Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN BATU STAGHORN

DI RUANG NEUROLOGI
RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Disusunoleh :

DIANA
A1C121031

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………..) (…………………………..)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MEGAREZKY
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
SISTEM PERKEMIHAN BATU STAGHORN

1. Konsep Dasar
A. Definisi
Batu staghorn adalah batu ginjal yang bercabang yang menempati
lebih dari satu collecting system, yaitu batu pielum yang berekstensi ke
satu atau lebih kaliks.Istilah batu cetak/ staghorn parsial digunakan jika
batu menempati sebagian cabang collecting system, sedangkan istilah batu
cetak/staghorn komplit digunakan batu jika menempati seluruh collecting
system (Wein, et al, 2007).

B. Anatomi
1. Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal dikaliks, infundbulum, pelvis
ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal
2. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan
gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga di sebut batu staghron.
3. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal atau gagal
ginjal permanen.
C. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala dari batu cetak ginjal ini tergantung pada posisi atau
letak batu, besarnya batu, dan penyulit yang telah terjadi ( Tim perawat
bedah RSCM, 2008).
a. Nyeri. Rasa nyerinya berbeda beda ditentukan oleh lokasi batu.
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua macam nyeri yaitu nyeri
kolik dan nonkolik..
b. Kristaluria, urin yang keluar disertai pasir atau batu
c. Infeksi, batu yang terdapat di saluran kemih menjadi tempat
sarangnya kuman yang tidak dapat dijangkau obat-obatan.
d. Demam, hal ini terjadi jika kuman sudah menyebar ke tempat lain.
Tanda demam yang disertai dengan hipotensi, palpitasi,
vasodilatasi pembuluh darah di kulit merupakan tanda terjadinya
urosepsis..
D. Etiologi
Penyebab terjadinya batu cetak ginjal secara teoritis batu dapat
terjadi atau terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (statis urine), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli.Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi intravesika
kronik, seperti hipertrofi prostat benigna, strikture, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu (Wein, et al, 2007).
E. Patofisiologi
Batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat- tempat yang sering mengalami hambatan dalam urin (stasis urin),
yaitu pada sistem kaliks ginjal atau buli- buli. Adanya kelainan pada
pelvikaliks, divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hiperplasia
prostat benigna, striktura dan buli- buli neurogenik merupakan keadaan-
keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu (Purnomo,
2009).
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan- bahan
organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal- kristal
tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin
jika tidak ada keadaan- keadaan tertentu yang menyebabkan presipitasi
kristal. Kristal- kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti
batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik
bahan- bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun
ukuranya cukup besar, agregatkristal masih rapuh dan belum cukup
mampu menghambat saluran kemih. Untuk itu agregrat kristal menempel
pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan bahan- bahan
lain diendapkan pada agregrat tersebut sehingga membentuk batu yang
cukup besar sehingga menyumbat saluran kemih (Purnomo, 2009).

F. Komplikasi
1) Gagal ginjal (ditandai gejala seperti : sesak, hipertensi, dan
anemia).
G. Pathway

pH urine Stasis Urine Inhibitor kristalisasi

Konsentrasi filtrate meningkat sehingga terjadi supersaturasi



Hiperstatik & spasme otot untuk mendorong batu kristal-kristal
Pembentukan
↓ ↓ Efek retensi urin
asi (pelepasan mediator oleh mast
Kristal-krstal cell
saling : bradikinin,agregasi
mengadakan histamin,
&& prostaglandin
menarik bahan-bahan
) lain ↓
↓ ↓ Refluksi urin
enstimulus nosiceptor oleh serabut kristal
Agregasi C melalui aferen pada >1 collecting sistem
menempel ↓
↓ ↓ Hidronefrosis
sme nyeri (transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi) Hidronefrosis ↓
Batu Staghorn ↓
↓ ↓ Mendesak lambung
MK : Nyeri akut Nefron mengalami kerusakan ↓
Obstruksi sebagian/seluruh collecting system ↓ Merangsang saraf pusat pencernaan
Eritropoetin menurun


Anemia Mual & muntah
↓ ↓ ↓
MK suplai
Gangguan
Terjadi sumbatan aliran urin : ketidakseimbangan
O2 ke jaringan nutrisi kurang dari kebutuha
↓ ↓
Kadarurin
Gangguan fungsi tubulus untuk memekatkan O2 ke paru menurun


Sesak napas
Oliguria / poliuria ↓
↓ MK : Gangguan pola napas
MK : Gangguan eliminasi urin

Sumber:
Brunner and Suddart.Buku ajar keperawatan medikal bedah
H. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis batu saluran kencing dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan fisik,
laboratorium dan radiologis yaitu ( Tim perawat bedah RSCM, 2008) :
a. Pemeriksaan fisik
Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardi, keringatan, mual dan demam. Pada
keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah pinggul (flank
tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu melewati
ureter menuju kandung kemih.
b. Laboratorium
Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan
jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan adanya kandungan
nitrat dalam urine. Selain itu, niali pH urie harus diuji krena batu sistin dan asam urat
dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih
mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.
c. Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung krmih. Dimana dapat
menunjukkan ukuran, bentuk,posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi batu yaitu
dengan densitas tinggi biasanya menunjukkan jenis kalsium oksalat dan kalsium
fosfat, sedangkan dengan desintas rendah menunjukkan jenis batu stuvit, sistin dan
campuran. Pemeriksaan ini tiak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun batu
diluar ginjal.
d. Intavenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan meniali anatomi dan fungsi ginjal.Jika IVP belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kems akibat adanya penurunan fungsi ginjal,
sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
e. Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukkan ukuran, bentuk , posisi batu dan adanya obstruksi.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yag
alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk
menunjukkan batu staghorn dan tidak dapat membedakan klasifikai batu.
f. Computed Tomographic (CT) scan
Pemidaian CT akan mnghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi
batu.
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dasar penatalaksanaan medis adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infksi dan
mengurangi obstrksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa,
pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi dan
pembedahan terbuka ( Tim perawat bedah RSCM, 2008)..
a. Medikamentosa
Terapi medikamnetosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yatu dengan
diameter < 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis.
Dengan cara mempermudah keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat
mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah
ada. Setiap pasien harus minum palng sedikit 8 gelas air sehari.
b. Pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan
Anlgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat
keluar sendiri secara spontan.Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin
hidroklorida atau oabat antiinflamasi nonsterois seperti ketorolak dan naproxen dapat
diberikan terganung pada intensitas nyeri.Propantelin dapat digunakan untuk
mengatasi spasme ureter.Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih
atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeki sekunder.Setelah batu
dikeluarkan untuk mencegah atau meghamba pembentkan batu berikutnya.
c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non invasif dan tanpa pebiusan.Pada tindakan ini digunakan
gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untu memecah batu.Alat
ESWL adalah emecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun
1980.Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu staghorn proximal, atau menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemis.ESWL
dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat
menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu yang
terdiri atas memecah abtu dam kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih.Alat tersebut
dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa
tindakan endourologi adalah :
- PNL (Percutaneous Nephro Litholapoxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang
berada didalam slauran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem
kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudia dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
- Litotrpsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memeasukkan
alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
- Uretroskopi atau uretro-renoskop adalah dengan memsaskkan alat uretroskopi pre-
uretrum. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam uretre
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan uretroskopi ini.
- Ekstra dormia adalah mengeluarkan batu staghorn dengan menjaringnya memalui
alat keranjang dormia.
e. Tindakan operasi
Penanganan batu saluran kencing baisanya terlebih dahulu diusakhakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi.Tindakan bedah
dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya.Ada
beberapa jenis tindakan pembedahan, anmun dari tindakan pembedahan tersebut
tergantung dari lokasi dimana batu berada, seperti nefrolitotomi, ureterolitotomi,
vesikolitomi dll.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M. (2008). Nursing Interventions Classification Fifth Edition.United


States of America: Mosby Elseveir
Brunner and Suddart.(2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta:
EGC.
Doenges, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan Pasien. Jakarta :
EGC.
Fabiansyah, et al. (2013).Presentasi kasus bedah urologi: batu staghorn.
http://www.scribd.com/doc/129532707/Ppt-Batu-Staghorn
Mooehead, S. (2008).Nursing Outcome Classification Fourth Edition. United
States of America: Mosby Elsevier
NANDA. 2009. Nursing Diagnosis : Definition and Classification. Philadelphia.
Tim perawat bedah RSCM.(2008). Buku pedoman asuhan keperawatan
bedah.Jakarta: RSCM
Wein et al. (2007).Campbell-walsh urology.9th edition. Philadelphia:
SaundersElseveir.

Anda mungkin juga menyukai