Oleh :
NIRM : 17059
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Asma ” hingga tersusun rapi.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Saya berharap
semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang saya miliki, kekurangan sudah
pasti ada. Oleh karena itu, saya mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................5
1.2.1 Tujuan Umum.......................................................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................6
2.1 Pengertian Asma..........................................................................................................................6
2.2 Etiologi........................................................................................................................................6
2.2.1 faktor pencetus......................................................................................................................7
2.2.2 Faktor resiko.........................................................................................................................8
2.2.3Klasifikasi serangan asma....................................................................................................10
2.2.4 pembagian derajat asma......................................................................................................12
2.3 Patofisiologi...............................................................................................................................13
2.3.1 Manifestasi klinis................................................................................................................13
2.3.2 Komplikasi asma................................................................................................................14
2.4 Penatalaksanaan Medis..............................................................................................................14
BAB III................................................................................................................................................16
ASUHAN KEPERAWTAN................................................................................................................16
3.1 Pengkajian.................................................................................................................................16
3.2 Diagnosa keperawatan...............................................................................................................18
3.3 Perencanaan keperawatan....................................................................................................19
3.4 Evaluasi.....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Penelitian tentang anak yang menderita asma menunjukan bahwa alergi
mempengaruhi persistensi dan keparahan penyakit, akan tetapi pada bayi, terdapat
hubungan yang kuat antara infeksi virus dan asma. Ada juga faktor predisposisi
genetik untuk terjadinya respons alergi terhadap alergen yang banyak terdapat di
udara (National Asthma Education and Prevention Program, 1997).
2.2.1 faktor pencetus
Faktor pencetus terjadinya serangan asma, meliputi:
a. Alergen
Dikenal 2 macam alergen sebagai penyebab serangan asma, yaitu:
1. Alergi makanan. Makanan sebagai penyebab atopi khususnya dermatitis
atopik dan serangan asma banyak ditemukan pada masa bayi dan anak
yang masih muda. Pada bayi dan anak berumur di bawah 3 tahun terutama
alergi susu sapi, telur dan kedelai yang umumnya dapat ditoleransi
kembali sebelum anak berumur 3 tahun. Pada anak besar dan dewasa
penyebab utama adalah ikan, kerang-kerangan, kacang tanah dan nuts dan
penyebab ini sering menetap walaupun demikian dapat dicoba diprovokasi
tiap 6 bulan.
2. Alergen hirup. Dibagi atas 2 kelompok:
a. Alergi di dalam rumah seperti tungau debu rumah, bulu kucing, bulu
anjing atau binatang peliharaan lainnya. Alergen ini banyak dijumpai
di negara-negara tropis, juga terdapat di negara dengan 4 musim.
b. Alergi di luar rumah seperti serbuk sari.
b. Infeksi saluran napas
c. Emosi
Emosi dapat meningkatkan aktivitas saraf parasimpatikus, sehingga terjadi
pelepasan asetilkolin dan mengakibatkan serangan asma. Faktor pencetus
dapat bersumber dari masalah antara kedua orangtua, antara orangtua dengan
anak, atau masalah dengan guru di sekolah.
d. Latihan jasmani
Asma yang diinduksi oleh latihan jasmani dapat terjadi akibat lari bebas di
udara yang dingin dan kering. Bila berlari di udara yang hangat dan lembab,
EIA jarang timbul. Setelah berlari 2 menit umunya terjadi dilatasi bronkus dan
anak merasa lebih enak, tetapi setelah berlari antara 5-8 menit terjadilah
konstriksi bronkus (respon dini) dan pada beberapa pasien juga dapat diikuti
dengan respons lambat antara 4-6 jam sesudah konstriksi bronkus yang
pertama.
e. Faktor lain
Bahan iritan. Iritan sebagai pencetus asma mencakup bau cat, hair
spray, parfum, udara dan air dingin, juga ozon dan bahan indutri kimia
yang dapat menimbulkan hiperreaktivitas bronkus dan inflamasi
Asap rokok. Asap rokok mengandung beberapa partikel yang dapat
dihirup, seperti hidrokarbon polisiklik, karbonmonoksida, nikotin,
nitrogen dioksida dan akrolein. Asap rokok menyebabkan kerusakan
sel epitel bersilia, menurunkan klirens mukosiliar dan menghambat
aktivasi fagosit serta efek bakterisid makrofag sehingga terjadi
hiperreaktivitas bronkus.
Refluks gastroesofagus. Refluks isi lambung ke saluran napas dapat
memperberat asma pada anak dan merupakan salah satu penyebab
asma nokturnal
Obat dan bahan kimia. Aspirin dapat sebagai pencetus serangan asma
melalui proses alergi dan non alergi. Obat lain yang harus diperhatikan
adalah obat anti inflamasi seperti indometasin, ibuprofen, fenilbutason,
asam mefenamat dan beta bloker.
