat maupun jauh. Astigmatisma dikoreksi dengan lensa silinder.

1.3.3 Etiologi
1. Miopi
a. Kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan vitamin), alergi, penyakit
mata tertentu (bentuk kornea kerucut, bisul di kelopak mata, pasca operasi atau pasca
trauma atau kecelakaan), herediter atau faktor genetik (perkembangan yang
menyimpang dari normal yang di dapat secara kongenital pada waktu awal kelahiran),
kerja dekat yang berlebihan seperti membaca terlalu dekat atau aktifitas jarak dekat
(Israr, 2010),
b. Kurangnya faktor atau aktifitas jarak jauh terutama sport atau aktifitas di luar rumah,
pencahayaan yang ekstra kuat dan lama (computer, TV, game), sumbuatau bola mata
yang terlalu panjang karena adanya tekanan dari otot ekstra okuler selama
konvergensi yang berlebihan, radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama
dengan peningkatan tekanan yang di hasilkan oleh pembuluh darah dan bentuk dari
lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang berlebihan
(Nasrulbintang, 2008).
2. Hipermetropia
a. Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek.
Akibat bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di belakang
retina. (Ilyas, 2006).
3. Astigmatisme
a. Bentuk kornea yang oval seperti telur, dapat juga diturunkan atau terjadi sejak lahir,
jaringan parut pada kornea seteh pembedahan (Ilyas, 2006)

1.3.4 Patofisiologi
1. Miopia
Akibat dari bola mata yang terlalu panjang, menyebabkan bayangan jatuh di
depan retina (Wong, 2008).
2. Hipermetropia
Akibat dari bola mata yang terlalu pendek, yang menyebabkan bayangan
terfokus di belakang retina (Wong, 2008).
3. Astigmatisme
Akibat dari kurvatura yang tidak sama pada kornea atau lensa yang
menyebabkan sinar melengkung dalam arah yang berbeda (Wong, 2008).

1.3.5 Manifestasi Klinis Ametropia


Sakit kepala terutama didaerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat
mengantuk, pegal pada bola mata, penglihatan kabur (Ilyas, 2006), mengerutkan dahi
secara berlebihan, sering menyipitkan mata, sering menggosok (mengucek) mata,
mengantuk, mudah teriritasi pada penggunaan mata yang lama, dan penglihatan ganda
(Rudolph, 2007)
1. Hipermetropia
a) Kabur bila melihat dekat
b) Mata cepat lelah, berair, sering mengantuk dan sakit kepala
c) Pupil agak miosis
d) Bilik mata depan lebih dangkal
2. Miopia
a) Kabur bila melihat jauh
b) Mata cepat lelah, pusing, dan mengantuk
c) Pupil agak midriasis
d) Bilik mata depan lebih dalam
e) Eksoftalmus
f) Retina tipis, tampak seperti macan
3. Astigmatisma
a) Diplopia
b) Gambar di kornea terlihat tidak teratur
1.3.6 Komplikasi Ametropia
Komplikasi dapat terjadi pada kelainan refraksi menurut (Nurrobbi, 2010) yaitu :
1. Ablatio retina terutama pada miopia tinggi
2. Strabismus (mata juling)
3. Ambliopia

1.3.7 Penatalaksanaan

Berbagai cara dan alat untuk memperbaiki tajam penglihatan untuk membiaskan sinar
sehingga sehingga terfokus pada bintik kuning yaitu:

a. Kaca Mata

sesungguhnya. Sebaliknya memakai lensa konveks atau plus pada mata hipermetropia
akan memberikan kesan lebih besar. Penderita astigmatisme akan mendapatkan perasaan
tidak enak bila memakai kaca mata. Keluhan memakai kaca mata yaitu kaca mata tidak selalu
bersih, mengurangi kecerahan warna yang dilihat, mengganggu gaya hidup, mudah turun dari
pangkal hidung, dan sakit pada telinga. Keuntungan dan kerugian kaca mata kaca dibanding
plastik yakni kaca mata kaca mudah berembun dibandingkan kaca Kaca mata merupakan alat
koreksi yang paling banyak dipergunakan kerena mudah merawatnya dan murah. Kerja kaca
mata pada mata adalah minus kuat di perlukan pada mata miopia tinggi akan memberikan
kesan pada lensa benda yang dilihat menjadi lebih kecil dari ukuran yang mata plastik, kaca
mata kaca lebih mudah pecah dibandingkan dengan kaca mata plastik, kaca mata kaca lebih
berat dibandingkan kaca mata plastik, dan kaca mata kaca lebih tipis dibandingkan kaca mata
plastik. Kerugian memakai kaca mata yaitu menghalangi penglihatan perifer, pemakaian
dengan waktu tertentu, membatasi kegiatan tertentu, spt olah raga, dan kaca mata mudah
rusak (Ilyas, 2006).

b. Lensa Kontak

Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan didataran depan kornea untuk
memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Keuntungan pakai lensa kontak yaitu
pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dengan bayangan normal, lapang pandang
menjadi lebih luas, tidak membatasi kegiatandan lain-lain, keluhan memakai lensa kontak
yaitu sukar dibersihkan, sukar merawat, mata dapat merah dan infeksi, sukar dipakai di
lapangan berdebu, dan terbatasnya waktu pemakaiannya, serta kerugian memakai lensa
kontak adalah harus bersih, tidak dapat dipergunakan pada silinder berat, alergi, mudah
hilang,dan tidak dapat dipakai di daerah berdebu.

c. Bedah refraksi.

Bedah dengan sinar laser, radial keratotomy, karatektomi dan karatoplasti lamelar
automated (ALK) (Ilyas, 2006).

1.3.8 Pemeriksaan Kelainan Refraksi

a. Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan (Visus)

Subjektif: Pemeriksaan ini dilakukan satu mata bergantian dan biasanya pemeriksaan
refraksi dimulai dengan mata kanan kemudian mata kiri, kartuSnellen di letakkan di depan
pasien, pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter, dan satu mata ditutup
biasanya mulai dengan menutup mata kiri untuk menguji mata kanan, dengan mata yang
terbuka pasien diminta membaca baris terkecil yang masih dapat dibaca, kemudian diletakkan
lensa positif + 0,50 untuk menghilangkan akomodasi saat pemeriksaan di depan mata yang
dibuka, bila penglihatan tidak tambah baik, berarti pasien tidak hipermetropia, bila bertambah
jelas dan dengan kekuatan lensa yang ditambah berlahan-lahan bertambah baik, berarti pasien
menderia hipermetropia. Lensa positif yang terkuat yang masih memberikan ketajaman
terbaik merupakan ukuran lensa koreksi untuk mata tersebut, bila penglihatan tidak
bertambah baik, maka diletakkan lensa negatif. Bila menjadi jelas, berarti pasien menderita
miopia. Ukuran lensa koreksi adalah lensa negatif teringan yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal, bila penglihatan tidak maksimal pada kedua pemeriksaan untuk
hipermetropia dan miopia dimana penglihatan tidak mencapai 6/6 atau 20/20 maka lakukan
uji pinhole (Ilyas, 2006).

b. Pemeriksaan Kelainan Refraksi

Subjektif: Letakkan pinhole di depan mata yang sedang diuji kemudian diminta membaca
huruf terakhir yang masih dapat dibaca sebelumnya, bila tidak terjadi perbaikan penglihatan
maka mata tidak dapat dikoreksi lebih lanjut karena media penglihatan keruh atau terdapat
kelainan pada retina atau saraf optik, bila terjadi perbaikan penglihatan maka ini berarti
terdapat astigmatisme atau silinder pada mata tersebut yang belum dapat koreksi mata.

Objektif: Pemeriksaan objektif dapat dilakukan dengan:

Refraksionometer merupakan alat pengukur anomali refraksi mata atau refraktor automatik
yang dikenal pada masyarakat alat komputer pemeriksaan kelainan refraksi. Alat yang
diharapkan dapat mengukur dengan tepat kelainan refraksi mata, retinoskopi adalah
pemeriksaan yang sangat diperlukan pada pasien yang tidak kooperatif untuk pemeriksaan
refraksi biasa. Retinoskopi merupakan alat untuk melakukan retinoskopi, guna menentukan
kelainan refraksi seseorang secara objektif. Retinoskopi dimasukkan ke dalam mata atau
pupil pasien. Pada keadaan ini terlihat pantulan sinar dari dalam mata, dan dikenal 2 cara
retinoskopi yaitu Spot retinoscopy dengan memakai berkas sinar yang dapat difokuskan dan
Streak retinoscopy dengan memakai berkas sinar denagn bentuk celah atau slit (Ilyas, 2006).
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

1.4.1 Pengkajian

a. Data Demografi

Usia pada miopi dan hipermetropia terjadi pada semua umur, sedangkan Presbiopia mulai
umur 40 tahun. Pekerjaan, perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan
penglihatan ekstra dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak dengan cahaya yang terlalu
lama.

b. Keluhan yang dirasakan

Pandangan kabur atau penglihatan kabur, kesulitan memfokuskan pandangan, pusing , sering
lelah dan mengantuk.

c. Riwayat penyakit keluarga

Umumnya didapatkan riwayat penyakit diabetes melitus.

d. Riwayat penyakit yang lalu

Pada miopia mungkin terdapat retinitis sentralis, sedangkan pada astigmatisma didapatkan
riwayat keratokonus, keratoglobus dan keratektasia.
1.4.2 Pengkajian Data
Biodata
Nama : Tn. Y
Usia : 22 Tahun
Agama : Katolik
Pekerjaan : Mahasiswa

Keluhan Utama : Pasien mengatakan pandangannya kabur pada jarak jauh dan
jelas pada jarak dekat.

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan


pandangan kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat, pasien mengatakan
pandangan kabur pada setiap saat, TTV : TD : 130/80, N : 120x/mnt, RR : 22x/mnt,
konsentrasi buruk, pasien juga disorientasi terhadap orang. Keadaan pupil pasien
melbar 3,9 mm, pusing, pucat dan gelisah.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah


mengalami hal seperti ini.

Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan ibu pasien mengalami hal yang
sama seperti yang dialami pasien.

Riwayat Kebiasaan : Pasien mengatakan sering membaca buku dengan jarak yang
sangat dekat dan dalam keadaan tidak terlalu terang.

Data dasar pengkajian pasien.

a. Aktifitas istirahat.
Gejala : perubahan aktifitas berhubungan dengan penglihatan lelah bila
membaca.
b. Neurosensori.
Gejala : gangguan penglihatan kabur atau tidak jelas , sinar terang yang
menyebabkan silau.
Tanda : bilik mata dalam, pupil lebar.

1.4.3 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1. DS : pasien mengatakan pandangan kabur Kabur melihat dekat Gangguan Persepi
pada jarak yang jauh. Diri
DO : Perubahan sensori
1. Gelisah perseptual
2. Konsentrasi buruk
3. Disorientasi terhadap orang Gangguan Persepsi Diri
2. DS : pasien mengatakan takut karena Oksigen ke otak berkurang Ansietas
pandangan yang tidak jelas pada suatu
obyek yang dekat Usaha pemfokusan
DO : pandangan menurun
1. TTV meningkat :
2. TD : 130/80 mmHg Ansietas
3. N : 120x/mnt
4. RR : 22x/mnt
5. Dilatasi pupil (3,9)
6. Gelisah
7. Pusing
8. Pucat
3. DS : pasien mengatakan harga diri rendah Pengelolaan kacamata Harga Diri Rendah
DO :
1. Menarik diri dari lingkungan Menarik diri dari
2. Tidak percaya diri lingkungan
menggunakan kacamata.
Harga diri rendah
1.4.4 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Persepsi Diri berhubungan dengan kesalahan interpretasi sekunder akibat


perubahan organ sensori defisit penglihatan ditandai dengan pasien mengatakan pandangan
kabur pada jarak yang jauh, gelisah, konsentrasi buruk, disorientasi terhadap orang.

2. Ansietas berhubungan dengan ancaman aktual terhadapa integritas biologis, sekunder


akibat penyakit ditandai dengan pasien mengatakan takut karena pandangan yang tidak jelas
pada suatu obyek yang dekat, TD : 130/80 mmHg, N : 120x/mnt, RR : 22x/mnt, dilatasi pupil
( diatas normal), gelisah, pusing, pucat.

3. Harga diri rendah berhubungan dengan pasien menarik diri dari lingkungan ditandai
dengan pasien mengatakan kurang percaya diri apabila bersosialisasi dengan lingkungan
karena menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata).

4. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan fungsi psikomotor

5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan perubahan presepsi preseptual


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. 2007. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian Keperawatan. Alih Bahasa
Monika Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta.

lyas S, Hifema. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Repository.usu.ac.id ˃ bitsream ˃ Chapter II

M.Blasck,Joyce.2009. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 buku 3. Elveiser. Singapore

Anda mungkin juga menyukai