B. ETIOLOGI
Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat
seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima, keenam dan ketujuh
.faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu ( Okrionitil,
tinta, pelarut, minyak pelumas ), namun hal tersebut belum bisa dipastikan.Pengaruh
genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit
neurofibomatosis. Penyebab lain seperti: Riwayat trauma kepal, Faktor genetik, Paparan
zat kimia yang bersifat karsinogenik, Virus tertentu, Defisiensi imunologi, Congenital.
C. PATOFISIOLOGI
Tumor intrakranial jinak memiliki efek yang membahayakan karena berkembang
didalam rongga tengkorak yang berdinding kaku. Tumor intrakranial ganas berarti
pertumbuhan yang cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis,
nekrosis, dan proliferasi vaskular. Namun, metastasis kedaerah ekstrakranial jarang
terjadi.Gangguan neurologi pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua
faktor: gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Tentu saja
disfungsi terbesar terjadi pada tumor infiltratif yang tumbuh paling cepat (yaiti
glioblastoma multiforma).
Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis
jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebro
vaskularprimer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompresi, infasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
Peningkatan ICP dapat disebabkan oleh beberapa faktor: bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan
mendesak ruang yang relatif tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum begitu dipahami,
tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan
tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan edeme akibat
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume intrakranial
dan ICP. Obstruksi sirkulasi CSF dari ventrikel lateralis keruangan subaraknoid
menimbulkan hidreosefalus.
Peningkatan ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan
waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna bila
tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah interkranial, volume CSF, kandungan cairan intrasel, dan
mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan
terjadinya herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus tempuralis tergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Pada
herniasi serebelum, tonsil serebelum tergeser kebawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi selain yang terjadi akibat peningkatan ICP yang cepat adalah
beradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gagal nafas.
D. PATHWAY
Idiopatik
Tumor otak
Kejang
Aspirasi Gang.Neurolog Gang.Fungsi Gang.Perfu Oedema
sekresi isfokal otak sijaringan
Obs. Jln
nafas
Dispnea
HentinafasDefisitneurolog Disorientasi Peningkatan
Mual, muntah,TIK Hidrosefalus
Perubahan is papileodema, pandangan
pola nafas Bradikardi progresif, kabur, penurunan fungsi Gang.ke
Gang.Pertukaran
Suddart, Brunner. 2001 Gang. Rasa
hipertensi
Ancaman sitemik,
Perubanah pendengaran,
Bicara nyeri
Gang.Komunikasi
terganggu, sadaran
Menisefalon
Hernia
gas Resti.Cidera
nyaman
gang.pernafasan
kematian proses pikir kepala
verbal
afasia lisulkus
tekanan
Cemas
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda dan gejala peningkatan TIK :
a. Sakit kepala
b. Muntah
c. Papiledema
d. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena ) :
2. Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada satu sisi
tubuh ( kejang jacksonian )
3. Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral ( hilang Penglihatan
pada setengah lapang pandang , pada sisi yang berlawanan dengan tumor ) dan
halusinasi penglihatan
4. Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan nistagmus
( gerakan mata berirama dan tidak disengaja )
5. Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional dan tingkah
laku, disintegrasi perilaku mental., pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur
dan kurang merawat diri
6. Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli ( gangguan saraf
kedelapan ), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah ( saraf kelima ),
kelemahan atau paralisis ( saraf kranial keketujuh ), abnormalitas fungsi motorik.
7. Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan
bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia.( Brunner & Sudarth, 2003 ;
2170 )
F. KOMPLIKASI
Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi narkotik dan
imobilitas. Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah pembedahan
intracranial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada area
pembedahan dan prosedur yang diberikan, misalnya:
1. Kehilangan memory
2. Paralisis
3. Peningkatan ICP
4. Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
5. Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
6. Mental confusion
Peningkatan TIK yang disebabkan edema cerebral / perdarahan adalah komplikasi mayor
pembedahan intrakranial, memfestasi klinik :
1. Perubahan visual dan verbal
2. Perubahan kesadaran (level of conciousnes/LOC) berhubungan dengan sakit kepala
3. Perubahan pupil
4. Kelemahan otot / paralysis
5. Perubahan pernafasan
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. CT Scan ; memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan, jejas
tumor dan meluasnya odema cerebral serta memberi informasi tentang sistem
vaskuler
2. MRI ; membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otakdan daerah hiposisis,
dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan
3. Biopsi Stereotaktik ; dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberi dasar pengobatan serta informasi prognosis.
4. Angiografi ; memberi gambaran pembuluh darahserebral dan letak tumor
5. Elektro ensefalografi ; mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang. ( Doenges, 2000 )
H. PENATALAKSANAA MEDIS/KEPERAWATAN
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu akibat
peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor. Pasien dengan
kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan segera bila memungkinkan
sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan
memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatkan penurunan
neurologik (paralisis, kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat
sebagian (dekompresi).
