Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ ASUHAN KEPERAWATAN ASMA PADA ANAK”

DOSEN MATA AJAR:

Elfira Awalia Rahmawati, Ns.Sp.Kep.An

Oleh :

TIKA DUWI LESTARI

NIRM : 17059

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Asma ” hingga tersusun rapi.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Saya berharap
semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang saya miliki, kekurangan sudah
pasti ada. Oleh karena itu, saya mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 28 Februari 2019

Tika Duwi Lestari


DAFTAR PUSTAKA

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................5
1.2.1 Tujuan Umum.......................................................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................6
2.1 Pengertian Asma..........................................................................................................................6
2.2 Etiologi........................................................................................................................................6
2.2.1 faktor pencetus......................................................................................................................7
2.2.2 Faktor resiko.........................................................................................................................8
2.2.3Klasifikasi serangan asma....................................................................................................10
2.2.4 pembagian derajat asma......................................................................................................12
2.3 Patofisiologi...............................................................................................................................13
2.3.1 Manifestasi klinis................................................................................................................13
2.3.2 Komplikasi asma................................................................................................................14
2.4 Penatalaksanaan Medis..............................................................................................................14
BAB III................................................................................................................................................16
ASUHAN KEPERAWTAN................................................................................................................16
3.1 Pengkajian.................................................................................................................................16
3.2 Diagnosa keperawatan...............................................................................................................18
3.3 Perencanaan keperawatan....................................................................................................19
3.4 Evaluasi.....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena
asma pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang berkaitan
dengan kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik pada masa bayi, balita
maupun remaja (Sidhartani, 2007). Asma merupakan suatu keadaan dimana
saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan dengan manifestasi mengi
kambuhan, sesak nafas, dan batuk terutama pada malam hari dan pagi hari. Asma
merupakan penyakit yang umumnya mempengaruhi orang-orang dari semua
usia, dan dapat mempengaruhi psikologis serta sosial yang termasuk domain
dari kualitas hidup. Penyakit ini pada umumnya dimulai sejak masa anak-anak
(Wong, 2009).
Asma dapat timbul pada segala umur. 30% penderita bergejala pada umur 1
tahun sedangkan 80-90% anak asma memiliki gejala pertamanya sebelum umur 4-
5tahun. Sebgaian besar anak yang terkena kadang-kadang hanya mendapat serangan
ringan sampai sedang, relatif mudah ditangani. Sebagian kecil mengalami asma berat
yang berlarut-larut biasanya lebih banyak yang terus menerus daripada yang
musiman. Anak anak yang paling berat terkena mulai timbul mengi. Selama tahun
pertama kehidupan dan memiliki riwayat keluarga asma serta penyakit alergi lain
(terutama dermatitis atopik). Anak-anak ini dapat mengalami pertumbuhan yang
lambat yang tidak terkait dengan pemberian kotikosteroid deformitas dada akibat
hiperinflasi kronis, dan kelainan uji fungsi paru yang menetap.
Global initiative for asthma (GINA) memperkirakan 300 juta
penduduk dunia menderita asma (GINA, 2011).Prevalensi asma pada anak di
Amerika Serikat mencapai 9,4% (National Centerfor Health Statistics, 2008).
World Health Organization (WHO) memperkirakan angka ini akan terus
bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Prevalensi total asma di
dunia diperkirakan 6% pada dewasa dan 10% pada anak (Depkes RI, 2009).
Menurut Depkes (2009) angka kejadian asma pada anak dan bayi sekitar
10-85%. Departemen Kesehatan juga memperkirakan penyakit asma termasuk
10 besar penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di Rumah Sakit
serta diperkirakan 10% dari 25 juta penduduk Indonesia menderita asma.
Apabila tidakdilakukan pencegahan prevalensi asma akan semakin meningkat pada
masa yang akan datang (Depkes RI, 2009).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan
keperawatan pada anak dengan asma.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:

1 untuk mengetahui pengertian asma


2 untuk mengetahui etiologi asma
3 untuk mengetahui patofisiologi asma
4 untuk mengetahui penatalaksanaan medis asma
5 untuk mengetahui asuhan keperawatan anak dengan asma
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Asma


Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan napas tempat banyak sel
(sel mast, eosinofil, dan limfosit T) memegang peranan. Pada anak yang rentan,
inflamasi menyebabkan episode mengi kambuhan, sesak napas, dada sesak dan batuk
terutama pada malam hari atau pagi hari. Episode asma ini berhubungan dengan
keterbatasan atau obstruksi aliran udara yang reversible dan dapat sembuh dengan
sendirinya atau dengan pemgobatan. Inflamasi juga menyebabkan peningkatan
hiperesponsivitas bronkus terhadap berbagai stimulus. (National Asthma Education
and Prevention Program, 1997).
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea
dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan
luas saluran napas bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau
dengan pengobatan .
Asma merupaka gangguan radang kronik pada jalan napas yang ditandai
dengan responsivitas jalan napas yang berlebihan, edema jalan napas dan produksi
mukus (kyle terri & susan carman.2016)
Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik
timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah
aktivitas fisik, serta memiliki riwayat asma atau atopi lain dalam keluarga atau
penderita sendiri (Konsensus Nasional Asma Anak).
Asma adalah suatu penyakit obstruktif pada jalan napas yamg reversible yang
ditandai dengan bronkospasme, inflamasi dan peningkatan reaksi jalan napas terhadap
berbagai stimulan. Penyakit ini memiliki tanda dan gejala berupa sesak napas, batuk-
batuk dari ringan sampai berat dan timbulnya suara mengi (Suriadi,2010).

2.2 Etiologi
Penelitian tentang anak yang menderita asma menunjukan bahwa alergi
mempengaruhi persistensi dan keparahan penyakit, akan tetapi pada bayi, terdapat
hubungan yang kuat antara infeksi virus dan asma. Ada juga faktor predisposisi
genetik untuk terjadinya respons alergi terhadap alergen yang banyak terdapat di
udara (National Asthma Education and Prevention Program, 1997).
2.2.1 faktor pencetus
Faktor pencetus terjadinya serangan asma, meliputi:

a. Alergen
Dikenal 2 macam alergen sebagai penyebab serangan asma, yaitu:
1. Alergi makanan. Makanan sebagai penyebab atopi khususnya dermatitis
atopik dan serangan asma banyak ditemukan pada masa bayi dan anak
yang masih muda. Pada bayi dan anak berumur di bawah 3 tahun terutama
alergi susu sapi, telur dan kedelai yang umumnya dapat ditoleransi
kembali sebelum anak berumur 3 tahun. Pada anak besar dan dewasa
penyebab utama adalah ikan, kerang-kerangan, kacang tanah dan nuts dan
penyebab ini sering menetap walaupun demikian dapat dicoba diprovokasi
tiap 6 bulan.
2. Alergen hirup. Dibagi atas 2 kelompok:
a. Alergi di dalam rumah seperti tungau debu rumah, bulu kucing, bulu
anjing atau binatang peliharaan lainnya. Alergen ini banyak dijumpai
di negara-negara tropis, juga terdapat di negara dengan 4 musim.
b. Alergi di luar rumah seperti serbuk sari.
b. Infeksi saluran napas
c. Emosi
Emosi dapat meningkatkan aktivitas saraf parasimpatikus, sehingga terjadi
pelepasan asetilkolin dan mengakibatkan serangan asma. Faktor pencetus
dapat bersumber dari masalah antara kedua orangtua, antara orangtua dengan
anak, atau masalah dengan guru di sekolah.
d. Latihan jasmani
Asma yang diinduksi oleh latihan jasmani dapat terjadi akibat lari bebas di
udara yang dingin dan kering. Bila berlari di udara yang hangat dan lembab,
EIA jarang timbul. Setelah berlari 2 menit umunya terjadi dilatasi bronkus dan
anak merasa lebih enak, tetapi setelah berlari antara 5-8 menit terjadilah
konstriksi bronkus (respon dini) dan pada beberapa pasien juga dapat diikuti
dengan respons lambat antara 4-6 jam sesudah konstriksi bronkus yang
pertama.
e. Faktor lain
 Bahan iritan. Iritan sebagai pencetus asma mencakup bau cat, hair
spray, parfum, udara dan air dingin, juga ozon dan bahan indutri kimia
yang dapat menimbulkan hiperreaktivitas bronkus dan inflamasi
 Asap rokok. Asap rokok mengandung beberapa partikel yang dapat
dihirup, seperti hidrokarbon polisiklik, karbonmonoksida, nikotin,
nitrogen dioksida dan akrolein. Asap rokok menyebabkan kerusakan
sel epitel bersilia, menurunkan klirens mukosiliar dan menghambat
aktivasi fagosit serta efek bakterisid makrofag sehingga terjadi
hiperreaktivitas bronkus.
 Refluks gastroesofagus. Refluks isi lambung ke saluran napas dapat
memperberat asma pada anak dan merupakan salah satu penyebab
asma nokturnal
 Obat dan bahan kimia. Aspirin dapat sebagai pencetus serangan asma
melalui proses alergi dan non alergi. Obat lain yang harus diperhatikan
adalah obat anti inflamasi seperti indometasin, ibuprofen, fenilbutason,
asam mefenamat dan beta bloker.
 Hormon.

