Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SELOREJO


Untuk memenuhi tugas blok Community Health Nursing 2

Disusun oleh :

Kelompok 2 K3LN

Piping Eka Debrianda 135070207131012


Ila Nurul Lutfiati 135070207131013
Anggun Hidayatur Rahmi 135070207131014
Ryharti Amaliatus Sholeha 135070201131005
Dewi Resti Nazully Qiran 135070201131006
Ana Zerlina Fitria 135070207131007
Azka Qothrunnadaa 135070201131004
Shelly Leonia Sisca 135070200131002
Komang Sanisca N 135070200131003
Uswatun Hasanah 135070200131004
Dian Retno Pratiwi 135070200131005
Lut Fika Daru Azmi 135070200131006
Mala Rozaqo Tio Putri 135070200131007

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi,
sosial dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga
maupun masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia. Sementara komunitas merupakan suatu kelompok sosial yang
ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang
sama, serta ada rasa saling mengenal dan interaksi antara anggota
masyarakat yang satu dan yang lainnya. Jadi, keperawatan komunitas
mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse health family) juga
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat
mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah
kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka
sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain. (Hamilawati, 2013)
Perawat komunitas berfokus pada kesehatan masyarakat secara umum,
dengan memberikan intervensi langsung kepada kelompok masyarakat,
dengan tujuan untuk mencegah dan meningkatkan kesehatan masyarakat
(Hamilawati, 2013). Oleh karena itu, perawat komunitas berperan penting
dalam peningkatan status kesehatan masyarakat dalam suatu wilayah.
Mengingat tingkat perilaku beresiko masyakarat di beberapa wilayah di
Indonesia masih tinggi, yang dapat dilihat dari tingkat capaian rumah tangga
yang ber-PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat hanya sebesar 56,58%
dari target sebesar 70% (Kementerian Kesehatan, 2015). Selain itu, ada
banyak perilaku beresiko yang dilakukan oleh masyarakat yang
mengakibatkan peningkatan angka kejadian penyakit, seperti merokok.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat tersebut membutuhkan suatu
intervensi keperawatan, meskipun tidak disebutkan secara langsung oleh
masyarakat.
Dalam implementasinya tersebut, keperawatan komunitas berfungsi untuk
memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan, memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang
kesehatan, serta memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat. Dengan adanya keterlibatan masyarakat secara
langsung dalam proses asuhan keperawatan, akan meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dan
melakukan upaya untuk meningkatkan kesehatan. Peningkatan kemandirian
masyarakat tersebut akan mempercepat proses pencapaian outcome yang
telah ditetapkan sebelumnya. (Hamilawati, 2013)
Dari fungsi dan tujuan keperawatan komunitas yang telah disebutkan di
atas menunjukkan pentingnya pemahaman yang lebih dalam mengenai
keperawatan komunitas. Dengan pemahaman yang baik, perawat dapat
melakukan implementasi yang baik. Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas mengenai keperawatan komunitas dan contoh asuhan
keperawatan komunitas berdasarkan kasus yang diberikan.
2 Tujuan
a Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan
pehamaman mengenai keperawatan komunitas.
b Tujuan Khusus
- Memahami asuhan keperawatan komunitas berdasarkan teori
community as partner.
- Memahami proses penyusunan rencana asuhan keperawatan
komunitas
- Memahami implementasi teori community as partner dalam
memberikan intervensi keperawatan komunitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Community as Partner
Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang
mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan.
Model keperawatan dapat didefinisikan sebagai kerangka pikir, sebagai satu
cara melihat keperawatan, atau satu gambaran tentang lingkup keperawatan.
Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian
komunitas; analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang
terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program
evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Konsep Community as Partner
diperkenalkan Anderson dan McFarlane. Model ini merupakan pengembangan
dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk
menggambarkan status kesehatan klien. Neuman memandang klien sebagai
sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang
dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang
dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan,
yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance defense.
Agregat klien dalam model Community as Partner ini meliputi intrasistem dan
ekstrasistem. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki
satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem
meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan,
ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial,
lingkungan fisik dan rekreasi (Anderson & McFarlane, 2000).
Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu
dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of
resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa
kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan
contoh dari line of resistance. Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan
bahwa dengan menggunakan model Community as Partner terdapat dua
komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan.
Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan
subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai
dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Komunitas sebagai klien/partner berarti kelompok masyarakat tersebut turut
berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi
masalah kesehatannya.
1 Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau
kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis dan
sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan
untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang
berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber
daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi
kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan, yaitu :
a Pengumpulan Data
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan
pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1 Data Inti
a Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas:
Riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru). Tanyakan
pada orang-orang yang kompeten atau yang mengetahui sejarah
area atau daerah itu.
b Data demografi:
Karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut,
distribusi (jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah
penduduk,
c Vital statistik:
Meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama
kematian atau kesakitan.
d Nilai dan kepercayaan:
Nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan, kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang berkaitan
dengan kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat, kegiatan-
kegiatan masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan.
2 Subsistem
a Lingkungan fisik:
Catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area
hijau, binatang, orang-orang, bangunan buatan manusia, keindahan
alam, air, dan iklim.
b pelayanan kesehatan dan sosial:
Catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang
praktek, layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah
perawatan atau panti werda, fasilitas layanan sosial, layanan
kesehatan mental, dukun tradisional/pengobatan alternatif.
c Ekonomi:
Catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas
tersebut maju dengan pesat, industri, toko, dan tempat-tempat
untuk pekerjaan, adakah pemberian bantuan sosial (makanan),
seberapa besar tingkat pengangguran, rata-rata pendapatan
keluarga, karakteristik pekerjaan.
d Keamanan dan transportasi:
Apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah
komunitas, catat bagaimana orang-orang bepergian, apakah
terdapat trotoar atau jalur sepeda, apakah ada transportasi yang
memungkinkan untuk orang cacat. Jenis layanan perlindungan apa
yang ada di komunitas (misalnya: pemadam kebakaran, polisi, dan
lain-lain), apakah mutu udara di monitor, apa saja jenis kegiatan
yang sering terjadi, apakah orang-orang merasa aman.
e Politik dan pemerintahan:
Catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh
partai yang menonjol, bagaimana peraturan pemerintah terdapat
komunitas (misalnya: pemilihan kepala desa, walikota, dewan kota),
apakah orang-orang terlibat dalam pembuatan keputusan dalam
unit pemerintahan lokal mereka.
f Komunikasi:
Catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana
komunikasi formal dan informal yang terdapat di wilayah komunitas,
apakah terdapat surat kabar yang terlihat di stan atau kios, apakah
ada tempat yang biasanya digunakan untuk berkumpul.
g Pendidikan:
Catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi,
pendidikan lokal, reputasi, tingkat drop-out, aktifitas-aktifitas
ekstrakurikuler, layanan kesehatan sekolah, dan tingkat pendidikan
masyarakat.
h Rekreasi:
Catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama,
siapa yang berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan
masyarakat menggunakan waktu senggang.

2 Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data
dengan cara sebagai berikut:
1 Klasifikasi data atau kategorisasi data
Cara mengkategorikan data :
a Karakteristik demografi
b Karakteristik geografi
c Karakteristik sosial ekonomi
d Sumber dan pelayanan kesehatan
2 Perhitungan prosentase cakupan (membuat ringkasan)
3 Tabulasi data (membuat perbandingan)
4 Interpretasi data (membuat simpulan). (Anderson & McFarlane, 2000)

3 Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
Tujuan analisis data :
1 Menetapkan kebutuhan community
2 Menetapkan kekuatan
3 Mengidentifikasi pola respon community
4 Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
5 Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan
yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah
dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu
diperlukan prioritas masalah.

4 Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria,
diantaranya adalah :
1 Perhatian masyarakat
2 Prevalensi kejadian
3 Berat ringannya masalah
4 Kemungkinan masalah untuk diatasi
5 Tersedianya sumber daya masyarakat
6 Aspek politis
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas
sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan
komunitas adalah format penapisan menurut Meuke dan Stanhope,
Lancaster 1988 :
1 Format A (Meuke) : Seleksi atau penapisan diagnosa kesehatan
komunitas
2 Format B (Stanhope dan Lancaster 1988)
Format B : Prioritas masalah (Stanhope dan Lancaster 1988)

5 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses
of Association ) jadi diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang
jelas, padat, dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang
dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis
keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi
(potensial). Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
1 Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi
2 Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan
atau keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi
keperawatan, yang meliputi :
a Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c Interaksi perilaku dan lingkungan
3 Symptom atau gejala :
a Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
b Serangkaian petunjuk timbulnya masalah.

6 Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah masyarakat.
Sering kali, perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu
yang cukup untuk merencanakan implementasi. Implementasi melibatkan
aktivitas tertentu sehingga program yang ada dapat dilaksanakan, diterima,
dan direvisi jika tidak berjalan. Implementasi keperawatan dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses
kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan (partnership), dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment). Perawat komunitas menggali
dan meningkatkan potensi komunitas untuk dapat mandiri dalam memelihara
kesehatannya. (Efendi, 2009)
Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan perubahan
masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari
anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma di masyarakat dapat
disebabkan oleh faktor eksternal, seperti adanya undang-undang, situasi
politik, dan kejadian kritis eksternal masyarakat. Dukungan eksternal ini juga
dapat dijadikan daya pendorong bagi tindakan kelompok untuk melakukan
perubahan prilaku masyarakat. Organisasi ekternal dapat menggunakan
model social planning dan locality development untuk melakukan perubahan,
menggalakkan kemitraan dengan memanfaatkan sumber daya internal dan
sumber daya eksternal. (Efendi, 2009)
Mengukur adanya perubahan masyarakat pada tingkat induvidu, dapat
diketahui dari tingkat kesadaran individu terhadap perubahan, bagaimana
individu mengerti tentang masalah yang dihadap, tingkat partisipasi individu,
dan adanyan perubahan dalam bentuk tingkah laku yang ditampilkan. Adanya
role model yang ada dimasyarakat dapat dijadikan pendorong untuk
mengubah norma dan praktik individu dalam perubahan masyarakat. Pada
tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada kelompok dan
oeganisasi, termasuk adanya perubahan kebijakan yang berhubungan
dengan masalah yang terjadi di masyarakat, adanya dukungan dan
partisipasi dalam kegiatan masyarakat serta aktivitas lain yang berhubungan
dengan penyelesaian masalah. Perubahan dimasyarakat dapat dievaluasi
melalui pengembangan koalisi, partisipasi masyarakat dalam dukungan untuk
mencapai tujuan, dan perubahan nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat. (Efendi, 2009)
Pelaksanaan kegiatan perkesmas, dilakukan berdasarkan POA
Perkesmas yang telah disusun. Pemantauan kegiatan perkesmas secara
berkala dilaksanakan oleh kepala puskesmas dan coordinator puskesmas
dengan melakukan diskusi tentang permasalahan yang dihadapi terkait
pelaksanaan perkesmas serta melakukan penilaian setia akhir tahun dengan
membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah
disusun. Pembahasan masalah perkesmas dapat dilakukan dengan cara
mengadakan kegiatan:
1 Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya mini bulanan dilakukan setian bulan di puskesmas, dihadiri
oleh staf puskesmas dan unit penunjangnya untauk membahas kinerja
internal puskesmas termasuk cakupan, mutu pembiayaan, masalah, dan
hambtan yang ditemui termasuk pelaksanaan perkesmas dan kaitanya
dengan masalah lintas program lainnya.
2 Lokakarya Mini Tribulanan
Lokakarya mini tribulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali, dipimpin oleh
camat dan dihadari oleh staf puskesmas dan unit penunjangnya, instansi
lintas sektor tingkat kecamatan untuk membahas masalah dalam
pelaksanaan puskesmas termasuk perkesmas terkait dengan lintas
sektor dan pemasalahan yang terjadi untuk mendapatkan
penyelesaiannya.
3 Refleksi Diskusi Kasus (RDK)
Refleksi diskusi kasus merupakan metode yang digunakan dalam
merefleksikan pengalaman dalam satu kelompok diskusi untuk berbagai
pengetahuan dan pengalaman yang didasarkan atas standar yang
berlaku. Proses diskusi ini memberikan ruang dan waktu bagi peserta
diskusi untuk merefleksikan pengalaman masing-masing serta
kemampuannya tanpa tekanan kelompok, terkondisi, setiap peserta
saling mendukung, member kesempatan belajar terutama bagi peserta
yang tidak terbiasa dan kurang percaya diri dalammenyampaikan
pendapat. RDK dilakukan minimal seminggu sekali, dihadapi oleh perawat
perkesmas di puskesmas untuk membahas masalah teknis perkesmas.
(Efendi, 2009)

7 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi
merupakan sekumpulan informasi yang sistemik berkenaan dengan program
kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang digunakan masyarakat
terkait program kegiatan, karakteristik, dan hasil yang telah dicapai. Program
evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencanaan
program dan pengambil kebijakan tentang efektivitas dan efisiensi program.
Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan ketrampilan untuk menentukan
apakah program sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan masyarakat.
Evaluasi digunakan untuk mengetahui beberapa tujuan yang diharapkan
telah tercapai dan apakah itervensi yang dilakukan efektif untuk masyarakat
setempat sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat, apakah sesuai
dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah masyarakat.
Evaluasi ditunjukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat dan program apa yang dibutuhkan masyarakat, apakah media
yang digunakan tepat, ada tidaknya program perencanaan yang dapat di
implementasikan, apakah program dapat menjangkau masyarakat, siapa
yang yang menjadi target sasaran program, apakah program yang dilakukan
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Evaluasi juga bertujuan
mengidentifikasi masalah dalam perkembangan program dan penyelesaian.
Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan apakah ada hasil program
sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya program
sumber daya, dan waktu pelaksanaan program yang telah dilakukan.
Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas program yang
disusun sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan membandingkan
perbedaan program terkait keefektifannya. (Henny, 2011)
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil. Evaluasi
program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi
sebagai dasar proses pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan
pelayanan kesehatan. Evaluasi proses difokuskan pada urutan kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui
perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perubahan prilaku
masyarakat.
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk
umpan balik selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif
dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang
efektifitas pengambilan keputusan. Pengukuran efektifitas program dapat
dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan
program. Pengukuran efektivitas program dikomonitas dapat dilihat
berdasarkan:
1 pengukuran komonitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan
cara mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan komonitas.
2 pengukuran komonitas sebagai pengalaman Pembina hubungan.
Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan pengukuran social dari
determinan kesehatan.
3 pengukuran komonitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan mengukur
tingkat keberasilan pada kluarga atau masyarakat sebagai sumber
informasi dan sumber intervensi kegiatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SELOREJO

A. PENGKAJIAN

Jenis kelamin wanita di Desa Selorejo sebanyak 81%, sedangkan laki-laki


sebanyak 19%. Jadi, jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki.
Anak usia sekolah dasar di Desa Selorejo yang menduduki kelas 1 SD
sebanyak 33%, kelas 2 SD sebanyak 4,8%, kelas 3 sebanyak 33%, kelas 4,
5 dan 6 SD masing-masing sebanyak 9,5%. Jadi, kelompok anak usia SD
yang terbanyak adalah kelas 1 dan 3.
Anak usia sekolah di Desa Selorejo yang berbahasa Indonesia sebanyak
14,3%, bahasa Jawa sebanyak 71,4%, sedangkan yang berbahasa Madura
dan bahasa selain Jawa dan Indonesia sebanyak 14,3%. Jadi, Anak usia SD
di Desa Selorejo paling banyak yang berbahasa Jawa.

Anak usia SD di Desa Selorejo yang tinggal kurang dari 5 tahun di Selorejo
sebanyak 4,8%, sedangkan yang tinggal lebih dari 5 tahun sebanyak 95,2%.
Jadi, warga asli lebih Desa Selorejo lebih banyak daripada pendatang.
Anak usia SD di Desa Selorejo yang beragama Islam sebanyak 95,2%,
sedangkan yang beragama kristen sebanyak 4,8%. Jadi, anak usia SD di
Desa Selorejo paling banyak beragama Islam.
Anak usia SD di Desa Selorejo yang berobat ke puskesmas sebanyak 9,5%,
ke bidan sebanyak 85,7%, sedangkan ke mantri sebanyak 4,8%. Jadi, Anak
usia SD di Desa Selorejo paling banyak berobat ke bidan desa.

Anak usia SD di Desa Selorejo yang diberikan obat warung ketika sakit
sebanyak 23,8%, sedangkan yang tidak diberikan obat warung saat sakit
sebanyak 76,2%. Jadi, jika Anak usia SD di Desa Selorejo sakit, paling
banyak tidak diberikan obat warung.
Anak usia SD di Desa Selorejo yang diberikan obat tradisional saat sakit
sebanyak 14,3%, dan yang tidak diberikan obat tradisional saat sakit
sebanyak 85,7%. Jadi, jika Anak usia SD di Desa Selorejo sakit, paling
banyak tidak diberikan obat tradisional.
Ketika Anak usia SD di Desa Selorejo mendapat masalah, sebanyak 47,6%
orang tua memarahi anaknya, sedangkan yang tidak memarahi anaknya
sebanyak 52,4%. Jadi, sebagian besar orang tua anak tidak memarahi anak
jika mendapat masalah.

Anak usia SD di Desa Selorejo yang tidak pernah mencuci tangan sebanyak
4,8%, yang mencuci tangan 2 kali sehari (setelah makan dan setelah main)
sebanyak 23,8%, yang mencuci tanngan 3 kali sehari (setelah makan, setelah
main dan setelah buang air besar) sebanyak 28,6%, yang mencuci tangan
sebanyak 4 kali (setelah dan setelah makan, setelah main dan setelah buang air
besar), yang mencuci tangan sebanyak 5 kali (setelah dan setelah makan,
setelah main, setelah buang air besar, dan buang air kecil) sebanyak 28,6%,
sedangkan yang mencuci tangan >5 kali sehari sebanyak 14,3 persen. Jadi,
anak usia SD di Desa Selorejo sebanyak 3-5 kali sehari.
Anak usia SD di Desa Selorejo yang membuang sampah di tempat sampah
sebanyak 61,9%, sedangkan anak yang membuang sampah selain di tempat
sampah sebanyak 38,1%. Jadi, anak SD di Desa Selorejo sebagian besar
membuang sampah di tempat sampah.

Anak usia SD di Desa Selorejo yang belajar dalam kondisi yang mendukung
sebanyak 52,4%, kondisi yang cukup mendukung dan kurang mendukung
sebanyak 23,8%. Jadi, kondisi belajar anak di rumah sebagian besar
mendukung.
Anak usia SD di Desa Selorejo yang mencuci tangan di tempat cuci tangan
sebanyak 57,1%, sedangkan yang mencuci tangan di kamar mandi sebanyak
42,9%. Jadi, anak yang mencuci tangan paling banyak dilakukan di tempat
cuci tangan.
Anak usia SD di Desa Selorejo yang menggunakan pembiayaan mandiri
untuk kesehatan sebanyak 95,2%, sedangkan anak yang menggunakan
BPJS untuk pembiayaan kesehatan sebanyak 4,8%. Jadi, pembiayaan
kesehatan anak SD paling banyak menggunakan biaya mandiri.

Anak usia SD di Desa Selorejo yang mengikuti TPQ sebanyak 81%,


sedangkan yang mengikuti pramuka, PMR, atau les sebanyak 19%. Jadi,
Anak usia SD di Desa Selorejo paling banyak mengikuti TPQ.
Orang tua dari anak usia SD di Desa Selorejo yang tidak bekerja sebanyak
9,5%, petani sebanyak 57,1%, buruh sebanyak 2%, dan pedagang sebanyak
5%. Jadi, orang tua anak usia SD di Desa Selorejo paling banyak berprofesi
sebagai petani.

Anak usia SD di Desa Selorejo yang berangkat ke sekolah dengan


menggunakan sepeda sebanyak 19%, diantar menggunakan sepeda motor
sebanyak 57,1%, dijemput menggunakan mobil sekolah sebanyak 4,8%, dan
berjalan kaki sebanyak 19%. Jadi, Anak usia SD di Desa Selorejo paling
banyak berangkat ke sekolah dengan diantar menggunakan sepeda motor.

Sekolah anak usia SD di Selorejo yang memiliki program UKS sebanyak


95,2%, sedangkan yang tidak memiliki program UKS sebanyak 4,8%. Jadi,
hampir seluruh sekolah dasar di Desa Selorejo memiliki program UKS.
Anak usia SD di Desa Selorejo yang memperoleh informasi dari televisi
sebanyak 52,4%, dari penyuluhan 33,3%, dan dari sumber lain seperti poster,
pamflet, dll sebanyak 14,3%. Jadi, penyuluhan atau pendidikan kesehatan
untuk anak masih kurang di Desa Selorejo.

Anak usia SD di Desa Selorejo yang mengisi waktu luang dengan bermain
sebanyak 81%, sedangkan yang mengisi waktu luang dengan pendidikan
informal sebanyak 19%. Jadi, Anak usia SD di Desa Selorejo paling banyak
mengisi waktu luang dengan bermain.

Semua anak usia SD di Desa Selorejo bermain di halaman rumah.


Anak usia SD di Desa Selorejo yang bermain di waktu siang sebanyak
76,2%, bermain di waktu siang sampai sore sebanyak 19%, dan yang
bermain dari siang sampai malam sebanyak 4,8%. Jadi Anak usia SD di
Desa Selorejo paling banyak yang bermain di waktu siang.

Anak usia SD di Desa Selorejo yang bermain di bawah pengawasan orang


tua sebanyak 90,5%, sedangkan yang dibiarkan bermain tanpa pengawasan
sebanyak 9,5%. Jadi, Anak usia SD di Desa Selorejo paling banyak yang
bermain di bawah pengawasan orang tua.
Data Indikator Masalah keperawatan
DP : Indikator PHBS Kesiapan meningkatkan
Hasil survey menunjukkan anak menurut Depkes RI: manajemen kesehatan (mencuci
yang membuang sampah tidak Menyuci tangan tangan, mengonsumsi jajanan
pada tempatnya sebanyak 38,1% dengan air yang sehat, membuang sampah pada
Hasil survey menunjukkan anak tempatnya)
mengalir dan
yang mencuci tangan sebesar memakai sabun.
57,2% sebanyak 3-5 kali sehari, Mengonsumsi
28,6% sebanyak <3 kali sehari, jajanan sehat di
dan 14,3% sebanyak >5 kali kantin sekolah.
Menggunakan
sehari
Hasil survey menunjukkan anak jamban yang
mencuci tangan di tempat cuci bersih dan sehat.
Olahraga yang
tangan sebanyak 57, 1%, dan
42,9% di kamar mandi teratur dan terukur.
Hasil survey menunjukkan anak Memberantas

menggosok gigi pagi dan malam jentik nyamuk.


Tidak merokok di
sebanyak......
Hasil survey menunjukkan anak sekolah
Menimbang berat
membeli jajan sembarangan
badan dan
sebanyak.....
mengukur tinggi
DS :
badan setiap
Data dokumentasi sarana dan
bulan.
prasarana desa didapatkan data Membuang
terdapat tempat pelayanan sampah pada
kesehatan di desa berupa 1 tempatnya.
puskesmas desa, 2 bidan desa
dan 1 puskesmas pembantu.
Data pelaporan sumberdaya air
desa berasal dari sumber mata
air yang terlindung untuk
digunakan sehari-hari

B. ANALISA DATA
WOC
C. TABEL RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose keperawatan NOC NIC


1 Kesiapan meningkatkan P. Primer P. Primer
manajemen kesehatan Health Promoting Behavior Health Education
No Indicator 1 2 3 4 5 1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
1 Melakukan rutinitas dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi
perilaku sehat kebiasaan hidup sehat.
2 Menggunakan 2. Mengkaji konteks personal dan sejarah social budaya
dukungan social tentang kebiasaan hidup sehat individu, keluarga atau
untuk promosi komunitas.
kesehatan 3. Mengidentifikasi sumber daya seperti anggota, tempat ,
peralatan,biaya yg diperlukan untuk membuat program
4. Strategi dalam melaksankan program (target,publikasi,
P. Sekunder tempat)
5. Mengajarkan strategi yang bisa digunakan untuk
Symptom Control
menanggulangi kebiasaan yang tidak sehat
No Indicator 1 2 3 4 6. Memberikan edukasi secara singkat, padat dan jelas
1 Menggunakan upaya-
dengan tetap focus terhadap topic yg diangkat.
upaya preventif 7. Menggunakan demonstrasi atau simulasi untuk
2 Melakukan upaya untuk
peningkatan sklll kesehatan.
mengurangi gejala 8. Melibatkan individu, kelurga dan kelompok dalam
3 Mendapatkan perawatan
perencanaan dan mengimplementasi perubahan gaya
kesehatan ketika
hidup sehat.
mendapati gejala penyakit 9. Follow up untuk mempertahankan kebiasaan hidup
4 Menggunakan fasilitas
sehat atau adaptasi gaya hidup yg sehat.
kesehatan yang ada
5 melaporkan gejala yang P. Sekunder
terpantau Health Screening
1. Mempublikasikan layanan pemantauan kesehatan
P. Tersier untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
Social involvement 2. Menggunakan instrument pengawasan kesehatan yang
No Indicator 1 2 3 4 valid dan realible.
1 Partisipasi dalam aktivitas 3. Menginstruksikan rasional dan tujuan dari pengawasan
social kesehatan dan monitoring mandiri.
2 Berinteraksi dengan 4. Follow up terkait perubahan kesehatan.
keluarga P. Tersier
3 Menggunakan waktu luang Support System Enhancement
untuk beraktivitas dengan 1. Mengidentifikasi respon psikologis terhadap situasi dan
teman-teman ketersediaan sistem dukungan.
2. Mengkaji kekuatan jaringan social yang tersedia.
3. Mengidentifikasi derajat dukungan keluarga, dukungan
keuangan dan yg lainnya.
4. Memonitor situasi keluarga terkini dan jaringan
dukungan.
5. Mendukung klien untuk berpartisipasi dalam kegiatan
social dan komunitas.
6. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sumber daya
komunitas dan mengadvokasi perubahan.
7. Mengembangkan pencegahan atau program
pengobatan yg sesuai untuk komunitas.
8. Melibatkan keluarga kerabat dan teman dalam
perawatan dan perencanaan.
9. Menjelaskan bagaimana cara saling membantu untuk
meningkatkan kebiasan gaya hidup sehat.
Evaluasi
Diagnosa Tujuan Strategi Intervensi
Struktur Proses Hasil
Kesiapan Tujuan umum:
meningkatkan Meningkatkan perilaku
menegemen
hidup bersih dan sehat
kesehatan
anak meliputi cuci
tangan, gosok gigi,
membuang sampah
dan membeli jajanan
menjadi...%

Tujuan khusus:
1. Meningkatkan
pemahaman atau
1. Health 1. Penyuuhan cuci - Tersediannya - Aktif bertanya - Jumlah peserta
pengetahuan Teaching, tangan proyektor, LCD, Mic, - Mendengarkan 80% dari
tentang cuci 2. Penyuluhan gosok - SAP - Memperhatikan undangan
gigi - Lembar pre test post - Tidak gaduh - Nilai post test
tangan, gosok gigi, - Suasanantenang
3. Penyuluhan test >pre test
membuang - Laptop - Mengikuti dari
membuang sampah
4. Penyuluhan jajanan awal sampai akhir
sampah dan
anak
membeli jajanan
sebesar.%
- Terseidianya tempat
1. Tempat konsultasi - Lembar konsultasi - Aktif bertanya
2. Konsultasi - Mendengarkan - Jumlah peserta
2. Jadwal konsultasi
- Memperhatikan 80%dari
3. Sosialisasi konsultasi
4. Pencatatan dan - Tidak gaduh undangan
pelaporan kegiatan - Suasanantenang
konsultasi - Mengikuti dari
awal sampai akhir

1. Mengidentifikasi
- Terseidianya tempat - Aktif bertanya - Jumlah peserta
peserta peer - Mendengarkan
3. Community 2. Membuat peer group - Trigerr/kasus 80%dari
- Lembar diskusi - Memperhatikan
Organizing AUS undangan
- Tidak gaduh
3. Membuat modul - 80% peserta
- Suasanantenang
belajar (silabus) peer - Mengikuti dari dapat
group tentang PHBS awal sampai akhir menyelesaika
n kasus yang
diberikan

1. Membuat poster dan - Peserta dapat - Jumlah peserta


leaflet - Tersedianya tempat 80% dari
melihat dan
4. Sosial 2. Menempelkan poster untuk menempel undangan
membaca poster
Marketing di public servicei poster - 80%peserya
dan leaflet
3. Menyebarkan leaflet - Memahami isi dari dapat melihat
2. Meningkatkan
pada anak-anak dan poster dan leaflet dan membaca
sikap anak dalam keluarga poster serta
melakukan leaflet
tindakan cuci tang,
gosok gigi, - Jumlah peserta
1. Tempat untuk - Aktif bertanya
membuang konseling - Terseidianya tempat - Mendengarkan 80%dari
2. Jadwal untuk - Lembar konseling - Memperhatikan undangan
sampah dan 1. Konseling
membeli jajanan konseling - Tidak gaduh
- Suasanantenang
sebesar..%
- Mengikuti dari
awal sampai akhir

3. Meningkatkan
perilaku anak
tentang cuci
tangan, gosok gigi,
membuang
sampah dan
membeli
jajanan.%
- Jumlah peserta
1. Menunjuk kader dan - Aktif dalam 80%dari
perawat untuk - Video mencuci tangan mempragakan undangan
1. Delegated mempraktekkan cara dan menggosok gigi gerakan yang - Peserta dapat
fuctions mencuci tangan dan - Sabun cuci tangan dicontohkan mempraktekka
- Sikat dan pasta gigi - Suasana tenang n gerakan
menggosok gigi.
- Kran air - Memperhatikan
yang
- Mengikuti dari
dicontohkan
awal hingga akhir
sebanyak 80%
.
D. POA

No Kegiatan Tujuan Sasaran BentukKegiatan WaktudanT Media Pelaksana/ PJ Dana


empat Kegiatan
1. Penyuuhan cuci Meningkatkan Anak usia Ceramah dan Tanya Sabtu, 24 Poster dan Azka dan Ana Rp. 150.000
tangan pengetahuan cuci sekolah dasar jawab September leaflet
tangan .% (7-12 tahun) 2016, jam
RW.2 Dusun 16.00-17.00
Krajan, Desa WIB di TPA
Selorejo desa
selorejo
2. Penyuluhan Meningkatkan Anak usia Ceramah dan Tanya Sabtu, 24 Poster dan Azka dan Ana
gosok gigi pengetahuan cara sekolah dasar jawab September leaflet
menggosok gigi .% (7-12 tahun) 2016, jam
RW.2 Dusun 16.00-17.00
Krajan, Desa WIB di TPA
Selorejo desa
selorejo
3. Penyuluhan Meningkatkan Anak usia Ceramah dan Tanya Sabtu, 24 Poster dan Azka dan Ana
membuang pengetahuan sekolah dasar jawab September leaflet
sampah membuang sampah .. (7-12 tahun) 2016, jam
% RW.2 Dusun 16.00-17.00
Krajan, Desa WIB di TPA
Selorejo desa
selorejo
4. Penyuluhan Mengingkatkan Anak usia Ceramah dan Tanya Sabtu, 24 Poster dan Azka dan Ana
jajanan anak pengetahuan memilih sekolah dasar jawab September leaflet
jajanan yang sehat..% (7-12 tahun) 2016, jam
RW.2 Dusun 16.00-17.00
Krajan, Desa WIB di TPA
Selorejo desa
selorejo
5. Konsultasi Meningkatkan sikap Anak usia Diskusi dan Tanya Sabtu, 24 Poster dan Azka dan Ana
anak dan orang tua sekolah dasar jawab September leaflet
dalam hal menggosok (7-12 tahun) 2016, jam
gigi, cuci tangan, RW.2 Dusun 16.00-17.00
membuang sampah dan Krajan, Desa WIB di TPA
memilih jajanan yang Selorejo desa
sehat.% selorejo

6. Peer group Meningkatkan sikap Anak usia Diskusi Sabtu, 24 Poster dan Azka dan Ana
anak dalam sekolah dasar September leaflet
menanggapi cara (7-12 tahun) 2016, jam
mencuci tangan yang RW.2 Dusun 16.00-17.00
benar, menggosok gigi, Krajan, Desa WIB di TPA
membuah sampah dan Selorejo desa
memilih jajanan.% selorejo
7. Konseling Meningkatkan sikap Anak usia Diskusi dan Tanya Sabtu, 24 Poster dan Azka dan Ana
anak dalam sekolah dasar jawab September leaflet
menanggapi cara (7-12 tahun) 2016, jam
mencuci tangan yang RW.2 Dusun 16.00-17.00
benar, menggosok gigi, Krajan, Desa WIB di TPA
membuah sampah dan Selorejo desa
memilih jajanan.% selorejo
8. Demo cuci Meningkatkan perilaku Anak usia Demostrasi dan Sabtu, 24 Poster dan Azka dan Ana
tangan anak dalam sekolah dasar praktek September leaflet
mempraktekkan cuci (7-12 tahun) 2016, jam
tangan dalam RW.2 Dusun 16.00-17.00
kehidupan sehari-hari Krajan, Desa WIB di TPA
% Selorejo desa
selorejo
Demo Meningkatkan perilaku Anak usia Demostrasi dan Sabtu, 24 Poster dan Azka dan Ana
menggosok gigi anak dalam sekolah dasar praktek September leaflet
mempraktekkan (7-12 tahun) 2016, jam
menggosok gigi dalam RW.2 Dusun 16.00-17.00
kehidupan sehari- Krajan, Desa WIB di TPA
hari.% Selorejo desa
selorejo

E. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory and


practice in nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott
Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing : Concepts and
practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott
Clark, M.J.(1999). Nursing in the community: Dimensions of community health
nursing, Standford, Connecticut: Appleton & Lange
George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd
ed. Norwalk, Appleton and Lange.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1.
Cv Sagung Seto : Jakarta
Craven, R. F dan Hirnle, C. J. 2000. Fundamental of Nursing: Human, Health and
function. Edisi 3. Phiadelphia: Lippincott
Courtwright, A and Abigail N T. 2010. Tuberculosis and stigmatization : pathways and
interventions. Public health report : 125 : 34-42. Available online at
http://www.publichealthreports.org/

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian


Kesehatan Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Hamilawati. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Cilacap: Pustaka As
Salam.
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Henny, Achjar Komang Ayu. 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas: Teori dan
praktek. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai