Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

STRIKTUR URETRA

A. DEFENISI

Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya

jaringan perut dan kontraksi. (C. Smeltzer, Suzanne;2012 hal 1468)

Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita

terutama karena perbedaan panjangnya uretra. (C. Long , Barbara;2006 hal

338)

Striktur uretra adalah suatu kondisi yang paling umum

mempengaruhi pria. Istilah 'striktur uretra umumnya mengacu pada

penyempitan lumen uretra anterior yang memanjang. dari tepat di bawah

sfingter urin eksternal ke uretra meatus. Kondisi ini merupakan penyebab

morbiditas yang signifikan pada pasien karena seringnya kekambuhan

yang dapat terjadi setelahnya upaya pengobatan dan mungkin ada

perkembangan yang signifikan kondisi seumur hidup pasien (Watkin &

Patel, 2017).

Striktur menurut definisi 'adalah bekas luka yang dihasilkan dari

cedera jaringan'. Sebagai bekas luka menyembuhkan, kontraksi melingkar

menghasilkan penyempitan lumen uretra. Untuk alasan yang kurang

dipahami, ada a kecenderungan yang lebih besar untuk penyempitan

terjadi di lokasi tertentu di dalam uretra. Situs-situs ini adalah

persimpangan antara proksimal dan segmen bulbar tengah; dan juga tepat

di bawah uretra meatus di dalam uretra glanular (Watkin & Patel, 2017).
Pasien dengan striktur uretra dapat mengalami akut atau akut

secara kronis. Presentasi akut biasanya akan melibatkan kemih

penyimpanan. Retensi mungkin sama sekali tidak terduga, atau ikuti

periode singkat gejala kemih yang memburuk atau infeksi saluran kemih.

Ini mungkin juga mengikuti cedera traumatis. Kemih retensi biasanya

menyakitkan dan akan membutuhkan bantuan segera, biasanya dengan

lewatnya kateter suprapubik.

B. ANATOMI URETRA

Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian

buli-buli sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang

bervariasi. Uretra pria dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan

bagian posterior. Uretra posterior dibagi menjadi uretra pars prostatika dan

uretra pars membranasea. Uretra anterior dibagi menjadi meatus uretra,

pendulare uretra dan bulbus uretra. Dalam keadaan normal lumen uretra

lakilaki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm maka lumen uretra

laki-laki 7,2 mm dan wanita 9 mm.


1. Uretra bagian anterior

Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini

dimulai dari meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra

anterior ini berupa tabung yang lurus, terletak bebas diluar tubuh,

sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif mudah.

2. Uretra bagian posterior

Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang

dikelilingi kelenjar prostat dinamakan uretra prostatika. Bagian

selanjutnya adalah uretra membranasea, yang memiliki panjang

terpendek dari semua bagian uretra, sukar untuk dilatasi dan pada

bagian ini terdapat otot yang membentuk sfingter. Sfingter ini bersifat

volunter sehingga kita dapat menahan kemih dan berhenti pada waku
berkemih. Uretra membranacea terdapat dibawah dan dibelakang

simpisis pubis, sehingga trauma pada simpisis pubis dapat mencederai

uretra membranasea.

A. ETIOLOGI

Striktur uretra dapat terjadi secara:

1. Kongenital

Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan

anomali saluran kemih yang lain.

2. Didapat.

 Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi

transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi)

 Cedera akibat peregangan

 Cedera akibat kecelakaan

 Uretritis gonorheal yang tidak ditangani

 Infeksi

 Spasmus otot

 Tekanan dai luar misalnya pertumbuhan tumor

(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468 dan C. Long , Barbara;2006 hal 338)

3. Post Operasi

Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra,

seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.


C. PATOFISIOLOGI

Striktur uretra adalah kerusakan pada sel epitel uretra yang kemudian

menyebabkan fibrosis atau scarring pada uretra, sehingga lumen uretra

menyempit. Kerusakan ini dapat diakibatkan oleh proses idiopatik,

iatrogenik, traumatik, ataupun inflamasi. Selanjutnya, striktur uretra dapat

menyebabkan obstruksi urine yang lalu mengakibatkan dilatasi uretra

proksimal dan hidronefrosis.

Secara histopatologi, uretra yang mengalami striktur menunjukkan

perubahan epitel kolumnar bertingkat semu yang normal menjadi metaplasia

skuamosa. Patologi striktur uretra juga ditandai dengan perubahan pada

matriks ekstraseluler jaringan korpus spongiosum. Jaringan ikat normal

digantikan oleh serabut padat yang diselingi oleh fibroblas. Selain kitu,

terjadi penurunan rasio kolagen tipe II terhadap kolagen tipe I.

Perubahan ini disertai dengan penurunan rasio otot polos terhadap kolagen

serta perubahan sintesis nitric oxide secara signifikan. Daerah epitel yang

mengalami ekstravasasi urine. Urine yang melewati daerah rusak tersebut

dapat menyebabkan inflamasi dan spongiofirosis lebih lanjtut,.

D. MANIFESTASI KLINIS

 Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang

 Gejala infeksi

 Retensi urinarius
 Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan

pielonefritis

(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)

Derajat penyempitan uretra:

b. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.

c. Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.

d. Berat: oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.

Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum

yang dikenal dengan spongiofibrosis.

(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 )

E. PENCEGAHAN

Elemen penting dalam pencegahan adalah menangani infeksi uretral

dengan tepat. Pemakaian kateter uretral untuk drainase dalam waktu lama

harus dihindari dan perawatan menyeluruh harus dilakukan pada setiap jenis

alat uretral termasuk kateter.

(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)

B. PENATALAKSANAAN

Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan apapun.

Pasien yang datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi

suprapubik untuk mengeluarkan urin, jika dijumpai abses periuretra

dilakukan insisi dan pemberian antibiotika. Pengobatan striktur uretra

banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang dan lokasi dari striktur,
serta derajat penyempitan lumen uretra. Tindakan khusus yang dilakukan

terhadap striktur uretra adalah:

1. Bougie (Dilatasi) Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar

hemoglobin pasien dan periksa adanya glukosa dan protein dalam urin.

Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie bengkok merupakan satu

batang logam yang ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria;

bougie lurus, yang juga terbuat dari logam, mempunyai ujung yang

tumpul dan umumnya hanya sedikit melengkung; bougie filiformis

mempunyai diameter yang lebih kecil dan terbuat dari bahan yang

lebih lunak.

Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah

pengobatan dengan antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari.

Bersihkan glans penis dan meatus uretra dengan cermat dan persiapkan

kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke dalam

uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah

duk lubang untuk mengisolasi penis. Apabila striktur sangat tidak

teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah bougie filiformis;

biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie

filiformis lain sampai bougie dapat melewati striktur tersebut (Gbr.3A-

D). Kemudian lanjutkan dengan dilatasi menggunakan bougie lurus

(Gbr.3E). Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie

bengkok atau lurus ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan

ukurannya. Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-


hati. Tindakan yang kasar tambah akan merusak uretra sehingga

menimbulkan luka baru yang pada akhirnya menimbulkan striktur lagi

yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang bertugas di pusat

kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk memasukkan

bougie. Penyulit dapat mencakup trauma dengan perdarahan dan

bahkan dengan pembentukan jalan yang salah (false passage). Perkecil

kemungkinan terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic dengan

tindakan asepsis dan dengan penggunaan antibiotik.

Dilatasi uretra pada pasien pria (lanjutan). Bougie lurus dan bougie

bengkok (F); dilatasi strikur anterior dengan sebuah bougie lurus (G);

dilatasi dengan sebuah bougie bengkok (HJ).

a. Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat

pemasangan kateter

b. Medika mentosa
Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri.

Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.

c. Pembedahan

 Sistostomi suprapubis

 Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.

 Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau

otis/sachse. Otis dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika

striktur belum total. Jika lebih berat dengan pisau sachse secara visual.

 Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa

pemotonganjaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara

jaringan uretra yang masih baik.

(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan

keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.

b. Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella,

pseudomonas, e. coli.

c. BUN/kreatin : meningkat

d. Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk

mengetahui panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto)

uretrografi.

e. Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi

f. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra


KONSEP KEPERAWATAN

d. Pengkajian Keperawatan

1.Data biografi

Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, agama, pendidikan dan

status perkawinan

2.Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.

Keluhan utama membantu menyusun prioritas untuk intervensi

medis maupun keperawatan

b) Riwayat kesehatan

1. Riwayat penyakit sekarang

2. Riwayat penyakit masa lalu

3. Riwayat sosial

4. Riwayat alergi

5. Riwayat keluarga

6. Riwayat pengobatan

7. Riwayat pembedahan

3. Status aktivitas

Kaji mengenai perasaan pasien ketika beraktivitas maupun beristirahat.

Tanyakan apakah pasien merasa sesak atau tidak

4. Status pernafasan
1. Pantau batuk apakah pasien mengalami batuk persistem atau

hemoptysis (batuk berdarah), produksi sputum (warna dan apakah

bercampur dengan darah), adanya nyeri dada, serta perubahan pola

pernafasan seperti dyspnea dan adanya wheezing

2. Kaji hasil pemeriksaan diagnostic yang terkait dengan sistem

pernafasan

5. Status Sirkulasi

Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

6. Status Eliminasi

a. Kaji mengenai perasaan pasien ketika BAB dan BAK

b. Kaji mengenai warna feses dan urine pasien

Gejala: penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan

kandung kemih dengan lengkap, dorongan dan frekurnsi berkemih

Tanda: adanya masa/sumbatan pada uretra

7. Makanan dan cairan

a. Dapatkan riwayat diet

b. Identifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan

pasien seperti disfagia , anoreksia dan mual muntah

c. Kaji kemampuan pasien untuk mempersiapkan atau membeli makanan

d. Ukur status nutrisi pasien

8. Nyeri/kenyamanan

Nyeri suprapubik
9. Keamanan : demam

10. Penyuluhan/pembelajaran

e. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut (D.0077)

Defenisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlansung kurang dari 3

bulan.

Penyebab :

a. Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)

b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)

c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

2. Resiko Infeksi (D.0142)

Defenisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme

patogenik

Penyebab :

a. Penyakit kronis (mis. Diabetes melitus)

b. Efek prosedur invasif

c. Malnutrisi

d. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan

e. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer

1) Gangguan peristaltik
2) Kerusakan integritas kulit

3) Perubahan sekresi pH

4) Penurunan kerja siliaris

5) Ketuban pecah lama

6) Ketuban pecah sebelum waktunya

7) Merokok

8) Statis cairan tubuh

f. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:

1) Penurunan hemoglobin

2) Imununosupresi

3) Leukopenia

4) Supresi respon inflamasi

5) Vaksinasi tidak adakuat

2. Gangguan Pola Tidur (D.0055)

Defenisi:

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.

Penyebab:

1) Hambatan lingkungan ( mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu

lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal

pemantauan/pemeriksaan/tindakan)

2) Kurang kontrol tidur

3) Kurang privasi

4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur

6) Tidak familiar dengan peralatan tidur

3. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan (D.0112)

Defenisi

Pola pengaturan dan pengaturan dan pengintegrasian program kesehatan

ke dalam kehidupan sehari-hari yang cukup untuk memenuhi tujuan

kesehatan dan dapat ditingkatkan.

f. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan menurut SIKI:

Manajemen Nyeri (1.08238)

Observasi:

a) Identifikasi lokasi, karasteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri

b) Identifikasi skala nyeri

c) Identifikasi respons nyeri non verbal

d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

h) Monitor keberhasilan terapi komplomenter yang sudah diberikan

i) Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,

hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,

teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan)

c) Fasilitas istirahat dan tidur

d) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan

nyeri

Edukasi

a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

b) Jelaskan strategi meredakan nyeri

c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Pencegahan Infeksi (1.14539)

Obsevasi :

a) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik

a) Batasi jumlah pengunjung

b) Berikan perawatan kulit pada area edema


c) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan

pasien

d) Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi

Edukasi

a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

b) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

c) Ajarkan etika batuk

d) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

e) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

f) Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

Dukungan Tidur (I.09265)

Observasi

1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur

2) Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan / atau psikologis)

3) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi,

teh, alkohol , makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum

tidur)

4) Identifikasi obat tidur yang di konsumsi

Terapeutik

1) Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisisngan, suhu, matras,

dan tempat tidur)


2) Batasi waktu tidur siang, jika perlu

3) Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur

4) Tetapkan jadwal tidur rutin

5) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat,

pengaturan, posisi, terapi, akupresur)

6) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan / atau tindakan untuk menunjang

siklus tidur-terjaga

Edukasi

1) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

2) Anjurkan menetapi kebiasaan waktu tidur

3) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur

4) Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor

terhadap tidur REM

5) Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur

(mis. Psikologis, gaya hidup, sering beruba shift kerja

6) Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya

Edukasi Perawatan Kateter Urine

Observasi :

- Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga

menerima informasi

Terapeutik

- Persiapan materi, media dan alat peraga perawatan

kateter urine
- Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan

pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan pasien dan

keluarga.

Edukasi

- Jelaskan pengendalian infeksi ( mis. Cuci tangan dan

prinsip steril )

- Jelaskan tujuan perawatan kateter urin

- Jelaskan masalah/komplikasi yang mungkin terjadi

akibat pemasangan kateter urin

- Jelaskan kondisi-kondisi yang harus di laporkan (mis.

Demam, nyeri perut bawah, warna urin berubah keruh/warna

merah, tak ada urin lebih dari 2 jam )

- Demonstrasikan cara membersihkan daerah perineum

(wanita) dan preposium (laki-laki)

g. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanajuga meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan

tindakan dan menilai data yang baru ada ( Arif Muttaqin, 2015)

h. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan

klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada

tahap perencanaan menurut ( Arif Muttaqin, 2015).


PATHWAYS

Kongenital Didapat
Infeksi
Anomali saluran kemih yang lain Spasmus otot
Tekanan dari luar:tumor
Cedera uretral
Cedera peregangan
Uretritis Gonorhea

Jaringan parut penyempitan lumen uretra

Kekuatan pancaran & jumlah urin berkurang


Total tersumbat
Perubahan pola eliminasi

Obstruksi saluran kemih yg bermuara ke Vesika Urinaria

Peningkatan tekanan vesika urinaria refluk urin

hidroureter
Penebalan dinding VU
Gg. rs nyaman:nyeri hidronefrosis

penurunan kontraksi otot VU pyelonefritis

kesulitan berkemih GGK

Resiko infeksi
retensi urin

sistostomi luka insisi

perubahahan pola berkemih


Gg .rs nyaman nyeri

Gangguan pola
tidur

Anda mungkin juga menyukai