2.2.2 Faktor resiko


1. Adanya riwayat asma pada keluarga
Adanya riwayat asma pada keluarga akan meningkatkan resiko anak untuk
menderita asma. Sesuai dengan hasil penelitian, riwayat asma pada kedua orangtua
akan meningkatkan risiko anak sebesar 8,2 kali sedangkan salah satu orangtua dengan
riwayat asma akan meningkatkan risiko 4,24 kali. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Purnomo dkk bahwa adanya riwayat asma
meningkatkan resiko 8,27 kali dibandingkan keluarga yang tidak memiliki riwayat
asma. (Purnomo). Faktor faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma
bronkial pada anak (studi kasus di RS Kabupaten Kudus). Semarang: Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro. 2008)
2. Jenis kelamin
Penelitian Pratyahara D (2011) yang mendapatkan pravelansi pada laki-laki
lebih tinggi dibandingkan wanita. Kekerapan asma pada anak laki-laki usia 22-5 tahun
2 kali lebih sering dibandingkan perempuan sedangkan pada usia 14 tahun risiko asma
anak laki-laki 4 kali lebih sering terkena asma. Terjadinya sensitivitas yang lebih
tinggi pada anak laki-laki terhadap serangan asma dibandingkan anak perempuan
dikarenakan diameter saluran napas anak laki-laki yang lebih kecil sehingga mereka
lebih sensitif dan peka apabila terjadi penyumbatan pada saluran napas (Kusuma
HMSC, Kalim KH, Muid M, 2004)
3. Pemberian asi eksklusif secara tidak aefektif.
Pemberian asi eksklusif selama <6 bulan berhubungan dengan peningkatan
risiko asma yaitu sebanyak 1,36 kali (Roesli,2005). Hasil penelitian lainnya yang
mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh Susanti Iskandar (2011) yang
mendapatkan adanya riwayat keluarga menderita asma pada orang tua (keluarga)
dengan asma disertai salah satu atopi tiga kali lipat dibandingkan riwayat keluarga
dengan asma.
4. Memiliki hewan peliharaan
Menurut Susanti Sikandar (2011) mendapatkan risiko mengalami asma pada
anak dengan keluarga yang memiliki binatang peliharaan 16,94 kali dibandingkan
anak dengan keluarga yang tidak memiliki hewan peliharaan. Diperkuat juga oleh
penelitaian Afdal (2009) yang mendapatkan hubungan yang bermakna antara
kepemilikan binatang peliharaan dengan kejadian asma pada anak.
5. Paparan asap rokok.
Penderita asma yang terpapar asap rokok lebih besar dibandingkan dengan
yang bukan penderita asma bronkiale (Sihombing, 2010) asap rokok yang dihirup
penderita asma secara aktif mengakibatkan rangsangan pada sistem pernapasan sebab
pembakaran tembakau menghasilkan zat iritan dalam rumah yang menghasilkan gas
yang komplek dan partikel-partikel yang berbahaya. Perokok pasif menghirup lebih
banyak racun dalam asap rokok dibandingkan perokok aktif (Aryandani, 2010)
6. Status sosial.
Penelitian Hari dkk di Kabupaten Boyolali, bahwa status sosial ekonomi tinggi
akan meningkatkan resiko asma sebesar 2,27 kali dibandingkan status sosial ekonomi
rendah. Hal ini berarti anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang tinggi
akan lebih sensitif terhadap rangsangan pencetus asma yang terkait dengan kebersihan
lingkungan di dalam dan di luar rumah sehingga sedikit saja terpapar dengan pencetus
asma maka anak tersebut akan mudah terserang asma (Hari AE, Roni N, Agung WT,
2010)
2.2.3Klasifikasi serangan asma
Ada berbagai pembagian asma pada anak, diantaranya adalah:
1) Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan
oleh infeksi virus saluran napas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam 1
tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, gejala yang timbul lebih menonjol
pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-
batuknya dapat berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya
eksim, jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik,
di luar serangan tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70-75% dari populasi asma
anak.
2) Asma episodik sering
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.
Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluram napas akut. Pada
umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orangtua
menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan
stress. Frekuensi serangan 3-4 kali dalam satu tahun, tiap serangan beberapa hari
sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada umur 8-13 tahun
pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma
kronik atau persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari
dengan batuk dan mengi yang akan menggangu tidurnya.
Pemeriksaan fisik diluar serangan tergantung frekuensi serangan. Jika waktu
serangan lebih dari 1-2 minggu, baisanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay
Fever ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan
pertumbuhan jarang terjadi. Golongan ini merupakan 2-% dari populasi asma pada
anak.
3) asma kronik atau persisten.
Pada 25% anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan.
75% sebelum umur 3 tahun. Pada lebih dari 5% anak terdapat mengi yang lama
pada 2 tahun pertama, dan 50% sisanya serangan episodik. Pada umur 5-6 tahun
akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran napas yang persisten dan hampir
selalu terdapat mengi setiap hari, malam hari terganggu oleh batuk dan mengi.
Aktivitas fisik sering meyebabkan mengi. Dari waktu ke waktu terjadi serangan
yang berat dan serangan memerlukan perawatan di rumah sakit. Terdapat pada
golongan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sedikit sesak dan mengi di
sepanjang waktu. Biasanya setelah mendapatkan penanganan anak dan orangtua
baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya.(Mendri Ni Ketut &
Agus Sarwo)
Tabel 2.1 Penilaian derajat serangan asma

