S DENGAN
ASMA DI PUSKESMAS SURANADI
Disusun oleh:
Nama :
NIM :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
proses penyusunan laporan ini, baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya laporan yang
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil dan
dengan atau tanpa pengobatan. Gejala yang timbul dapat berupa batuk, sesak
Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat
menurunkan kualitas hidup, salah satu faktor pencetus serangan asma adalah
Hal ini sering diabaikan oleh klien sehingga frekwensi kekambuhan menjadi
lebih sering dan klien jatuh pada keadaan yang lebih buruk, kondisi ini merupakan
suatu rantai yang sulit ditentukan mana yang menjadi penyebab dan mana yang
merupakan akibat.
3
Kondisi sesak dapat menimbulkan kecemasan karena klien merasa adanya
Menurunkan tingkat kecemasan pada klien asma baik pada saat serangan
ataupun saat tidak terjadi serangan sangat penting. Sebab seperti yang telah
dijelaskan di atas maka lingkaran mengenai penyebab dan akibat cemas harus
diputus. Dengan demikian berarti memutus salah satu faktor pencetus asma dan
didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel
yang berperan, inflamasi kronik ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak
nafas, rasa dada tertekan dan batuk, terutama pada malam atau dini hari. Gejala
ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun
pengobatan.
Di dunia meliputi di Inggris sekitar 2,5 juta penderita asma bronkiale yang
asma, di Jerman 9 juta penduduk, cemas yang berhubungan dengan sulit bernafas
dilaporkan sebagai diagnosa yang sering di tangani (50% - 74%) (Carpenito, 2000
: 128). Ini merupakan angka yang cukup besar yang perlu mendapat perhatian dari
perawat di dalam merawat klien asma secara komprehensif bio psiko sosial dan
4
Badan kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk
dunia menderita asma. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah
hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Kondisi ini tidak hanya terjadi di
(5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%) dan Jakarta (7,5%). Secara nasional,
Aceh Barat (13,6%), Buol (13,5%), Pohuwato (13,0%), Sumba Barat (11,5%),
(0,6%), Kediri (0,6%), Soppeng (0,6%), Karo (0,7%), Serdang Bedagai (0,7%),
Pada tahun 2018 jumlah jumlah penderita asma pada lansia di Puskesmas
Sedangkan pada tahun 2019 di bulan November sampai sekarang terdapat 7 orang
penderita.
serta harus melibatkan beberapa elemen seperti individu, keluarga dan perawat.
langsung kepada individu dan keluarga tentang asma agar mampu meningkatkan
5
pengetahuan, kemampuan serta kemauan dalam melaksanakan 5 tugas kesehatan
dokter klinik.
B. Tujuan
2. Tujuan Khusus
berdasarkan pengkajian.
C. Sistematika Penulisan
Penulis membagi penulisan asuhan keperawatan ini menjadi 5 bab, yang terdiri
dari :
BAB I : PENDAHULUAN
penulisan.
6
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
BAB V : PENUTUP
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat terutama
pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau
Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang besar yang
terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru paru
memanjang mulai dari dari akar leher menuju diagfragma dan secara kasar
berbentuk kerucut dengan puncak di sebelah atas dan alas di sebelah bawah.
8
Diantara paru-paru mediastinum, yang dengan sempurna memisahkan satu sisi
dan pembuluh darah besar, trakea dan esofagus, dustuk torasik dan kelenjar timus.
lobus, yang dipisahkan oleh belahan yang miring. Lobus superior terletak di atas
dan di depan lobus inferior yang berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan
mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah dipisahkan oleh fisura oblik dengan
posisi yang sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh
suatu fisura horisontal menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus
mereka dipisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding jaringan koneknif , masing-
masing satu arteri dan satu vena. Masing-masing segmen juga dibagi menjadi unit-
Penyakit Bagian 2 edisi 4. Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1995. Hal 646.)
9
Secara anatomi, fungsi pernapasan ini dimulai dari hidung sampai ke
parenkim paru. Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang
berfungsi sebagai konduksi (pengantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai
ke sel dan pengangkutan CO2 dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini terdiri dari
1. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari
karena masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat
dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini
3. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari
sel-sel.
Dari aspek fisiologis, ada dua macam pernapasan yaitu (Rahajoe dkk, 1994) :
10
1. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot dan saraf perifer
2. Parenkim paru yang terdiri dari saluran nafas, alveoli dan pembuluh darah.
dan sistem saraf pusat. Sistem kardiovaskuler selain mensuplai darah bagi
paru (perfusi), juga dipakai sebagai media transportasi O2 dan CO2 sistem
saraf pusat berperan sebagai pengendali irama dan pola pernapasan (Guyton,
2007).
1. Tekanan atmosfer (760 mmHg) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat
Sebelum inspirasi terlihat otot-otot pernapasan relaks dan besar tekanan intra-
alveolus sama dengan tekanan atmosfer. Pusat irama dasar pernapasan (dorsal
11
respiratory group/DRG group/DRG di formasio retikularis medula oblongata)
m.abdominalis.
C. Etiologi
Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
12
terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
inhibitor, kromolin).
merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu
sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease sehingga berakibat
2. Olahraga
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh
adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced
13
jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan
sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu
4. Stress
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan
5. Perubahan cuaca
D. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah
spasme otot polos edama dan inflamasi memakan jalan nafas dan eksudasi muncul
pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspirasi paksa dan
14
jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan perbedaan suatu bagian dngan
bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi
kapiler maka juga akan terjadi kongesti dan pembanguan ruang intensium paru.
berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah mengalami
E. Patoflowdiagram
15
(Sumber : Amin Huda. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk dispnea
dan mengi. Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang menyertai diantaranya
2. Gelisah
4. Kelelahan
6. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat.
8. Sionss sekunder
10. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sputum
eosinofil.
16
b. Terdapatnya spiral cursehman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-
2. Pemeriksaan darah
Terdapat aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat PaCO2
c. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
3. Foto Rontgen
Pada umumnya pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan
(Amin 2013:49)
H. Penatalaksanaan Medis
1. Edukasi penderita
fungsi paru.
17
4. Merencanakan pengobatan untuk serangan akut.
I. Komplikasi
c. Riwayat penyakit masa lalu (apa klien pernah mengalami penyakit asma
e. Aktivitas istirahat
otot.
f. Sirkulasi
18
2) Tanda : Peningkatan tekanan darah, Peningkatan frekuensi paru,
g. Integritas Ego
h. Makanan Cairan
i. Hygiene
melakukan aktivitas
j. Pernapasan
dan keluarga.
19
2) Tanda : Pernafasan biasa capat dan lambat, Peggunaan otot Bantu
kuku.
k. Keamanan
2) Tanda : Beringat,berkemerahan.
l. Seksualitas
m. Intervensi Sosial
terdekat, Penyakit.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
20
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji status pernafasan setiap 4 jam, hasil GDA, fungsi paru dan
analisa sputum.
bronchial.
21
Tujuan: Mendemonstrasikan ansietas berkurang dengan kriteria hasil :
berkurang.
Intervensi Keperawatan :
asiestas.
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN
BIODATA KLIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Penangke
Diagnosa Medis : Asma
No Register :-
Tgl Pengkajian : 5 November 2019
I. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
2. Riwayat penyakit sekarang
Ny. S datang ke Puskesmas Suranadi dengan keluhan sesak nafas. Pasien
mengatakan saat di rumah, pasien minum air putih lalu tiba-tiba keselek.
Pasien mengatakan lehernya seperti tercekik dan menjadi sesak nafas, lalu
pandangan mulai berkunang-kunang.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan disaat usia kurang lebih 50 tahun menderita penyakit
asma.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti
dirinya dan tidak ada penyakit keturunan.
