LAPORAN PENDAHULUAN
1. KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning.Ikterus
adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang
menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi
darah. Jaringan permukaan yang kaya elastin seperti sklera dan permukaan bawah lidah
biasanya pertama kal menjadi kuning. Ikterus yang ringan dapat dilihat paling awal di
sklera mata, dan bila ini terjadi kadar bilirubin sudah berkisar antara 2-2,5 mg/dl (34-43
umol/L). Kadar bilirubin serum normal adalah bilirubin direk : 0-0.3 mg/dL, dan total
bilirubin: 0.3-1.9 mg/dL.
B. Etiologi
Etiologi Ikterus Etiologi ikterus pada bayi baru lahir dapa berdiri sendiri ataupun
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi itu dapat dibagi sebagai
berikut
2) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar gangguan ini dapat disebabkan
oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi
hepar akibat asidosis, hipoksia,dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukorinil
transferase (criggler najjar syndrome). Penyebab lain ialah defisiensi protein Y dalam
hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel-sel heapar.
3) Gangguan dalam transportasi bilirubin dalam darah terikat oleh albumin kemudian
diangkut ke hepar, ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat-
obatan misalnya salisilat, sulfatfurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih
banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke
sel otak.
4) Gangguan dalam sekresi, gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau
diluar hepar, biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
6) Ikterus akibat air susu ibu (ASI) merupakan hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi
yang mencapai puncaknya terlambat (biasanya menjelang hari ke 6-14). Dapat
dibedakan dari penyebab lain dengan reduksi kadar bilirubin yang cepat bila
disubstitusi dengan susu formula selama 1-2 hari. Hal ini untuk membedakan ikterus
pada bayi yang disusui ASI selama minggu pertama kehidupan. Sebagian bahan yang
terkandung dalam ASI (beta glucoronidase) akan memecah bilirubin menjadi bentuk
yang larut dalam lemak sehingga bilirubin indirek akan meningkat dan kemudian akan
diresorbsi oleh usus. Bayi yang mendapat ASI bila dibandingkan dengan bayi yang
mendapat susu formula, mempunyai kadar bilirubin yang lebih tinggi berkaitan
dengan penurunan asupan pada beberapa hari pertama kehidupan. Pengobatannya
bukan dengan menghentikan pemberian ASI melainkan dengan meningkatkan
frekuensi pemberian.
C. Patofisiologi
1) Fase Prahepatik
Prehepatik atau hemolitik yaitu menyangkut ikterus yang disebabkan oleh hal-hal
yang dapat meningkatkan hemolisis (rusaknya sel darah merah).
a. Pembentukan Bilirubin. Sekitar 250 sampai 350 mg bilirubin atau sekitar 4 mg per kg
berat badan terbentuk setiap harinya; 70-80% berasal dari pemecahan sel darah merah
yang matang, sedangkan sisanya 20-30% berasal dari protein heme lainnya yang berada
terutama dalam sumsum tulang dan hati. Peningkatan hemolisis sel darah merah
merupakan penyebab utama peningkatan pembentukan bilirubin.
b. Transport plasma. Bilirubin tidak larut dalam air, karenanya bilirubin tak terkojugasi ini
transportnya dalam plasma terikat dengan albumin dan tidak dapat melalui membran
glomerolus, karenanya tidak muncul dalam air seni.
2) Fase Intrahepatik
Intrahepatik yaitu menyangkut peradangan atau adanya kelainan pada hati yang
mengganggu proses pembuangan bilirubin
c. Liver uptake. Pengambilan bilirubin melalui transport yang aktif dan berjalan cepat,
namun tidak termasuk pengambilan albumin.
d. Konjugasi. Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami konjugasi
dengan asam glukoronik membentuk bilirubin diglukuronida / bilirubin konjugasi /
bilirubin direk. Bilirubin tidak terkonjugasi merupakan bilirubin yang tidak larut dalam
air kecuali bila jenis bilirubin terikat sebagai kompleks dengan molekul amfipatik seperti
albumin. Karena albumin tidak terdapat dalam empedu, bilirubin harus dikonversikan
menjadi derivat yang larut dalam air sebelum diekskresikan oleh sistem bilier. Proses ini
terutama dilaksanakan oleh konjugasi bilirubin pada asam glukuronat hingga terbentuk
bilirubin glukuronid / bilirubin terkonjugasi / bilirubin direk.
3) Fase Pascahepatik
Pascahepatik yaitu menyangkut penyumbatan saluran empedu di luar hati oleh batu
empedu atau tumor.
Gangguan metabolisme bilirubin dapat terjadi lewat salah satu dari keempat
mekanisme ini: over produksi, penurunan ambilan hepatik, penurunan konjugasi hepatik,
penurunan eksresi bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi intrahepatik atau
obstruksi mekanik ekstrahepatik).
1. Over produksi
Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah
tua atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi bilirubin. Penghancuran
eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat hemolisis
intravaskular (kelainan autoimun, mikroangiopati atau hemoglobinopati) atau akibat
resorbsi hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik.
Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak
terkonjugasi/indirek melampaui kemampuan sel hati. Akibatnya bilirubin indirek
meningkat dalam darah. Karena bilirubin indirek tidak larut dalam air maka tidak dapat
diekskresikan ke dalam urine dan tidak terjadi bilirubinuria. Tetapi pembentukkan
urobilinogen meningkat yang mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam urine feces
(warna gelap). Beberapa penyebab ikterus hemolitik : hemoglobin abnormal (cickle sel
anemia), kelainan eritrosit (sferositosis heriditer), antibodi serum (Rh. Inkompatibilitas
transfusi), dan malaria tropika berat.
B. Hiperbilirubinemia konjugasi/direk
3. Diagnosis
Riwayat penyakit yang rinci dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit dengan keluhan ikterus. Tahap awal ketika akan
mengadakan penilaian klinis seorang pasien dengan ikterus adalah tergantung kepada
apakah hiperbilirubinemia bersifat konjugasi atau tak terkonjugasi. Jika ikterus ringan
tanpa warna air seni yang gelap harus difikirkan kemungkinan adanya hiperbilirubinemia
indirect yang mungkin disebabkan oleh hemolisis, sindroma Gilbert atau sindroma Crigler
Najjar, dan bukan karena penyakit hepatobilier. Keadaan ikterus yang lebih berat dengan
disertai warna urin yang gelap menandakan penyakit hati atau bilier. Jika ikterus berjalan
sangat progresif perlu difikirkan segera bahwa kolestasis lebih bersifat ke arah sumbatan
ekstrahepatik (batu saluran empedu atau keganasan kaput pankreas).
Kolestasis ekstrahepatik dapat diduga dengan adanya keluhan sakit bilier atau
kandung empedu yang teraba. Jika sumbatan karena keganasan pankreas (bagian
kepala/kaput) sering timbul kuning yang tidak disertai gajala keluhan sakit perut (painless
jaundice). Kadang-kadang bila bilirubin telah mencapai kadar yang lebih tinggi, warna
kuning pada sklera mata sering memberi kesan yang berbedadimana ikterus lebih memberi
kesan kehijauan (greenish jaundice) pada kolestasis ekstrahepatik dan kekuningan
(yellowish jaundice) pada kolestasis intrahepatik.
Diagnosis yang akurat untuk suatu gejala ikterus dapat ditegakkan melalui
penggabungan dari gejala-gajala lain yang timbul dan hasil pemeriksaan fungsi hepar serta
beberapa prosedur diagnostik khusus. Sebagai contoh, ikterus yang disertai demam, dan
terdapat fase prodromal seperti anoreksia, malaise, dan nyeri tekan hepar menandakan
hepatitis. Ikterus yang disertai rasa gatal menandakan kemungkinan adanya suatu penyakit
xanthomatous atau suatu sirosis biliary primer. Ikterus dan anemia menandakan adanya
suatu anemia hemolitik.
D. Manifestasi Klinik
Menurut ((Nurarif & Kusuma, 2013) tanda dan gejala kolelitiasis adalah :
a. Sebagian bersifat asimtomatik
b. Nyeri tekan kuadran kanan atas atau midepigastrik samar yang menjalar ke punggung
atau region bahu kanan
c. Sebagian klien rasa nyeri bukan bersifay kolik melainkan persisten d. Mual dan muntah
serta demam
e. Icterus obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan
gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan
diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membrane mukosa
berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal pada kulit
f. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat
urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan
tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “clay colored” g. Regurgitas gas:
flatus dan sendawa h. Defisiensi vitamin obstruksi aliran empedu juga akan membantu
absorbsi vitamin A, D, E, K yang larut lemak. Karena itu klien dapat memperlihatkan
gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi atau sumbatan bilier berlangsumg
lama. Penurunan jumlah vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.
E. Pemeriksaan Penunjang
• Darah rutin
Pemeriksaan darah dilakukan unutk mengetahui adanya suatu anemia dan juga
keadaan infeksi.
• Urin
Tes yang sederhana yang dapat kita lakukan adalah melihat warna urin dan melihat
apakah terdapat bilirubin di dalam urin atau tidak.
• Bilirubin
IgM hepatitis A adalah pemeriksaan diagnostik untuk hepatitis A akut. Hepatitis B akut
ditandai oleh adanya HBSAg dan deteksi DNA hepatitis B.
• Biopsi hati
Histologi hati tetap merupakan pemeriksaan definitif untuk ikterus hepatoseluler dan
beberapa kasus ikterus kolestatik (sirosis biliaris primer, kolestasis intrahepatik akibat
obat-obatan/drug induced).
Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan pencitraan sangat berharga untuk mendiagnosis penyakit infiltratif dan
kolestatik. USG abdomen, CT Scan, MRI sering bisa menemukan metastasis dan penyakit
fokal pada hati.
ERCP merupakan suatu perpaduan antara pemeriksaan endoskopi dan radiologi untuk
mendapatkan anatomi dari sistim traktus biliaris (kolangiogram) dan sekaligus duktus
pankreas (pankreatogram). ERCP merupakan modalitas yang sangat bermanfaat
dalam membantu diagnosis ikterus bedah dan juga dalam terapi sejumlah kasus ikterus
bedah yang inoperabel. Indikasi ERCP diagnostik pada ikterus bedah meliputi:
• Kolangitis akut
Di samping itu kelainan di daerah papila Vateri (tumor, impacted stone) yang juga sering
merupakan penyebab ikterus bedah dapat terlihat jelas dengan teknik endoskopi ini.
F. Komplikasi
Adapun jenis komplikasi sebagai berikut:
a. Kolesistis Kolesistitis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu
tersumbat oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu.
b. Kolangitis Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi
yang menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluran-saluran menjadi
c. Hidrops Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung
empedu. Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan
dengannya. Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak
dapat diisi lagi empedu pada kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat
kuratif.
d. Empiema Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat
G. Pengobatan
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal, tempat tanggal lahir,
pekerjaan dan pendidikan. Kolelitiasis biasanya ditemukan pada 20 -50 tahun dan lebih
sering terjadi anak perempuan pada dibanding anak laki – laki (Cahyono, 2015). 34
b. Keluhan utama Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada
kuadran kanan atas, dan mual muntah.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui
metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau
kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri menjalar
kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien
merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.
2) Riwayat kesehatan dahulu kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga (genogram) Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien
pernah menderita penyakit kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena
penyakit ini menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup
yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih
besar dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum :
a) Penampilan Umum Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien.
c) Tanda-tanda Vital Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi.
2) Sistem endokrin Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya
Pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi
pembengkakan pada kandung empedu.
e. Pola aktivtas
2) Aktivitas Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjuran
bedrest
3) Aspek psikologis Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati.
4) Aspek penunjang
B. Diagnosa
Pre Operasi:
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
Penyebab :
2. Ansietas (D.0080)
Defenisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
Penyebab:
a. Krisis situasional
c. Krisis maturasional
j. Penyalahgunaan zat
Penyebab:
Defenisi :
Kerusakan kulit (dermis dan/ atau epidermis ) atau jaringan ( membrane mukosa, kornea,
Penyebab:
- Perubahan sirkulasi
- Penurunan mobilitas
- Factor mekanis ( mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau factor
- Kelembaban
- Proses penuaan
- Neuropati perifer
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan hormonal
jaringan
Post Operasi
1. Hiportermia
Defenisi: suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Penyebab:
- Dehidrasi
- Terpapar lingkungan panas
- Proses penyakit (mis. Ifeksi, kanker)
- Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
- Peningkatan laju metabolisme
- Respon trauma
- Aktivitas berlebihan
- Penggunaan incubator
2. Gangguan mobilitas fisik ( D.0054)
Defenisi:
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
Penyebab:
2. Perubahan metabolisme
3. ketidakbugaran fisik
7. keterlambatan perkembangan
8. kekakuan sendi
9. kontraktur
10. malnutrisi
16. nyeri
18. kecemasan
Penyebab :
c. Malnutrisi
i. Gangguan peristaltik
vii. Merokok
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
Penyebab :
Peyebab:
- Gangguan biokimiawi (mis.uremia, ketoasidosis diabetic)
- Gangguan pada esofagus
- Distensi lambung
- Gangguan prankeas
- Peregangan kapsul limpa
- Tumor terlokalisasi (mis. Neuroma akustik, tumor otak primer atau
sekunder, metastasis tulang di dasar tengkorak)
- Peningkitan tekanan intraabdominal (mis. Keganasan intrabdomen)
- Peningkatan intrakarnial
- Peningkatan tekanan intraorbital (mis. Glaukoma)
- Mabuk perjalanan
- Kehamilan
- Aroma tidak sedap
- Rasa makanan/minuman yang tidak enak
- Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
- Factor psikologis (mis. Kecemasan, ketakutan, stress)
- Efek agen farmakologis
- Efek toksin
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan menurut buku SIKI:
Pre Operasi
1. Manajemen Nyeri (1.08238)
Observasi:
Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
d) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Kolaborasi
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
3. Manajemen Nutrisi
Observasi
Terapeutik
- Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
perlu)
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
Post Operasi
Observasi:
Terapeutik
e) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
kebisingan)
h) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
Obsevasi :
Terapeutik
c) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
Edukasi
g)
Kolaborasi
Oservasi
Terapeutik
Edukasi
- ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis:berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
Observasi :
- Monitor mual
Terapeutik:
- Kendalikan factor lingkungan penyebab mual (mis. Bau tidak sedap, suara, dan
- Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna, jika perlu
Edukasi :
Kolaborasi
(Nurarif & Kusuma, 2016). (2013). Journal of Chemical Information and Modeling.
https://doi.org/10.1017/CB09781107415324.004
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
(2018).
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1).
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI. Ratmiani (2019).
Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.J Yang Mengalami Post Op Cholelitiasis Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Di Ruang Perawatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nim : NS21039
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Pangkep
Pekerjaan : Wiraswasta
No RM : 966633
Tanggal Keluar :
B. Penanggung Jawab
Pekerjaan : IRT
Keluhan Utama :
Kurang lebih 2 minggu yang lalu sebelum klien masuk rumah sakit klien
tubuhn namun saat ini kuning pada tubuh sudah berkurang, klien juga mengatakan
klien pernah di rawat di Rs pangkep dengan penyakit yang sama , klien mengatakan
mual muntah sejak dua minggu yang lalu dengan frekuensi 2x dalam 1 hari .
Kemudian keluarga dan klien setuju untuk ke RSUP Dr. Whidin Sudirohusodo
Pada saat dikaji pada tanggal 15 Februari 2022, klien mengeluh nyeri pada
kepala ketika akan duduk. Klien mengatakan Nyeri yang dirasakan klien seperti
tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 4 (0-10), klien mengatakan nyeri hilang timbul
dengan durasi 3-5 menit. Nyeri tersebut memberat saat klien duduk dan berkurang
saat klien baring. Klien juga mengatakan tidak ada demam, klien juga mengatakan
nafsu makannya menurun sehingga klien hanya mampu makan sedikit-sedikit kira-
kira 2-3 sendok tiap kali makan. Hal tersebut menyebabkan klien hanya berbaring di
tempat tidur. Keadaaan klien saat dikaji lemah,. Ekspresi wajah klien meringis,
lemah. Klien mengatakan belum pernah mandi selama masuk RS. Klien juga
Genogram:
40
12 6
Keterangan:
:Laki-laki :Klien
:Perempuan
:Meninggal
:Garis Perkawinan
:Garis Keturunan
:Garis Serumah
G1 : Kakek dan Nenek klien dari pihak Ayah dan Ibu telah meninggal dan tidak
di ketahui penyebabnya
G2 : Kedua orangtua klien juga telah meninggal dan tidak di ketahui penyebabnya
bersama istri dan anak-anaknya dan sedang di rawat di RSUP Dr. WAHIDIN
V.Riwayat psikososial
a. Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya. Tidak ada anggota tubuh
b. Identitas diri
Status klien dalam keluarga yaitu sebagai suami dan bapak dari anak-anaknya.
Klien mengatakan puas dengan statusnya dalam keluarga karena bisa merawat dan
sebagai laki-laki.
c. Peran diri
Klien adalah seorang kepala keluarga dan anggota masyarakat. Sebelum sakit,
nafkah untuk keluarganya dan aktif dalam kegiatan masyarakat. Saat sakit, klien
d. Harga diri
Klien mengatakan hubungan dalam keluarganya baik. Klien akrab dengan anggota
e. Ideal diri
Klien berharap bisa sembuh dari penyakitnya sehingga bisa berkumpul kembali
2. Pola Kognitif
Klien belum mengerti penyebab penyakitnya saat ini dan berharap dapat segera
sembuh
3. Pola Koping
Apabila ada masalah dalam keluarga klien, klien dan keluarga berdiskusi untuk
4.Pola Interaksi
Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat luas baik, klien berinteraksi dengan
siapa saja. Pada saat di RS klien juga kooperatif dalam menjalani perawatan dan
bahasa Indonesia.
Keluarga selalu mendukung klien dalam menjalani perawatan dan pengobatan. Istri
Tidak ada ritual khusus. Klien selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas.
A. Keadaan umum
1. Tanda-tanda distress
Berat badan : 82 kg
= 82 : 3.0976
= 26,5
B. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 120/75 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,5°C
Pernapasan :20x/menit
C. Sistem Pernapasan
1. Hidung
tidak ada polip, tidak ada sekret yang berlebihan, tidak ada
epistaksis.
2. Leher
3. Dada
D. Sistem Cardiovaskuler
Inspeksi : Tidak terdapat sianosis pada kuku, kulit dan bibir, CRT < 2 detik
E. Sistem Pencernaan
2. Mulut : Tidak ada perdarahan gusi, tidak ada stomatitis dan palatoskizis
4. Abdomen
Perkusi : Tympani
5. Sistem Indera
1. Mata
penglihatan baik
2. Hidung
Inspeksi : Septum lurus, tidak ada polip, sekret tidak berlebihan, tidak ada
epistaksis
3. Telinga
Inspeksi : Daun telinga simetris kiri dan kanan, terdapat sedikit serumen pada
canal auditorius
6. Sistem Saraf
a. Fungsi Serebral
Status mental dan orientasi klien baik, dibuktikan dengan klien mampu
-Kesadaran : Composmentis (E : 4, M : 6, V : 5)
Indonesia
b. Fungsi Cranial
- Nervus I (Olfaktorius) :
- Nervus II (Optikus) :
- Nervus V (Trigeminus) :
mengunyah
bagian lidah
- Nervus IX (Glossofaringeus) :
Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah, dapat menelan
- Nervus X (Vagus) :
- Nervus XI (Accesorius) :
kanan
Posisi lidah simetris, lidah dapat di gerakkan ke atas, bawah, kiri dan ke
kanan
c. Fungsi motorik
- Tonus otot kiri (+), tonis otot kanan (+) pada ekstremitas atas, tonus otot
kaki kanan(+), tonus otot kakai kiri (+) pada ekstremitas bawah
- Kekuatan otot 5 5
5 5
d. Fungsi sensorik
Nyeri : Klien dapat merasakan nyeri pada kedua tangan dan kedua kaki
7. Sistem Muskuloskeletal
a. Kepala
b. Ekstremitas Atas
c. Ekstremitas Bawah
8. Sistem Integumen
a. Rambut
Elastis.
c. Kuku
Tidak dikaji
binatang, dsb.
Tidak ada
Tidak ada
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama : RUSMAN
Birth: 04/10/1983
Sex: Male
URINE SEDIMEN
ERITROSIT 24.7 /HPF 0.00-1.8 /HPF
LEUKOSIT 0.2 /HPF 0.00-1.10 /HPF
EPITEL 56.8 /HPF 0.00-1.42 /HPF
EPITEL SKUA 33.3 /HPF 0.00-1.00 /HPF
EPITEL NON. SKUA 23.4 /HPF 0.00-1 /HPF
TRANSISIONAL 0.2 /HPF 0.00-0.1 /HPF
EPITEL R. TUBULAR 22.9 /HPF 0.00-0.50 /HPF
SILINDER 3.16 /HPF 0.00-1.20 / LPF
SILINDER HIALIN 0.78 /HPF 0.00-1.20 /LPF
SILINDER PATOLOGIS 2.34 /HPF 0.00-0.40 /LPF
BAKTERI 2.2 /HPF 0.10-19.42 /HPF
KRISTAL 0.0 /HPF 0.00 /HPF
JAMUR 0.3 /HPF 0.00-0.10/HPF
SPERMA 0.0 /HPF 0.00 /HPF
MUKUS 0.37 /HPF 0.00-2.80 /LPF
--- Flagging---
RBC: Dysmorphic? Protecnuria
KLASIFIKASI DATA
(CP.1A)
NAMA PASIEN : Tn. R
NO. RM :
RUANG RAWAT: LONTARA 1 BELAKANG
3
.
Nausea 15 Februari 2022
4
.
RENCANA KEPERAWATAN
(CP.3)
NAMA PASIEN : Tn, R
NO.RM :
RUANG RAWAT: LONTARA 1 BELAKANG
2.
Setelah dilakukan tindakan
Dukungan Mobilisasi
Gangguan mobilitas fisik keperawatan selama 3x24
b.d Observasi:
jam diharapkan pola tidur
DS:
- Identifikasi adanya
1) klien mengeluh saat kembali normal dengan
bergerak nyeri atau keluhan fisik
kriteria hasil:
2) klien merasa cemas saat
lainnya
bergerak 1) keluhan sulit
Do: - Identifikasi toleransi
menggerakkan ekstremitas
1) kekuatan menurun
fisik melakukan
2) rentang gerak menurun menurun
3) gerakan terbatas pergerakan
2) keluhan rentang gerak
4) fisik lemah
- Monitor kondisi umum
5) TTV: TD: 120/70 mmHg (ROM) jadi menurun
N: 88x/m selama melakukan
3. keluhan gerakan terbatas
P: 20x/m
mobilisasi
S: 36,6 jadi meningkat
4) keluhan kelemahan fisik Terapeutik :
dari menurun menjadi ke - Fasilitasi aktivitas
meningkat mobilisasi dengan alat
bantu (mis. Pagar tempat
tidur)
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
3.
.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
(CP. 4 & CP. 5)
NAMA PASIEN :Tn. R
NO. RM :
RUANG RAWAT: LONTARA 1 BELAKANG
NO HARI/ DIAGNOS JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI
TGL A (SOAP)
1. Senin, Nyeri 08.00 1) Mengidentifikasi lokasi, 09.00 S: Pasien
31- Akut karasteristik, durasi, mengeluh
01- frekuensi, nyeri
2022 kualitas ,intensitas nyeri - P=pasien
Hasil: klien mengeluh megatakan
pada paha kiri , nyeri di nyeri pada
rasakan tertusuk-tusuk post
dengan skala nyeri 4 dan operasi
durasinya 3-5 menit - Q=pasien
2) Memberikan teknik mengataka
nonfarmakologis n nyeri
( relaksasi nafas dalam) seperti
untuk mengurangi rasa tertusuk-
nyeri tusuk
Hasil: klien melakukan - R= nyeri
teknik relaksasi nafas pada perut
dalam sebelah kiri
1) Menjelaskan dan
strategi meredakan nyeri menjalar ke
(teknik relaksasi nafas belakang
dalam) - S= skala 4
Hasil: klien mengerti dan (0-10)
melakukan teknik relaksasi T=durasi 3-5
napas dalam menit
2) Kolaborasi O: Pasien
pemberian analgetik Nampak
Hasil: ketorolac gelisah,
Nampak
meringis, skala
nyeri 3
A: Nyeri
belum teratasi
P: lanjutkan
intervensi
1. Identifikasi
lokasi,
karasteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas
nyeri
2. Berikan
teknik
nonfarmakolo
gis (relaksasi
nafas dalam)
untuk
mengurangi
rasa nyeri
3. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri (teknik
relaksasi napas
dalam)
4. Kolaborasi
pemberian
analgetik
Senin, Gangguan 08.45 1) Mengidentifikasi adanya 10.00 S:
31- mobilitas nyeri atau keluhan fisik 1) klien
01- fisik lainnya mengeluh saat
2022 Hasil: klien mengatakan bergerak
nyeri pada bagian paha 2) klien
sebelah kiri merasa cemas
2)Mengidentifikasi toleransi saat bergerak
fisik melakukan pergerakan O:
Hasil: klien mengatakan kaki 1) kekuatan
sebelah kirinya susah di menurun
gerakkan 2) rentang
3)Memonitor kondisi umum gerak menurun
selama melakukan mobilisasi 3) gerakan
Hasil: klien mengatakan terbatas
belum bisa melakukan 4) fisik lemah
mobilisasi A: Gangguan
Mobilitasi
Fisik belum
teratasi
P: lanjutkan
intervensi
1)Identifikasi
adanya nyeri
atau keluhan
fisik lainnya
2)Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
pergerakan
3)Monitor
kondisi umum
selama
melakukan
mobilisasi