Parameter ringan sedang berat Ancaman henti


klinis, fungsi nafas
paru
laboratorium
Aktivitas Berjalan. Berbicara Istirahat
Bayi: Bayi: tangis Bayi:
menangis pendek dan berhenti
keras lemah makan
Bicara kalimat Penggal Kata-kata
kalimat
Kesadaran Mungkin Biasanya Biasanya kebingungan
teragitasi teragitasi teragitasi
Sianosis Tidak ada Tifak ada ada Nyata
Mengi Sedang, Nyaring, Sangat sulit atau tidak
hanya pada sepanjang nyaring, terdengar
akhir eksp dan insp terdengar
ekspirasi tanpa
terdengar
stetoskop
Otot bantu nafas Biasanya Biasanya ya ya Gerakan
tidak paradoks
torakoabdominal
Retraksi Dangkal, Sedang, Dalam, Dangkal/hilang
retraksi ditambah ditambah
interkostal retraksi nafas cuping
suprasternal hidung
Laju napas meningkat meningkat meningkat Menurun
Laju nadi normal takikardia takikardia Bradikardia
Pulsus Tidak ada 10-20 mmHg >20 mmHg Tidak ada
paradoksus (kelelahan otot
napas)

2.2.4 pembagian derajat asma


Pembagian derajat asma menurut GINA (Global Initiative For Astma) antara
lain:
1. intermiten . gejala kurang dari 1 kali/minggu dan seranagn ringan
2. persisten ringan. Gejla lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari
3. persisten sedang. Gejala terjadi setiap hari
4. persisten berat. Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi.
Tabel 2.2 pembagian derajat penyakit asma pada anak

Parameter klinis, Asma episodik Asma episodik Asma persisten


kebutuhan obat jarang sedang
dan faal paru
Frekuensi <1x /bulan >1x /bulan Sering
serangan
Lama serangan < 1 minggu >1 minggu Hampir sepanjang
tahun
Intensitas Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
serangan
Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
malam
Tidur dan Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
aktivitas
Pemeriksaan fisis Normal Mungkin terganggu Tidak pernah
di luar serangan normal
Obat pengendali Tidak perlu Perlu, non steroid Perlu, steroid
Uji faal paru PEF/ FEV 1 PEV/FWEV160-8- PEVperlu, steoid /
>80% % FEV1 <60%
Variabilitas faal Variabilitas <20% Variabilitas 20-30% Variabilitas >30%
paru

2.3 Patofisiologi
Menurut Wong (2009) inflamasi berperan dalam peningkatan reaktifitas jalan
napas. Mekanisme yang menyebabkan inflamasi jalan napas cukup beragam, dan
peran setiap mekanisme tersebut bervariasi dari satu anak ke anak lain serta selama
perjalanan penyakit. Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit,
alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi
hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernapasan sehingga merangsang sel plasma
menghasilkan imunoglobulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor
dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mas tersensitisasi akan
mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi mast yang mengalami
degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin.
Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema
mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini
akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada
jalan napas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi
peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi,
yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam
kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadinya asidosis respiratorik.
Ha ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam
dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan
konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan
berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenasi ke jaringan tidak memadai
sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai
manifestasi klinis lainnya.

2.3.1 Manifestasi klinis :

a. Batuk
Batuk kering, paroksismal, iritatif dan nonproduktif kemudian menghasilkan
sputum yang berbusa, jernih dan kental
b. Tanda-tanda terkait pernapasan
Sesak napas, fase ekspirasi memanjang, mengi dapat terdengar, tulang zigomatik
dan telinga memerah, bibir berwarna merah gelap,dapat berkembang ,menjadi
sianosis pada kuku, gelisah, ketakutan, berkeringat semakin banyak sejalan
dengan berkembangnya serangan asma, anak yang sudah besar dapat duduk tegak
dengan bahu dibungkukan, tangan berada diatas meja atau kursi dan lengan
menahan, berbicara dengan frase yang singkat, terpatah-patah dan terengah-engah
c. Dada
Mengi diseluruh bidang paru, ronki kasar, ekspirasi memanjang, hiperesonansi
pada perkusi.
d. Pada episode berulang
Dada barrel, bahu meninggi, penggunaan otot-otot pernapasan aksesoris,
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain mengi/wheezing, sesak
napas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat,
retraksi otot dada, napas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia
sianosis dan gelisah, diaphorosis, tidak tileran terhadap aktivitas seperti bermain,
makan, berjalan, bahkan bicara, kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran
dan serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur.

2.3.2 Komplikasi asma


Komplikasi yang timbul dari penyakit asma adalah
a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
b. bronkitis berat
c. emfisema
penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas
d. ateletaksis
e. pneumotoraks
terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
f. bronkopneumonia.
g. Hipoksia
Hipoksia adalah tubuh kekurangan oksigen.

2.4 Penatalaksanaan Medis


1. Farmakologi
a. Metilxantin
Yang tergolong dalam metilxatin adalah teofilin dan aminofilin. Cara kerja
obat ini adalah menghambat kerja enzim fosfodiesterase dan menghambat
pemecahan cAMP menjadi 5’AMP yang tidak aktif.
b. Kortikosteroid
Adalah sejenis obat anti-inflamasi yang paling poten untuk pengobatan
penyakit asma. Keja obat ini melalui berbagai cara, antara lain menghambat
kerja sel inflamasi, menghambat kebocoran pembuluh darah kapiler,
menurunkan produksi mukus dan meningkatkan kerja resprtor β-reseptor.
c. Steroid inhalasi.
Pada pemberian lama dan berdosis tinggi akan menghambat pertumbuhan
sekitar 1-1,5 cm/tahun untuk bulan-bulan pertama pemakaian. Pada pemakaian
jangka panjang ternyata tidak berpengaruh banyak terhadap pertumbuhan.
Walaupun demikian, perlu dipertimbangkan untuk dikombinasi dengan β-
agonis kerja lambat, teofilin kerja lambat atau leukotriene receptor antagonis.
Bila untuk pengendai jangka panjang pasien resisten terhadap steroid inhalasi
atau dosis steroid perlu ditingkatkan.
2. Medis
1) Oksigen
2) Periksa keadaan gas darah dan pasang IVFD (infus) dengan cairan 3:1
glukosa 10% dan NACL 0,9% +KCL 5 mEq/kolf
a. Koreksi kekurangan cairan
b. Koreksi penyimpangan asam basa
c. Koreksi penyimpangan elektrolit
3) Pemeriksaan EKG
4) Pantau tanda-tanda vital secara teratur
5) Pemeriksaan foto thorax
BAB III