23
II. Pola Aktivitas Sehari - hari
A. Pola Tidur/Istirahat
1. Waktu tidur
Dirumah : Pasien mengatakan tidur mulai pukul 21.00
Di Puskesmas : Pasien mengatakan tidur mulai pukul 22.00
2. Waktu bangun
Dirumah : Pasien mengatakan bangun pukul 04.30
Di Puskesmas : Pasien mengatakan tidak menentu, kadang terbangun
Hal - hal yang mempermudah tidur :
Suasana yang tenang
3. Hal - hal yang mempermudah bangun
Suasana yang ribut, batuk-batuk
4. Masalah tidur
Kadang terbangun karena batuk dan sesak nafas
B. Pola Eliminasi
1. B.A.B
Dirumah : Pasien mengatakan BAB 1-2 x/hari
Di Puskesmas : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari
Masalah BAB : Tidak ada masalah
2. B.A.K
Dirumah : Pasien mengatakan BAK lancar 3-4 x/hari
Di Puskesmas : Pasien mengatakan BAK lancar 3-4 x/hari
Masalah BAK : Tidak ada masalah
3. Upaya klien untuk mengatasinya : Tidak ada
24
C. Pola Makan dan Minum
1. Jumlah dan jenis makanan :
Dirumah : Pasien mengatakan makan nasi, sayur, lauk setengah porsi
Di Puskesmas : Pasien mengatakan makan nasi, sop, lauk setengah
porsi
2. Waktu pemberian makanan :
Dirumah : Pasien mengatakan pukul 07.00, 13.00, 20.00
Di Puskesmas : Pasien mengatakan pukul 06.00, 12.00, 18.00
3. Jumlah dan jenis cairan/minum :
Dirumah : Pasien mengatakan sering minum air putih 3 gelas/hari
Di Puskesmas : Pasien mengatakan minum air putih 3 gelas/hari
4. Waktu pemberian cairan :
Dirumah : Pasien mengatakan tidak menentu, jika haus
Di Puskesmas : Pasien mengatakan tidak menentu
5. Pantangan/alergi : Tidak ada
6. Masalah makan dan minum :
a. Kesulitan mengunyah : Tidak ada
b. Kesulitan menelan : Tidak ada
c. Mual dan Muntah : Tidak ada
d. Tak dapat makan sendiri : Tidak ada
7. Upaya klien mengatasi masalah
Tidak ada
D. Personal Hygiene
1. Pemeliharaan badan
Dirumah : Pasien mengatakan mandi 1-2 x/hari
Di Puskesmas : Pasien mengatakan mandi 1 x/hari
2. Pemeliharaan gigi dan mulut
Dirumah : Pasien mengatakan menggosok gigi 1-2 x/hari
Di Puskesmas : Pasien mengatakan menggosok gigi 1 x/hari
25
3. Pemeliharaan kuku
Dirumah : Pasien mengatakan memotong kuku jika panjang dan kotor
Di Puskesmas : Pasien mengatakan memotong kuku jika panjang dan
kotor
26
C. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala dan Rambut
1. Bentuk kepala : Bulat
Tulang kepala : Tidak ada benjolan
Kulit kepala : Bersih
2. Rambut
Penyebaran : Merata
Warna : putih (uban)
Kelainan lain : Tidak ada
3. Wajah
Struktur wajah : Simetris
Warna kulit : Kuning langsat
Kelainan lain : Tidak ada
b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris
2. Kelopak mata/palepebra : Frekuensi reflek berkedip simetris
3. Kornea mata : Jernih
4. Konjungtiva dan sclera : Tidak ada anemia
5. Pupil dan iris : Simetris
6. Ketajaman penglihatan/visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Tekanan bola mata : Simetris
8. Kelainan lain : Tidak ada
c. Hidung
1. Cuping hidung : Normal dan simetris
2. Lubang hidung : Bersih
3. Tulang hidung dan septum nasi : Normal dan simetris
d. Telinga
1. Bentuk telinga : Normal
Ukuran telinga : Sedang
Ketegangan telinga : Elastis
2. Lubang telinga : Normal
3. Ketajaman pendengaran :
Test Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
27
Test Rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Swabach : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : Bibir lembab
2. Keadaan gusi dan gigi : Gusi dan gigi bersih
3. Keadaan lidah : Lidah bersih
4. Palatum/langit - langit : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Orifaring : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Leher
1. Posisi trachea : Normal
2. Tiroid : Tidak ada pembesaran
3. Suara : Suara jelas
4. Kelenjar lympe : Tidak ada pembesaran
5. Vena jugularis : Tidak terjadi distensi
6. Denyut nadi karotis : Teraba jelas dan teratur
28
b. Palpasi
Vokal premitus : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Perkusi
Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Auskultasi
1. Suara nafas : Vesikuler
2. Suara ucapan : Jelas
3. Suara nafas tambahan : Wheezing
2. Pemeriksaan jantung :
a. Inspeksi dan palpasi :
Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Perkusi batas jantung :
Basic jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pinggang jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Apeks jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : S1 lup
- Bunyi jantung II : S2 dup
- Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
- Bising/murmur : Tidak ada
- Frekuensi denyut jantung : Teraba jelas dan teratur
F. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal
- Benjolan/masa : Tidak ada
- Bayangan pembuluh darah : Tidak ada
2. Auskultasi
- Bising/peristaltik usus : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak ada
29
- benjolan/masa : Tidak ada
- Hepar : Tidak ada kelainan
- Lien : Tidak ada kelainan
Titik Mc. Berney : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
- Suara abdomen : Normal
- Pemeriksaan asites : Tidak ada asites
30
I. Pemeriksaan Integumen
1. Kebersihan : Kulit bersih
2. Kehangatan : Akral hangat
3. Warna : Kuning langsat
4. Turgor : Baik
5. Tekstur : Baik
6. Kelembaban : Kering
7. Kelainan pada kulit/lesi : Tidak ada
J. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Tanda rangsangan otak (meningeal sign)
Baik nilai GCS(E4V6M5)
3. Pemeriksaan saraf otak (NI - XII)
N1-Olfaktorius : Pasien dapat memejamkan mata dan dapat
membedakan bau
N2-Optikus : Pasien dapat melihat dengan jelas
N3-Okulomotoris : Adanya reflek pupil dapat menggerakan bola mata
N4-Trochelaris : Dapat menggerakan mata kebawah dan kedalam
N5-Trigeminus : Pasien dapat mengunyah dan menggerakan rahang
N6-Abdosen : Adanya reflek pupil gerakan bola mata
N7-Facialis : Bisa senyum dan menutup bola mata dengan tahanan
N8-Vestibulococlearis : Pasien dapat mendengar dengan baik
N9-Glosofarigeus : Pasien dapat membedakan rasa manis dan asam
N10-Vagus : Pasien dapat menelan ludah
N11-Acessoris : Pasien dapat menggerakan bahu
N12-Hypoglosus : Pasien dapat menjulurkan lidah
31
4. Fungsi motorik
Baik
5. Fungsi sensorik
Penglihatan Pendengaran Penciuman Pengecapan Perabaan baik
6. Reflek
a. Reflek fisiologis : Normal
b. Reflek patofisiologis : Tidak ada kelainan reflek patofisiologis
32
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
33
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi
1. Pola nafas tidak efektif b.d. 4 November 2019
obstruksi jalan nafas
34
PERENCANAAN
Nama Pasien : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
35
Dengan kriteria kan aktivitas 2. Pasien akan
hasil : sebelum tidur mudah tidur
- Jumlah tidur (membaca) setelah
dalam batas 3. Ciptakan melakukan
normal lingkungan aktivitas
- Pola tidur, yang nyaman 3. Lingkungan
kualitas dalam yang nyaman
batas normal dapat
- Perasaan fresh mengurangi
sesudah tidur beban pikiran
- Mampu pasien dan
mengidentifik cepat tidur
asi-kan hal-hal
yang
meningkatkan
tidur
36
PELAKSANAAN TINDAKAN
Nama Pasien : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
4. Memberikan 4. Combivent, 5
nebulizer lpm selama 15
menit
2. Selasa, 05 1. Melakukan
Desember 2017 pemeriksaan TTV 1. TD = 100/70
mmHg
T = 36,0 ˚C
R = 20 x/menit
N = 80 x/menit
2. Mengatur posisi
pasien dan 2. Pasien mengikuti
menganjurkan anjuran yang
teknik nafas diberikan
dalam dan batuk
efektif
3. Rabu, 06
Desember 2017 1. Melakukan 1. TD = 90/60
pemeriksaan TTV mmHg
T = 36,2 ˚C
R = 20 x/menit
N = 84 x/menit
37
3. Memberikan 3. Memberikan
nebulizer combivent 5 lpm,
selama 15 menit
38
EVALUASI
(CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN)
Nama Pasien : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
39
40
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Dalam bab ini penulis membahas tentang keterkaitan dan kesenjangan antara
landasan teori dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan asma di
masyarakat yang dapat menggambarkan tentang masalah kesehatan baik secara actual
secara actual maupun potensial sehingga dapat menjadi dasar untuk penentuan
intervensi yang tepat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan seorang perawar”.
menetap, ansietas berhubungan dengan takut sulit bernafas disebabkan gagal nafas
yang berat. Sedangkan pada kasus kelolaan individu terdapat kesenjangan antara teori
dan aplikasi. Pada aplikasi di dapatkan 2 diagnosa yaitu, pola nafas tidak efektif b.d.
obstruksi jalan nafas, gangguan pola tidur b.d. sesak nafas. Pada kasus individu ada
diangkat diagnosa, pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan nafas, gangguan pola
tidur b.d. sesak nafas. Penulis mengangkat diagnosa diatas karena pada saat
melakukan pengkajian ditemukan data pasien mengatakan sesak nafas pada malam
hari, agak susah bernafas, dan batuk-batuk, tidur kurang lebih hanya 5 jam / hari
Adapun diagnosa yang muncul pada pasien Ny.S adalah sebagai berikut :
41
1. Diagnosa I
Pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi jalan nafas ditemukan pada
tinjauan kasus, didalam teori juga ditemukan diagnosa ini. Hasil pengkajian
sesuai dengan teori ditemukan data pasien bahwa pasien mengatakan Pasien
wheezing. Dengan tanda-tanda vital TD : 90/60 mmHg, Suhu tubuh : 36, °C,
dengan kebutuhan pasien, kondisi pasien dan sarana serta prasarana yang
Mengatur posisi pasien dan menganjurkan teknik nafas dalam dan batuk.
efektif, suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips),
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips), Tanda-Tanda
Vital dalam rentang normal. Dengan demikian masalah ini dapat teratasi
42
2. Diagnosa II
Gangguan pola tidur b.d. sesak nafas Pola nafas tidak efektif b.d.
obstruksi jalan nafas ditemukan pada tinjauan kasus, didalam teori juga
ditemukan diagnosa ini. Hasil pengkajian sesuai dengan teori ditemukan data
pasien bahwa pasien mengatakan Pasien mengeluh sesak nafas, agak susah
compos mentis.
dengan kebutuhan pasien, kondisi pasien dan sarana serta prasarana yang
Mengatur posisi pasien dan menganjurkan teknik nafas dalam dan batuk.
perencanaan Jumlah tidur dalam batas normal, Pola tidur, kualitas dalam batas
Penulis berasumsi bahwa Jumlah tidur dalam batas normal, Pola tidur,
masalah ini dapat teratasi sepenuhnya hingga gangguan pola tidur teratasi.
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus kelolaan individu pada pasien Ny.S dengan asma, individu melakukan
dapat mendukung untuk menegakan 2 diagnosa yaitu pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi jalan nafas dan gangguan pola tidur berhubungan
dengan sesak nafas. Individu dapat membuat perencanaan sesuai kebutuhan untuk
telah dibuat dengan hasil pola nafas tidak efektif belum teratasi, gangguan pola
tidur teratasi.
B. Saran
udara seerti asap rokok, dan lain-lain. Apabila penyakit ini tidak dicegah maka
Penyakit asma dapat ditangani dengan baik, tergantung dari motivasi anak
sendiri dan suport dari orang tua serta keluarga. Peran perawat sangat dibutuhkan
komplikasinya untuk menambah pengetahuan anak serta terutama pada orang tua
44
DAFTAR PUSTAKA
Manjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculuplus.
Mubarak, W dkk. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap Dalam
Praktik Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
Amin Huda. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Nanda NIC
NOC Dalam Berbagai Kasus.Yogyakarta: Mediaction.
http://blognuraziz.blogspot.co.id/2017/05/laporan-pendahuluan-asma-bronchial.html
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluan-
asma.html#.WkPNOvCWbIU
http://digilib.unila.ac.id/20701/14/BAB%20II.pdf
45