Hormon.
2.3 Patofisiologi
Menurut Wong (2009) inflamasi berperan dalam peningkatan reaktifitas jalan
napas. Mekanisme yang menyebabkan inflamasi jalan napas cukup beragam, dan
peran setiap mekanisme tersebut bervariasi dari satu anak ke anak lain serta selama
perjalanan penyakit. Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit,
alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi
hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernapasan sehingga merangsang sel plasma
menghasilkan imunoglobulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor
dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mas tersensitisasi akan
mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi mast yang mengalami
degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin.
Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema
mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini
akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada
jalan napas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi
peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi,
yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam
kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadinya asidosis respiratorik.
Ha ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam
dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan
konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan
berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenasi ke jaringan tidak memadai
sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai
manifestasi klinis lainnya.
a. Batuk
Batuk kering, paroksismal, iritatif dan nonproduktif kemudian menghasilkan
sputum yang berbusa, jernih dan kental
b. Tanda-tanda terkait pernapasan
Sesak napas, fase ekspirasi memanjang, mengi dapat terdengar, tulang zigomatik
dan telinga memerah, bibir berwarna merah gelap,dapat berkembang ,menjadi
sianosis pada kuku, gelisah, ketakutan, berkeringat semakin banyak sejalan
dengan berkembangnya serangan asma, anak yang sudah besar dapat duduk tegak
dengan bahu dibungkukan, tangan berada diatas meja atau kursi dan lengan
menahan, berbicara dengan frase yang singkat, terpatah-patah dan terengah-engah
c. Dada
Mengi diseluruh bidang paru, ronki kasar, ekspirasi memanjang, hiperesonansi
pada perkusi.
d. Pada episode berulang
Dada barrel, bahu meninggi, penggunaan otot-otot pernapasan aksesoris,
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain mengi/wheezing, sesak
napas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat,
retraksi otot dada, napas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia
sianosis dan gelisah, diaphorosis, tidak tileran terhadap aktivitas seperti bermain,
makan, berjalan, bahkan bicara, kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran
dan serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur.
ASUHAN KEPERAWTAN
3.1 Pengkajian
a. Riwayat kesehatan. Kaji deskripsi mengenai penyakit dan keluhan utama saat
ini. Tanda dan gejala yang umum dilaporkan selama pengkajian riwayat
meliputi:
1) Batuk, terutama di malam hari: batuk menggonggong yang pada
awalnya kering, yang menjdai batuk berdahak dengan soutum berbusa.
2) Pernpasan sulit: napa pendek, nyeri dada atauasesak, dispnea saat
beraktivitas
3) Mengi
b. Kaji riwayat medis anak saat ini dan di masa lampau untuk mengidentifikasi
faktor resiko, seperti:
a. Riwayat rinitas alergi atau dermatitia staopik
b. Riwayat atopi (asma, rintas alergi, dermatotis atopik) di dalam keluarga
c. Episode berulang diagnosis mengi, bronkiolitis atau bronkitis
d. Alergi yang diketahui
e. Respons musiman terhadap serbuk saridi dalam lingkungan
f. Pajanan terhadap asap tembakau
g. Kemiskinan
h. Kaji pengetahuan anak dan orangtua tentang penyakit dan pengobatan
i. Kaji status hidrasi ( Mendri, Ni ketut & Agus Sarwo)
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik anak yang menderita asma meliputi inspeksi, auskultasi dan
perkusi.
1) Inspeksi .
Observasi penampilan umum dan warna kulit anak. Selama perburukan
ringan, wana kulit anak dapat tetap memerah muda. Akan tetapi,
seiring perburukan kondisi, sianosis dapat terjadi. Upaya pernapasaan
beragama. Beberapa anak menunjukan retraksi ringan, sementara anak
lain menunjukan penggunaan otot tambahan dan pada akhirnya
gerakan kepala naik turun jika tidak ditangani secara efeketif. Anak
dapat tampak cemas dan ketakutan dan atau dapat letargi dan iritabel.
Mengi dapat terdengar jelas. Anak yang mengalami asma menetap
berat dapat memiliki dada tong dan selalu menunjukan sedikit
peningkatan upaya pernapasan (Kyle, terri. 2014)
2) Auskultasi dan perkusi.
Pengkajian menyeluruh terhadap lapang paru sangat penting. Mengi
merupakan penanda utama obstruksi jalan npas dan dapat beragam di
seluruh lapang paru. Serak juga dapat muncul. Kaji keadekuatan
pengisian udara. Suara napas dapat hilang di basal paru atau di seluruh
lapang paru dada yang tenang pada anak penderita asma dapat menjadi
tanda bahaya. Akibat obstruksi jalan napas berat, gerakan udara dapat
sangat buruk sehingga mengi dapat tidak terdengar saat auskultasi.
Perkusi dapat mengungkapkan hiper-resonan (Kyle, terri. 2014)
d. Pemeriksaan penunjang:
1) Uji faal paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai
hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti
perjalanan penyakit. Uji provokasi bronkus dapat dilakukan dengan
histamin, methacholin, beban lari,udara dingin, uap air, alergen. Alat
yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter.
Bermanfaat dalam mengevaluasi anak yang diduga menderita asma.
Pada mereka yang diketahui menderita asma, uji demikian berguna
alam menilai tingkat penyumbatan jalan napas dan gangguan
pertukaran gas.
2) Foto rontgen toraks
Pemeriksaan ini perlu dilakukan dan pada foto akan tampak corakan
paru yang meningkat. Hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan
pada asma kronik. Atelektasis juga sering ditemukan. Setiap anak
penderita asma yang berkunjung pertama kalinya perlu dibuat foto
rontgen parunya. Foto ini dibuat terutama untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya penyakit lain. Foto pelu diulang bila dan indikasi
misalnya dugaan adanya pneumonia atau pneumotoraks.
3) Pemeriksaan darah
Eosinifilia pada darah sputum terjadi pada asma.sputum penderita
asma sangat kental, elastis dan keputih-putihan. Cat biru metilen-eosin
biasanya menampakan banyak sekali eosiofol dan ranuladari selyang
terganggu. Biakan spitum biasanya tidak membantu oada anak asma
karea suoerinfeksi baktetri jarang dan biakan sering kali trtkontaminasi
sengan organsme orofaring. Prptein serum dan kadar imunoglobulin
biasanya normal pada asma, kecuali bahwa kadar IgE mengkin
bertambah (Behrman, Klegman, Arvin, 1999)
4) Uji kulit alergi.
Uji kulit atau RAST dapat menentukan pemicu alergi untuk anak yang
asma (Terri Kyle, 2014).
5) Gas darah.
Dapat menunjukan retensi karbondioksida dan hipoksemia (Terri Kyle,
2014). Selama masa perbaikan (remisi), tekanan parsial oksigen,
tekanan parsial karbondioksida dan pH mungkin normal. Pada periode
berjalan, ditemukan Po2 menurun secara teratur dan dapat menetap
beberapa hari atau beberapa minggu sesudah episode akut selesai
(Behrman, Klegman, Arvin, 1999)
6) Oksimetri nadi.
Saturasi oksigen dapat turun drastis atau normal selama masa
perburukan ringan (Terri Kyle, 2014). Pco2 biasanya rendah selama
stadium awal asma akut. Ketika penyumbatan memburuk , Pco2 naik,
ini merupakan tanda yang tidak menyenangkan. pH darah tetap normal
(atau kadang-kadang sedikit alkalosis karena hiperventilasi) sampai
kapasitas penyangga (buffering) darah habis. Dan kemudian terjadi
asidosis. Ketika penyumbatan jalan napas dan hipoksia menjadi lebih
berat, terjadi asidosis baik respiratorik maupun metabolik karena
masing-masing adalah asidosi hiperkarbia dan laktat (Behrman,
Klegman, Arvin, 1999)
Intervensi :
Intervensi :
5. Diagnosa keperawatan : gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
gastrointestinal
Aryandani, R, anak sehat bebas dari asma. Golden book. Yogyakarta. 2010
Mangguang, Masrizak DT. 2016. Faktor resiko kejadian asma pada anak di kota padang.
Archive of community health Dari diakses 25 februari 2019 http://ojs,unud.ac.id
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz P. 2009. Buku
ajar keperawatan pediatric. Jakarta: EGC
Kusuma HMSC, kalim KH, MuidM. Hubungan antara derajat onstruksisaluran napas
serangan akut asma dengan jumlah sel-sel inflamasidarh tepi. Jurnal kedokteran brawijaya.
2004
Hari AE, Roni N, Agung WT. 2010. Paparan asap dalam rumah, hewan peliharaan,
lingkungan, tempat tinggal dan sosial ekonomi dengan kejadian asma bronkial pada anak.
Berita kedokteran Masyarakat. dalam journal.fkm.ui.ac.id asma pada anaka indonesia:
penyebab dan pencetus diakses 25 februari 2019
Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana asuhan keperawatan peidatrik dengan clinical
pathways. Jakarta: EGC
Buku ajar alergi-imunologi anak edisi kedua. 2007. Jakarta: ikatan dokter anak indonesia
Behrman, Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu kesehatan anak Nelson volume 1. Jakarta: egc
Mendri Ni Ketut, Prayogi Agus Sarwo 2017. Asuhan keperawatan anak sakit dan bayi
berisko tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.
Damayanti, ika putri. 2016. Kesehatan anak untuk para bidan. Yogyakarta: deepublish