ASUHAN KEPERAWTAN
3.1 Pengkajian
a. Riwayat kesehatan. Kaji deskripsi mengenai penyakit dan keluhan utama saat
ini. Tanda dan gejala yang umum dilaporkan selama pengkajian riwayat
meliputi:
1) Batuk, terutama di malam hari: batuk menggonggong yang pada
awalnya kering, yang menjdai batuk berdahak dengan soutum berbusa.
2) Pernpasan sulit: napa pendek, nyeri dada atauasesak, dispnea saat
beraktivitas
3) Mengi
b. Kaji riwayat medis anak saat ini dan di masa lampau untuk mengidentifikasi
faktor resiko, seperti:
a. Riwayat rinitas alergi atau dermatitia staopik
b. Riwayat atopi (asma, rintas alergi, dermatotis atopik) di dalam keluarga
c. Episode berulang diagnosis mengi, bronkiolitis atau bronkitis
d. Alergi yang diketahui
e. Respons musiman terhadap serbuk saridi dalam lingkungan
f. Pajanan terhadap asap tembakau
g. Kemiskinan
h. Kaji pengetahuan anak dan orangtua tentang penyakit dan pengobatan
i. Kaji status hidrasi ( Mendri, Ni ketut & Agus Sarwo)
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik anak yang menderita asma meliputi inspeksi, auskultasi dan
perkusi.
1) Inspeksi .
Observasi penampilan umum dan warna kulit anak. Selama perburukan
ringan, wana kulit anak dapat tetap memerah muda. Akan tetapi,
seiring perburukan kondisi, sianosis dapat terjadi. Upaya pernapasaan
beragama. Beberapa anak menunjukan retraksi ringan, sementara anak
lain menunjukan penggunaan otot tambahan dan pada akhirnya
gerakan kepala naik turun jika tidak ditangani secara efeketif. Anak
dapat tampak cemas dan ketakutan dan atau dapat letargi dan iritabel.
Mengi dapat terdengar jelas. Anak yang mengalami asma menetap
berat dapat memiliki dada tong dan selalu menunjukan sedikit
peningkatan upaya pernapasan (Kyle, terri. 2014)
2) Auskultasi dan perkusi.
Pengkajian menyeluruh terhadap lapang paru sangat penting. Mengi
merupakan penanda utama obstruksi jalan npas dan dapat beragam di
seluruh lapang paru. Serak juga dapat muncul. Kaji keadekuatan
pengisian udara. Suara napas dapat hilang di basal paru atau di seluruh
lapang paru dada yang tenang pada anak penderita asma dapat menjadi
tanda bahaya. Akibat obstruksi jalan napas berat, gerakan udara dapat
sangat buruk sehingga mengi dapat tidak terdengar saat auskultasi.
Perkusi dapat mengungkapkan hiper-resonan (Kyle, terri. 2014)
d. Pemeriksaan penunjang:
1) Uji faal paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai
hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti
perjalanan penyakit. Uji provokasi bronkus dapat dilakukan dengan
histamin, methacholin, beban lari,udara dingin, uap air, alergen. Alat
yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter.
Bermanfaat dalam mengevaluasi anak yang diduga menderita asma.
Pada mereka yang diketahui menderita asma, uji demikian berguna
alam menilai tingkat penyumbatan jalan napas dan gangguan
pertukaran gas.
2) Foto rontgen toraks
Pemeriksaan ini perlu dilakukan dan pada foto akan tampak corakan
paru yang meningkat. Hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan
pada asma kronik. Atelektasis juga sering ditemukan. Setiap anak
penderita asma yang berkunjung pertama kalinya perlu dibuat foto
rontgen parunya. Foto ini dibuat terutama untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya penyakit lain. Foto pelu diulang bila dan indikasi
misalnya dugaan adanya pneumonia atau pneumotoraks.
3) Pemeriksaan darah
Eosinifilia pada darah sputum terjadi pada asma.sputum penderita
asma sangat kental, elastis dan keputih-putihan. Cat biru metilen-eosin
biasanya menampakan banyak sekali eosiofol dan ranuladari selyang
terganggu. Biakan spitum biasanya tidak membantu oada anak asma
karea suoerinfeksi baktetri jarang dan biakan sering kali trtkontaminasi
sengan organsme orofaring. Prptein serum dan kadar imunoglobulin
biasanya normal pada asma, kecuali bahwa kadar IgE mengkin
bertambah (Behrman, Klegman, Arvin, 1999)
4) Uji kulit alergi.
Uji kulit atau RAST dapat menentukan pemicu alergi untuk anak yang
asma (Terri Kyle, 2014).
5) Gas darah.
Dapat menunjukan retensi karbondioksida dan hipoksemia (Terri Kyle,
2014). Selama masa perbaikan (remisi), tekanan parsial oksigen,
tekanan parsial karbondioksida dan pH mungkin normal. Pada periode
berjalan, ditemukan Po2 menurun secara teratur dan dapat menetap
beberapa hari atau beberapa minggu sesudah episode akut selesai
(Behrman, Klegman, Arvin, 1999)
6) Oksimetri nadi.
Saturasi oksigen dapat turun drastis atau normal selama masa
perburukan ringan (Terri Kyle, 2014). Pco2 biasanya rendah selama
stadium awal asma akut. Ketika penyumbatan memburuk , Pco2 naik,
ini merupakan tanda yang tidak menyenangkan. pH darah tetap normal
(atau kadang-kadang sedikit alkalosis karena hiperventilasi) sampai
kapasitas penyangga (buffering) darah habis. Dan kemudian terjadi
asidosis. Ketika penyumbatan jalan napas dan hipoksia menjadi lebih
berat, terjadi asidosis baik respiratorik maupun metabolik karena
masing-masing adalah asidosi hiperkarbia dan laktat (Behrman,
Klegman, Arvin, 1999)

3.2 Diagnosa keperawatan


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mucus
b. Ketidakefektifan pola napas b.d kelemahan otot pernapasan dan deformitasi
dinding dada
c. Gangguan pertukaran gas b.d kontriksi bronkus
d. Kelelahan b.d hipoksia
e. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan gastrointestinal

3.3 Perencanaan keperawatan


1. Diagnosa keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus dalam
jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x24 jam bersihan jalan
napas menjadi efektif
Kriteria hasil:
a. Suara napas yang bersih
b. Mampu mengeluarkan sputum
c. Menunjukan jalan naps yang paten

Intervensi :

a. Berikan oksigen menggunakan kanal


b. Monitor status oksigen
c. Posisikan semi fowler
d. Lakukan fisioterapi dada
e. Keluarkan sekret dengan batu atau suction
f. Beikan bronkodilator
2. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pola napas b.d kelemahan otot pernapasan
dan deformitasi dinding dada
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x24 jam pola napas menjadi
paten.
Kriteria hasil:
a. Tidak ada sianosis
b. Menunjukan jalan napas yang paten
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi :

a. Fisioterapi dada jika diperlukan


b. Keluarkan sekret dengan suction atau batuk
c. Pertahankan jalan napas yang paten
d. Pertahankan posisi klien
e. Monito tanda-tanda vital
f. Monitor kualitas nadi
g. Monitor sianosis perifer
3. Diagnosa keperawatan : Gangguan pertukaran gas b.d konstriksi bronkus

gangguan pertukaran gas b.d konstriksi bronkus


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawtan selama ..x24 jam anak tidak
mengalami gangguan pertukaran gas.
Kriteria evaluasi:
1. Anak akan meningkatkan pertukaran gas yang ditandai oleh
berkurangnya mengi dan retraksi, berkurangnya batuk, warna kulit
agak kemerahan, waktu pengisian kepiler 3 sampai 5 detik, dan
berkurangnya kegelisahan.
Intervensi Rasional
Dorong anak untuk batuk dan Batuk membantu membersihkan mukus
latihan napas dalam, setiap 2 jam. dari paru, dan napas dalam akan
Instruksikan napas dalam 3-4 kali, meningkatkan oksigenasi. Duduk
selanjutnya batuk pada posisi duduk dengan posisi tegak lurus akan
memudahkan batuk
Lakukan pengisapan lendir guna Pengisapan lendir membantu untuk
mengeluarkan lendir dari jalan mengeluarkan sekret, karena anak tidak
napas dapat mengeluarkannya sendiri
Kaji frekuensi pernapasan anak dan Data ini akan memberikan informasi
auskultasi bunyi pernapasan tentang perubahan pernapasan sebelum
dan sesudah terapi
Posisikan anak fowler tinggi atau Posisi ini akan meningkatkan ekspansi
duduk, dengan dada dibusungkan dada
Beri obat-obatan bronkodilator, Bronkodilator akan merelaksasikan otot
seperti albuterol, dan obat-obatan polos bronkial; steroid akan mengurangi
steroid misal metilprednisolon peradangan
(solu-medrol) atau inhalasi steroid
Berikan oksigenasi yang telah Oksigen yang dilembabkan akan
dilembabkan sesuai petunjuk meningkatkan oksigenasi dan
membantu untuk menghilangkan sekret
Pantau peak flow rate Peak flow rate mengindikasikan tingkat
gangguan fungsi paru
4. Diagnosa keperawatan: kelelahan b.d hipoksia

kelelahan b.d hipoksia


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam anak tidak
mengalami kelelahan.
Kriteria evaluasi:
1. Anak akan menunjukan pengurangan kegelisahan dan kelelahan yang
ditandai oleh penurunan agitasi, periode tidur tidak terganggu, tidak
ada tanda gawat napas, dan peningkatan kemampuan melakukan
aktivitas.
Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda hipoksia atau Deteksi dini dan pengobatan yang
hiperkapnia, termasuk gelisah, agitasi,
tepat terhadap hipoksia dan
sianosis, peningkatan frekuensi hiperkapnia akan mencegah
pernapasan kegelisahan serta kelelahan yang
berlebihan.
Posisikan anak telentang dengan Membaringkan anak pada posisi
kepala tempat tidur 45 derajat tersebut akan meningkatkan
kemampuan paru mengembang dan
meningkatkan oksigenasi dengan
demikian akan mengurangi
kegelisahan
Beri istirahat yang adekuat dan waktu Istirahat yang cukup dan menciptakan
yang tenang. Kelompokan intervensi waktu yang tenang dapat mengurangi
dengan benar tingkat aktivitas anak, yang akan
mengurangi usaha bernapas dan
kelelahan.

5. Diagnosa keperawatan : gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
gastrointestinal

gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan gastrointestinal


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam anak tidak
mengalami ganghuan nutrisi.
Kriteria evaluasi:
1. Gangguan pada sistem gastrointestinal akan berkurang, yang ditandai
dengan berkurangnya mual dan muntah, serta asupan nutrisi meningkat
(menghabiskan porsi makanan sedikitnya 80% pada setiap kali akan)
Intervensi Rasional
Beri anak makanan dengan porsi Makanan sedikit tetapi sering akan
sedikit, tetapi sering (5-6 porsi per mengurangi energi untuk mengunyah
hari) dengan jenis makanan yang dan tidak menyebabkan lambung
disukai terisi berlebihan sehingga dapat
menurunkan ekspansi paru. Memberi
makanan yang disukai pada anak akan
membantu asupan makanan yang
adekuat.
Berikan makanan rendah lemak, dan Makanan yang pedas dan tinggi
lunak, gunakan warna sebagai lemak menyebabkan gangguan
petunjuk; makanan berwarna putih- pencernaan dan tidak mudah dicerna
seperti roti panggang, kentang dan
puding yang terbuat dari susu rendah
lemak-cenderung dilunakan
Hindari makanan yang dapat Kelompok makanan ini dapat memicu
menyebabkan respons alergi, seperti serangan alergi pada seorang anak
telur, terigu dan cokelat yang sensitif terhadap makanan
tersebut
3.4 Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidk mengalami

1. Bersihan jalan napas menjadi efektif


2. Pola napas menjadi efektif
3. Pertukaran gas tidak mengalami kerusakan
4. Kelelahan teratasi
5. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA

Aryandani, R, anak sehat bebas dari asma. Golden book. Yogyakarta. 2010

Mangguang, Masrizak DT. 2016. Faktor resiko kejadian asma pada anak di kota padang.
Archive of community health Dari diakses 25 februari 2019 http://ojs,unud.ac.id

Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz P. 2009. Buku
ajar keperawatan pediatric. Jakarta: EGC

Kusuma HMSC, kalim KH, MuidM. Hubungan antara derajat onstruksisaluran napas
serangan akut asma dengan jumlah sel-sel inflamasidarh tepi. Jurnal kedokteran brawijaya.
2004

Hari AE, Roni N, Agung WT. 2010. Paparan asap dalam rumah, hewan peliharaan,
lingkungan, tempat tinggal dan sosial ekonomi dengan kejadian asma bronkial pada anak.
Berita kedokteran Masyarakat. dalam journal.fkm.ui.ac.id asma pada anaka indonesia:
penyebab dan pencetus diakses 25 februari 2019

Kyle, Terri. 2014.Buku ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC

Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana asuhan keperawatan peidatrik dengan clinical
pathways. Jakarta: EGC

Buku ajar alergi-imunologi anak edisi kedua. 2007. Jakarta: ikatan dokter anak indonesia

Behrman, Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu kesehatan anak Nelson volume 1. Jakarta: egc

Mendri Ni Ketut, Prayogi Agus Sarwo 2017. Asuhan keperawatan anak sakit dan bayi
berisko tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.

Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC

Damayanti, ika putri. 2016. Kesehatan anak untuk para bidan. Yogyakarta: deepublish

Nanda. (2015).Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10 editor T


Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai