Oleh:
A. PENGERTIAN
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi
pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor
intra kranial. Abses Otak adalah suatu proses yang melibatkan parenkim otak terutama
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari focus yg berdekatan oleh penyebaran infeksi melalui
vascular. Tumor Otak adalah proses pertumbuhan termasuk benigna dan maligna yang
mengenai otak dan sumsum tulang belakang . Timbunan abses pada daerah otak mempunyai
daerah spesifik, pada daerah cerebrum 75% dan cerebellum 25%.
B. ETIOLOGI
1. Malignansi
Meliputi metastase, glioma, meningioma,adenoma pituitary, dan neuroma akustik
merupakan 95% dari seluruh tumor.-Pada dewasa 2/3 dari tumor primer terletak
supratentorial, tetapi pada anak-anak 2/3tumor terletak infratentorial.-Tumor primer
umumnya tidak melakukan metastasis dan sekitar 30% tumor otak merupakan tumor
metastasis dan 50% diantaranya adalah tumor multipel.
2. Riwayat trauma kepala
3. Faktor genetik
4. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
5. Defisiensi imunologi
6. Congenital
7. Faktor resiko
Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat
seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima, keenam dan ketujuh
.faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu ( Okrionitil,
tinta, pelarut, minyak pelumas ), namun hal tersebut belum bisa dipastikan.Pengaruh
genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit
neurofibomatosis.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada penderita tumor
otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus, tumpul dan
kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan lebih menjadi
lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti membungkuk,
batuk, mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan
kompres dingin pada tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah
paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan TIK diserta
pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadoi tanpa didahului nausea dan dapat
proyektif.
3. Kejang
Kejang dapat merupakan manifestasi pertama tumor otak pada 15% kasus. Dikatakan,
bahwa apabila terjadi kejang fokal pada orang berumur di bawah 50 tahun, harus
dipikirkan adanya tumor otak, selama penyebab lain belum ditemukan.
4. Gangguan mental
Gejala gangguan mental tidak perlu dihubungkan dengan lokalisasi tumor, walaupun
beberapa sarjana menyatakan bahwa gejala ini sering dijumpai pada tumor lobus
frontalis dan temporalis. Juga dikatakan bahwa menigioma merupakan tumor yang
sering menimbulkan gangguan mental. Gejalanya sangat tidak spesifik. Dapat berupa
apatis, demensia, gangguan memori, gangguan intelegensi, gangguan tingkah laku,
halusinasi sampai seperti psikosis.
5. Pembesaran kepala
Keadaan ini hanya terjadi pada anak-anak, dimana suturanya belum menutup. Dengan
meningkatnya tekanan intrakranial, sutura akan melebar dan fontanella anterior menjadi
menonjol. Pada beberapa anak sering terlihat pembendungan vena didaerah skalp dan
adanya eksoftalmos. Pada perkusi terdengar suara yang khas, disebut crack pot signs
(bunyi gendi yang rengat).
6. Papil edema
Papil edema dapat terjadi oleh karena tekanan intrakranial yang meningkat atau akibat
langsung dari tekanan tumor pada N II. Derajat papil edema tidak sebanding dengan
besarnya tumor dan tidak sama antara mata satu dan lainnya. Bila tekanan intrakranial
meningkat dengan cepat, akan terjadi pembendungan vena-vena N. Optikus dan diskus
optikus menjadi pucat serta membengkak. Sering disertai perdarahan-perdarahan
disekitar fundus okuli. Pada papil edema yang kronis dapat menyebabkan gliosis N.
Optikus dan akhirnya N. Optikus mengalami atrofi sekunder dengan akibat kebutaan.
7. Ataksia : Gangguan Keseimbangan.
8. Perubahan status Mental (gangguan.Konsentrasi, cepat lupa, gangguan kepribadian,
berkurangnya inisiatif)
D. PATOFISIOLOGI
Tumor intrakranial jinak memiliki efek yang membahayakan karena berkembang
didalam rongga tengkorak yang berdinding kaku. Tumor intrakranial ganas berarti
pertumbuhan yang cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis,
nekrosis, dan proliferasi vaskular. Namun, metastasis kedaerah ekstrakranial jarang
terjadi.Gangguan neurologi pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor:
gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Tentu saja
disfungsi terbesar terjadi pada tumor infiltratif yang tumbuh paling cepat (yaiti glioblastoma
multiforma).
Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis
jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya
fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebro vaskularprimer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, infasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal.
Peningkatan ICP dapat disebabkan oleh beberapa faktor: bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mendesak ruang
yang relatif tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema
dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum begitu dipahami, tetapi diduga disebabkan
oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat
menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan edeme akibat kerusakan sawar darah otak,
semuanya menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan ICP. Obstruksi sirkulasi CSF
dari ventrikel lateralis keruangan subaraknoid menimbulkan hidreosefalus.
Peningkatan ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab
yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari
atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna bila tekanan intrakranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
interkranial, volume CSF, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim.
Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi unkus timbul bila
girus medialis lobus tempuralis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran
dan menekan saraf otak ketiga. Pada herniasi serebelum, tonsil serebelum tergeser kebawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti
nafas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologi selain yang terjadi akibat peningkatan ICP
yang cepat adalah beradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gagal nafas.
E. POHON MASALAH
Tumor otak
Resti.Cidera Perubahan
Aspirasi proses pikir
sekresi
Obs. Jln
nafas Bradikardi progresif, Bicara terganggu, afasia Hernia lisulkus
Dispnea
hipertensi sitemik,
gang.pernafasan
Hentinafas
Perubahan
pola nafas Ancaman Gang.Komunikasi Menisefalon
verbal
kematian tekanan
Gang.Pertukaran
Cemas Mual, muntah, papileodema, Gang.
gas
pandangan kabur, kesadaran
Suddart, Brunner. 2013 Gang. Rasa penurunan fungsi
nyaman pendengaran, nyeri kepala
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda dan gejala peningkatan TIK :
a. Sakit kepala
b. Muntah
c. Papiledema
d. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena )
2. Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada satu sisi
tubuh ( kejang jacksonian )
3. Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral ( hilang Penglihatan
pada setengah lapang pandang , pada sisi yang berlawanan dengan tumor ) dan
halusinasi penglihatan
4. Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan
jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan nistagmus ( gerakan mata
berirama dan tidak disengaja )
5. Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional dan tingkah
laku, disintegrasi perilaku mental., pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan
kurang merawat diri
6. Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli ( gangguan saraf
kedelapan ), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah ( saraf kelima ), kelemahan
atau paralisis ( saraf kranial keketujuh ), abnormalitas fungsi motorik.
7. Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan bicara
dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia.( Brunner & Sudarth, 2003 ; 2170 )
G. KOMPLIKASI
Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi narkotik dan
imobilitas. Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah pembedahan
intracranial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada area
pembedahan dan prosedur yang diberikan, misalnya:
1. Kehilangan memory
2. Paralisis
3. Peningkatan ICP
4. Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
5. Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
6. Mental confusion
Peningkatan TIK yang disebabkan edema cerebral / perdarahan adalah komplikasi
mayor pembedahan intrakranial, memfestasi klinik :
Perubahan visual dan verbal
1. Perubahan kesadaran (level of conciousnes/LOC) berhubungan dengan sakit kepala
2. Perubahan pupil
3. Kelemahan otot / paralysis
4. Perubahan pernafasan
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplit dan pembedahan
merupakan tindakan yang berpotentif kuratif. Untuk tumor primer maligna atau tumor
sekunder, biasanya sulit ditemukan. Pembedahan tumor primer seringkali diindikasikan
untuk mencapai diagnosis histologis dan jika mungkin, untuk meringankan gejala
dengan mengurangi massa tumor. Pemeriksaan histologis dari biopsi tumor dapat
mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan bukan neoplasma lainnya,
misalnya limfoma, atau bahkan kondisi nonneoplasia, misalnya abses. Pemeriksaan ini
juga memungkinkan dilakukannya penentuan tingkat derajat diferensiasi tumor yang
berhubungan dengan prognosis. Jadi, pasien glioma derajat 1-2 memiliki angka harapan
hidup yang tinggi. Akan tetapi, median angka harapan hidup untuk tumor yang
terdiferensiasi paling buruk (derajat 4) adalah 9 bulan. Kadang-kadang pembedahan
tidak disarankan, misalnya pada pasien dengan kecurigaan glioma derajat rendah
dengan gejala epilepsi. Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada metastasis otak
multipel, dimana diagnosisnya jelas, walaupun beberapa metastasis soliter dapat
ditangani dengan reaksi.
2. Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan raditerapi yang diarahkan pada tumor, sementara
metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi juga digunakan dalam tata
laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis
3. Terapi antibiotik. Kombinasi antibiotik dengan antibiotik spektrum luas. Antibiotik
yang dipakai ;Penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan nafacillen (unipen). Bila
telah diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo (flagyl) juga dipakai.
4. Untuk tumor primer jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna namun umumnya
sulit dilakukan sehingga dilakukan radioterapi dan kemoterapi, pada tumor metastase
dilakukan perawatan paliatif
5. Hematom membutuhkan evakuasi
6. Lesi infeksi membutuhkan evakuasi dan terapi antibiotik
7. Pemberian deksametason dapat menurunkan edema sebral.
8. Pemberian Manitol untuk menurunkan peningkatan TIK
9. Pemberian antikonvulsan sesuai gejala yg timbul
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas klien ;usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tgl MRS, askes dst.
b.Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang ;
P : tanyakan kepada klien keadaan apa yang membuat sakit kepala hebat dan apasaja
factor yang membuatnya lebih baik atau lebih buruk.
Q: tanyakan bagaimana gambaran sakit kepala yang dirasakan, apakah sepertitertusuk
jarum (menusuk-nusuk) atau tegang seperti di remas
R: tanyakan kepada klien di bagian kepala mana yang terasa sakit,apakah hanya
bagian depan (forehead),tengah,atau belakang, dan apakah terlokalisasi
ataumenyeluruh.
S: jika klien diberikan skala 1-10, sakit kepala yang dirasakan klien termasuk skala
berapa
T: tanyakan kapan klien merasa sakit kepala hebat, apakah secara terus-menerusatau
pada keadaan tertentu saja
d. Riwayat penyakit dahulu ;
Kaji adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit saat ini dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing)
Inspeksi, ada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada
medullaoblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pengkajian inspeksi
pernapasan pada klien tanpa kompresi medulla oblongata didapatkan tidak ada
kelainan.
Palpasi, thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi, tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
b. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla oblongata
didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pengkajian pada klien tanpa kompresi
medullaoblongata didapatkan tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal,
tidak ada peningkatan heart rate.
c. B3 (Brain)
Tumor intracranial sering menyebabkan berbagai deficit neurologis bergantung
padagangguan fokal dan adanya peningkatan intracranial.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias klasik tumor otak adalah nyeri
kepala, muntah, dan pailadema. Tingkat kesadaran Kualitas kesadaran klien
merupakan parameter yang paling mendasar dan paling penting yang membutuhkan
pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah
indicator paling sensitive untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem
digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan
kesadaran.Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intracranial biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah
mengalamikoma maka penilaian GCS sangat penting menilai tingkat kesadaran
klien dan bahan evaluasi untuk pemantuan pemberian asuhan keperawatan.
d. Fungsi serebri
1) status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya
bicara, dan observasi ekspresi wajah klien, aktivitas klien, aktivitas motorik
pada klien tumor intracranial tahap lanjut biasanya status mental klien
mengalami perubahan.
2) Fungsi intelektual : didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung
dankalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage, yaitu
kesukaranmengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
3) Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis : didapatkan bila kerusakan
telahterjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual
kortikalyang lebih tinggi lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat
ditunjukkan
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... Pemantauan Respirasi
Definisi : x ... jam, diharapkan pertukaran gas pasien Observasi
Kelebihan atau kurangan oksigenasi dan teratasi dengan kritera hasil sebagai berikut : monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
atau eliminasi karbondioksida pada Pertukaran Gas napas
membran alveolus-kapiler Tingkat kesadaran meningkat monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
Penyebab : Dispnea menurun hiperventilasi)
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Bunyi napas tambahan menurun monitor kemampuan batuk efektif
Perubahan membran alveolus-kapiler Pusing menurun monitor adanya produksi sputum
Gejala dan Tanda Mayor Penglihatan kabur menurun monitor adanya sumbatan jalan napas
Subyektif : Diaforesis menurun palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Dispnea Gelisah menurun auskultasi bunyi napas
Obyektif : Napas cuping hidung menurun monitor saturasi oksigen
PCO2 meningkat/menurun PCO2 membaik monitor AGD
PO2 menurun PO2 membaik monitor hasil x-ray thoraks
Takikardia Takikardia membaik Terapeutik
pH arteri meningkat / menurun pH arteri membaik atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
Bunyi napas tambahan sianosis membaik pasien
Gejala dan Tanda Minor pola napas membaik dokumentasikan hask pemantauan
Subyektif : warna kulit membaik Edukasi
Pusing jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Pengllihatan kabur informasikan hasi pemantauan, jika perlu
Obyektif :
Sianosis
Diaforesis
Gelisah
Napas cuping hidung
Pola napas abnormal
Warna kulit abnormal
Kesadaran menurun
3 Risiko cidera Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... Manajemen Keselamatan Lingkungan
Definisi : x ... jam, diharapkan risiko cidera pasien teratasi Observasi
Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan dengan kritera hasil sebagai berikut : Identifikasi kebutuhan keselaatan
fisik yang menyebabkan sesorang tidak lagi Tingakat Cidera Monitor perubahan status keselamatan lingungan
sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik Toleransi aktifitas meningkat Terapeutik
Faktor Risiko Nafsu makan meningkat Hilangkan bahaya keselamtan lingkungan
Internal : Toleransi makan meningkat Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
Ketidaknormalan profil darah Kejadian cidera menruun bahaya dan risiko
Perubahan orientasi afektif Luka/lecet menurun Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
Perubahan sensasi Ketegangan otot menurun Gunakan perangkat pelindung
Disfungsi autoimun Fraktur menurun Hubungi pihak berwenang sesuai masalah
Disfungsi biokimia Perdarahan menruun komunitas
Hipoksia jaringan Eekpresi wajah kesakitan menurun Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
Kegagalan mekanisme ertahanan tubuh Agitasi menurun Lakukan program skrining bahaya lingkungan
Malnutrisi Iritabilitas menurun Edukasi
Perubahan funsgi psikomotor Gangguan mobilitas menurun Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko
Perubahan fungsi kognitif Ganguan kognitif menurun tinggi bahaya lingkungan
Brunner & Sudarth.2013.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3.Jakarta: EGC
Doenges . EM. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC.
Lombardo, Mary caster.2015. Keperawatan Mediakal Bedah. Jakarta: EGC
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G.2016. Buku ajar keperawatan medikal bedah. (Ed.8). Jakarta:
EGC
Price, Sylvia Anderson. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta : EGC
Tracey Hopkins,BSN, RN. 2013. Intisari medikel-bedah : buku praktik klinik (Ed.3). Jakarta
: EGC
Denpasar, Januari 2020
Clinical Instructure / CI Nama Mahasiswa
Clinical Teacher / CT
_______________________________
NIP.