1. Pendekatan pembedahan (craniotomy)
Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astrositoma kistik pada
serebelum, kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital seperti demoid dan
beberapa granuloma. Untuk pasien dengan glioma maligna, pengangkatan tumor
secara menyeluruh dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat melakukan tindakan
yang mencakup pengurangan TIK, mengangkat jaringan nefrotik dan mengangkat
bagian besar dari tumor yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal
atau menjadi resisten terhadap radiasi atau kemoterapi.
2. Pendekatan kemoterapy
Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga
menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi sum-sum
tulang autologi intravens digunakan pada beberapa pasien yang akan menerima
kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong
pasien terhadap adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi radiasi.
3. Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa digunakan
pada klien :
a. Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan terapi radiasi
b. Setelah tumor recurance
c. Setelah lengkap tindakan radiasi
4. Pendekatan stereotaktik
Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan hingga titik tertentu
di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis atau untuk
menghancurkan jaringan pada penyakit seperti paralisis agitans, multiple sklerosis &
epilepsy. Pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor dengan sinar X, CT, sedangkan
untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor sambil meminimalkan pengaruh
pada jaringan otak di sekitarnya dilakukan pemeriksaan Radiosotop (III) dengan cara
ditempelkan langsung ke dalam tumor.
C. Perencanaan
2 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Teliti keluhan nyeri catat 1. Nyeri merupakan
berhubungan asuhan keperawatan intensitasnya (dengan pengalaman subjektif dan
dengan agen selama ....x....... jam skala 0-10), harus dijelaskan oleh
cedera fisik : diharapkan nyeri klien karakteristiknya (misal: pasien. Identifikasi
tumor otak menjadi ringan dengan berat, berdenyut, karakteristik nyeri dan
Kriteria Hasil: konstan), lokasinya, faktor yang berhubungan
1. Klien lamanya, faktor yang merupakan suatu hal yang
mengungkapkan memperburuk atau amat penting untuk
nyeri yang dirasakan meredakan. memilih intervensi yang
berkurang atau dapat cocok dan untuk
diadaptasi mengevaluasi keefektifan
ditunjukkan dari terapi yang diberikan.
penurunan skala 2. Pastikan durasi atau 2. Memudahkan pilihan
nyeri. Skala = 1-3 episode masalah, siapa intervensi yang sesuai.
2. Klien tidak merasa yang telah dikonsulkan, Membantu
kesakitan. dan obat dan/atau terapi mengidentifikasi tindakan
3. Klien tampak releks apa yang telah yang kemungkinan
digunakan. terlupakan atau tidak
dicoba atau telah gagal
dalam membantu masalah
pada masa lalu.
3. Catat kemungkinan 3. Pemahaman terhadap
patofisiologi yang khas, keadaan penyakit yang
misalnya mendasarinya membantu
otak/meningeal/infeksi dalam memilih intervensi
sinus, trauma servikal, yang sesuai.
hipertensi atau trauma.
4. Catat adanya pengaruh 4. Nyeri dapat
nyeri, misalnya: mempengaruhi kehidupan
hilangnya perhatian pada sampai pada suatu
hidup, penurunan keadaan yang cukup serius
aktivitas, penurunan dan mungkin berkembang
berat badan. ke arah depresi.
5. Evaluasi perilaku nyeri. 5. Dapat diperberat karena
persepsi pasien terhadap
nyeri tidak dipercaya atau
karena pasien
mempercayai orang
terdekat atau pemberi
asuhan mengabaikan
keluhan nyeri.
6. Berikan kompres dingin 6. Meningkatkan rasa
pada kepala. nyaman dengan
menurunkan vasodilatasi.
7. Berikan kompres panas 7. Meningkatkan sirkulasi
lembab/kering pada pada otot yang
kepala, leher, lengan meningkatkan relaksasi
sesuai kebutuhan. dan mengurangi
8. Masase daerah kepala ketegangan.
atau leher atau lengan 8. Menghilangkan
jika pasien dapat ketegangan dan
mentoleransi sentuhan. meningkatkan relaksasi
otot.
7.
Pengkajian secara individual
kemampuan bicara dan
sensori, motorik dan
kognitif berfungsi untuk
mengidentifikasi
kekurangan/ kebutuhan
terapi.
D. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah
ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan
adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.
E. Evaluasi
1 Perfusi jaringan adekuat
2 Nyeri klien menjadi ringan
3 Pasien mampu mempertahankan mobilisasi yang optimal.
4 Pasien diharapkan mampu untuk berkomunikasi
5 Pasien tidak mual
6 Pasien dapat mengontrol kencingnya.
7 Pasien bisa mengontrol fesesnya.
8 Ketakutan klien berkurang
9 Pasien dan keluarga mengerti tetang sakitnya
10 Pasien tidak mengalami cidera
Daftar Pustaka
Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 , EGC,
jakarta Doenges . EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC.