Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecemasan atau ansieti merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkaitan
dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu,biasanya dengan objek ancaman yang begitu
tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas nilai ancaman yang wajar dapat dianggap
memiliki nilai positif sebagai motivasi,tetapi apabila intensitasnya begitu kuat dan
bersifat negatif justru akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap
keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapanpun tergantung dari
faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta membuktikan bahwa diseluruh lapisan
dunia kecemasan paling banyak terjadi setiap harinya.hal ini disebabkan semakin
kongkretnya masalah yang terjadi saat ini.
Dinegara maju,gangguan Psikososial berupa ansietas atau kecemasan menempati posisi
pertama dibandingkan dengan kasus lain.oleh karena itu sebagai seorang perawat,kita
harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus kecemasan yang terjadi

1.2 Identitas Masalah


Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikososial
ansietas

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Perawat mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
psikososial ansietas
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu mengetahui dan mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan masalah psikososial ansietas
b. Merumuskan dan menegakkan diagnose keperawatan pada klien dengan masalah
psikososial ansietas
c. Menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan masalah psikososial ansietas
d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan masalah psikososial
ansietas
e. Melakukan evaluasi pada klien dengan masalah psikososial ansietas

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi penulis
Hasil studi ini dapat meberikan wawasan psikososial ansietas
2. Bagi Institusi Akademik
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan pertimbangan pada
keperawatan khususnya kasus keperawatan dengan masalah psikososial ansietas
3. Bagi klien
Memberi pengetahuan dan keterampilan pada keluarga tentang perawatan klien
dengan masalah psikososial ansietas
4. Bagi rumah sakit
Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama , serta menjaga dan
meningkatkan pelayanan dalan kesehatan kepada masyarakat , khususnya asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah psikososial
5. Bagi pembaca
Memberikan gambaran mengenai pelaksanaan dan penerapan konsep ilmu
keperawatan khususnya pada klien dengan masalah psikososial ansietas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri seseorang.
Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorng tidak nyaman
dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jdi, cemas berkaitan dengan persaan tiidak
pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010)

2.2 Respon Rentang Ansietas (Stuart, 2007)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

2.3 Etiologi
a. Faktor Predisposisi ( Pendukung )
Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal – hal sebagai berikut :
1) Peristiwa traumatik
2) Konflik emosional
3) Gangguan konsep diri
4) Frutasi
5) Gangguan fisik
6) Pola mekanisme koping keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan
8) Medikasi
b. Faktor Presipitasi
1) Ancaman terhadap integritas fisik
a) Sumber internal
b) Sumber eksternal
2) Ancaman terhadap harga diri
a) Sumber internal
b) Sumber eksternal
2.4 Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Gangguan perilaku : kecemasan Core Problem

Koping individu tak efektif

Stressor

2.5 Klasifikasi
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik
individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008)
ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat
dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot ringan
b) Sadar akan lingkungan
c) Rileks atau sedikit gelisah
d) Penuh perhatian
e) Rajin
2) Respon kognitif
a) Lapang persepsi luas
b) Terlihat tenang, percaya diri
c) Perasaan gagal sedikit
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal
e) Mempertimbangkan informasi
f) Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
a) Perilaku otomatis
b) Sedikit tidak sadar
c) Aktivitas menyendiri
d) Terstimulasi
e) Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik :
a) Ketegangan otot sedang
b) Tanda-tanda vital meningkat
c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
d) Sering mondar-mandir, memukul tangan
e) Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
f) Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi menurun
b) Tidak perhatian secara selektif
c) Fokus terhadap stimulus meningkat
d) Rentang perhatian menurun
e) Penyelesaian masalah menurun
f) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
3) Respons emosional
a) Tidak nyaman
b) Mudah tersinggung
c) Kepercayaan diri goyah
d) Tidak sabar
e) Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot berat
b) Hiperventilasi
c) Kontak mata buruk
d) Pengeluaran keringat meningkat
e) Bicara cepat, nada suara tinggi
f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
g) Rahang menegang, mengertakan gigi
h) Mondar-mandir, berteriak
i) Meremas tangan, gemetar
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi terbatas
b) Proses berpikir terpecah-pecah
c) Sulit berpikir
d) Penyelesaian masalah buruk
e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
f) Hanya memerhatikan ancaman
g) Preokupasi dengan pikiran sendiri
h) Egosentris
3) Respons emosional
a) Sangat cemas
b) Agitasi
c) Takut
d) Bingung
e) Merasa tidak adekuat
f) Menarik diri
g) Penyangkalan
h) Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut
Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Flight, fight, atau freeze
b) Ketegangan otot sangat berat
c) Agitasi motorik kasar
d) Pupil dilatasi
e) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
f) Tidak dapat tidur
g) Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
h) Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respons kognitif
a) Persepsi sangat sempit
b) Pikiran tidak logis, terganggu
c) Kepribadian kacau
d) Tidak dapat menyelesaikan masalah
e) Fokus pada pikiran sendiri
f) Tidak rasional
g) Sulit memahami stimulus eksternal
h) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional
a) Merasa terbebani
b) Merasa tidak mampu, tidak berdaya
c) Lepas kendali
d) Mengamuk, putus asa
e) Marah, sangat takut
f) Mengharapkan hasil yang buruk
g) Kaget, takut
h) Lelah
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu , ansietas ringan , ansietas sedang ,
ansietas berat, dan ansietas panik.

1) Ansietas ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
Respon ansietas ringan
a. Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut dan bibir bergetar.
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.
c. Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang meninggi.
2). Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.
Respon ansietas sedang
a. Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah
b. Kognitif
 Lapang persepsi menyempit
 Rangsang luar tidak mampu diterima
 Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
c. Perilaku dan Emosi
 Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
 Bicara banyak & lebih cepat
d. Susah tidur
e. Perasaan tidak aman
3) Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak
mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.
Respon ansietas berat :
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan
kabur, ketegangan.
b. Kognitif
 Lapang persepsi sangat sempit
 Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perilaku dan Emosi
 Perasaan ancaman tinggi
 Verbalisasi cepat
 Blocking

4) Ansietas Panik

Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntunan
Respon ansietas panik
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi,
koordinasi motorik rendah.
b. Kognitif
 Lapang pandang persepsi sangat sempit
 Tidak dapat berpikir logis
c. Perilaku dan emosi
 Agitasi mengamuk dan marah
 Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
 Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
 Persepsi kacau

2.7) Patofiosiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
a. Bayi/anak-anak
 Berhubungan dengan perpisahan
 Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
 Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
b. Remaja
 Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
 Perkembangan seksual
 Perubahan hubungan dengan teman sebaya
c. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
 Kehamilan
 Menjadi orang tua
 Perubahan karir
 Efek penuaan
d. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
 Penurunan sensori
 Penurunan motorik
 Masalah keuangan
 Perubahan pada masa pension

2.8) Penatalaksanaan Medis


Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup
fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya
seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.
5) Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.
2.9) Komplikasi
a. Depresi
b. Somatoform
c. Skizofrenia Hibefrenik
d. Skizofrenia Simplek

Anda mungkin juga menyukai