Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN POST CRANIOTOMY PADA PASIEN Tn S DI RUANG

ALAMANDA RS TUGU REJO SEMARANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN


BANGSA PURWOKERTO TAHUN 2015

KRANIOTOMI
A. DEFINISI
Kraniotomi ialah mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan
untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial.Prosedur ini dilakukan untuk
menghilangkan tumor, mengurangi TIK, mengevakuasi bekuan darah dan
mengontrol hemoragi. (Brunner and Suddarth).
Menurut Brown CV, Weng J, Craniotomy adalah Operasi untuk membuka
tengkorak (tempurung kepala) dengan

maksud untuk mengetahui

dan

memperbaiki kerusakan otak.Menurut Hamilton MG, Frizzell JB, Tranmer BI,


Craniectomy adalah operasi pengangkatan sebagian tengkorak. Sedangkan
menurut Chesnut RM, Gautille T, Blunt BA, Craniotomi adalah prosedur untuk
menghapus luka di otak melalui lubang di tengkorak (kranium).
B. ETIOLOGI
Etiologi dilakukannya Craniotomy karena
1. Adanya benturan kepala yang diam terhadap benda yang sedang bergerak.
Misalnya pukulan-pukulan benda tumpul, kena lemparan benda tumpul.
2. Kepala membentur benda atau objek yang secara relative tidak bergerak.
Misalnya membentur tanah atau mobil.

C. PATHWAY
Cidera kepala
Tik- oedem
- hematom

Respon biologi

hypoksia
kelainan metabolisme

Cidera otak primer

cidera otak sekunder

kontusio

craniostomi

leserasi

kerusakan sel otak

Gangguan autoregulasi

Rangsangan simpatis

stres

Aliran darah ke otak

tahanan vaskuler

katekolamin

Sistemik dan TD

sekresi asam lambung

O2

gguan metabolisme

tek pemb,darah pulmonal

mual, muntah

Asam laktat

tek.hidrostatik

asupan nutrisi kurang

Oedem otak

keb.cairan kapiler

ketidak simbangan
Nutrisi kurang dr keb
tubuh

Ggn perfusi jaringan

oedem paru

cardiac output

Cerebral
Difusi o2terhambat

ggn.perfusi caringan

Gangguan pola nafas

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan :

Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 72


jam setelah injuri.
b.MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras
radioaktif.
c. Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti :
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
d.Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis.
e. X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
f.BAER: Mengoreksi batas fungsi
g.PET:

Mendeteksi

perubahan

corteks

aktivitas

dan

otak

kecil.

metabolisme

otak.

h.CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan


subarachnoid.
i.ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial.
J. Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai
akibat peningkatan tekanan intrkranial.
k. Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga
menyebabkan penurunan kesadaran.
E. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.
2.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gygiene luka yang buruk
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
F. PENATALAKSANAAN
1.Perawatan
Penatalaksanaan Perawatan pada pasien post operasi Craniotomi adalah
a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
b. Mempercepat penyembuhan.
c. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
d. Mempertahankan konsep diri pasien.
e. mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk mengurangi nyerinnya
f. monitor TTV

2.Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan medis pada pasien post craniotomy


antara laina.
1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringanya trauma.
2. Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau
glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
3. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk
infeksi anaerob diberikan metronidasol.
4. Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18
jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan
makanan lunak

G. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN


N
o
1
.

Diagnosa Keperawatan

Criteria Hasil /

Tujuan
Gangguan rasa nyaman Tujuan:

Intervensi

Rasionalisasi
Keperatan
1. Kaji nyeri,1. Berguna

nyeri berhubungan

Setelahdilakukan

catat

pengawasan

dengan luka insisi

tindakan

lokasi,karakt

keefektifan

dalam
obat,

keperawatan rasa eristik, skala kemajuan penyembuh


nyeri dapat teratasi (0-10).
atau

an. Perubahan pada

tertangani Selidiki dan karakteristik

nyeri

dengan baik.

laporkan per

menunjukkan

Kriteria hasil:

ubahan nyeri terjadinya abses.

Melaporkan rasa dengan tepat.2. Mengurangi


nyeri hilang atau

tegangan

terkontrol.

yang

Mengungkapkan

dengan

abdomen
bertambah
posisi

metode pemberian
menghilang

telentang.

rasa

3. Meningkatkan

nyeri.
Mendemonstrasik 2. Pertahankan
an penggunaan

posisi

normalisasi

fungsi

organ,

contoh

merangsang

teknik

relaksasi istirahat

peristaltic

dan

dan

aktivitas semi fowler.

kelancaran flatus, dan

hiburan

menurunkan

sebagi penghilang

nyamanan abdomen.

rasa nyeri

ketidak

4. Menghilangkan dan
3. Dorong

mengurangi

nyeri

ambulasi

melelui penghilangan

dini

ujung saraf
catatan:

jangan

lakukan
kompres panas karena
dapat

menyebabkan

kongesti jaringan.
5. Menghilangkan nyeri
mempermudah
kerja sama

dengan

intervensi terapi lain.


4. Berikan
kantong
pada
abdomen

es

5. Berikan
analgesic
sesuain
indikasi
integritas Tujuan:Setelah di1. Kaji
dan1. Mengidentifikasi

Kerusakan

kulit berhubungan

berikan

dengan luka insisi

pasien

tindakan catat ukuran, terjadinya komplikasi.


tidak warna,

mengalami

keadaan

gangguan

luka,

integritas

dan2. Merupakan tindakan

kulit. kondisi

Kriteria hasil:

protektif yang dapat

sekitar luka.

Menunjukkan pe2. Lakukan


nyembuhan

mengurangi nyeri.
3. Memungkinkan pasie

luka kompres

tepat waktu.
Pasien

n lebih bebas bergerak

basah

dan dan

sejuk

atau kenyamanan pasien.

menunjukkan

terap

perilaku

irendaman.

4. Mempercepat

untuk meningkatk 3. Lakukan pe


an penyembuhan
dan

proses penyembuhan
dan

rawatan luka pasien,

mencegah dan hygiene

komplikasi.

sesudah
mandi,

meningkatkan

lalu

keringkan
kulit dengan
hati - hati.

rehabilitasi

4. Berikan pri
oritas
untuk menin
gkatkan
kenyamanan
pasien.
1. Awasi

Resiko

Tujuan:

1. Deteksi dini adanya

tinggiinfeksi berhubung

Setelah dilakukan tanda - tanda infeksi.

an dengan higiene luka tindakan

vital, perhati

yang buruk

kan demam,

keperawatan.

Pasien diharapkan menggigil,


tidak

mengalami berkeringat

infeksi.

Kriteria dan perubah

hasil:

an

mental

Tidak menunjuk dan


kan

adanya peningkatan

tandainfeksi.
Tidak
infeksi.

nyeri

2. Memberikan deteksi

terjadi abdomen.
2. Lihat

dini terjadinya proses

lika infeksi.

insisi

dan3. Menurunkan

balutan.

penyebaran bakteri

Catat
karakteristik,
drainase
luka.

4. Mungkin

diberikan

secara

profilaktif

tangan untuk

menurunkan

3. Lakukan
cuci

yang baik

jumlah organism, dan

dan

untuk menurunkan pe

lakukan pera

nyebaran

watan

luka dan pertumbuhannya.

aseptic.
4. Berikan
antibiotik
sesuai
indikasi.
4

Gangguan perfusi

jaringan

Tujuan:

1. Observasi 1. Tirah

berhubungan Setelah

dengan perdarahan

dilakukan
perawatan

ekstermitas

lama dapat

terhadap pe

mencetuskan

tidak mbengkakan

terjadi gangguan p

erfusi jaringan.

eritema.

dan

pembentukan
trombosis.

vital

2. Indikasiyangmenunju
kkanembolisasi

Kulit klien hangat2. Evaluasi


dan kering

status

perifer ada mental. Perh

dan kuat.
Masukan

dan

meningkatkan resiko

stabil.

Nadi

statis

vena

Kriteria hasil:
Tanda-tanda

baring

atikan
atau terjadinya

haluaran seimbang

hemaparalis,
afasia,
kejang,
muntah dan
peningkatan
TD

sistemik pada otak

DAFTAR PUSTAKA
Brown CV, Weng J, Oh D, et al. Does routine serial computed tomography of the head influence
management of traumatic brain injury? A prospective evaluation. J Trauma. Nov 2004.
Bullock MR, Chesnut R, Ghajar J, et al. Surgical management of acute subdural hematomas.
Neurosurgery.Mar 2006.
Guilburd JN, Sviri GE. Role of dural fenestrations in acute subdural hematoma. J Neurosurg.Aug
2001.
Hlatky R, Valadka AB, Goodman JC, Robertson CS. Evolution of brain tissue injury after
evacuation

of

acute

traumatic

subdural

hematomas.

Neurosurgery.

Dec

2004.

Anda mungkin juga menyukai